Fraktur Zygomaticomaxillary
Fraktur Zygomaticomaxillary
Fraktur Zygomaticomaxillary
Gambar 1.-Anatomy of the zygoma. 1-5, Temporal, frontal, maxillary, orbital, and
infraorbital processes of zygoma; 6. frontal bone; 7, maxillary bone; 8, temporal bone; 9,
greater wing of sphenoid bone; 10, zygomatic process of temporal bone; 11, zygomatic
temporal suture; 12, zygomatic process of maxilla; 13, zygomatic maxillary suture; 14,
orbital surface of maxilla; 15, infraorbital foramen.
Etiologi
Penyebab dari fraktur ZMC yang paling sering adalah akibat benturan atau pukulan
pada daerah inferolateral orbita atau pada tonjolan tulang pipi dikarenakan kecelakaan
kendaraan bermotor, perkelahian, atau cidera olahraga.
Patofisiologi
Fraktur ZMC biasanya melibatkan dinding bawah orbita tepat diatas nervus alveolaris
inferior, sutura zigomatikofrontal, sepanjang arkus pada sutura zigomatikotemporal, dinding
lateral zigomatikomaksila, dan sutura zigomatikosplenoid yang terletak di dinding lateral
orbita, sedangkan dinding medial orbita tetap utuh.2 Bilateral fraktur zigoma jarang terjadi,
hanya sekitar 4 % dari 2067 kasus yang diteliti oleh Ellis dkk.
Diagnosis
Diagnosa dari fraktur zigoma didasarkan pada pemeriksaan klinis dan pemeriksaan
penunjang. Riwayat trauma pada wajah dapat dijadikan informasi kemungkinan adanya fraktur
pada kompleks zigomatikus selain tanda-tanda klinis. Tetapi pemeriksaan klinis seringkali sulit
dilakukan karena adanya penurunan kesadaran, oedem dan kontusio jaringan lunak dari pasien
yang dapat mengaburkan pemeriksaan klinis, dan pula tidak ada indikator yang sensitif
terhadap adanya fraktur zigoma.
Dari anamnesis dapat ditanyakan kronologis kejadian trauma, arah dan kekuatan dari
trauma terhadap pasien maupun saksi mata. Trauma dari arah lateral sering mengakibatkan
fraktur arkus zigoma terisolasi atau fraktur zigoma komplek yang terdislokasi inferomedial.
Trauma dari arah frontal sering mengakibatkan fraktur yang terdislokasi posterior maupun
inferior.
Pemeriksaan zigoma termasuk inspeksi dan palpasi. Inspeksi dilakukan dari arah
frontal, lateral, superior, dan inferior.
Diperhatikan simetri dan ketinggian pupil yang merupakan petunjuk adanya pergeseran
pada dasar orbita dan aspek lateral orbita, adanya ekimosis periorbita, ekimosis
subkonjungtiva, abnormal sensitivitas nervus, diplopia dan enoptalmus; yang merupakan
gejala yang khas efek pergeseran tulang zigoma terhadap jaringan lunak sekitarnya. Tanda
yang khas dan jelas pada trauma zigoma adalah hilangnya tonjolan prominen pada daerah
zigomatikus. Selain itu hilangnya kurvatur cembung yang normal pada daerah temporal
berkaitan dengan fraktur arkus zigomatikus. Deformitas pada tepi orbita sering terjadi jika
terdapat pergeseran, terutama pada tepi orbital lateral dan infraorbita. Ahli bedah juga
meletakkan jari telunjuk dibawah margin infraorbita, sepanjang zigoma, menekan ke dalam
jaringan yang oedem untuk palpasi secara simultan dan mengurangi efek visual dari oedem
saat melakukan pemeriksaan ini.
Pergeseran bola mata ke arah postero inferior (tanda panah) yang terjadi setelah fraktur
ZMC yang melibatkan rima orbitalis dan dasar orbita (enophtalmos).
Pemeriksaan radiografis terlihat adanya kabut dan opasitas di dalam sinus maksilaris yang
terkena. Pengamatan yang lebih cermat pada dinding lateral antrum pada regio pendukung
(buttres) (basis os zygomaticum) sering menunjukkan diskontinuitas atau step. Pergeseran
yang umumnya terjadi adalah inferomedial yang mengakibatkan masuknya corpus zygoma ke
dalam sinus maksilaris dan mengakibatkan berkurangnya penonjolan malar.
Gambar.(kiri) pergeseran yang biasa terjadi pada fraktur ZMC adalah ke arah inferomedial.
(kanan) sesudah dilakukan reduksi, elemen fraktur distabilisasi dengan kawat tunggal pada
sutura zygomaticofrontalis.
1. Type A
a) Relatif jarang terjadi
b) Luka terbatas pada 1 komponen dari struktur tetrapod, yaitu
1) zygomatic arch (type A1)
2) dinding lateral orbital (type A2)
3) tepi inferior orbital (type A3)
2. Type B
a) Mencakup seluruh 4 penopang ZMC (fraktur tetrapod klasik)
b) Terjadi sekitar 62% dari fraktur ZMC
3. Type C
a) Adalah fraktur komplek dengan patahnya os zygomatic itu sendiri.
b) Biasanya fraktur terjadi pada zygomaticomaxillary dan zygomaticotemporal
Fraktur ZMC biasanya memerlukan pengungkitan dan pergeseran lateral pada waktu
reduksi. Fraktur dengan pergeseran minimal dan sedang yang tidak mengakibatkan gangguan
penglihatan bisa direduksi secara pengangkatan, disertai insersi pengait tulang atau trakeal
melalui kulit.
Apabila pergeseran tulang lebih parah, beberapa jalur lain bisa dipilih misalnya metode
Gilles (jalan masuk melalui kulit dengan melakukan diseksi mengikuti fascia temporalis
profundus ke aspek medial corpus zygomaticus dan arcus zygomaticus), melalui insisi pada
regio sutura zygomaticofrontalis dan peroral, baik di sebelah lateral tuberositas atau melalui
antrum.
Reduksi yang memuaskan bisa disapatkan dengan cara apa saja, dan faktor kritis adalah
pengangkatan corpus zygomaticus yang mengalami pergeseran, harus memadai dan
dipertahankan. Mengisi antrum dengan menggunakan kasa yang mengandung obat melalui
jendela nasoantral, merupakan teknik yang umum digunakan.
Reduksi yang lebih akurat dengan stabilisasi segmen yang diangkat dengan pengawatan
sutural langsung atau penempatan pelat adaptasi (zygomaticofrontal) kadang lebih disukai.
Walaupun pelat memberikan fiksasi yang bersifat kaku, jaringan lunak tipis yang menutupinya
memungkinkan pelat menjadi menonjol dan teraba sehingga nantinya harus dikeluarkan.
Fraktur ZMC tertentu direduksi dengan insersi pengait (hook) tulang di bawah corpus
zygomaticus secara perkutan
1. Gillies approach
8. Antral packing
9. Observation
Optimalnya fraktur ditangani sebelum oedem pada jaringan muncul, tetapi pada praktek
di lapangan hal ini sangat sulit. Keputusan untuk penanganan tidak perlu dilakukan terburu-
buru karena fraktur zigoma bukan merupakan keadaan yang darurat. Penundaan dapat
dilakukan beberapa hari sampai beberapa minggu sampai oedem mereda dan penanganan
fraktur dapat lebih mudah.
Penatalaksanaan fraktur zigoma tergantung pada derajat pergeseran tulang, segi estetika
dan defisit fungsional. Perawatan fraktur zigoma bervariasi dari tidak ada intervensi dan
observasi meredanya oedem, disfungsi otot ekstraokular dan parestesi hingga reduksi terbuka
dan fiksasi interna. Intervensi tidak selalu diperlukan karena banyak fraktur yang tidak
mengalami pergeseran atau mengalami pergeseran minimal. Penelitian menunjukkan bahwa
antara 9-50% dari fraktur zigoma tidak membutuhkan perawatan operatif. Jika intervensi
diperlukan, perawatan yang tepat harus diberikan seperti fraktur lain yang mengalami
pergeseran yang membutuhkan reduksi dan alat fiksasi.