Laporan Oh Kelinciku SELESAI
Laporan Oh Kelinciku SELESAI
Laporan Oh Kelinciku SELESAI
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelinci merupakan hewan eksotik yang cepat berkembang biak dan dapat
menjadi masalah kepada para pemilik karena jumlahnya terlalu banyak. Kelinci juga
merupakan hewan yang sensitif terhadap cuaca dan lingkungan, maka penjagaan yang
khusus harus diambil oleh pemilik kelinci. Salah satu solusi untuk menangani masalah
populasi kelinci adalah dengan sterilisasi. Sterilisasi pada kelinci dapat dilakukan pada
jantan dan betina dengan metode yang sama seperti hewan kesayangan lain yaitu, kastrasi
terbuka, kastrasi tertutup, ovariohisterektomi, dan ovariektomi. Upaya sterilisasi
dilakukan oleh dokter hewan dan diawasi oleh lembaga resmi dibawah naungan
pemerintah untuk menangkap dan menampung kucing liar (Fauhani, 2017).
Tujuan setrilisasi dilakukan pada kelinci untuk mengurangi sifat agresif,
mengurangi kebiasaan menandai daerah teritori ( spraying ), dan sekaligus mengurangi
populasi. Tipe kastrasi yang biasanya digunakan pada kelinci adalah kastrasi tertutup atau
half-closed castration, untuk mengelakkan kejadian hernia (Brodbelt, 2008).
Ovariohisterectomy merupakan istilah kedokteran yang terdiri dari ovariectomy
dan histerectomy. Ovariectomy adalah tindakan mengamputasi, mengeluarkan dan
menghilangkan ovarium dari rongga abdomen. Sedangkan histerectomy adalah tindakan
mengamputasi, mengeluarkan dan menghilangkan uterus dari rongga abdomen.
Ovariohisterctomy dapat juga dilakukan untuk terapi pengobatan pada kasus-kasus
reproduksi seperti pyometra, endometritis, tumor uterus, cyste, hiperplasia dan neoplasia
kelenjar mamae. Tindakan bedah ini akan memberikan efek pada hewan seperti
perubahan tingkah laku seperti hewan tidak berahi, tidak bunting, dan tidak dapat
menyusui. Perubahan tingkah laku ini dapat terjadi akibat ketidak seimbangan hormonal
(Fossum, 2013).
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Ovariohysterectomy
2. Untuk mengetahui persiapan sebelum dan sesudah operasi
3. Untuk mengetahui penggunaan obat-obatan yang tepat mulai dari sedative,
premedikasi, anastesi, dan obat pasca operasi
4. Untuk mengetahui teknik bedah Ovariohysterectomy pada kelinci
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum Operasi Ovariohisterectomy pada hewan kelinici
diantaranya mengetahui fungsi OH, mengetahui macam-macam metode OH, mengetahui
teknik operasi OH, mengetahui obat yang digunakan beserta efek farmakologis,
mengetahui persiapan pre-oprasi dan post-oprasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ovariohisterectomy
Ovariohisterectomy merupakan istilah kedokteran yang terdiri dari ovariectomy
dan histerectomy. Ovariectomy adalah tindakan mengamputasi, mengeluarkan dan
menghilangkan ovarium dari rongga abdomen. Sedangkan histerectomy adalah tindakan
mengamputasi, mengeluarkan dan menghilangkan uterus dari rongga abdomen.
Ovariohisterektomi atau biasa disebut spaying atau neutering adalah tindakan bedah yang
dilakukan untuk mengangkat dan membuang cornua, corpus uteri dan ovariumnya
sekaligus dari tubuh hewan betina. Tindakan dilakukan untuk terapi pengobatan pada
kasus-kasus reproduksi seperti pyometra, endometritis, tumor uterus, cyste, hiperplasia,
dan neoplasia kelenjar mamae. Selain itu untuk pengendalian populasi hewan liar dalam
jumlah besar dalam upaya pencegahan zoonosis (Hanif, 2007).
Tindakan bedah ini akan meberikan efek pada hewan seperti perubahan tingkah
laku yaitu tidak birahi, tidak bunting dan tidak menyusui. Selain itu hewan akan lebih
mudah dikendalikan dan lebih jinak. Perubahan ini dapat terjadi akibat
ketidakseimabngan hormonal untuk sementara waktu. Hal tersebut dapat terdai
dikarenakan ovarium merupakan kelenjar yang berfungsi sebagai kelenjar endokrin.
2.4 Premedikasi
Premedikasi adalah penggunaan obat-obatan sebelum induksi anestesi. Obat
analgesik akan menghilangkan rasa sakit, sementara obat tranquilliser akan
menenangkan hewan untuk memudahkan penanganan (Boden, 2005). Tujuan dari
pemberian premedikasi yaitu untuk menenangkan hewan sehingga memudahkan
penanganan, untuk relaksasi otot sehingga terjadi immobilisasi dan hiporefleksi, untuk
memberikan analgesia (menghilangkan rasa sakit), untuk memperoleh induksi anestesi
yang perlahan dan aman, stadium anestesi yang stabil dan pemulihan dari anestesi yang
baik dan untuk mengurangi dosis obat anestesi sehingga efek samping dapat dikurangi.
Premedikasi yang paling umum digunakan pada hewan adalah atropin, acepromazin,
xylazin, diazepam, midazolam, dan opioid atau narkotik (Pirade, 2015).
2.5 Anestesi
Anestesi berarti suatu keadaan hilangnya rasa terhadap suatu rangsangan.Pemberian
anestetikum dilakukan untuk mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri baik disertai
atau tanpa disertai hilangnya kesadaran.Seringkali anestesi dibutuhkan pada tindakan
yang berkaitan dengan pembedahan. Anestetikum yang diberikan pada hewan akan
membuat hewan tidak peka terhadap rasa nyeri sehingga hewan menjadi tenang,
dengan demikian tindakan diagnostik, terapeutik atau pembedahan dapat dilaksanakan
lebih aman dan lancar. Perjalanan waktu sepanjang sejarah menunjukkan bahwa
anestesi pada hewan digunakan untuk menghilangkan rasa dan sensasi terhadap suatu
rangsangan yang merugikan (nyeri), menginduksi relaksasi otot, dan terutama untuk
membantu melakukan diagnosis atau proses pembedahan yang aman (Hughes,2008).
Menurut Komang, (2011), stadium anestesi umum dibagi menjadi empat tingkatan
di antaranya :
Stadiun 1 atau stadium analgesi adalah stadium awal anestesi yang terjadi segera
setelah dilakukan anestesi secara inhalasi atau injeksi. Hewan pada stadium ini masih
sadar tetapi kehilangan orientasi dan menurunnya sensitifitas terhadap rasa nyeri.
Respirasi dan denyut jantung masih normal atau meningkat, dan semua refleks masih
ada.
Stadium 2 atau stadium delirium atau eksitasi adalah stadium yang dimulai dari
hilangnya kesadaran.Semua refleks masih ada dan bisa muncul berlebihan.Hewan
masih dapat mengunyah, menelan, dan mulut umumnya menganga. Stadium 2 akan
berakhir apabila hewan menunjukkan tanda relaksasi otot, respirasi menurun, dan
terjadi penurunan refleks.
Stadium 3 atau stadium pembedahan adalah stadium melakukan tindakan bedah dan
dibagi menjadi empat plane, yaitu plane 1 atau anestesi ringan, plane 2 atau anestesi
pembedahan, plane 3 atau anestesi dalam, dan plane 4 atau paralisa.
Stadium 4 atau stadium terminal (stadium kelebihan dosis).
3.1.2 Bahan
Seekor kelinci betina
Atropin sulfat
Xylaxin
Ketamin
Tolfenamic acid
Interflox
Vicilin
Alkohol 70%
Betadinel.
Lactac Ringer
3.2 Prosedur
3.2.1 Preparasi Alat dan Bahan
Alat Bedah
Hasil
Kelinci
Hasil
Operator
Hasil
3.2.4. Prosedur Operasi
Kelinci
Hasil
Kelinci
Hasil
BAB IV
HASIL
4.1 Analisa Prosedur
4.1.1 Prosedur pre operasi
Sebelum dilakukannya operasi ovaryhisterectomy dilakukan prosedur pre operasi
yang meliputi persiapan alat, persiapan operator dan persiapan hewan. Persiapaan alat
dimana dilakukan sterilisasi pada alat yang akan digunakan untuk operasi. Terdapat 2
cara sterilisasi yaitu untuk alat yang tidak tajam dimasukan ke autoclave pada suhu
121oC selama 15 menit dan untuk benda yang tajam direndam ke dalam iodin atau
alkohol.Umumnya sterilisasi dapat menggunakan autoclave, heat (perebusan
menggunakan air pada suhu 1000C), maupun secara kimia (etilen oksida dan hidrogen
peroksida) (Bassert, 2014).
Persiapan hewan, hewan dipuasakan selama 8 jam sebelum dilakukannya operasi,
dilakukan pemeriksaan fisik pada hewan, dilakukan pencukuran rambut pada area
skrotum dan ekstremitas. Kemudian kelinci, diberikan antibiotik short acting berupa
Amoxicillin sebelum dilakukannya operasi. Selanjutnya diinduksikan premedikasi
berupa Acepromazine dengan dosis 0,5 mg/kgBB dan dilakukan pemasangan infus.
Pemberian obat anastesi dilakukan 5 menit setelah induksi premedikasi. Anastesi
yang diberikan berupa kombinasi ketamine dan xylazine dengan dosis ketamine 40
mg/kgBB dan xylazine 1 mg/kgBB. Setelah teranastesi hewan dipindahkan menuju
meja operasi dengan posisi dorsal recumbency dan keempat ekstremitas difiksasi
dengan sabun mulai dari jari hingga siku, kemudian mengeringkannya dengan cara
diangin-anginkan. Setelah kering operator dan asisten operator memakai gloves yang
telah disterilkan. Langkah menggunakan tali. Duk dipasang pada hewan dan dijepit
menggunakan towel clamp. Menurut Plumb (2018), sebelum dilakukannya operasi
perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium sebagai penunjang pemeriksaan fisik ini
meliputi pemeriksaan Blood Urea Nitrogen (BUN), kreatinin, hematologi untuk
menentukan kondisi hewan layak operasi atau tidak.
Persiapan operator, operator dan asisten operator harus dalam keadaan steril.
Operator dan asisten operator mencuci tangan-langkah mencuci tangan yang benar
yaitu melepaskan semua benda yang melekat pada daerah tangan, mengatur posisi
berdiri terhadap kran air, menuangkan sabun cair ke telapak tangan, melakukan
gerakan tangan yang dimulai dari meratakan sabun dengan kedua telapak tangan lalu
kedua punggung telapak tangan saling menumpuk dan membersihkan sela-sela jari,
membersihkan ujung-ujung kuku dilanjutkan dengan membersihkan ibu jari secara
bergantian, membilas tangan dengan air yang mengalir sampai bersih hingga daerah
siku, lalu angkat siku sejajar dengan kepala agar air menetes ke bawah (Bassert,
2014).
Gambar Keterangan
Hari ke-1
Hari ke-4
Hari ke-8
4.4.2 Ketamine
Ketamin merupakan obat tunggal untuk tindakan operasi kecil pada hewan
penderita beresiko tinggi, biasanya ketamin juga dikombinasi dengan beberapa
obat sedatif (penenang). Obat ini menimbulkan efek analgesi yang sangat baik dan
dapat dikatakan sempurna dengan hanya diikuti tidur yang superfisial atau efek
hipnotiknya kurang (tidur ringan). Ketamin mempunyai efek analgesi yang kuat
akan tetapi memberikan efek hipnotik yang ringan. Ketamin merupakan zat
anastesi dengan efek satu arah yang berarti efek analgesinya akan hilang bila obat
itu telah didetoksikasi atau diekskresi. Dengan demikian, pemakaian lama harus
dihindarkan. Adapun dosis ketamin untuk kelinci adalah 40 mg/kgBB
(Pirade,2015).
4.4.3 Xylazine
Xylazin menyebabkan penekanan sistem saraf pusat yang diawali dengan
sedasi kemudian pada dosis yang lebih tinggi digunakan untuk hipnotis, sehingga
akhirnya hewan menjadi tidak sadar atau teranestesi. Dalam anestesi hewan,
xylazin biasanya paling sering dikombinasikan dengan ketamin. Obat ini bekerja
pada reseptor presinaptik dan postsinaptik dari sistem saraf pusat dan perifer
sebagai agonis sebuah adrenergik. Xylazin menimbulkan efek relaksasi muskulus
sentralis. Selain itu, xylazin juga mempunyai efek analgesia, xylazin dapat
menimbulkan kondisi tidur yang ringan sampai kondisi narkosis yang dalam,
tergantung dari dosis yang diberikan untuk masing-masing spesies hewan. Adapun
dosis xylazine adalah 1 mg/kgBB (Pirade,2015).
4.4.4 Biodine
Biodine mengandung Adeosin trifosfat yang berfungsi sebagai tempat sintesis
ATP dan energi metabolisme tubuh. ATP berperan dalam mengatur
keseimbangan ion-ion tubuh pada proses metabolisme sel tubuh hewan. Sodium
selenite sangat berperan dalam mengatur reaksi enzimatis pada proses
metabolisme sel dan berfungsi juga sebagai antioksidan. Biodine juga berfungsi
sebagai stimulasi tubuh secara umum terutama tonus otot. Pemberian biodine
dilakukan setelah operasi selesai melalui rute intramuscular (Listiawan, 2019).
Adapun volume biodine yang diberikan pada kelinci yaitu 0,1 mL/kgBB (Daris,
2017).
4.4.5 Ketoprofen
Ketoprofen merupakan senyawa obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS)
turunan asam fenilalkanoat. Mekanisme kerja OAINS termasuk ketoprofen yaitu
menghambat sintesis prostaglandin sehingga dapat memiliki efek analgesik,
antiinflamasi, dan antipiretik. Ketoprofen dapat digunakan untuk meredakan nyeri
pasca operasi, kondisi yang menyakitkan dan inflamasi seperti gout akut atau
gangguan jaringan lunak. Ketoprofen aman digunakan karena tidak memiliki
potensi adiktif dan tidak mengakibatkan sedasi atau depresi pernapasan. Adapun
dosis Ketoprofen yang diberikan padakelinci adalah 3 mg/kgBB (Hosny et al.,
2013).
4.4.6 Enrofloxacin
Enrofloxacin adalah antimikroba sintetik dari kelompok fluorokuinolon.
Antibiotik golongan fluorokuinolon merupakan suatu antibiotik berspektrum lebar
yang digunakan secara luas untuk terapi infeksi saluran pernafasan, saluran kemih,
infeksi intraabdominal, infeksi tulang dan sendi, kulit dan jaringan lunak, dan
beberapa infeksi lainnya. Agen anti mikroba ini memiliki spektrum fungsi yang
luas, terutama terhadap bakteri gram negative. Obat ini akan dieliminasi didalam
ginjal dan dikeluarkan bersamaan dengan urin (Raini, 2016). Pemberian
Enrofloxacin padakelinci diberikan secara intramuscular. Adapun dosis
Enrofloxacin yang diberikan padakelinci adalah 5 mg/kgBB .
4.4.7 Gentamicin
Gentamicin merupakan salep antibiotik topikal yang dapat digunakan untuk
penyembuhan luka. Bioplacenton mengandung ekstrak plasenta dan neomisin
sulfat. Plasenta kaya akan molekul bioaktif seperti enzim, asam nukleat, vitamin,
asam amino, steroid, asam lemak, dan mineral. Oleh karena itu ekstrak plasenta
memiliki efek antiinflamasi, antianafilaksis, antioksidan, antimelanogenik,
pelembab, dan kaya akan materi pembentuk kolagen. Neomisin sulfat merupakan
antibiotik golongan aminoglikosida yang digunakan secara topikal pada kulit dan
membran mukosa untuk dekontaminasi bakteri. Sediaan topikal neomisin sulfat
(dalam kombinasi dengan anti infeksi lainnya) dapat digunakan untuk mencegah
atau mengobati infeksi kulit superfisial yang disebabkan oleh organisme rentan.
Selain itu, neomisin sulfat juga dapat digunakan untuk mencegah infeksi pada
luka kulit ringan seperti luka sayat, luka gores, dan luka bakar (Nur, 2017).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Ovariohisterektomi (OH) tindakan bedah yang dilakukan untuk mengangkat dan
membuang cornua, corpus uteri dan ovariumnya sekaligus dari tubuh hewan betina.
Tindakan ini dilakukan untuk terapi pengobatan pada kasus-kasus reproduksi seperti
pyometra, endometritis, tumor uterus, cyste, hiperplasia, dan neoplasia kelenjar mamae.
Selain itu untuk pengendalian populasi hewan liar dalam jumlah besar dalam upaya
pencegahan zoonosis. Kendala yang dapat muncul dikarenakan tindakan OH antara lain
komplikasi ringan seperti kelinci yang menjilati sayatan, peradangan (seroma) di bawah
kulit pada sayatan, dan jahitan eksternal pada kulit yang cepat terlepas. Pada praktikum
kali ini kontrol kelinci post-operasi dilakukan pada hari ke-8 dimana luka kelinci nampak
sudah kering dan sudah menyatu. Padahari ke-8 jahitan luka sudah boleh dibuka dan
tidak dibutuhkan bandage lagi.
5.2 Saran
Mahasiswa diharapkan lebih memahami materi mengenai kastrasi agar praktikum
dapat berjalan dengan lancar
DAFTAR PUSTAKA
Ariputra, A. 2018. Perawatan Paska Operasi Pada Kasus Ovariohisterektomi Pada Kucing
Domestik. Banda Aceh. Universitas Syiah Kuala.
Brodbelt, D. C., Blissitt, K. J., Hammond, R. A., Neath, P. J., Young, L. E., Pfeiffer, D. U.,
Wood, J. L., 2008. The Risk of Death: The Confidential Enquiry into Perioperative
Small Animal Fatalities. Vet.Anaesth.Analg . 35(5): 365-373.
Fossum, TW. 2007. Small Animal Surgery 3rd. St Louis : Mosby Elsevier.
Hanif, Abdurrahman. 2017. Catstrate : Solusi Menekan Ledakan Populasi Kucing Lokal.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Hosny, K. M., Rambo, S. M., Al-Zahrani, M. M., Al-Subhi, S. M., & Fahmy, U. A., 2013,
Ketoprofen emulgel: preparation, characterization, and pharmacodynamic evaluation,
Int J Pharm Sci Rev Res, 20(2), 306-10.
Hughes, J.M.L. 2008. Anaesthesia For The Geriatric Dog And Cat. 61. Irish Veterinary. 234-
350.
Plumb, D. C. 2008. Plumb’s Veterinary Drug Handbook . Edisi ke-6. Iowa (USA): Blackwell
Publishing.
Raini, W. 2016. Antibiotik Golongan Fluorokuinolon: Manfaat dan Kerugian. Jakarta: Badan
Litbangkes.
Suartha, I. N. 2010. Terapi Cairan Pada Anjing Dan Kucing.Buletin Veteriner Udayana.
2(2).
Sudisma, I.G.N. 2006 . Ilmu Bedah Veteriner dan Teknik Operasi. Unversitas Udayana.
Suwed, M.A., R.M. Napitupulu. 2011. Panduan Lengkap Kucing. Penerbit Swadaya. Bogor.
18-23
Wanamaker P. 2000. Applied Pharmacology for the Veterinary Technician 2nd edition.
Philadelphia: W.B Saunders Company.