Laporan Oh Kelinciku SELESAI

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelinci merupakan hewan eksotik yang cepat berkembang biak dan dapat
menjadi masalah kepada para pemilik karena jumlahnya terlalu banyak. Kelinci juga
merupakan hewan yang sensitif terhadap cuaca dan lingkungan, maka penjagaan yang
khusus harus diambil oleh pemilik kelinci. Salah satu solusi untuk menangani masalah
populasi kelinci adalah dengan sterilisasi. Sterilisasi pada kelinci dapat dilakukan pada
jantan dan betina dengan metode yang sama seperti hewan kesayangan lain yaitu, kastrasi
terbuka, kastrasi tertutup, ovariohisterektomi, dan ovariektomi. Upaya sterilisasi
dilakukan oleh dokter hewan dan diawasi oleh lembaga resmi dibawah naungan
pemerintah untuk menangkap dan menampung kucing liar (Fauhani, 2017).
Tujuan setrilisasi dilakukan pada kelinci untuk mengurangi sifat agresif,
mengurangi kebiasaan menandai daerah teritori ( spraying ), dan sekaligus mengurangi
populasi. Tipe kastrasi yang biasanya digunakan pada kelinci adalah kastrasi tertutup atau
half-closed castration, untuk mengelakkan kejadian hernia (Brodbelt, 2008).
Ovariohisterectomy merupakan istilah kedokteran yang terdiri dari ovariectomy
dan histerectomy. Ovariectomy adalah tindakan mengamputasi, mengeluarkan dan
menghilangkan ovarium dari rongga abdomen. Sedangkan histerectomy adalah tindakan
mengamputasi, mengeluarkan dan menghilangkan uterus dari rongga abdomen.
Ovariohisterctomy dapat juga dilakukan untuk terapi pengobatan pada kasus-kasus
reproduksi seperti pyometra, endometritis, tumor uterus, cyste, hiperplasia dan neoplasia
kelenjar mamae. Tindakan bedah ini akan memberikan efek pada hewan seperti
perubahan tingkah laku seperti hewan tidak berahi, tidak bunting, dan tidak dapat
menyusui. Perubahan tingkah laku ini dapat terjadi akibat ketidak seimbangan hormonal
(Fossum, 2013).

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Ovariohysterectomy
2. Untuk mengetahui persiapan sebelum dan sesudah operasi
3. Untuk mengetahui penggunaan obat-obatan yang tepat mulai dari sedative,
premedikasi, anastesi, dan obat pasca operasi
4. Untuk mengetahui teknik bedah Ovariohysterectomy pada kelinci
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum Operasi Ovariohisterectomy pada hewan kelinici
diantaranya mengetahui fungsi OH, mengetahui macam-macam metode OH, mengetahui
teknik operasi OH, mengetahui obat yang digunakan beserta efek farmakologis,
mengetahui persiapan pre-oprasi dan post-oprasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ovariohisterectomy
Ovariohisterectomy merupakan istilah kedokteran yang terdiri dari ovariectomy
dan histerectomy. Ovariectomy adalah tindakan mengamputasi, mengeluarkan dan
menghilangkan ovarium dari rongga abdomen. Sedangkan histerectomy adalah tindakan
mengamputasi, mengeluarkan dan menghilangkan uterus dari rongga abdomen.
Ovariohisterektomi atau biasa disebut spaying atau neutering adalah tindakan bedah yang
dilakukan untuk mengangkat dan membuang cornua, corpus uteri dan ovariumnya
sekaligus dari tubuh hewan betina. Tindakan dilakukan untuk terapi pengobatan pada
kasus-kasus reproduksi seperti pyometra, endometritis, tumor uterus, cyste, hiperplasia,
dan neoplasia kelenjar mamae. Selain itu untuk pengendalian populasi hewan liar dalam
jumlah besar dalam upaya pencegahan zoonosis (Hanif, 2007).
Tindakan bedah ini akan meberikan efek pada hewan seperti perubahan tingkah
laku yaitu tidak birahi, tidak bunting dan tidak menyusui. Selain itu hewan akan lebih
mudah dikendalikan dan lebih jinak. Perubahan ini dapat terjadi akibat
ketidakseimabngan hormonal untuk sementara waktu. Hal tersebut dapat terdai
dikarenakan ovarium merupakan kelenjar yang berfungsi sebagai kelenjar endokrin.

2.2 Anatomi Organ Reproduksi Kelinci Betina


Kelinci terkenal karena kemampuan reproduksinya, kelinci betina mempunyai
sistem reproduksi yang istimewa, yaitu mampu mengandung dua rumpun anak sekaligus
karena memiliki rahim ganda. Sistem reproduksi tersusun atas system
genital internal dan eksternal. Pada kelinci betina organ interna berupa sepasang ovarium
dan uterus. Ovarium terletak sebelah kaudal dari ren dan didalamnya terdapat folikel -
folikel de Graaf berbentuk gelembung. Uterus berjumlah sepasang dan berkelok-
kelok dan terbagi atas infundirambutm, tuba, dan uterus. Organ eksternal tersusun
atas vagina, vulva, labium majus, labium ninus, dan clitoris (Peters & McNatty, 2008).
2.3 Fisiologi Tubuh Kelinci
a. Suhu
Suhu tubuh adalah suhu bagian dalam (suhu inti), bukan suhu permukaan
yang merupakan suhu kulit atau jaringan bawah kulit. Suhu ini relatif konstan,
kecuali bila terjadi demam, sedangkan suhu permukaan lebih dipengaruhi oleh
lingkungan. Pada kedokteran hewan, pengukuran temperatur atau suhu tubuh
hewan termasuk kelinci dapat dilakukan menggunakan termometer yang
dimasukkan ke dalam rectum. Pengukuran melalui rectum, dilakukan ketika feses
tidak ada didalam rectum agar suhu yang muncul pada termometer dapat menjadi
wakil dari keseluruhan tubuh. Suhu normal pada kelinci berkisar antara 38,50C –
40,0 0C. Pada semua hewan, suhu tubuh dapat berubah-ubah sepanjang hari, pada
pagi hari suhu tubuh lebih rendah, tengah hari agak tinggi, dan mencapai puncak
pada sore hari sekitar pukul 18.00 dengan rentang suhu sehari adalah 0,80C.
Pengaturan suhu tubuh merupakan keseimbangan antara pelepasan panas dan
produksi panas. Suhu tubuh diatur hampir seluruhnya oleh mekanisme persarafan
umpan balik dan hampir semua mekanisme ini terjadi melalui pusat pengaturan
suhu yang terletak pada hipothalamus sehingga disebut hipothalamik (Pirade,
2015).
b. Denyut Jantung
Denyut jantung adalah hitungan berapa kali jantung berdenyut dalam satu
menit. Pengamatan frekuensi denyut jantung dapat menggambarkan kualitas fungsi
kardiovaskuler yang bertugas mengangkat O2 dan hasil sisa metabolisme tubuh
dari setiap sel dan mengirimnya ke paru-paru, hati, atau ginjal sebagai tempat
untuk pengeluaran. Pengamatan frekuensi denyut jantung dapat dihitung secara
auskultasi menggunakan stetoskop yang diletakkan tepat diatas apex jantung di
rongga dada sebelah kiri, atau dapat pula dengan merasakan pulsus hewan pada
pembuluh darah arteri femoralis atau arteri brachialis. Penurunan denyut jantung
pada kondisi teranestesi adalah normal, akibat adanya pengaruh sebagian besar
anestetikum yang dapat menekan denyut jantung seperti atropin, ketamin, dan
tiletamin (Pirade, 2015). Menurut Delaney (2009), frekuensi denyut jantung
normal kelinci berada dalam kisaran 130-325 kali/menit.
c. Respirasi
Sistem respirasi atau pernapasan sangat penting, karena oksigen digunakan
didalam proses metabolisme dalam tubuh dan karbondioksida perlu dikeluarkan
dari dalam tubuh. Sistem pernafasan kelinci terdiri atas paru-paru,
bronchialpassage, dan diafragma. Sistem pernafasan juga membantu kucing
menyeimbangkan temperatur atau suhu tubuh, dengan cara mendinginkannya.
Dengan demikian kucing mampu bernapas lebih cepat. Rata-rata kucing normal
bernapas sekitar 30-60 tarikan napas permenit (Suwed et al. 2011).

2.4 Premedikasi
Premedikasi adalah penggunaan obat-obatan sebelum induksi anestesi. Obat
analgesik akan menghilangkan rasa sakit, sementara obat tranquilliser akan
menenangkan hewan untuk memudahkan penanganan (Boden, 2005). Tujuan dari
pemberian premedikasi yaitu untuk menenangkan hewan sehingga memudahkan
penanganan, untuk relaksasi otot sehingga terjadi immobilisasi dan hiporefleksi, untuk
memberikan analgesia (menghilangkan rasa sakit), untuk memperoleh induksi anestesi
yang perlahan dan aman, stadium anestesi yang stabil dan pemulihan dari anestesi yang
baik dan untuk mengurangi dosis obat anestesi sehingga efek samping dapat dikurangi.
Premedikasi yang paling umum digunakan pada hewan adalah atropin, acepromazin,
xylazin, diazepam, midazolam, dan opioid atau narkotik (Pirade, 2015).

2.5 Anestesi
Anestesi berarti suatu keadaan hilangnya rasa terhadap suatu rangsangan.Pemberian
anestetikum dilakukan untuk mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri baik disertai
atau tanpa disertai hilangnya kesadaran.Seringkali anestesi dibutuhkan pada tindakan
yang berkaitan dengan pembedahan. Anestetikum yang diberikan pada hewan akan
membuat hewan tidak peka terhadap rasa nyeri sehingga hewan menjadi tenang,
dengan demikian tindakan diagnostik, terapeutik atau pembedahan dapat dilaksanakan
lebih aman dan lancar. Perjalanan waktu sepanjang sejarah menunjukkan bahwa
anestesi pada hewan digunakan untuk menghilangkan rasa dan sensasi terhadap suatu
rangsangan yang merugikan (nyeri), menginduksi relaksasi otot, dan terutama untuk
membantu melakukan diagnosis atau proses pembedahan yang aman (Hughes,2008).
Menurut Komang, (2011), stadium anestesi umum dibagi menjadi empat tingkatan
di antaranya :
 Stadiun 1 atau stadium analgesi adalah stadium awal anestesi yang terjadi segera
setelah dilakukan anestesi secara inhalasi atau injeksi. Hewan pada stadium ini masih
sadar tetapi kehilangan orientasi dan menurunnya sensitifitas terhadap rasa nyeri.
Respirasi dan denyut jantung masih normal atau meningkat, dan semua refleks masih
ada.
 Stadium 2 atau stadium delirium atau eksitasi adalah stadium yang dimulai dari
hilangnya kesadaran.Semua refleks masih ada dan bisa muncul berlebihan.Hewan
masih dapat mengunyah, menelan, dan mulut umumnya menganga. Stadium 2 akan
berakhir apabila hewan menunjukkan tanda relaksasi otot, respirasi menurun, dan
terjadi penurunan refleks.
 Stadium 3 atau stadium pembedahan adalah stadium melakukan tindakan bedah dan
dibagi menjadi empat plane, yaitu plane 1 atau anestesi ringan, plane 2 atau anestesi
pembedahan, plane 3 atau anestesi dalam, dan plane 4 atau paralisa.
 Stadium 4 atau stadium terminal (stadium kelebihan dosis).

2.6 Terapi Cairan


Terapi cairan merupakan tindakan pengobatan esensial untuk pasien dalam kondisi
kritis atau memerlukan perawatan intensif. Tujuan utama dari terapi cairan adalah untuk
mengatasi dehidrasi, memulihkan volume sirkulasi darah pada keadaan hipovolemia atau
shock, mengembalikan dan mempertahankan elektrolit (Na+ dan K+), dan asam basa
dalam tubuh kearah batas normal. Jenis cairan yang digunakan dalam terapi cairan
dikelompokkan menjadi larutan kristaloid dan koloid (Suartha, 2010).
Larutan kristaloid dibagi menjadi 3, yaitu hipotonik, isotonik dan hipertonik. Larutan
hipotonik memiliki osmolaritas yang lebih rendah dari cairan ekstraseluler tubuh,
contohnya adalah NaCl 0,45%. Larutan isotonik berguna untuk terapi shock dan
maintenance, larutan ini memiliki osmolalitas asam basa yang sama dengan cairan
ekstraseluler tubuh, contohnya adalah NaCl 0,9%. Larutan hipertonik diberikan pada
penderita shock untuk meningkatkan tekanan intra vaskuler. Larutan ini memiliki
osmolalitas lebih tinggi dari serum. Contohnya adalah 7,5% NaCl (Suartha, 2010).
Larutan koloid memiliki osmolalitas lebih tinggi dari cairan ekstraseluler dan
berfungsi untuk menjaga tekanan osmotic cairan darah. Ada tiga macam larutan koloid
sintetik yang biasa digunakan, yaitu Hetastarch, Dektran, dan Oxyglobina (Suartha,
2010).
Rumus perhitungan terapi cairan :
1. Kebutuhan cairan untuk maintenance = {(30 x kg/BB) + 70}
2. Jumlah cairan yang diperlukan (Replacement) = %Dehidrasi x BB (Kg) x 1000 ml
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
 Alice forceps
 Duk clamp
 Arteri clamp
 Needle holder
 Spy hook
 Spuit 5 ml & 1 cc
 Kapas dan tampon
 Scalpel dan Blade
 Pinset (Anatomis dan Chirurgis)
 Gunting lurus tajam-tumpul,
tumpul-tumpul
 Catgut chromic 3.0, catgut plain,
dan silk
 Needle
 IV Catheter

3.1.2 Bahan
 Seekor kelinci betina
 Atropin sulfat
 Xylaxin
 Ketamin
 Tolfenamic acid
 Interflox
 Vicilin
 Alkohol 70%
 Betadinel.
 Lactac Ringer
3.2 Prosedur
3.2.1 Preparasi Alat dan Bahan

Alat Bedah

Dilakukan sterilisasi pada alat bedah tumpul menggunakan Autoclaft 1210C


selama 15 menit yang sebelumnya peralatan dibungkus dengan koran.
Sterilisasi gunting dan alat tajam dengan menggunakan iodine
Dilakukan sterilisasi pada alat bedah tumpul menggunakan alkohol 70%.

Hasil

3.2.2 Persiapan Hewan

Kelinci

Dilakukan pemeriksaan fisik pada hewan


Dilakukan pemotongan kuku kaki kucing dan bulu di area pembedahan
dicukur hingga bersih menggunakan silet.
Dipuasakan hewan selama 8-12 jam sebelum operasi.

Hasil

3.2.3 Persiapan Operator dan Co-Operator

Operator

Dilakukan pemotongan kuku jari operator.


Dilakukan pemakaian masker dan tutup kepala (nurse cap).
Dilakukan pencucian jari tangan hingga siku menggunakan sabun lalu
dibiarkan kering dengan posisi telapak tangan diangkat ke atas.
Dilakukan pemakaian gloves steril dan baju operasi.

Hasil
3.2.4. Prosedur Operasi

Kelinci

Dilakukan pencukuran pada daerah sekitar abdomen


Dilakukan handling dan restrain
Diberikan pre medikasi Acepromazine melalui SC atau IM, 5 menit kemudian
baru diberikan induksi anestesi.
Diberikan Ketamine HCl melalui IV atau IM, Kucing dikombinasikan dengan
Xylazine dengan perbandingan 1:1.
Diposisikan hewan pada rebah dorsal atau lateral dan keempat kakinya
difiksasi menggunakan tali.
Diberikan surgical drape dan pada lokasi pembedahan diolesi antiseptik
alkohol (dibiarkan 10 menit) dan povidone iodine (dibiarkan 15 menit).
Dibuat insisi 1 cm dibawah umbilical agar dapat lebih mudah menjangkau
ovarium dan uterus hingga linea alba berupa garis putih (aponerouse dari m.
obliquus abdomni dan m. transversus abdominis)
Dikuakan lemak yang menutupi linea alba dengan gunting tumpul tajam
Dikeluarkan omentum untuk mencari ovarium yang terletak di dorsal vesica
urinaria
Ditelusuri dinding abdomen untuk menapatkan vesica urinaria lalu ditarik
ovarium keluar abdomen
Difiksasi dengan tang arteri kemudian digamentum dignting agar ovarium
diangkat
Difiksasi mesovarium dengan arteri clamp pertama
Diikat mesovarium dengan benang di dekat arteri clamp kedua agar darah
tidak mengalir ke ovarium
Dilakukan penjepitan corpus uteri menggunakan double benang kea rah lateral
Dilakukan pengikatan dengan kuat melingkar pada corpus uteri menggunakan
cat gut chromic
Dilakukan pemotongan menggunakan scalper pada corpus uteri yaitu posisi
diantara kedua forcep kemudian uterus dan ovarium bisa diangkat keluar
tubuh
Dilepas forcep satu dengan perlahan
Diberikan antibiotic penicillin topical dilakukan penjahutan m. obliquus
abdominis externus dan peritoneum menggunaan benang cat gut chromic
tanpa ada omentum, dengan simple interrupted
Dilakukan penjahitan benang non absorbable dengan simple interrupted di
bagian kulit
Diberi gentamicin dan di tutup kasa steril
Dipasang gurita

Hasil

3.2.4 Prosedur Post Operasi

Kelinci

Dimasukkan kelinci ke dalam kandang yang dilengkapi bohlam.


Ditunggu suhu kucing hingga normal (38⁰C – 39,3⁰C).
Diinjeksikan antiinflamasi berupa ketoprofen setelah suhu tubuh mencapai
normal
Diberikan Enrofloxacin secara subkutan
Diberikan salep Gentamicin Sulfat secara tipis pada lokasi incisi sekali sehari
pada sore hari selama 7 hari.
Diberikan asupan pakan dan minum dengan baik dan teratur.
Dilakukan pemeriksaan seminggu post operasi dengan dokter hewan.

Hasil
BAB IV
HASIL
4.1 Analisa Prosedur
4.1.1 Prosedur pre operasi
Sebelum dilakukannya operasi ovaryhisterectomy dilakukan prosedur pre operasi
yang meliputi persiapan alat, persiapan operator dan persiapan hewan. Persiapaan alat
dimana dilakukan sterilisasi pada alat yang akan digunakan untuk operasi. Terdapat 2
cara sterilisasi yaitu untuk alat yang tidak tajam dimasukan ke autoclave pada suhu
121oC selama 15 menit dan untuk benda yang tajam direndam ke dalam iodin atau
alkohol.Umumnya sterilisasi dapat menggunakan autoclave, heat (perebusan
menggunakan air pada suhu 1000C), maupun secara kimia (etilen oksida dan hidrogen
peroksida) (Bassert, 2014).
Persiapan hewan, hewan dipuasakan selama 8 jam sebelum dilakukannya operasi,
dilakukan pemeriksaan fisik pada hewan, dilakukan pencukuran rambut pada area
skrotum dan ekstremitas. Kemudian kelinci, diberikan antibiotik short acting berupa
Amoxicillin sebelum dilakukannya operasi. Selanjutnya diinduksikan premedikasi
berupa Acepromazine dengan dosis 0,5 mg/kgBB dan dilakukan pemasangan infus.
Pemberian obat anastesi dilakukan 5 menit setelah induksi premedikasi. Anastesi
yang diberikan berupa kombinasi ketamine dan xylazine dengan dosis ketamine 40
mg/kgBB dan xylazine 1 mg/kgBB. Setelah teranastesi hewan dipindahkan menuju
meja operasi dengan posisi dorsal recumbency dan keempat ekstremitas difiksasi
dengan sabun mulai dari jari hingga siku, kemudian mengeringkannya dengan cara
diangin-anginkan. Setelah kering operator dan asisten operator memakai gloves yang
telah disterilkan. Langkah menggunakan tali. Duk dipasang pada hewan dan dijepit
menggunakan towel clamp. Menurut Plumb (2018), sebelum dilakukannya operasi
perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium sebagai penunjang pemeriksaan fisik ini
meliputi pemeriksaan Blood Urea Nitrogen (BUN), kreatinin, hematologi untuk
menentukan kondisi hewan layak operasi atau tidak.
Persiapan operator, operator dan asisten operator harus dalam keadaan steril.
Operator dan asisten operator mencuci tangan-langkah mencuci tangan yang benar
yaitu melepaskan semua benda yang melekat pada daerah tangan, mengatur posisi
berdiri terhadap kran air, menuangkan sabun cair ke telapak tangan, melakukan
gerakan tangan yang dimulai dari meratakan sabun dengan kedua telapak tangan lalu
kedua punggung telapak tangan saling menumpuk dan membersihkan sela-sela jari,
membersihkan ujung-ujung kuku dilanjutkan dengan membersihkan ibu jari secara
bergantian, membilas tangan dengan air yang mengalir sampai bersih hingga daerah
siku, lalu angkat siku sejajar dengan kepala agar air menetes ke bawah (Bassert,
2014).

4.1.2 Prosedur Operasi


Pada operasi ovariohysterectomy kali ini, dilakukan dengan teknik incisi
medianus posterior. Langkah yang perlu ditempuh dalam melaksanakan
ovariohisterektomi diantaranya adalah laparotomi, pencarian dan preparasi ovarium
dan uterus, penjepitan, pengikatan, pemotongan penggantungan ovarium dan uterus,
serta penjahitan musculus dan kulit (Sudisma, 2016). Prosedur yang dilakukan sudah
sesuai dengan Sudisma (2016), yaitu pengangkatan bagian corpus uteri, kemudian
saat sudah dipastikan tidak ada kebocoran pada ligasi dan pendarahan, luka ditutup
dengan jahitan 3 lapis. Jahitan simple interupted untuk bagian musculus dan bagian
kulit.
Gambar Keterangan

Kelinci diletakkan rebah dorsal dengan 4 kaki


difiksasi dengan tali. Diolesi daerah yang
akan diincisi dengan iodine. Dipasang duk

Diincisi bagian kulit abdomen dibagian line


alba
Dibuka bagian musculus, kemudian
dikuakkan menggunakan gunting tajam-
tumpul. Eksplorasi bagian abdomen hingga
ketemu uterus. Uterus dikeluarkan dari
rongga abdomen

Di ligasi bagian mesovarium dekat ovarium


menggunakan benang absobable. Diligasi lagi
diatasnya, kemudian dipotong daerah diantara
2 ligasi. Pastikan tidak ada pendarahan.

Dibuat lubang pada bagian mesometrium


samping uterus.

Diligasi arteri uterina. Dipisahkan uterus


dengan mesometrium nya.
Diligasi bagian bivocartio uteri kemudian
dickam bagian atas jahitan. Di potong bagian
atas clamp danpastikan tidak ada pendarahan.
Di flushing dengan penstrep.

Dijahit bagian musculus menggunakan tipe


jahitan simple interupted.

Dijahit bagian kulit menggunakan pola jahitan


interupted. Diolesi gentamicin pada luka
jahitan. Ditutup menggunakan kasa steril.
Dipasangkan gurita pada badan kelinci.

4.1.3 Prosedur post Operasi


Setelah dilakukannya operasi, kelinci diletakkan pada tempat yang hangat didalam
kandang dengan alas underpad. Kontrol suhu badan, pulsus dan laju respirasi pada
kelinci. Setelah keluar dari ruang operasi, kelinci diinjeksikan biodin. Apabila suhu
kelinci telah mencapai 38,5˚C diberikan ketoprofen secara subcutan sebagai analgesik
dan antipiretik kemudian ditunggu hingga 15 menit dan diinjeksikan antibiotik
Enrofloxacin.
Pakan diberikan sesegera mungkin setelah kondisi kelinci stabil,, diberikan
sebanyak 2 kali sehari secara rutin dengan minum ad libitum. Terapi yang diberikan
adalah pemberian salep gentamicin pada area jahitan setiap 2 hari sekali bersamaan
dengan pergantian perban, pemberian antibiotik enrofloxacin secara injeksi 1x sehari
selama 5 hari pasca operasi dan pemberian analgesik ketoprofen 1x sehari selama 3
hari. Dilakukan monitoring pasca operasi kelinci setiap harinya mulai dari pengukuran
suhu tubuh, pulsus, CRT, nafsu makan, defekasi dan urinasi. Kontrol hewan perlu
dalam waktu 3-5 hari untuk mencegah keterlambatan penanganan ketika terjadi
komplikasi. Kesembuhan luka biasanya terjadi selama empat sampai tujuh hari pasca
operasi (Amiruddin,2015).

4.2 Analisa Hasil Operasi


Perawatan pasca operasi bertujuan untuk menstabilkan fisiologi pasien. Pada
praktikum ini, perawatan pasca operasi yang dilakukan meliputi pengobatan dan
observasi kelinci. Hal yang harus diperhatikan dalam perawatan kelinci pasca operasi
adalah kondisi luka, pemberian obat, kebersihan pasien dan kebersihan kendang untuk
mencegah adanya infeksi bakteri maupun kontaminasi agen infeksi lainnya. Pasien juga
diberikan obat antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder berupa bakteri dan analgesic
untuk menghilang kan nyeri pada daerah sekitar luka operasi (Ariputra, 2018). Hal
tersebut sudah sesuai dengan yang kelompok kami lakukan. Kebersihan kandang dan
kucing selalu terjaga dengan baik. Pemberian pakan juga rutin dan kelinci memiliki
nafsu makan tinggi. Pakan yang diberikan berupa sayur kangkung dan wortel. Untuk
obat rawat jalan diberikan salep gentamicin setiap 2 kali sehari bersamaan dengan
pergantian perban serta pemberian injeksi enrofloxacin sebagai antibitoik selama 5 hari
pasca operasi serta injeksi ketoprofen sebagai analgesik selama 3 hari pasca operasi.
Perkembangan luka pasca operasi terlihat pada tabel dibawah ini:

Gambar Keterangan

Hari ke-1

Luka tampak masih basah dan inflamasi


masih terlihat di daerah sekitar luka
Hari ke-2

Luka sudah mulai mengering namun


masih sedikit bengkak karena ada
inflamasi

Hari ke-4

Luka sudah terlihat menyatu dan kering


serta sudah tidak terlalu bengkak.
Terdapat sisa-sisa salep yang mengering
di sekitaar luka

Hari ke-8

Jahitan sudah boleh dilepas dan


lukaterlihat sidah menyatu.

4.3 Terapi Cairan


Terapi cairan yang digunakan pada kelinci Miffy yaitu dengan pemberian
NaCl 0,9%. Prinsip pemberian cairan pre-operasi adalah untuk mengganti cairan dan
kalori yang dialami pasien pra bedah akibat puasa. Pemberian cairan selama operasi
bertujuan untuk antisipasi kehilangan cairan selama operasi, mengganti perdarahan
dan mengganti cairan yang hilang melalui eksresi organ. Cairan yang digunakan
berupa cairan pemeliharaan. Jenis cairan yang dapat digunakan adalah NaCl 0,9%,
glukosa 5%, glukosa salin, atau ringer laktat/asetat (Sukarata, 2017).
4.4 Obat yang Digunakan
4.4.1 Acepromazine
Acepromazine atau acetylpromazine merupakan derivat dari phenothiazine yang
masuk dalam jenis obat sedatif. Acepromazine memiliki efek depresan terhadap
SSP sehingga menimbulkan efek sedasi, relaksasi otot, dan reduksi dari aktivitas
yang bersifat spontan. Reaksinya berjalan dengan sangat cepat dalam
menimbulkan efek sedasi. Acepromazine dapat menyebabkan tekanan darah
menjadi lebih rendah karena terjadinya vasodilatasi pembuluh darah akibat
reseptor α1 adrenoreseptor. Sediaan ini juga dapat menimbulkan efek antiemetik,
antiarritmia, antihistamin, tetapi sediaan ini tidak memiliki efek analgesik.
Sediaan ini akan dimetabolisme di dalam hati, menghasilkan metabolit conjugated
dan non-conjugated, yang akan diekskresikan dalam urine. Adapun dosis
Enrofloxacin yang diberikan pada kelinci adalah 0,5 mg/kgBB (Wanamaker,
2000).

4.4.2 Ketamine
Ketamin merupakan obat tunggal untuk tindakan operasi kecil pada hewan
penderita beresiko tinggi, biasanya ketamin juga dikombinasi dengan beberapa
obat sedatif (penenang). Obat ini menimbulkan efek analgesi yang sangat baik dan
dapat dikatakan sempurna dengan hanya diikuti tidur yang superfisial atau efek
hipnotiknya kurang (tidur ringan). Ketamin mempunyai efek analgesi yang kuat
akan tetapi memberikan efek hipnotik yang ringan. Ketamin merupakan zat
anastesi dengan efek satu arah yang berarti efek analgesinya akan hilang bila obat
itu telah didetoksikasi atau diekskresi. Dengan demikian, pemakaian lama harus
dihindarkan. Adapun dosis ketamin untuk kelinci adalah 40 mg/kgBB
(Pirade,2015).

4.4.3 Xylazine
Xylazin menyebabkan penekanan sistem saraf pusat yang diawali dengan
sedasi kemudian pada dosis yang lebih tinggi digunakan untuk hipnotis, sehingga
akhirnya hewan menjadi tidak sadar atau teranestesi. Dalam anestesi hewan,
xylazin biasanya paling sering dikombinasikan dengan ketamin. Obat ini bekerja
pada reseptor presinaptik dan postsinaptik dari sistem saraf pusat dan perifer
sebagai agonis sebuah adrenergik. Xylazin menimbulkan efek relaksasi muskulus
sentralis. Selain itu, xylazin juga mempunyai efek analgesia, xylazin dapat
menimbulkan kondisi tidur yang ringan sampai kondisi narkosis yang dalam,
tergantung dari dosis yang diberikan untuk masing-masing spesies hewan. Adapun
dosis xylazine adalah 1 mg/kgBB (Pirade,2015).

4.4.4 Biodine
Biodine mengandung Adeosin trifosfat yang berfungsi sebagai tempat sintesis
ATP dan energi metabolisme tubuh. ATP berperan dalam mengatur
keseimbangan ion-ion tubuh pada proses metabolisme sel tubuh hewan. Sodium
selenite sangat berperan dalam mengatur reaksi enzimatis pada proses
metabolisme sel dan berfungsi juga sebagai antioksidan. Biodine juga berfungsi
sebagai stimulasi tubuh secara umum terutama tonus otot. Pemberian biodine
dilakukan setelah operasi selesai melalui rute intramuscular (Listiawan, 2019).
Adapun volume biodine yang diberikan pada kelinci yaitu 0,1 mL/kgBB (Daris,
2017).

4.4.5 Ketoprofen
Ketoprofen merupakan senyawa obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS)
turunan asam fenilalkanoat. Mekanisme kerja OAINS termasuk ketoprofen yaitu
menghambat sintesis prostaglandin sehingga dapat memiliki efek analgesik,
antiinflamasi, dan antipiretik. Ketoprofen dapat digunakan untuk meredakan nyeri
pasca operasi, kondisi yang menyakitkan dan inflamasi seperti gout akut atau
gangguan jaringan lunak. Ketoprofen aman digunakan karena tidak memiliki
potensi adiktif dan tidak mengakibatkan sedasi atau depresi pernapasan. Adapun
dosis Ketoprofen yang diberikan padakelinci adalah 3 mg/kgBB (Hosny et al.,
2013).

4.4.6 Enrofloxacin
Enrofloxacin adalah antimikroba sintetik dari kelompok fluorokuinolon.
Antibiotik golongan fluorokuinolon merupakan suatu antibiotik berspektrum lebar
yang digunakan secara luas untuk terapi infeksi saluran pernafasan, saluran kemih,
infeksi intraabdominal, infeksi tulang dan sendi, kulit dan jaringan lunak, dan
beberapa infeksi lainnya. Agen anti mikroba ini memiliki spektrum fungsi yang
luas, terutama terhadap bakteri gram negative. Obat ini akan dieliminasi didalam
ginjal dan dikeluarkan bersamaan dengan urin (Raini, 2016). Pemberian
Enrofloxacin padakelinci diberikan secara intramuscular. Adapun dosis
Enrofloxacin yang diberikan padakelinci adalah 5 mg/kgBB .

4.4.7 Gentamicin
Gentamicin merupakan salep antibiotik topikal yang dapat digunakan untuk
penyembuhan luka. Bioplacenton mengandung ekstrak plasenta dan neomisin
sulfat. Plasenta kaya akan molekul bioaktif seperti enzim, asam nukleat, vitamin,
asam amino, steroid, asam lemak, dan mineral. Oleh karena itu ekstrak plasenta
memiliki efek antiinflamasi, antianafilaksis, antioksidan, antimelanogenik,
pelembab, dan kaya akan materi pembentuk kolagen. Neomisin sulfat merupakan
antibiotik golongan aminoglikosida yang digunakan secara topikal pada kulit dan
membran mukosa untuk dekontaminasi bakteri. Sediaan topikal neomisin sulfat
(dalam kombinasi dengan anti infeksi lainnya) dapat digunakan untuk mencegah
atau mengobati infeksi kulit superfisial yang disebabkan oleh organisme rentan.
Selain itu, neomisin sulfat juga dapat digunakan untuk mencegah infeksi pada
luka kulit ringan seperti luka sayat, luka gores, dan luka bakar (Nur, 2017).
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Ovariohisterektomi (OH) tindakan bedah yang dilakukan untuk mengangkat dan
membuang cornua, corpus uteri dan ovariumnya sekaligus dari tubuh hewan betina.
Tindakan ini dilakukan untuk terapi pengobatan pada kasus-kasus reproduksi seperti
pyometra, endometritis, tumor uterus, cyste, hiperplasia, dan neoplasia kelenjar mamae.
Selain itu untuk pengendalian populasi hewan liar dalam jumlah besar dalam upaya
pencegahan zoonosis. Kendala yang dapat muncul dikarenakan tindakan OH antara lain
komplikasi ringan seperti kelinci yang menjilati sayatan, peradangan (seroma) di bawah
kulit pada sayatan, dan jahitan eksternal pada kulit yang cepat terlepas. Pada praktikum
kali ini kontrol kelinci post-operasi dilakukan pada hari ke-8 dimana luka kelinci nampak
sudah kering dan sudah menyatu. Padahari ke-8 jahitan luka sudah boleh dibuka dan
tidak dibutuhkan bandage lagi.

5.2 Saran
Mahasiswa diharapkan lebih memahami materi mengenai kastrasi agar praktikum
dapat berjalan dengan lancar
DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, Syafruddin, Zuraidawati, R. Desky, T. N. Siregar, S. Arman, dan A. Harris.2015.


Pengaruh Pemberian Getah Buah Pepaya (Carica PapayaL.) Dan Povidone Iodine
Terhadap Kesembuhan Luka Kastrasi Pada Kucing (Felis Domestica) Jantan.Jurnal
Medika Veterinaria. ISSN :0853-1943.

Ariputra, A. 2018. Perawatan Paska Operasi Pada Kasus Ovariohisterektomi Pada Kucing
Domestik. Banda Aceh. Universitas Syiah Kuala.

Bassert. J. M.,Thomas, J, A . 2014.Clinical Textbook for Veterinary Technicians 8th


Edition.Missouri: Elsevier Saunders

Brodbelt, D. C., Blissitt, K. J., Hammond, R. A., Neath, P. J., Young, L. E., Pfeiffer, D. U.,
Wood, J. L., 2008. The Risk of Death: The Confidential Enquiry into Perioperative
Small Animal Fatalities. Vet.Anaesth.Analg . 35(5): 365-373.

Daris, Murtafiah.2017.Penanganan Kasus Endometritis pada Kucing Di Salah Satu Klinik


Hewan Di Makassar.[Skripsi].Universitas Hasanuddin.
Delaney CJ. 2009. Exotic Companion Medicine Handbook . Washington (US): Wingers
Publishing Inc.

Fauhani, S. A., Tanudjaja, B. B dan Salamoon, D. K. 2017. Perancangan Buku Ilustrasi


Sebagai Panduan Dalam Memelihara Kelinci. Surabaya: Airlangga Press.

Fossum, TW. 2007. Small Animal Surgery 3rd. St Louis : Mosby Elsevier.

Hanif, Abdurrahman. 2017. Catstrate : Solusi Menekan Ledakan Populasi Kucing Lokal.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Hosny, K. M., Rambo, S. M., Al-Zahrani, M. M., Al-Subhi, S. M., & Fahmy, U. A., 2013,
Ketoprofen emulgel: preparation, characterization, and pharmacodynamic evaluation,
Int J Pharm Sci Rev Res, 20(2), 306-10.

Hughes, J.M.L. 2008. Anaesthesia For The Geriatric Dog And Cat. 61. Irish Veterinary. 234-
350.

Komang, W. S., D. Kusumawati. 2011. Bedah Veteriner, Cetakan Pertama. Airlangga


University Press, Surabaya.
Listiawan, Inggriani.2019.Analisis Polimorfisme Sekuens Gen Adenosin Trifosfat (ATP)
Sintase Subunit Beta [Tesis].Universitas Indonesia.
Pirade, P. F. 2015. Perbandingan Pengaruh Anastesi Ketamin-Xylazin dan Ketamin-Zoletil
terhadap Fisiologi Kucing Lokal (Felis domestica). Skripsi. Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin.

Plumb, D. C. 2008. Plumb’s Veterinary Drug Handbook . Edisi ke-6. Iowa (USA): Blackwell
Publishing.

Raini, W. 2016. Antibiotik Golongan Fluorokuinolon: Manfaat dan Kerugian. Jakarta: Badan
Litbangkes.

Suartha, I. N. 2010. Terapi Cairan Pada Anjing Dan Kucing.Buletin Veteriner Udayana.
2(2).

Sudisma, I.G.N. 2006 . Ilmu Bedah Veteriner dan Teknik Operasi. Unversitas Udayana.

Suwed, M.A., R.M. Napitupulu. 2011. Panduan Lengkap Kucing. Penerbit Swadaya. Bogor.
18-23

Wanamaker P. 2000. Applied Pharmacology for the Veterinary Technician 2nd edition.
Philadelphia: W.B Saunders Company.

Anda mungkin juga menyukai