Makalah KDPK Kel3 Pemahaman Diri
Makalah KDPK Kel3 Pemahaman Diri
Makalah KDPK Kel3 Pemahaman Diri
“PEMAHAMAN DIRI”
Disusun oleh :
Kelompok 3 (IB)
Puji serta syukur kita limpahkan kepada Allah swt yang memberikan kita
nikmat sehat yang maha pengasih lagi maha penyayang, karena nya kami bisa
menyelesaikan tugas makalah sebagai mata kuliah Komunikasi Dalam Praktek
Kebidanan tentang “Pemahaman Diri”.
Dalam menyelesaikan makalah ini yang sudah kami kerjakan, banyak sekali
ucapan terima kasih kepada sumber sumber yang bisa mendukung dan membantu
kami dalam menyelesaikan makalah Komunikasi Dalam Praktek Kebidanan ini.
Dalam makalah ini materi yang di sampaikan, tentu masih jauh dari kata
sempurna, karena kami masih dalam proses tahap pembelajaran. Oleh karena itu
arahan, koreksi, dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas terhadap pembaca.
Jakarta, 27 Agustus,2019
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................... 1
C. Tujuan Makalah ............................................................................ 1
D. Manfaat Makalah .......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ................................................................................... 13
B. Saran ............................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia sudah seharusnya memiliki pemahaman diri, paham
akan dirinya sendiri, memahami akan kekurangan dan kelebihan yang di
miliki nya, lalu mensyukuri kekurangan maupun kelebihan yang di berikan
Allah swt kepada hambanya. Namun, banyak sekali dari kita yang masih
belum paham akan diri sendiri, akan kelebihan dan kekurangan pada
dirinya, yang membuat seseorang tidak percaya diri maupun iri akan
dirinya dengan diri orang lain, karena perbedaan. Sudah seharusnya kita
sebagai manusia harus tau jati diri kita untuk bisa menentukan tujuan
hidup kita, tanpa rasa malu. Karena setiap orang mempunyai kelebihan
maupun kekurangan yang berbeda beda.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari pemahaman diri?
2. Bagaimana bentuk Pengaruh pemahaman diri?
3. Apa tujuan dari pemahaman diri?
4. Aspek apakah yang mempengaruhi pemahaman diri?
5. Strategi dan teknik apa yang berperan dalam pemahaman diri?
6. Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap apa yang dimiliki konselor?
7. Apa pengaruh pemahaman diri terhadap KIP/K ?
C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui penjabaran luas mengenai pemahaman diri.
2. Memahami bentuk pengaruh pemahaman diri
3. Memahami tujuan pemahaman diri
4. Mengetahui aspek yang mempengaruhi pemahaman diri
1
5. Mengetahui Strategi dan teknik apa yang berperan dalam pemahaman
diri
6. Memahami Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap yang dimiliki
konselor, serta
7. Memahami pengaruh pemahaman diri terhadap KIP/K
D. Manfaat Makalah
1. Untuk memberi tahu kepada seseorang yang belum memahami
pemahaman diri
2. Membuat seseorang percaya diri
3. Memberikan seseorang tentang tujuan hidup dengan pemahaman diri
tanpa minder dan rasa iri terhadap orang lain.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
d. Mampu mengambil keputusan karier secara mandiri
4
Seperti : Pentingnya seorang bidan memahami bakat agar
mampu mengembangkan dirinya secara optimal. Bakat akan cepat
berkembang dengan baik apabila ditunjang dengan sarana dan
prasarana.
e. Aspek Cita-cita.
Cita-cita adalah gambaran diri yang ada pada diri
seseorang. Ada yang menyebut “Potret Diri” seseorang. Artinya
apabila bidan mengatakan dengan lisan, seperti contohnya : “Cita-
cita saya ingin menjadi seorang Bidan”. Bidan harus memahami
apakah dirinya sudah memiliki potret diri menjadi seorang bidan.
Sudah tergambarkah secara keseluruhan dalam diri individu
kriteria, syarat-syarat dan sebagainya yang mutlak harus dipenuhi
untuk bisa menjadi anggota Bidan. Hal ini penting untuk dipahami
dengan cermat gambaran dirinya, sehingga ia benar-benar mampu
dan dapat memilih karir sesuai dengan cita-citanya.
f. Aspek Kebutuhan-kebutuhan Pokok
Hal ini penting juga untuk dipahami oleh bidan ,
kebutuhan-kebutuhan pokok seperti apa yang diinginkan dalam
menjalani kehidupan ini.
Contoh : Apakah hidup ini hanya untuk makan atau makan
untuk hidup. Apakah individu hanya menginginkan kebutuhan
jasmani saja, atau individu disamping perlu kebutuhan-kebutuhan
untuk jasmani,juga memerlukan kebutuhan bathin, dan sebagainya.
Misalnya : makan, minum, keamanan, kasih sayang, rekreasi,
aktualisasi diri, sosialisasi, dan sebagainya.
g. Aspek Gaya Hidup
Gaya hidup yang diinginkan oleh masing-masing orang
berbeda antara satu dengan lainnya.
Contoh : Ada yang ingin bergaya hidup elite, ada yang
ingin bergaya hidup biasa-biasa saja atau bergaya hidup sederhana.
Oleh karena itu gaya hidup atau “life style”, ini perlu dipahami
5
dengan benar. Individu hendaknya menyesuaikan dengan
kemampuannya, sehingga dalam menyikapi hidup ini tidak
diperbudak oleh hawa nafsunya. Ketrampilan, kerja keras,
pengalaman dan sebagainya akan mempermudah untuk
memutuskan gaya hidup seseorang.
6
yang selama ini belum dapat terungkap melalui teknik non tes,
sehingga diharapkan hasil informasi tes tersebut dapat membantu
kerangka berpikir konselor di dalam merefleksi perasaan klien.
Di samping itu, informasi hasil tes disampaikan kepada
klien dengan harapan klien lebih mengenali dirinya sendiri
sehingga klien mampu mengembangkan harapan-harapan yang
realistis dalam proses konseling. Pada tahap akhir konseling
informasi hasil tes digunakan untuk memberikan bantuan dalam
membuat keputusan-keputusan dan rencana-rencana untuk masa
depan dengan alternatif-alternatif tindakan secara realistis. Selain
itu juga merupakan sumbangan yang berarti bagi klien untuk
proses perencanaan dan pilihan tindak lanjut, berkaitan tentang
dirinya sendiri dalam hubungannya dengan fakta sekarang yang
ada.
b. Teknik Non Tes
Konselor pada umumnya memahami dan terampil
menggunakan teknik non tes dalam melakukan pelayanan
bimbingan dan konseling.
Contoh teknik non tes dimaksud antara lain : observasi,
kuesioner, wawancara, inventori (DCM, AUM, ITP), dan
sosiometri. Konselor sejak kuliah sudah berlatih secara intensif
menyusun dan menggunakan teknik non tes untuk memahami
individu dalam konteks pelayanan bimbingan dan konseling. Hal
tersebut berlanjut sampai mereka bekerja di lapangan. Sementara di
sisi lain keterampilan menggunakan teknik tes sangat terbatas
karena tes terstandar sudah siap pakai, dan penggunaannya terikat
kode etik yang ketat sebagaimana disebutkan dalam Kode Etik
Profesi Bimbingan dan Konseling Indonesia
Suatu jenis tes hanya diberikan oleh konselor yang
berwenang menggunakan dan menafsirkan hasilnya. Konselor
7
harus selalu memeriksa dirinya apakah mempunyai wewenang
yang dimaksud. Adapun aturan-aturan konselor, diantaranya:
1. Testing dilakukan bila diperlukan data yang lebih luas tentang
sifat atau ciri kepribadian subjek untuk kepentingan pelayanan
2. Konselor wajib memberikan orientasi yang tepat kepada klien
dan orang tua mengenai alasan digunakannya tes disamping arti
dan kegunaannya
3. Penggunaan suatu jenis tes wajib mengikuti secara ketat
pedoman atau petunjuk yang berlaku bagi tes tersebu
4. Data hasil testing wajib diintegrasikan dengan informasi lain
yang telah diperoleh dari klien sendiri atau dari sumber lain.
Dalam hal ini data hasil testing wajib diperlakukan setara
dengan data dan informasi lain tentang klien
5. Hasil testing hanya diberitahukan kepada pihak lain sejauh ada
hubungannya dengan usaha bantuan kepada klien
8
Kemampuan dasar umum atau IQ (Intelligence Quotion) adalah
kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah dengan cepat. Jika
kreativitas merupakan kemampuan memecahkan masalah
secara divergent, yakni dengan menggunakan kemampuan berpikir
dari berbagai arah, kecerdasan dalam artiintelligence merupakan
kemampuan memecahkan masalah secara konvergent, yakni
kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan berpikir
memusat dan mendalam.
3. Memahami kemampuan dasar khusus (bakat)
Setiap individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Perbedaan
itu terletak pada jenis bakat, yang satu berbakat musik, yang lain
berbakat mengoperasikan angka-angka, dan yang lain lagi berbakat
teknik. Selain itu, perbedaannya terletak pula pada derajat atau tingkat
pemilikan bakat tertentu.
Contoh : Seseorang dapat diketahui dan ditentukan bakatnya
melalui tes, yang disebut tes bakat. Tes bakat dapat dibagi menjadi dua
golongan, yaitu (1) tes bakat umum dan (2) tes bakat khusus. Tes
bakat umum dirancang untuk mengungkap bakat dalam jangkauan
yang lebih luas, terutama kaitannya dengan tugas-tugas atau pekerjaan
sekolah. Tes bakat khusus antara lain tes bakat musik, bakat seni, bakat
mekanika, dan bakat klerikal.
Jenis tes bakat yang sering digunakan sampai saat ini adalah DAT
(Defferential Aptitude Tes), tes bakat pembedaan. Dengan tes ini
seseorang dapat diketahui bakatnya. Contonya : bakat seni, bakat
berbahasa, dan bakat eksak. Tes bakat ini biasa dilakukan oleh
psikolog dan konselor, seperti pada tes intelegensi.
9
3. Bakat berpikir logis (Reasoning)
4. Bakat pemahaman ruang (Spatial Faktor)
5. Bakat bilangan (Numerical Ability)
6. Bakat menggunakan kata-kata (Wored Fluency)
7. Bakat mengamati dengan cepat dan cermat (Perceptual Speed)
4. Memahami Minat
Arti Minat adalah ketertarikan seseorang terhadap objek tertentu.
Berbeda dengan inteligensi dan bakat, determinan perkembangan
minat adalah faktor lingkungan. Akibatnya, minat cenderung berubah-
ubah sesuai dengan tuntutan lingkungan, kecuali jika individu sudah
memiliki komitmen yang tinggi untuk mengembangkan diri pada objek
yang diminatinya.
10
Contoh : dalam komunikasi dan konseling keterampilan yang harus
dapat dikuasai bidan adalah terampil membantu memecahkan masalah
yang dihadapi klien, terampil dalam melakukan komunikasi interpersonal,
terampil dalam menggunakan alat bantu visual untuk memberi informasi,
terampil dalam menghadapi masalah genting, terampil mengambil
keputusan dan sebagainya.
Adapun sikap utama yang harus dimiliki bidan adalah mempunyai
motivasi tinggi untuk membantu orang lain, bersikap ramah, sopan,
santun, memerima klien apa adanya, empati terhadap klien, membantu
dengan ikhlas dan terbuka terhadap pendapat orang lain.
Menurut Carl Rogers agar konseling efektif ada tiga kualitas diri
(sikap) yang sebaiknya dimiliki oleh konselor yaitu:
11
dan saat dia mendapatkan pasien yang memberikan pendapat lain tentang
keadaan yang dialaminya, maka Bidan tidak akan mampu mengendalikan
emosinya sehingga pertengkaran akan terjadi sehingga hanya
memperkeruh suasana. Lain halnya jika bidan tersebut mampu memahami
bahwa dirinya mudah marah, maka dia akan berusaha untuk meredam
kemarahannya dan pendapat klien akan di sikapi sebagai tukar pendapat
semata. Bidan yang kurang memahami diri sendiri kemungkinan akan sulit
memahami apa yang di alami klien, sehingga bidan tidak akan bisa
berkomunikasi dengan baik, karena ada sikap tidak bisa menerima klien
apa adanya. Sehingga seorang bidan harus mengetahui bagaimana dia
harus mengambil sikap, dan ia bisa menghindarkan dari hal – hal yang
tidak diinginkan.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemahaman diri itu penting, karena paham akan diri sendiri berarti
kita sudah tau benar akan diri kita, tidak hanya kelebihan dan kekurangan,
namun tujuan hidup kita, serta arahan hidup bisa kita fokuskan ke satu
titik, karena sebgaian orang hanya meihat kelebihan orang lain tanpa
melihat diri sendiri yang juga memiliki kelebihan, timbul masalah dimana
seseorang merasa minder, kurang percaya diri dan merasa iri terhadap
orang lain, namun diantara mereka justru ingin memiliki kelebihan seperti
kamu.
B. Saran
Jangan merasa minder, kurang percaya diri, ataupun iri terhadap
orang lain, percaya akan diri sendiri, karena sebaliknya mereka ingin
memiliki kelebihan seperti kamu, namun kamu belum bisa melihat
kelebihan itu.
13
DAFTAR PUSTAKA
14
LEMBAR PERSETUJUAN