Asbabun Nuzul Sebab

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

Asbabun Nuzul sebab-sebab turunnya surah an’nur ayat 30, Sebagaimana diriwayatkan

IBNU MADO’I dari ALI Bin ABI THOLIB, R H

Ada seorang laki-laki pada massa Rosululloh


Saw yang berjalan di kota madinah lalu laki-laki itu bertemu dengan seorang perempuan…!!!

Keduanya saling menatap dan memandang karena saling terpesona laki-laki itupun terus
berjalan sambil memandangi perempuan itu dengan seksama…!!!

Yang akhirnya laki-laki itupun menabrak sebuah dinding yang membuat hidungnya pecah
dan berdarah “Aduh saki…ttt….!!!”

Lalu laki-laki itupun mengatakan pada dirinya sendiri “Aku tidak akan membasuh darahku
sebelum aku tanyakan, apa yang terjadi padaku ini kepada Rosululloh Saw”

Kemudian laki-laki itupun mendatangi Rosululloh dan menceritakan apa yang baru saja dia
alami…!!!
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH/PAI
2013

A. PENDAHULUAN
Menundukkan pandangan atau memelihara pandangan merupakan akhlak seorang
mukmin dan mukminah yang sejati.Tujuan Islam ialah membangun masyarakat Islam yang
bersih sesudah terbangun rumah tangga yang bersih.Setelah memahami perintah-perintah
Allah dan Rasul-Nya, seorang Islam itu hanya mempunyai dua pilihan.Pertama, dia
mengamalkan semua perintah-perintah dalam kehidupannya dan mensucikan dirinya,
keluarganya dan masyarakat dari keruntuhan akhlak.Pilihan kedua, seorang Islam yang
mempunyai beberapa kelemahan, akan melanggar satu atau dua perintah perintah Allah
bahkan lebih. Sepatutnva dia hendaklah sadar bahwa dia telah melakukan dosa dan
menghindarkan diri dari salah faham dengan menganggap perbuatannya sebagai satu
perbuatan yang baik.
Manusia laki-laki dan perempuan diberi hawa nafsu atau syahwat supayamereka
tidak punah dan musnah dari muka bumi ini. Laki-laki memerlukan perempuan dan
perempuan memerlukan laki-laki.Tetapi manusia diberi akal, dan akal sendiri menghendaki
hubungan-hubungan yang teratur dan bersih.Syahwat adalah keperluan hidup. Tetapi jika
syahwat tidak terkendali maka kebobrokan dan kekotoranlah yang akan timbul .Kekotoran
dan kebobrokan yang amat sukar diselesaikan.
Maka dari itu kepada laki-laki yang beriman, diperingatkan agar menjaga penglihatannya bila
melihat wanita cantik , atau memandang bentuk badannya yang memancing hawa nafsu.
Sekali memuaskan kehendak syahwat , artinya ialah permulaan dari penyakit tidak akan puas
Selama-lamanya, sampai hancur pribadi dan hilang kendali atas diri sehingga menjadi orang
yang kotor. . Namun orang yang beriman tidaklah menuruti hawa dan nafsu. Mereka masih
bisa memelihara kemaluan atau kehormatan diri . Karena itu adalah amanat Allah yang
disadari oleh manusia yang berakal apa akan gunanya .Menahan penglihatan mata itu adalah
menjamin kebersihan dan ketentraman jiwa.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana penjelasan ayat yang terkait tentang memelihara pandangan dan kehormatan?
2. Bagaimana Asbabun Nuzul QS. An-Nur ayat 30-31?
3. Apa munasabah QS. An-Nur ayat 30-31?

C. PEMBAHASAN
1. Ayat tentang memelihara pandangan dan kehormatan, QS. An-Nur ayat 30-31
‫صنَعُو‬ ٌ ‫َّللاَ َخ ِب‬
ْ ‫ير ِب َما َي‬ َّ ‫ظوا فُ ُرو َج ُه ْم ذَ ِل َك أ َ ْز َكى لَ ُه ْم ِإ َّن‬ ُ َ‫ار ِه ْم َو َي ْحف‬
ِ ‫ص‬َ ‫قُ ْل ِل ْل ُمؤْ ِمنِينَ َيغُضُّوا ِم ْن أ َ ْب‬
َ ‫ظنَ فُ ُرو َج ُه َّن َوال يُ ْبدِينَ ِزي َنت َ ُه َّن ِإال َما‬
‫ظ َه َر‬ ْ ‫ار ِه َّن َو َي ْح َف‬
ِ ‫ص‬ َ ‫ضضْنَ ِم ْن أ َ ْب‬ ِ ‫ َوقُ ْل ِل ْل ُمؤْ ِمنَا‬٣٠
ُ ‫ت َي ْغ‬
‫اء‬ ِ ‫علَى ُجيُو ِب ِه َّن َوال يُ ْبدِينَ ِزي َنت َ ُه َّن ِإال ِلبُعُولَ ِت ِه َّن أ َ ْو آ َبا ِئ ِه َّن أَ ْو آ َب‬ َ ‫ِم ْن َها َو ْل َيض ِْربْنَ ِب ُخ ُم ِر ِه َّن‬
َ ِ‫َاء بُعُولَ ِت ِه َّن أَ ْو ِإ ْخ َوا ِن ِه َّن أ َ ْو بَ ِني ِإ ْخ َوا ِن ِه َّن أ َ ْو َبنِي أ َ َخ َوا ِت ِه َّن أ َ ْو ن‬
‫سا ِئ ِه َّن‬ ِ ‫بُعُولَتِ ِه َّن أ َ ْو أ َ ْبنَائِ ِه َّن أ َ ْو أ َ ْبن‬
‫علَى‬ َ ‫ظ َه ُروا‬ ْ َ‫الط ْف ِل الَّذِينَ لَ ْم ي‬
ِّ ِ ‫الر َجا ِل أ َ ِو‬ ْ ‫غي ِْر أُو ِلي‬
ِّ ِ َ‫اإلربَ ِة ِمن‬ َ َ‫ت أ َ ْي َمانُ ُه َّن أَ ِو التَّا ِبعِين‬ ْ ‫أ َ ْو َما َملَ َك‬
‫َّللاِ َج ِميعًا أَيُّ َها‬
َّ ‫اء َوال يَض ِْربْنَ ِبأ َ ْر ُج ِل ِه َّن ِليُ ْعلَ َم َما ي ُْخفِينَ ِم ْن ِزينَ ِت ِه َّن َوتُوبُوا ِإلَى‬ ِ ‫س‬ َ ِِّ‫ت الن‬ ِ ‫ع ْو َرا‬
َ
٣١( َ‫ْال ُمؤْ ِمنُونَ لَعَلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِل ُحون‬
Artinya: Katakanlah kepada laki-laki yang beriman"Agar mereka menjaga
pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu lebih suci bagi mereka.
Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” Dan katakanlah kepada
perempuan yang beriman, "Agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara
kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa)
terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah
menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka,
atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau
saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-
putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba
sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan
(terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan
janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman
agar kamu beruntung. 1[1]
2. Asbabun Nuzul
Ayat ini di turun Madinah yang merupakan ayat dari surat An Nur yaitu surat yang
keseratus, termasuk golongan Madaniyah. Diriwayatkan oleh Ibnu Katsir dari Muqatil bin
Hayyan dari Jabir bin Abdillah Al Anshary berkata bahwa Asma binti Murtsid, pemilik
kebun kurma, sering dikunjungi wanita-wanita yang bermain-main di kebunnya tanpa berkain
panjang sehingga kelihatan gelang-gelang kakinya. Demikian juga dada dan sanggul mereka
kelihatan, maka Asma berkata : “ Alangkah buruknya pemandangan ini “ maka turunlah ayat
ini yang berkenaan dengan perintah bagi kaum mukminat untuk menutup aurat mereka. Hal
yang serupa juga diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Jabir. Dari Ali Karromallahu
Wajhah berkata, bahwa : pada masa Rasulullah ada seorang laki-laki berjalan-jalan di
Madinah, dia melihat seorang wanita dan wanita itupun melihatnya, maka syetan menggoda
keduanya, mereka sama-sama kagum, lalu ketika lelaki itu berjalan ke arah tembok ia tidak
melihatnya sehingga ia terbentur tembok tersebut dan hidungnya berdarah, sebab ia hanya
disibukkan oleh wanita itu. Maka ia berkata bahwa ia tidak akan mengusap darah itu
sehingga ia bertemu Rasulullah dan menceritakan perihal keadaannya. Maka ketika bertemu
Rasulullah, beliau berkata kepadanya : “Ini adalah akibat dosamu”, kemudian turunlah ayat
ini. Mengenai riwayat yang bersumber dari Ali ra.erat kaitannya dengan ayat sebelumnya.
Akan tetapi dua riwayat yang lainnya lebih menekankan pada perilaku muslimah dan
keharusan seorang muslimah untuk menutup auratnya.Jadi ketiga riwayat tersebut tidak ada
yang bertentangan hanya saja redaksi penyampaiannya berbeda. Bisa jadi sebab yang lebih
khusus itu diutamakan untuk perempuan sedangkan sebab yang sama dengan perintah untuk
laki-laki itu dikarenakan korelasinya dengan ayat tersebut.2[2]

3. Munasabah Ayat

‫اء ا ْل ُمؤْ ِمنِينَ يُ ْدنِينَ َعلَ ْي ِه َّن ِم ْن َج ََلبِي ِب ِه َّن ذَ ِل َك‬


ِ ‫س‬ ِ ‫ي قُ ْل ِِل َ ْز َو‬
َ ِ‫اج َك َوبَنَاتِ َك َون‬ ُّ ِ‫يَا أَيُّ َها النَّب‬
‫ورا َر ِحي ًما‬ َّ َ‫أ َ ْدنَى أ َ ْن يُ ْع َر ْفنَ فَ ََل يُؤْ ذَيْنَ َو َكان‬
ً ُ‫َّللاُ َغف‬
Artinya: Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-
isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka."
Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di
ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Ahzab:59)
Mengenai aspek historis (Asbabun Nuzul) dari ayat di atas, secara umum ulama sepakat
dalam satu peristiwa meskipun dari segi redaksi matan terdapat perbedaan. Peristiwa yang
menjadi sebab turunnya ayat di atas bermula dari kebiasaan orang-orang fasiq penduduk
madinah yang selalu keluar (begadang) di kegelapan malam. Mereka selalu menggoda
perempuan-perempuan Madinah yang sedang keluar malam untuk memenuhi hajatnya.
Ketika mereka ditanya mengapa mengganggu wanita-wanita tersebut, mereka menjawab,
“kami kira mereka itu wanita budak”. Kemudian turunlah surat al-Ahzab:59 sebagai respon
atas kejadian itu.3[3]
Ayat 59 dari surat al-Ahzab ini sangat berkaitan erat dengan surat an-Nur ayat 31 yang
menjelaskan tentang wajibnya menutup aurat. Maka, dalam penafsirannya pun para ulama
selalu menghubungkan kedua ayat tersebut. Surat al-Ahzab 59 merupakan pelengkap syari’at
dari surat an-Nur ayat 31.Zhahir dari surat al-Ahzab:59, telah dengan sangat jelas
memberikan indikasi bahwa pemakaian jilbab bagi wanita adalah sesuatu yang
wajib.Permasalahan yang kemudian muncul adalah tentang tata cara pemakaian jilbab. Ibnu
Jarir at-Thabari, sebagaimana dikutip as-Shabuni, berpendapat bahwa seorang wanita selain
diharuskan menutup rambut dan kepalanya, ia juga harus menutup wajahnya dan hanya boleh
menampakkan mata sebelah kiri saja.4[4]Sedangkan Abu Hayyan meriwayatkan dari Ibnu
Abbas dan Qatadah, bahwa seorang wanita harus mengulurkan jilbabnya sampai di atas dahi
kemudian mengaitkannya ke hidung. Wanita boleh menampakkan kedua matanya, namun
harus menutupi dada dan sebagian besar wajahnya.5[5]

4. Penafsiran Surat An-Nur ayat 30-31


Yakni bimbinglah orang-orang yang beriman, dan katakanlah kepada mereka yang
memiliki iman agar iman mereka terpelihara dan sempurna. Dari melihat yang haram dilihat,
seperti memandang wanita-wanita asing, memandang sesuatu yang dikhawatirkan timbul
fitnah dan memandang perhiasan dunia yang dapat menggoda hatinya. Dari yang haram,
seperti zina.Yakni menjaga pandangan dan kemaluannya. Syaikh As Sa’diy berkata, “(Yakni)
lebih suci, lebih baik dan lebih mengembangkan amal mereka, karena barang siapa yang
menjaga kemaluan dan pandangannya, maka ia akan bersih dari kotoran yang menodai para
pelaku perbuatan keji, dan amalnya pun akan bersih disebabkan meninggalkan hal yang
haram yang diiinginkan hawa nafsu dan didorong olehnya. Barang siapa yang meninggalkan
sesuatu karena Allah, maka Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik darinya. Oleh
karena itu, barang siapa yang menundukkan pandangannya dari yang haram, maka Allah
akan menyinari bashirahnya (mata hatinya), dan lagi karena seorang hamba apabila menjaga
kemaluan dan pandangannya dari yang haram serta pengantarnya meskipun ada dorongan
syahwat kepadanya, maka tentu ia dapat menjaga yang lain. Oleh karena itulah Allah sebut
sebagai penjagaan.6[6]
Sesuatu yang dijaga jika penjaganya tidak berusaha mengawasi dan memeliharanya dan
tidak melakukan sebab yang dapat membuatnya terjaga, maka sesuatu itu tidak akan terjaga.
Demikian pula pandangan dan kemaluan, jika seorang hamba tidak berusaha menjaga
keduanya, maka keduanya dapat menjatuhkannya ke dalam cobaan dan ujian. Perhatikanlah
bagaimana Allah memerintahkan menjaga kemaluan secara mutlak, karena ia tidak
diperbolehkan dalam salah satu di antara sekian keadaan, adapun pandangan, Dia berfirman,
“Yaghuddhuu min abshaarihim (Agar mereka menundukkan pandangan).” Barang siapa yang
meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik
darinya. Oleh karena itu, barang siapa yang menundukkan pandangannya dari yang haram,
maka Allah akan menyinari bashirahnya (mata hatinya), dan lagi karena seorang hamba
apabila menjaga kemaluan dan pandangannya dari yang haram serta pengantarnya meskipun
ada dorongan syahwat kepadanya, maka tentu ia dapat menjaga yang lain. Oleh karena itulah
Allah sebut sebagai penjagaan.7[7]
Selanjutnya, Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengingatkan kepada mereka pengetahuan-
Nya terhadap amal mereka agar mereka berusaha menjaga diri mereka dari hal-hal yang
diharamkan.” Oleh karena itu, Dia akan memberikan balasan terhadapnya. Setelah Allah
memerintahkan kaum mukmin menjaga pandangan dan kemaluan, maka Dia memerintahkan
kaum mukminat menjaga pula pandangan dan kemaluannya.Dari yang haram dilihat, seperti
memandang laki-laki dengan syahwat.
Menurut Syaikh As Sa’diy, seperti pakaian yang indah, perhiasan dan semua badan. Ulama
memiliki beberapa penafsiran tentang ayat “kecuali yang (biasa) terlihat”, sbb:
 Ada yang menafsirkan “kecuali perhiasan yang tampak tanpa disengaja”
 Ada juga yang menafsirkan bahwa perhiasan yang tampak itu adalah pakaian.
 Ada juga yang menafsirkan perhiasan yang biasa tampak itu adalah celak, cincin, pacar di jari
tangan dsb., yakni yang tidak mungkin ditutupi.
 Ada pula yang menafsirkan dengan, muka dan telapak tangannya jika tidak dikhawatirkan
fitnah menurut salah satu di antara dua pendapat ulama, sedangkan menurut pendapat yang
lain, bahwa muka haram dibuka karena ia tempat fitnah.8[8]
Sehingga menutupi kepala, leher dan dada.Yang tersembunyi, yaitu selain muka dan
telapak tangan.Dan seterusnya ke atas.Dan seterusnya ke bawah.Sekandung, sebapak atau
seibu. Ini semua adalah mahram wanita, boleh bagi wanita menampakkan perhiasannya,akan
tetapi tanpa bertabarruj. (Mahram bagi wanita adalah laki-laki yang boleh memandangnya,
berduaan dan bepergian bersamanya).
Tidak disebutkan paman dari pihak bapak (‘amm) juga dari pihak ibu (khaal) karena bila
wanita terbuka di hadapan mereka dikhawatirkan mereka mensifatinya kepada anak-
anaknya.Namun jumhur ulama berpendapat bahwa paman (baik dari pihak ayah maupun ibu)
termasuk mahram seperti mahram lainnya meskipun tidak disebutkan pada ayat di
atas.Termasuk juga mahram dari sepersusuan.
Al Qurthubiy berkata, “Tingkatan para mahram berbeda-beda satu sama lain ditinjau dari
segi pribadi secara manusiawi. Tidak diragukan lagi, keterbukaan seorang wanita di hadapan
bapak dan saudara laki-lakinya lebih terjamin atau terpelihara daripada keterbukaannya di
hadapan anak suami (anak tiri).Karena itu batas aurat yang boleh terbuka di hadapan masing-
masing mahram berbeda-beda pula.”Ada yang berpendapat bahwa mahram boleh melihat
anggota-anggota tubuh wanita yang biasa tampak seperti anggota tubuh yang dibasuh ketika
berwudhu’.Madzhab Maliki berpendapat bahwa aurat wanita di hadapan laki-laki mahram
adalah sekujur tubuhnya kecuali muka dan ujung-ujung anggota tubuh seperti kepala, kuduk,
dua tangan dan dua kaki.Adapun madzhab Hanbali, mereka berpendapat bahwa aurat wanita
di hadapan laki-laki mahram adalah sekujur tubuhnya kecuali muka, kuduk, kepala, dua
tangan, kaki dan betis.9[9]
Namun perlu diingat bahwa kebolehan melihat bagi mahram adalah bukan untuk
bersenang-senang dan memuaskan nafsu. Sedangkan kepada suami maka tidak ada batasan
aurat sama sekali, baik suami maupun isteri boleh melihat seluruh tubuh pasangannya. Ulama
tidak berbeda pendapat tentang aurat wanita di hadapan sesama wanita, yakni tidak haram
bagi wanita muslimah tubuhnya terbuka di hadapan sesamanya kecuali bagian antara pusat
dan lutut.Wanita di ayat tersebut adalah wanita muslimah, adapun wanita kafir tidak
termasuk, karena mereka tidak memiliki aturan haramnya mensifati wanita kepada laki-laki
mereka. Sedangkan wanita muslimah mengetahui bahwa mensifati wanita muslimah lainke
laki-laki adalah haram.10[10] Oleh karena itu, budak apabila seluruh dirinya adalah milik
seorang wanita, maka ia boleh melihat tuan putrinya itu selama tuan putrinya memiliki
dirinya semua, jika kepemilikan hilang atau hanya sebagian saja, maka tidak boleh dilihat,
demikian menurut Syaikh As Sa’diy.
Di mana ia tidak berhasrat kepada wanita baik di hatinya maupun di farjinya, disebabkan
cacat akal atau fisik seperti karena tua, banci maupun impotensi (lemah
syahwat).11[11]Adapun jika anak-anak itu sudah mendekati baligh, di mana ia sudah bisa
membedakan antara wanita jelek dengan wanita cantik, maka hendaklah wanita tidak terbuka
di hadapannya. Ke tanah atau lantai.Seperti gelang-gelang kaki. Setelah Allah Subhaanahu
wa Ta'aala memerintahkan perintah-perintah yang bijaksana ini, dan sudah pasti seorang
mukmin memiliki kekurangan sehingga tidak dapat melaksanakannya secara maksimal, maka
Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan mereka bertobat.
Dari melihat sesuatu yang diharamkan dan dari dosa-dosa lainnya. Oleh karena itu, tidak
ada cara lain agar seseorang dapat beruntung kecuali dengan tobat. Ayat ini menunjukkan
bahwa setiap mukmin butuh bertobat, karena firman-Nya ini tertuju kepada semua mukmin,
demikian pula terdapat anjuran agar ikhlas dalam bertobat, bukan karena riya’, sum’ah dan
maksud-maksud duniawi lainnya.
5. Analisa
Tantangan kita dalam menjaga pandangan dan kehormatan
Menjaga pandangan bukanlah hal yang mudah dilakukan, apalagi bagi kita yang hidup di
zaman modern seperti ini. Lihatlah ke samping kiri, kanan, depan dan belakang kita, lawan
jenis yang bukan mahram senantiasa mengelilingi! Tidak hanya di pusat-pusat keramaian, di
dalam mobil angkutan umum saja, campur baur dengan lawan jenis pun tak dapat
dihindarkan. Bahkan ketika berdiam dirumah saja, menahan pandangan tidak kalah susahnya.
Koran, majalah dan televisi menyuguhkan pemandangan yang dapat membuat hati tergelincir
karenanya.Tak heran, ibadah kita sering berantakan. Berdoa pun sulit sekali khusyu apalagi
sampai dapat mengeluarkan air mata penyesalan karena tidak mentaati perintah-Nya.
Alhasil andai pun pada awalnya hal ini amat sulit kita lakukan, namun yakinlah bahwa
barangsiapa yang bersungguh-sungguh ingin menempuh jalan Allah, maka Allah akan lebih
bersungguh-sungguh lagi membimbing jalannya.
Manfaat memelihara pandangan dan kehormatan
Menjadikan hati lebih tenang. Mewariskan hati kegembiraan, kelapangan jiwa lebih hebat
daripada keindahan dan kegembiraan yang terhasil daripada pandangan. Kegembiraan ini
adalah atas kejayaan memerangi hawa nafsu yang selalu mengajak kepada kejahatan,
membebaskan hati dari tawananhawa nafsu, menjadi benteng penghalang dari kemaksiatan,
menyucikan hati dari hawa nafsu dan kelalaian daripada mengingat Allah dan hari akhirat.

D. PENUTUP
Barang siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan menggantinya
dengan yang lebih baik darinya. Oleh karena itu, barang siapa yang menundukkan
pandangannya dari yang haram, maka Allah akan menyinari bashirahnya (mata hatinya), dan
lagi karena seorang hamba apabila menjaga kemaluan dan pandangannya dari yang haram
serta pengantarnya meskipun ada dorongan syahwat kepadanya, maka tentu ia dapat menjaga
yang lain. Oleh karena itulah Allah sebut sebagai penjagaan.
Selanjutnya, Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengingatkan kepada mereka pengetahuan-
Nya terhadap amal mereka agar mereka berusaha menjaga diri mereka dari hal-hal yang
diharamkan.” Oleh karena itu, Dia akan memberikan balasan terhadapnya. Setelah Allah
memerintahkan kaum mukmin menjaga pandangan dan kemaluan, maka Dia memerintahkan
kaum mukminat menjaga pula pandangan dan kemaluannya.Dari yang haram dilihat, seperti
memandang laki-laki dengan syahwat.

Anda mungkin juga menyukai