Laporan Gis Choledocholithiasis
Laporan Gis Choledocholithiasis
Laporan Gis Choledocholithiasis
PENDAHULUAN
Chief Complaint:
-Nyeri di perut kuadran kanan atas
Additional Complaint:
- Demam
- Mual
- Muntah
Past History:
- Nyeri berat dan intens
- urine darker
- pale stool
- mata terlihat kuning 2 minggu yang lalu
- tidak nyaman saat berjalan dan berbaring
- lebih baik saat duduk / miring ke kiri
- 1 thn lalu nyeri nya menjalar ke belakang + mual & abdominal discomfort
terutama beberapa jam setelah makan
- 2 minggu lalu nyeri semakin parah & colicky
- membaik saat minum obat pereda nyeri
Physical Examination :
- somnolen
- temperature meningkat
- BP turun
- RR meningkat
- terlihat obesitas, pucat & berkeringat
- icteric sclera
- abdomen : tenderness di RUQ & upper umbilical
- diuresis : 15cc/jam
- capillary refill melambat
- pasien di lakukan NGT
- Di beri O2 3L/min, fluid resuscitation dengan Ringer Acetate, broad
spectrum antibiotic, Ketolorac + PPI, di pasang Urine Catheter
1
Lab :
- WBC meningkat
- PMN meningkat
- Urine ( dark colour, bilirubin & urubilinogen meningkat )
- Bilirubin total dan Direct meningkat
- Blood chemistry meningkat
Abdomnial imaging :
- abdominal X-Ray
- hepato biliary gallbladder ultrasonography
- magnetic resonance cholangio-pancreatography
- endoscopy retrograde cholangio-pancreatography
Feses: microlith exist
2
BAB 2
BASIC SCIENCE
2.1 ANATOMI
2.1.1 Gallbladder
Panjang : 7-10 cm
Terletak: Dalam fossa vesicae biliaris pada facies visceralis hepar.
Bentuk: pear shape
3
Permukaan dorsal vesica biliaris (fellea) tertutup oleh peritoneum viscerale
dan permukaan ventral vesica biliaris (fellea) melekat pada hepar.
Peritoneum menyelubungi seluruh fundus dan memantapkan corpus
vasicae biliaris dan collum vesicae biliaris pada hepar.
Fellea terdiri dari 3 bagian:
1. Fundus : Ujungnya melebar dari tepi kaudal hepar, biasanya fundus
terletak pada ujung cartilage costalis IX pada linea
medioclavicularis di sebelah kanan.
2. Corpus Vesicae Biliaris : bersentuhaan dengan facies visceralis
hepar, colon transversum, pars superios duodenum.
4
Ductus Cysticus
Panjangnya sekitar 4 cm.
Menghubungkan collum vesicae biliaris dengan duktus hepaticus
communis.
Duktus cysticus dan duktus hepaticus communis bersatu membentuk
ductus choledochus [biliaris].
Vaskularisasi
Arteria cyctica – mengantar darah kepada duktus koledokus dan duktus
cysticus.
72% berasa dari ramus dexter arteria hepatica propia.
Drainase
Vena cystica – menyalurkan darah dari saluran empedu dan collum
vesicae biliaris dan langsung memasuki hepar melalui vena portae hepatis.
5
Vena-vena fundus vesicae biliaris dan corpus vesicae biliaris melintas
langsung ke dalam facies viscerale hepar.
L
y
Disalurkan ke dalam nodi lymphoidei hepatici , melalui nodus cysticus.
Pembuluh limfe eferen dari kelenjar-kelenjar tersebut melintas ke nodi
lymphoidei coeliaci.
6
Innervasi
Plexus coeliacus (simpatis).
Nerve vagus (parasimpatis) – kontraksi gallbladder, relax sphincter.
Nerve phrenicus dexter (sensoris).
2.1.2 Pancreas
7
Pankreas merupakan accessory digestive gland yang memanjang,yang berada di
retroperitoneal,terletak secara transverse pada L1 dan L2 vertebrae pada posterior
abdominal wall
Batas :
Fungsi :
1. kelenjar eksokrin ( sekresi pancreatic juice dari acinar cell) yang nantinya
dialirkan ke duodenum melalui main and accessory pancreatic duct
2. Kelenjar endokrin (sekresi glucagon dan insulin dari pancreatic islet) yang
nantinya keluar ke darah
1. Head
8
Bagian yang di selubungi c-shaped curve dari duodenum,disebelah Kanan
Superior mesenteric vessels,head sangat menempel dengan bagian medial
desending Dan horizontal part duodenum
Head terletak di posterior IVC, Right renal artery Dan vein,left renal vein
2. Neck
3. Body
4. Tail
- terletak anterior terhadap ginjal kiri,terikat erat dengan splanic hillum Dan
left colic plexure
- relative mobile
9
DUCTUS
Dimulai dari tail lalu berjalan melalui parenkim menuju head pancreas,main
pancreatic duct dan bile duck akan menyatu menjadi hepatopancreatic ampula
yang kemudian membuka ke bagian dalam descending part of duodenum di
puncak dari mayor duodenal papilla
SPHINCTER
10
Vaskularisasi
Artery
11
Drainase
Inervasi
Limfatik
12
2.2 Histologi
2.2.1 Gallbladder
Gallbladder yaitu organ berongga yang berfungsi untuk menyimpan 30-50 ml,
memekatkan empedu dan melepaskannya ke dalam duodenum setelah makan.
13
1. Mukosa Epitel: Selapis silindris dan Lamina propia
Epitelnya memiliki banyak mitokondria dan mikrovili (menghasilkan
sedikit mucus) dan ruang antar sel untuk mengindikasikan sel absorptive
aktif.
Mukosa punya lipatan-lipatan sangat jelas, ketika kadung empedu kosong.
2. Muscularis
Tipis dengan berkas serabut otot yang tersusun dalam beberapa arah berfungsi
untuk mempermudah pengosongan organ.
Fibromuscular layer
Lapisan yang menghubungan smooth muscle layer dan lamina propia.
14
Adventitia untuk menempelkan gallbladder ke lapisan luar.
Serosa untuk mengcover permukaan peritoneum.
2.2.2 Pancreas
Jaringan ikat melapisi pangkreas Dan menjulurkan septa ke dalam nya Dan
memisahkan lobulus pancreas
Acini sekretori dikelilingi oleh suatu limina basal yang disangga oleh selubung
serat retikular halus Dan suatu jalinan kapiler yang luas
Setiap acinus eksokrin pancreas terdiri dari beberapa sel serosa yang mengelilingi
lumen ,sel sel asinar sangat terpolarisasi dengan inti sferis Dan merupakan
penghasil protein yang khas.
Protease disimpan sebagai zimogen inaktif dalam granul sekretoris sel sel asinus
15
Sekresi pancreas dikendalikan terutama 2 hormon: polipeptida-sekretin Dan CCK
,yang dihasilkan sel-sel enteroendokrin mukosa usus (duodenum Dan jejenum)
2.3 FISIOLOGI
16
penguraian sel darah merah usang
1. Sel darah yang habis masa hidupmya (>120 hari) menjadi rapuh untuk
bertahan di sistem sirkulasi.
2. Membran sel pecah dan Hb lepas, naanti akan di fagositosis oleh jaringan
mikrofag si seluruh tubuh (Retikuloendotelial cell) , khusunya di spleen
dan liver
3. Hb dipecah menjadi Heme dan Globin
4. Heme dikatalis oleh microsemal enzym heme oxigenase
5. Memotong rantai alfa dan menyababkan cincin heme terbuka
6. Cincin heme yang terbuka melepaskan besi bebas yang akan di transpor ke
daran oleh transferin dan melepaskan rantai tetraphyrol yaitu substrat
yang nantinya akan dibentuk menjadi pigmen empedu. Pigmen
pertama yang dibentuk adalah biliverdin
7. Biliverdin di katalis oleh cytoscolic enzym bikiverdin reductase jadi
bilirubin tidak terkonjugasi
8. Lalu birubin akan dilepaskan oleh makrofag secara perlahan ke plasma
9. Bergabung dengan albumin plasma
10. Bilirunin tidak terkonjugasi di absorbsi melalui membran sel hati dan
bilirubin dilepaskan oleh albumin
11. Di sel hati (hepatocyte) bilirubin berikatan dengan proteim Y dan Zj /
Protein Gluthatione S Transverase Superfamily agar tidak eflux ke serum
12. Lalu dibawa oleh ligandin ke RES yang nanti di konjugasi oleh
as.glikoronat lalu dikatalis oleh UDP-Gu (Uridine Diphosphate Glucoroyl
Transverase)
13. Bilirubin menjadi soluble dan diskeresikan ke canaliculi empedu oleh
adenosine triphosphate–binding cassette transporter protein
14. Lalu dibawa ke usus, kefika di distal ileum dan colon bereaksi dengan
bakteri beta glucoronidase menjadi urobilinogen
17
15. Urobilinogen ada yang tetap di usus (80%) menjadi sterkonbilonogen yang
nanti teroksidasj mennjaddi sterkobilin untuk pewarnaan feces
16. Urobilinogen ada yang di absorbsi oleh mukosa usus ke hati yang nanti
akan diekskresikan oleh ginjal yang nanti akan teroksidasi menjadi
urobilin sebagai pewarnaan urine
18
Sekresi pankreas terjadi pada langkah-langkah berikut
19
Centroacinar dan sel duktus menghasilkan sekresi air awal, yang isotonik dan
mengandung Na +, K +, Cl-, dan HCO3-. Sekresi awal ini kemudian dimodifikasi
oleh proses transpor dalam sel epitel duktus sebagai berikut: Membran apikal sel
duktus mengandung penukar Cl-HCO3, dan membran basolateral mengandung
Na + -K + ATPase dan penukar Na + -H +. Dengan adanya karbonat anhidrase,
CO2 dan H2O bergabung dalam sel untuk membentuk H2CO3. H2CO3
berdisosiasi menjadi H + dan HCO3-. HCO3- disekresikan ke dalam jus pankreas
oleh penukar Cl-HCO3 di membran apikal. H + diangkut ke dalam darah oleh Na
+ -H + exchanger di membran basolateral. Hasil bersih, atau jumlah, dari proses
transportasi ini adalah sekresi HCO3- ke dalam jus duktus pankreas dan
penyerapan bersih H +; penyerapan H + menyebabkan pengasaman darah vena
pankreas.
Sekresi pankreas memiliki dua fungsi: (1) untuk mengeluarkan enzim yang
diperlukan untuk pencernaan karbohidrat, protein, dan lipid; bagian enzimatik sekresi
pankreas melakukan fungsi pencernaan ini; dan (2) menetralkan H + dalam chyme yang
dikirimkan ke duodenum dari perut. Bagian berair sekresi pankreas mengandung HCO3-,
yang melakukan fungsi penetralisir. Oleh karena itu, adalah logis bahwa bagian enzimatik
dan berair diatur secara terpisah: Sekresi air terstimulasi oleh kedatangan H + di
duodenum, dan sekresi enzimatik dirangsang oleh produk pencernaan (peptida kecil,
informasi obat asam amino, dan lemak). asam).
Seperti sekresi lambung, sekresi pankreas dibagi menjadi fase cephalic, lambung,
dan usus. Di pankreas, fase cephalic dan gastric kurang penting dibandingkan fase usus.
Secara singkat, fase cephalic dimulai oleh bau, rasa, dan pengkondisian dan dimediasi
oleh saraf vagus. Fase cephalic terutama menghasilkan sekresi enzimatik. Fase lambung
dimulai oleh distensi lambung dan juga dimediasi oleh saraf vagus. Fase lambung
terutama menghasilkan sekresi enzimatik.
20
Fase usus adalah fase yang paling penting dan menyumbang sekitar 80% dari sekresi
pankreas. Selama fase ini, baik sekresi enzimatik dan berair distimulasi.
Sel-sel asinar (sekresi enzimatik). Sel-sel asinar pankreas memiliki reseptor untuk
CCK dan reseptor muskarinik untuk ACh. Selama fase usus, CCK adalah
stimulan yang paling penting untuk sekresi enzimatik. Sel-sel I dirangsang untuk
mensekresikan CCK dengan adanya informasi asam amino. Lihat informasi obat,
peptida kecil, dan asam lemak dalam lumen usus. Dari informasi asam amino,
informasi obat menstimulasi sekresi CCK, fenilalanin, informasi obat
metioninView, dan tryptophan paling kuat. Selain itu, ACh menstimulasi sekresi
enzim dan mempotensiasi aksi CCK melalui refleks vagovagal.
Sel duktus (sekresi Na +, HCO3-, dan H2O) berair. Sel duktal pankreas memiliki
reseptor untuk informasi obat CCK, ACh, dan secretinView. Informasi obat
21
SecretinView, yang disekresikan oleh sel-sel S duodenum, adalah stimulan utama
dari sekresi HCO3-kaya berair. Informasi obat SecretinView disekresikan sebagai
respons terhadap H + di lumen usus, yang menandakan datangnya chyme asam
dari lambung. Untuk memastikan bahwa lipase pankreas akan aktif (karena
mereka tidak aktif pada pH rendah), chyme asam membutuhkan netralisasi cepat
oleh jus pankreas yang mengandung HCO3. Efek informasi obat secretinView
diperkuat oleh CCK dan ACh.
2.3.3 BILE
Hepatosit hati terus mensintesis dan mensekresi konstituen empedu (Langkah 1).
Komponen empedu adalah garam empedu, kolesterol, fosfolipid, pigmen empedu, ion,
dan air. Empedu mengalir keluar dari hati melalui saluran empedu dan mengisi kantong
empedu, di mana ia disimpan (Langkah 2). Kantung empedu kemudian
mengkonsentrasikan garam empedu dengan penyerapan air dan ion.
Ketika chyme mencapai usus kecil, CCK disekresikan. CCK memiliki dua
tindakan terpisah tetapi terkoordinasi pada sistem biliaris: Ini merangsang kontraksi
kantong empedu dan relaksasi sfingter Oddi, menyebabkan empedu yang tersimpan
mengalir dari kandung empedu ke lumen duodenum (Langkah 3). Di usus kecil, garam
empedu mengemulsi dan melarutkan lipid diet.
22
Konstituen organik empedu adalah garam empedu (50%), pigmen empedu seperti
bilirubin (2%), kolesterol (4%), dan fosfolipid (40%). Empedu juga mengandung
elektrolit dan air, yang disekresikan oleh hepatosit yang melapisi saluran empedu.
1. Di ileum, garam empedu diangkut dari lumen usus ke dalam darah portal oleh Na
+ -bile cotransporters garam. Secara signifikan, langkah resirkulasi ini terletak di
terminal usus kecil (ileum), sehingga garam empedu hadir dalam konsentrasi
tinggi untuk seluruh panjang usus kecil untuk memaksimalkan pencernaan dan
penyerapan lipid.
2. Darah portal membawa garam empedu ke hati.
3. Hati mengekstrak garam empedu dari darah portal dan menambahkannya ke
kolam asam empedu garam empedu / empedu. Oleh karena itu, hati harus
menggantikan, dengan sintesis, hanya persentase kecil dari garam empedu yang
tidak disirkulasikan kembali (yaitu, yang diekskresikan dalam tinja); kehilangan
feses sekitar 600 mg / hari (dari total kolam garam empedu 2,5 g). Hati "tahu"
berapa banyak asam empedu baru untuk mensintesis setiap hari karena sintesis
asam empedu berada di bawah kontrol umpan balik negatif oleh garam empedu.
Enzim pembatas laju di jalur biosintetik, kolesterol 7α-hidroksilase, dihambat
oleh garam empedu. Ketika sejumlah besar garam empedu diresirkulasi ke hati,
23
ada penurunan permintaan untuk sintesis, dan enzim dihambat. Ketika jumlah
yang lebih kecil dari garam empedu diresirkulasi, ada peningkatan permintaan
untuk sintesis, dan enzim distimulasi. Resirkulasi garam empedu ke hati juga
merangsang sekresi empedu, yang disebut efek choleretic.
2.4 Patologi
2.4.1 Jaundice
Jaundice (ikterus) adalah pigmentasi kuning atau kehijauan pada kulit yang
disebabkan oleh hiperbilirubinemia (konsentrasi plasma bilirubin total lebih
dari 2,5 hingga 3 mg / dl). Hiperbilirubinemia dan penyakit kuning dapat
terjadi akibat (1) obstruksi ekstrahepatik ke aliran empedu (batu empedu), (2)
obstruksi intrahepatik (penyakit hepatoseluler seperti sirosis atau hepatitis),
atau (3) produksi berlebihan bilirubin (hemolisis berlebihan pada sel darah
merah. pada bayi baru lahir disebabkan oleh gangguan pengambilan bilirubin
dan konjugasi.
Ikterus obstruktif dapat terjadi akibat obstruksi ekstrahepatik atau
intrahepatik. Ikterus obstruktif ekstrahepatik berkembang jika saluran
empedu tersumbat oleh batu empedu, tumor, atau kompresi dari edema
pankreatitis. Karena saluran empedu terhambat, bilirubin terkonjugasi oleh
hepatosit tetapi tidak bisa mengalir ke duodenum. (Bilirubin konjugasi larut
dalam air dan kemudian larut dalam air empedu.) Oleh karena itu,
terakumulasi dalam hati dan memasuki aliran darah, menyebabkan
hiperbilirubinemia. Karena bilirubin terkonjugasi larut dalam air, itu muncul
dalam urin. Kotoran mungkin berwarna atau tanah liat berwarna karena
mereka tidak memiliki pigmen empedu. Kotoran juga kekurangan
urobilinogen karena empedu tidak tersedia untuk konversi ke urobilinogen.
Ikterus obstruktif intrahepatic melibatkan gangguan pada fungsi hepatosit
dan obstruksi kanalikuli biliaris. Serapan, konjugasi, dan ekskresi bilirubin
dipengaruhi oleh peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dan tak
terkonjugasi. Kerusakan hepatoselular meningkatkan konsentrasi plasma
bilirubin tak terkonjugasi. Gangguan utama, bagaimanapun, adalah obstruksi
24
kanalikuli biliaris, yang mengurangi aliran bilirubin terkonjugasi ke dalam
saluran empedu bersama dengan peningkatan plasma. Dalam kasus ringan,
beberapa canaliculi empedu terbuka. Akibatnya, jumlah bilirubin di saluran
usus mungkin hanya sedikit menurun. Tinja mungkin tampak normal atau
berwarna terang.
Hemolisis berlebihan (kerusakan) sel darah merah atau penyerapan
hematoma dapat menyebabkan ikterus hemolitik (ikterus prehepatic atau
nonobstructive). Peningkatan bilirubin tak terkonjugasi terbentuk melalui
metabolisme komponen heme dari sel darah merah yang hancur. Jumlah
ekstra bilirubin tak terkonjugasi melebihi kemampuan konjugasi hati,
menyebabkan kadar bilirubin tak terkonjugasi meningkat. Hiperbilirubinemia
yang tidak terkonjugasi merupakan penyebab utama ikterus hemolitik.
Karena bilirubin tidak terkonjugasi tidak larut dalam air, itu tidak
diekskresikan dalam urin. Kemampuan konjugasi cadangan hati biasanya
mencegah hiperbilirubinemia tak terkonjugasi jangka panjang yang lebih
besar dari 4 hingga 5 mg / dl. Krisis hemolitik yang parah, seperti yang
terjadi pada penyakit sel sabit, adalah penyebab ikterus hemolitik. Obat
hemolitik juga bisa menyebabkan penyakit kuning. Jika hiperbilirubinemia
tak terkonjugasi melebihi 5 mg / dl, gangguan hemolitik dan hati
ditunjukkan.
25
2.4.2 Septic Shock
Syok septik adalah titik akhir dari kontinum disfungsi progresif.10
Sindrom ini dimulai dengan sindrom respons inflamasi sistemik (SIRS),
kemudian sepsis, kemudian sepsis berat, dan kemudian syok septik.
Syok septik disebabkan oleh bakteri gram negatif, bakteri gram positif,
dan jamur. Kemajuan dalam terapi antibiotik untuk sepsis gram negatif telah
membuat bakteri gram positif sebagai penyebab utama sepsis
26
2.4.3 Batu
27
mempromosikan nukleus, kristal kolesterol agar terjebak oleh mukus yang berasal
dari hipersekresi mukus, sehingga terjadi peningkatan agregasi kristal menjadi
batu.Pembentukan batu pigmen lebih mudah apabila terdapatbilirubin tak
terkonjugasi dalam saluran empedu, seperti yangterjadi pada anemia hemolitik
dan infeksi salura empedu. Endapan terutama berupa garam kalsium bilirubin
yang tidak larut.
a) Batu Kolesterol
Batu kolesterol terjadi secara khusus di kandung empedu dan 50% sampai 100%
kandungannya terdiri atas kolesterol. Batu kolesterol murni berwarna kuning
pucat; dengan peningkatan proporsi kalsium karbonat, fosfat, dan bilirubin yang
memberikan warna putih keabu-abuan hingga hitam (Gambar 15-35). Bentuknya
oval dan padat dapat terbentuk secara tunggal, tetapi paling sering terbentuk
beberapa batu, dengan permukaan bergelombang akibat proses pembentukannya
(aposisi). Sebagian besar batu kolesterol tampak radiolusen, meskipun sebanyak
20% mungkin memiliki cukup kalsium karbonat untuk menjadi radiopak.
b) Batu Pigment
Batu pigmen dapat terbentuk di mana saja dalam saluran empedu dan
diklasifikasikan menjadi batu hitam dan coklat. Secara umum, batu pigmen hitam
ditemukan pada kandung empedu yang steril, sedangkan batu coklat ditemukan
pada saluran intrahepatik atau ekstrahepatik yang terinfeksi. Batu mengandungi
garam kalsium bilirubin yang tak terkonjugasi dan sedikit garam kalsium unsur
lainnya berupa, glikoprotein musin, dan kolesterol. Batu hitam biasanya
28
berukuran kecil, rapuh bila disentuh. dan jumlahnya banyak (Gambar 15-36).
Batu coklat cenderung tunggal atau sedikit jumlahnya dan memiliki konsistensi
lunak, berminyak. seperti sabun yang dihasilkan dari adanya
retensi garam asam lemak yang dilepaskan oleh fosfolipase bakteri pada lesitin
empedu. Oleh karena mengandungi kalsium karbonat dan fosfat, maka 50%
sampai 75% batu hitam tampak radiopak. Batu coklat, yang mengandungi sabun
kalsium, tampak radiolusen.
29
BAB 3
Definisi.
Etiologi
B. Klebsiella spp.
C. Enterobacter spp
D. Enterococcus spp.
Pasien dengan operasi atau prosedur biliaris baru-baru ini, atau indwelling stent,
lebih cenderung menjadi polymicrobial dan menyimpan patogen yang resisten
terhadap banyak obat, Pseudomonas spp, Staphylococcus aureus resisten-
methicillin.
(MRSA), enterococci tahan vankomisin (VRE), dan / atau jamur (paling sering
Candida spp).
G. Parasit (penyebab tidak biasa):
30
Ascaris lumbricoides, Clonorchis sinensis (fl ukes), Opisthorchis felineus (fl
ukes), dan Fasciola hepatica (fl ukes).
H. Cholangitis pada pasien HIV / AIDS
Faktor resiko
Manifestasi Klinis
Secara tradisional, gejala klinis demam (presentasi yang paling konsisten) dan
nyeri perut kuadran perut kanan atas (menunjukkan nyeri saluran empedu)
bersama dengan tanda penyakit kuning telah dikaitkan dengan kolangitis akut,
yang dikenal sebagai Charçot triad.
Analisis kasus menunjukkan perkiraan 26,4% hingga 82,6% sensitivitas dan
79,8% hingga 95,9% kota spesifik dari Charcot triad untuk kolangitis akut. Sekitar
12% hingga 15% kasus kolangitis akut akan menunjukkan trias klasik ini. Charcot
triad dengan hipotensi dan perubahan status mental, yang dikenal sebagai
Reynolds pentad, kemungkinan besar menandakan bakteremia dan sepsis tetapi
hanya terjadi pada sekitar 20% pasien.
Diagnosis
A. Anemnesis.
31
B. Pemeriksaan Fisik.
Pemeriksaan fisik lengkap harus dilakukan tetapi tidak ada pemeriksaan pada
pemeriksaan khusus untuk kolangitis. Area pemeriksaan fisik untuk fokus
termasuk:
1. Pemeriksaan konjungtiva. Peningkatan bilirubin muncul sebagai sclera ikterik;
bilirubin lebih besar dari atau sama dengan 2 mg / dL.
2. Pemeriksaan oral-faring. Bilirubin yang meningkat tampak ikterik sublingual;
bilirubin lebih besar dari atau sama dengan 5 mg / dL. Ini paling sering
menandakan penyakit hati atau biliaris.
3. Pemeriksaan perut (untuk melokalisasi rasa sakit dan menyingkirkan proses
lain seperti peritonitis).
C. Studi Laboratorium
1. Hitung darah lengkap (CBC) dengan diferensial. Sebagian besar pasien
memiliki peningkatan jumlah sel darah putih (WBC) dengan atau tanpa dominasi
neutrofilia. Eosinofilia dapat menunjukkan etiologi parasit.
2. Lengkap profi le metabolik (CMP). Secara rutin diperintahkan sebagai kelainan
elektrolit dan serum HCO3 yang rendah dapat menunjukkan asidosis metabolik
dan sepsis. Aspartat aminotransferase (AST) dan alanine aminotransferase (ALT)
umumnya abnormal tetapi tidak spesifik. Alkalin fosfatase dan bilirubin total
(lebih dari 2 mg / dL) biasanya meningkat. Ini dianggap tepat dan
praktis bahwa ambang batas untuk kelainan ditetapkan pada 1,5 kali batas normal
atas untuk tes fungsi hati.
3. Waktu Prothrombin (PT) / partial thromboplastin time (PTT). Penyakit hati
kronis dan / atau trombositopenia sepsis dapat menyebabkan waktu perdarahan
abnormal yang perlu dikoreksi sebelum dilakukan uji atau prosedur invasif.
4. Enzim pankreas. Amilase dan lipase yang tinggi dapat menunjukkan
pankreatitis terkait.
5. Kultur darah. Baik botol aerobik dan anaerobik (paling sering dua set) secara
rutin dipesan dengan setengah dari kasus yang mengungkapkan bakteri patogen.
6. Budaya empedu. Memiliki hasil terbaik untuk identifikasi mikroba patogen
(positif pada 80% -100% kasus). Paling sering didapatkan dengan ERCP atau
drainase perkutan (20–40 mL empedu umumnya direkomendasikan). Dalam
tidak adanya kultur empedu, setiap kultur darah positif harus memandu terapi
antimikroba.
7. Bangku ova dan parasit. Dapat membantu dalam kasus yang diduga etiologi
parasit.
D. Studi Radiografi.
32
Pencitraan menetapkan diagnosis kolangitis akut.
1. Transabdominal ultrasound. Sebuah studi pencitraan noninvasif yang dapat
membantu sebagai tes pencitraan awal untuk mengevaluasi kandung empedu
untuk batu atau dilatasi saluran empedu.
2. CT. Berguna untuk evaluasi obstruksi duktus biliaris distal umum dari
keganasan atau gangguan pankreas.
3. Magnetic resonance cholangiopancreatography (MRCP). Sebuah penelitian
noninvasif dan memiliki sensitivitas yang dilaporkan lebih dari 90% untuk batu
yang lebih besar atau sama dengan 6 mm.
4. Ultrasonografi endoskopik. Tes diagnostik yang disukai karena lebih sensitif
daripada CT atau MRCP batu kurang dari 1 cm. Selanjutnya, aspirasi jarum fi
dengan ultrasonografi endoskopi adalah modalitas tambahan untuk diagnosis
etiologi lainnya.
5. ERCP. Standar emas diagnostik karena diagnostik dan terapeutik untuk
kolangitis akut.
Kriteria Diagnosis
1. Kolestasis: jaundice dan / atau tes fungsi hati yang tidak normal (biasanya
elevasi 1,5 kali batas atas normal)
2. Temuan sistemik: demam, menggigil, peningkatan WBC, dan / atau
peningkatan C-reactive protein (CRP)
3. Pemeriksaan radiologi: dilatasi biliaris, striktur, batu, stent, dan / atau endapan
Kehadiran satu temuan di setiap kategori menunjukkan DEFINITE akut
kolangitis. Sensitivitas dan spesifisitas diagnostik dari kolangitis akut yang pasti
dengan kriteria ini dilaporkan sebesar 95,1% dan 66,3%, masing-masing Adanya
temuan dalam kategori temuan inflmasi sistemik dan temuan dari kategori
kolestasis atau temuan pencitraan menyarankan SUSPECTED kolangitis akut.
Kriteria diagnostik untuk penyakit “dicurigai” ini memungkinkan drainase bilier
awal atau pengendalian sumber infeksi di antara pasien dengan kolangitis akut
tanpa menunggu diagnosis defi nitive karena risiko kematian dengan proses
penyakit ini.
33
kurang dari atau sama dengan 4,000 / mm3
b. Demam tinggi, lebih besar dari atau sama dengan 39ºC
c. Usia lebih dari atau sama dengan 75 tahun
d. Hiperbilirubinemia; bilirubin total lebih besar dari atau sama dengan 5 mg / dL
e. Hipoalbuminemia
3. Parah: Kolangitis dengan satu atau lebih dari yang berikut:
Sebuah. Hipotensi-shock
b. Status mental berubah
c. Sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS) atau gagal napas hipoksia, rasio
PaO2 / FiO2 kurang dari 300
d. Gagal ginjal (kreatinin lebih besar dari atau sama dengan 2,0 mg / dL)
e. Gagal hati (waktu prothrombin lebih besar dari atau sama dengan 1,5)
f. Trombositopenia (trombosit kurang dari atau sama dengan 100.000 / mm3)
Diagnosis Banding
Pada setiap pasien dengan demam, yang disertai dengan ikterus harus selalu
pasien kolangitis akut disertai dengan ikterus pada saat pemeriksaan. Pasien
kolangitis akut juga sebagian besar disertai dengan nyeri pada perut kuadran
kanan atas. Terdapat beberapa penyakit lain yang perlu disingkirkan karena
kemiripan gejala kliniknya, antara lain :
A.Abses hati
di mana juga didapatkan demam, nyeri perut kanan atas dan mungkin ikterus.
Pemeriksaan laboratorium akan menemukan lekositosis dan tes faal hati bisa
terganggu. Pemeriksaan USG/CT Scan akan dengan mudah menemukan abses
tersebut.
B.Kolesistitis akut,
di mana juga terdapat demam, dan nyeri perut kanan atas, lekositosis, tes
fungsihati masih dalam batas normal selama tidak terdapat batu di duktus
koledokus. Pada pemeriksaan USG abdomentidak didapatkan pelebaran
saluranempedu dan gambaran USG kandung empedu adalah khas yakni dinding
yang udematus dan biasanya terdapat batu di dalamnya.
C.Pankreatitis akut,
34
di sini terdapat juga nyeri perut bagian atas, bisa disertai demam dan ikterus,
tetapi amilase/lipase serum meningkat dengan nyata yang tidak akan didapatkan
pada kolangitis akut.
d)Karsinoma hepatoseluler
di manabisa didapatkan nyeri perut kanan atas,ikterus dan bisa disertai dengan
demam. Pada pemeriksaan USG abdomen akan didapatkan gambaran tumor di
dalam hati.
Management
Terapi untuk kolangitis akut terdiri dari terapi antimikroba dan drainase bilier
bersama dengan rehidrasi oleh cairan intravena (IV) dan koreksi kelainan
elektrolit atau koagulopati (tujuan internasional dinormalkan rasio [INR] kurang
dari 1.4).
A. Terapi Antimikroba
1. Ampisilin dengan gentamisin secara tradisional adalah pilihan
antibiotik, tetapi rejimen antibiotik yang dipilih meliputi:
Sebuah. Piperacillin / tazobactam 3.375 g IV q6 atau
b. Ampisilin / sulbaktam 3 g IV q6 atau
c. Tigecycline 100 mg IV satu dosis, kemudian 50 mg IV q12 (biasanya
disediakan untuk
patogen multidrug-resistant atau pasien alergi penisilin) atau
d. Doripenem 500 mg IV q8 atau meropenem 500 hingga 1.000 mg IV q8
(biasanya
disediakan untuk patogen yang resisten terhadap banyak obat atau pasien
alergi penisilin)
e. Levofl oxacin 500 mg IV / PO q24 atau moxifl oxacin 400 mg IV / PO
q24
35
Hampir selalu diperlukan untuk menghilangkan obstruksi dan sumber
infeksi.
1. Dekompresi bilier endoskopi dengan ERCP adalah prosedur
pilihan (98% berhasil). Komplikasi termasuk pankreatitis, perdarahan,
dan perforasi.
Sebuah. Kolangitis ringan. ERCP dengan sphincterotomy atau dilatasi
balon sphincter dengan ekstraksi batu dapat dilakukan dalam 24 hingga 48
jam.
b. Kolangitis sedang sampai berat. ERCP dengan penempatan stent untuk
dekompresi dapat dilakukan dengan kembali untuk kemudian
sphincterotomy dan ekstraksi batu dapat dilakukan.
2. Percutaneous transhepatic cholangiography (PTC) harus
dilakukan jika ERCP tidak dimungkinkan karena:
Sebuah. Anatomi bedah yang diubah (mis., Operasi Whipple atau Billroth)
b. Obstruksi duodenum Komplikasinya meliputi: nyeri lokal,
peritonitis empedu, atau hemobilia serta foli vena bilier.
3. Dekompresi bedah tidak dianjurkan kecuali untuk kasus ekstrem di
mana ERCP dan PTC tidak dapat dilakukan
36
PATGEN DAN PATOFISOLOGI
37
Naik ke dalam hepatic duct melalui sphinter oddi
Acute cholangitis
Prognosis
3.1.2 Cholelithiasis
Definisi
Epidemiologi
- Develop countries
- Insidensi hingga 10-20%
- Perempuan>laki-laki
38
Klasifikasi
- Cholesterol Stones
Most common
Contain: cholesterole monohydrate, calcium salt, protein, fatty acid
- Pigment Stones
Black&Brown type
Contain : + Calcium Bilirubinate
Manifestasi Klinis
- Colicky billiary pain
- Menjalar ke skapula/bahu kanan
- Mual
- Muntah
- Demam
- Icteric
- Murphy Sign (+)
Diagnosis
Diagnosis Banding
- Acute cholecystitis
- Acute Cholangitis
- Hiatus Hernia
- Dyspepsia
39
Komplikasi
- Choledocolithiasis
- Gallbladder ca
Prognosis
3.3.3 CHOLEDOCOLITHIASIS
Definisi
Epidemiologi
- 10-15% pada cholelithiasis
- Pada elderly (20-74th)
Klasifikasi
Manidestasi Klinis
- Colicky billiary pain
- Icteric
- Asymptomatic 1 th
- Dark Urine
- Pale stool
Diagnosis
- Manifestasi Klinis
40
- Plain Abdominal x-ray
- Abdoen ultrasonography
- MRCP
Diagnosis Banding
- Cholelithiasis
- Dyspepsia
Komplikasi
- Cholangitis
- Obstructive Jaundice
- Pancreatitis
Prognosis
Ad Bonam
Akut Pankreatitis
Definisi:
Kronis: proses lanjutan dari akut dengan perubahan structural dan fungsi yang
irreversible.
Epidemiologi:
Etiologi
Alcohol (30%)
Idiopatik (20%)
41
Faktor resiko
Gall stones
Alcohol
Trauma
Drug( kortikosteroid)
Manifestasi klinis
RUQ pain, yang menjalar ke punggung
Mual dan muntah
Diagnosis
- Blood test :
Serum amylase
Urinary amylase
Dll
- Radiologi
CT-scan
MRI
Penegakkan Diagnosis
dapat ditegakkan bila terdapat 2/3 dari keriteria:
DD
- Peptic ulcer
- Acute cholecystitis
- Acute intestinal obstruction
Treatment
- Feeding hydration
- NGT
- Pain relief
42
- ERCP
Komplikasi
lokal :
- Necrosis
- Absess pankeras
- Asites pancreas
Sistemik :
- Pulmonary
- Lung
- Cardio
Etiologi :
Faktor resiko
- Alcohol
- Obstruksi gallbladder
- Idiopatik
- Autoimmune disease
Manifestasi klinis
Diagnosis
- Blood test :
Serum amylase
Urinary amylase
Dll
- Radiologi
CT-scan
MRI
43
DD
- Pancreactitis malignancy
Komplikasi
- Cystic fibrosis
Treatment
- Surgical :
Parsial
Subtotal
Total
Management
a. Penilaian awal
- Mengontorol status hemodinamika
- ICU atau intermediate care
- Pemberian carian 6 jam pertama ( kristaloid 250-500ml/jam)
b. Penggunaan antibiotic
- Pemberiaan antibiotic dan vit K
- Bila terdapat nekrosis ( quinolone, metronidazole )
c. Nutrisi
- Diet cairan dengan rendah lemak, dengan pemberian secara enteral
(NGT)
d. Tindakan pembedahan
- ERCP
44
Patgen patfis kedua
Prognosis
3.3.6 Interpretasi
45
Urinalysis
Normal clear – yellow
Dark brown : kelainan bile pigment
Drug cause : levodopa, methyldopa
Bilirubin meningkat dimana normalnya tidak ada, jika ada bisa saat
keadaan hepatobiliary disease dan hemolysis
Urobilinogen : meningkat, normalnya 0,1- 1 ml
Ringer laktat
Cairan isotonis dengan darah yang dimaksudkan untuk cairan pengganti
dan kandungan sama dengan plasma
Indikasi :luka bakar, syok, saat operasi
Rasetat
Mengandung ion anion asetat yang bisa di metabolisne di hati
Indikasi : dehidrasi, pengganti cairan akibat muntah
Perbedaan dari keduanya adalah laktat lebih lama kerjanya dan lebih
isotonis
Pemeriksaan Pankreas
Peningkatan serum amilase dan amilase adalah penanda definitif untuk penyakit
pankreas. Penyababnya paling umum untuk meningkatkan kadar enzim tersebut
adalah pancreatitis, terutama pada pankreatitis akut kedua enzim akan meningkat
dalam darah.
- Abdominal pain
46
- Demam
- Mual
- Muntah
- Sclera kuning
Untuk mengatasinya harus di perlukan pemeriksaan tambahan seperti :
- Enzim pankreas
- USG
- Lab darah
- Endoskopi
Penangan ini tergantung dari berat ringannya kasus yang di alami oleh pasien
tersebut dan akan di berikan cairan infus, obat pereda nyeri apabila mengalami
mual muntah terus menerus.
Akut :
- Dyspepsia
- Nausea
- Icteric dan kolik yang berulang
- Nyeri lokal di daerah kandung empedu
- Murphy sign (+)
- Rasa penuh di epigastrium
Abdominal Imaging
47
Magnetic resonance cholangiopancreatography atau MRCP menggunakan medan
magnet yang kuat, gelombang radio dan komputer untuk mengevaluasi hati,
kandung empedu, saluran empedu, pankreas dan saluran pankreas untuk penyakit.
ERCP digunakan untuk mendiagnosis masalah saluran empedu dan pankreas jika
mengharapkan untuk mengobati masalah selama prosedur.
48
ERCP dilakukan ketika saluran empedu atau pankreas menjadi sempit atau
tersumbat karena :
- Batu empedu
- Infeksi
- Pankreatitis akut
- Pankreatitis kronik
- Trauma
- Jaundice yang obstruktif
- Disfungsi sphincter of Oddi
- Ca Gallbladder
- Ca Pancreas
Risiko ERCP termasuk komplikasi seperti berikut:
- Pankreatitis
- Hemorrhage
- Perforasi di saluran empedu, Pankreas atau duodenum
- Kerusakan jaringan akibat paparan sinar X-ray
- Kematian
USG (US) memainkan peran penting dalam evaluasi dan manajemen pasien
dengan gangguan hepatobiliary. Secara diagnostik, ultrasonography mampu
mengidentifikasi penyakit umum yang berhubungan dengan cholelithiasis,
termasuk kolesistitis akut dan choledocholithiasis. Ini adalah tes optimal untuk
49
mendeteksi pelebaran bilier, dan juga merupakan andalan skrining untuk
keganasan hepatobilier dan massa hati lainnya (misalnya, lesi kistik dan adat).
ABDOMINAL X-RAY
50
di rongga abdomen termasuk perut, hati, usus dan limpa. Abdominal x-ray juga
dilakukan untuk membantu mendiagnosis kondisi seperti:
51
Patomekanisme , BHP, IIMC
52
53
DAFTAR PUSTAKA
54