PENGARUH PENAMBAHAN KAPUR Ca (OH) 2 TERHADAP KUAT TEKAN GEOPOLYMER MORTAR

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH PENAMBAHAN KAPUR Ca(OH)2 TERHADAP KUAT TEKAN

GEOPOLYMER MORTAR

N. Aisyah A (1), M.W. Tjaronge (2), A.R. Djamaluddin (3).

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin


Jl. Poros Malino 92171 Kel. Bontomarannu, Kab. Gowa Telp (0411) 587636

ABSTRAK : Kebutuhan akan beton semakin hari semakin meningkat. Semen merupakan material yang digunakan
sebagai bahan pengikat bersama dengan agregat untuk membentuk beton dan mortar. Pembuatan semen akan
menghabiskan sumber daya alam.Penelitian ini merupakan salah satu bagian dari usaha untuk mengembangkan
geopolymer mortar yang mengandung Kapur Padam Ca(OH)2 .Beton/mortar geopolymer membutuhkan oven pada suhu
antara 40 - 80C selama 24 jam untuk mencapai kekuatan yang sama dengan beton normal. Hal ini dapat menyulitkan
pada saat dilapangan. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian untuk mengurangi proses curing oven pada
beton atau mortar geopolymer untuk mencapai kekuatan yang sama dengan beton normal. Salah satunya dengan cara
penambahan kapur Ca(OH)2.. Hasil penelitian diperoleh bahwa penggunaan kapur padam Ca(OH)2 dapat meningkatkan
kuat tekan benda uji tanpa dioven dan dapat menjaga proses pengikatan jika dicuring udara dan mengurangi proses curing
oven.

Kata Kunci: Geopolymer Mortar, Kapur Padam Ca(OH)2, Kuat Tekan Mortar

(1) Pembimbing, [email protected],


(2) Pembimbing, [email protected]
(3) Mahasiswa, [email protected]

I. PENDAHULUAN (Al) yang berasal dari alam atau dari material


Beton merupakan salah satu material yang hasil sampingan industri. Bahan pengikat
paling banyak diseluruh dunia, dan kebutuhan geopolymer adalah sistem anorganik 2-
akan beton semakin hari semakin bertambah. komponen yang terdiri atas; komponen solid
Semen merupakan material yang digunakan yang memiliki SiO2 dan Al2O3 dalam jumlah
sebagai bahan pengikat bersama dengan agregat yang cukup untuk bias bersenyawa seperti abu
untuk membentuk beton.Semen secara luas terbang, pozzolan, slag dll. Cairan alkaline
telah banyak digunakan sebagai material untuk sebagai komponen aktivator yang memiliki
mengikat agregat kasar untuk membuat beton alkali hidroksida, silika, alumina, karbon dan
dan mortar. Pembuatan semen akan sulfat atau kombinasi keduanya. Pada saat
menghabiskan sumber daya alam. Salah satu komponen solid dan komponen aktivator
upaya untuk mengurangi penggunaan semen dicampur, maka terjadi proses pengerasan yang
adalah pengembangan material geopolymer. disebabkan oleh terbantuknya aluminosilicate
Sejumlah studi menunjukkan bahwa bahan network yang bervariasi antara amorphous dan
pengikat geopolymer dapat membentuk mortar crystalline. Penelitian menunjukkan alkali
dan beton, dimana mortar dan beton yang dibuat aktivator berupa sodium thiosulfat (Na2S2O3)
dengan geopolymer berbahan abu terbang atau sodium thiosulfate dengan sodium
memiliki karakteristik fisik menyerupai mortar hydroxide (NaOH) memberikan kekuatan yang
dan beton yang berbahan semen. baik pada fly ash geopolymer. Campuran antara
Geopolymer adalah bentuk anorganik Na2S2O3 dan NaOH digunakan pada penelitian
alumina-silika yang disentesa melalui material ini.
banyak mengandung Silika (Si) dan Alumina
Dalam pengikat geopolymer berbasis abu Kapur berasal dari batu kapur alami,
terbang, larutan alkali bereaksi dengan abu dan tipe kapur tertentu yang terbentuk,
terbang membentuk bahan pengikat alumina- bergantung pada material induk dan proses
silika, tanpa tambahan semen. produksinya. SNI 03-4147-1996 membagi tipe
Pengikat geopolymer kemudian mengikat kapur menjadi 4 macam:
agregat untuk membentuk mortar atau beton. 1.) Kapur tipe I yaitu kapur yang
Penggunaan kapur Ca(OH)2 pada campuran mengandung kalsium hidrat tinggi
geopolymer mortar atau beton dapat dengan kadar magnesium oksida
meningkatkan kekuatan pada kondisi suhu
(MgO) paling tinggi 4%.
normal (curing udara).(Temujiin dkk,2009)
2.) Kapur tipe II, yaitu kapur magnesium
II. TINJAUAN PUSTAKA yang mengandung magnesium oksida
2.1. Geopolymer lebih dari 4% dan maksimum 36%
Geopolymer merupakan Geopolymer berat.
merupakan material menyerupai keramik yang 3.) Kapur tohor (CaO), yaitu hasil
dihasilkan melalui reaksi alumina-silica pembakaran batu kapur pada suhu
sebagai bahan mentah dalam lingkungan.
±90C, dengan komposisi sebagian
Geopolymer dikategorikan sebagai material
ramah lingkungan karena pembuatan bahan besar kalsium karbonat Ca(OH)2.K
dasar geopolymer membutuhkan jumlah 4.) apur padam, yaitu kapur dari hasil
energy yang rendah jika dibandingkan dengan pemadaman kapur tohor dengan air,
produksi semen Portland yang menghasilkan sehingga terbentuk hidrat Ca(OH)2.
CO2 dalam jumlah besar (Pan dkk, 2009).
Geopolymer adalah salah satu hasil Hingga saat ini, kapur yang umumnya
alumina-silika dan memiliki kuat ikat yang dipakai sebagai bahan stabilisasi adalah kapur
baik. Bahan ikat geopolymer menggunakan terhidrasi Ca(OH)2 (kalsium hidroksida) atau
material seperti abu terbang atau metakolin kalsium oksida (CaO) (Hardiyatmo,2010).
sebagai sumber silica dan aluminium untuk
bereaksi dengan alkali. Dalam pengikat 2.3. Kuat Tekan
geopolymer berbasis abu terbang, larutan Kuat tekan mortar adalah perbandingan
alkali bereaksi dengan abu terbang untuk besarnya beban maksimum dengan luas
membentuk pengikat alumina-silica tanpa tampang permukaan benda uji dengan satuan
penggunaan semen. Pengikat geopolymer N/mm2. Berdasarkan SNI 03:6825:2002, kuat
kemudian mengikat agregat untuk membentuk tekan mortar dihitung dengan membagi kuat
mortar atau beton (Sarker, 2010). tekan maksimum yang diterima benda uji
selama pegujian dengan luas penampang
melintang.
2.2. Kapur Padam Ca(OH)2 𝑃
Kapur padam adalah kalsium 𝑚 =
𝐴
hidroksida Ca(OH)2 dan berasal dari hidrasi Dimana:
kapur tohor. Kapur merupakan salah satu m = Kuat tekan Mortar (Mpa)
material untuk pembangunan yang telah P = Gaya tekan aksial (Newton, N)
banyak dipakai oleh manusia. Kapur adalah A = Luas penampang
kalsium oksida (CaO) yang dibuat dari batuan
III. METODOLOGI PENELITIAN
karbonat yang dipanaskan pada suhu tinggi.
3.1. Diagram Alir Penelitian
Kapur tersebut umumnya berasal dari Penelitian ini dilaksanakan di
batukapur (limestone) (Hardiyatmo,2010). Laboratorium Eco Material Jurusan Sipil,
selama 4 bulan sejak bulan November sampai 3.2. Pengujian Karakteristik Agregat
Maret 2016. Adapun diagram alir penelitian Jenis pengujian dan metode pengujian
dapat dilihat pada Gambar 1. material kapur padam dan pasir sungai
Metode pembuatan benda uji pada mahakam ditunjukkan pada tabel 1 dan tabel 2.
penenelitian ini adalah metode eksperimen di
laboratorium.Penelitian ini dirancang untuk Tabel 1. Metode Pengujian Kapur Padam
mengetahui pengaruh penambahan kapur pada
geopolymer mortar dengan cetakan kubus Pengujian Metode Pengujian
berukuran 5 x 5 x 5 cm. Dimana masing- Berat Jenis SNI 03-1964-2008
masing 3 benda uji direndam dan tanpa
direndam air. Tabel 2.Metode Pengujian Karakteristik
Agrgat Halus (Pasir Sungai
Mahakam)
Pengujian Metode Pengujian
Pemeriksaan Analisa SNI 03-1968-1990
Saringan
Pemeriksaan Berat SNI-1970-2008
Jenis dan Penyerapan
Pemeriksaan Kadar Air SNI 03-1971-1990
Pemeriksaan Kadar SNI 03-4142-1996
Lumpur
Pemeriksaan Kadar SNI 03-2816-1992
Organik

3.3. Pembuatan Benda Uji


Penelitian ini dirancang untuk mengetahui
pengaruh penambahan kapur pada geopolymer
mortar dengan cetakan kubus berukuran 5 x 5
x 5 cm. Adapun jumlah benda uji dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.4
dimana masing-masing 3 benda uji direndam
dan tanpa direndam air. Metode pencampuran
yang digunakan pada penelitian ini sebagai
berikut:
1. Pasir + fly ash + kapur, dimix dalam kondisi
kering selama 1 menit (slow speed).
2. Masukkan larutan larutan aktivator
(Na2S2O3 dan NaOH) dan air, mix selama 2
menit.
3. Aduk manual selama 1 menit dan setelah itu
pasir, fly ash, akpur, larutan aktivator dan air
mix selama high speed selama 10 menit.
Sehingga total waktu pencampuran adalah 11
menit.

3.4. Perawatan Benda Uji


Gambar 1. Diagram Alir Penelitian Untuk semua benda uji dilakukan
perawatan (curing) yaitu curing oven, dan
udara. Curing oven yaitu benda uji dioven
pada suhu 38ºC dengan varisai waktu 5 dan 24
jam. Curing udara yaitu benda uji disimpan
dalam ruang penyimpanan benda uji dengan
suhu ruangan setelah dicetak. Curing air yaitu
benda uji direndam dengan menggunakan air
tawar selama 24 jam setelah curing oven dan Gambar 3.2 Proses Perawatan
udara. (curing) Benda Uji

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil Pemeriksaan Karakteristik Tabel 8. Hasil Pemeriksaan Kandungan
Agregat kimia Fly Ash
Pemeriksaan karakteristik agregat Komposisi Konsentrasi (%)
dilakukan untuk menentukan kelayakan MgO 8.1
Al2O3 19.16
agregat digunakan. Tabel 6, 7 dan Tabel 8 SiO2 34.63
menunjukkan hasil pengujian karakteristik SO3 1.80
agregat yang telah dilakukan: K2O 1.33
CaO 12.74
Tabel 6. Hasil Pemeriksaan Agregat Halus TiO2 1.26
Hasil Cr2o3 0.07
Karakteristik Material Pemeriksaan MnO 0.25
Fe2O3 19.96
Berat Jenis,kg/m3 2.61 CoO 0.05
< 30% lolos SrO 0.13
Analisa Saringan No.200
BaO 0.21
Pr6O11 0.05
Tabel 7. Hasil Pemeriksaan Abu Batu
No. Karakteristik Interval Hasil Keterangan Nd2O3 0.07
Agregat Pemeriksaan
1 Kadar Air 2% - 5% 3% Memenuhi
2 Kadar max 5% 3% Memenuhi 4.2 Rancang Campur Geopolymer Mortar
Lumpur Dari uji coba campuran awal akhirnya
3 Berat Jenis
SSD 1,5 – 3,3 2,59 Memenuhi
didapatkan komposisi rancang geopolymer
Curah 1,5 – 3,3 2,54 Memenuhi mortar. Komposisi rancang campuran mortar
Semu 1,5 – 3,3 2,78 Memenuhi dapat dilihat pada Tabel 9. Benda uji
4 Penyerapan max 2% 1,75% Memenuhi
Air geopolymer dicuring selama 5, 24 jam dalam
5 Berat Volume oven dengan suhu 38C, dan curing udara.
Lepas 1,4 – 1,9 1,43 Memenuhi
kg/liter Larutan Na2S2O3 dan NaOH digunakan
Padat 1,4 – 1,9 1,74 Memenuhi sebagai bahan alkali pengikat dengan rasio
kg/liter
6 Kadar < No.3 No.2 Memenuhi perbandingan Na2S2O3 dan NaOH adalah 1.5
Organik dengan nilai molaritas adalah 6.25 M.
7 Modulus 2,3 – 3,1 2,45 Memenuhi

Tabel 9. Komposisi Campuran Geopolymer Mortar


Air NaOH Na2S2O3 Fly ash Kapur Pasir Flow Bj segar
(kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (mm) (kg/m3)
49 87,27 130 436,36 654,54 654,54 125 1901,3
4.3 Hasil Pengujian yang diperoleh dari penelitian ,maka diperoleh
Pada penelitian ini dilakukan pengujian beberapa kesimpulan tentang bagaimana pengaruh
berat jenis dimana pada umur 3 hari benda uji variasi curing dengan penggunaan kapur Ca(OH)2
mengalami peningkatan berat jenis sebesar terhadap kuat tekan geopolymer mortar yaitu kuat
1.93 – 2.07 dan kuat tekan benda uji tekan geopolymer dengan campuran kapur padam
menunjukkan nilai kuat tekan mortar pada yang dicuring oven 24 jam mengalami penurunan
umur 3 hari dengan variasi curing oven 5 jam, sebesar 15,57% pada umur 7 hari dan untuk
curing oven 24 jam dan curing udara. Hasil curing udara penambahan kapur padam dapat
menunjukkan bahwa nilai kuat tekan mortar meningkatkan kuat tekan geopolymer mortar
yang dicuring oven 5 jam dan curing udara sebesar 92,03% pada umur 7 hari.Pada umur 1
mengalami peningkatan kuat tekan dan benda dan 3 hari benda uji curing oven 5 jam dan curing
uji yang dioven mengalami penurunan kuat air tidak mengalami penurunan kuat tekan setelah
tekan.Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel direndam air 24 jam. Akan tetapi, pada umur 7
10 dan tabel 11. hari kuat tekan geopolymer mortar mengalami
penurunan untuk semua kondisi curing, sehingga
Tabel 10. Berat Jenis Geopolymer Mortar ketahanan geopolymer mortar menurun akibat
Curing Berat Jenis perendaman air.
(kg/m3)
5h oven 1930.4 5.2 Saran
24h oven 2040.8 Berdasarkan hasil penelitian yang telah
curing udara 2058.4 dilakukan maka sebagai bahan
pertimbangan, diajukan beberapa saran
Tabel 11. Kuat Tekan Geopolymer Mortar sebagai berikut:
Curing Kuat Tekan Benda Uji Umur 3 hari 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
(MPa) terhadap efek variasi molaritas alkali
5h oven 2.5 activator terhadap kuat tekan geopolymer
24h oven 6.45 mortar.
curing udara 2.22 2. Perlu dilakukan kajian terhadap dampak
lingkungan geopolymer.
IV. PENUTUP 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
5.1 Kesimpulan mengenai ketahanan mortar terhadap
Berdasarkan analisis hasil pengujian serta lingkunganaggresif.
pembahasan maka dapat ditarik Berdasarkan hasil

DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 2003. Standard Specification for
Coal Fly Ash and Raw or Calcined Natural 4. Law, D.W., dkk. 2013. Long Term
Pozzolan for Use in Concrete. American Durability Properties of Class F Fly Ash
Standars Test Method Geopolymer Concrete. Department of Civil
2. Ding, Yao. dkk. 2016. Mechanical Engineering, Tadulako University, Palu,
Properties of Alkali-Activated Concrete: A Indonesia.
State-of-the-art-review. China 5. Pan, Zhu. dkk. 2009. An Investigation of
3. Hardiyatmo, H.C. 2010. Stabilitas Tanah The Mechanism for Strength Gain or Loss of
Untuk Perkerasan Jalan. Gadjah Madah Geopolymer Mortar After Exposure to
University Press, Yogyakarta. Elevated Temperature. Curtin University
Technology, Perth, WA, Australia.
6. Sarker, P.K., dkk. 2010. Bond Strength of
Reinforcing Steel Embedded in Fly Ash-
Based Geopolymer Concrete. Curtin
University Technology, Perth, WA,
Australia.
7. Shinde, B.H. 2015. Properties of Fly Ash
based Geopolymer Mortar. India
8. Temuujin, J. 2009. Influence of Calcium
Compounds on The Mechanical Properties
of Fly Ash Geopolymer Pastes. Australia
9. Wardhono, Arie. 2015. The Durability of
Fly Ash Geopolymer and Alkali Activated
Slag Concretes. RMIT University

Anda mungkin juga menyukai