Laporan Portofolio Agama Islam

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PORTOFOLIO

Proses Pernikahan

(Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam)

Disusun Oleh :

Desi Wahyuni

12 ips 2
TAHUN AJARAN 2019-2020

SMAN 1 CIKARANG SELATAN

Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala Yang Maha Pemurah


dan Lagi Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah
Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah melimpahkan Hidayah, Inayah dan
Rahmat-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan penyusunan makalah
pendidikan agama islam dengan judul “Memahami Pentingnya Membaca
Al-Qur’an” tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah sudah kami lakukan semaksimal mungkin dengan


dukungan dari banyak pihak, sehingga bisa memudahkan dalam penyusunannya.
Untuk itu kami pun tidak lupa mengucapkan terima kasih dari berbagai pihak
yang sudah membantu kami dalam rangka menyelesaikan makalah ini.

Tetapi tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa dalam
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa
serta aspek-aspek lainnya. Maka dari itu, dengan lapang dada kami membuka
seluas-luasnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberikan kritik ataupun
sarannya demi penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya penyusun sangat berharap semoga dari makalah yang sederhana ini
bisa bermanfaat dan juga besar keinginan kami bisa menginspirasi para pembaca
untuk mengangkat berbagai permasalah lainnya yang masih berhubungan pada
makalah-makalah berikutnya.

Cikarang, 03 Februari 2020

Penyusun

DAFTAR ISI
BAB I

PEDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk yang memiliki naluri ataupun keinginan


didalam dirinya. Pernikahan merupakan salah satu naluri serta kewajiban dari
seorang manusia. Sesungguhnya Islam telah memberikan tuntunan kepada
pemeluknya yang akan memasuki jenjang pernikahan, lengkap dengan tata cara
atau aturan-aturan Allah Swt. Sehingga mereka yang tergolong ahli ibadah, tidak
akan memilih tata cara yang lain. Namun di masyarakat kita, hal ini tidak banyak
diketahui orang. Menikah merupakan perintah dari Allah Swt. Seperti dalil berikut
ini:

َُ ‫سكهمُ ِمنُ لَكهمُ َجعَ َُل َو‬


‫ّللاه‬ ِ ‫اجا أَنفه‬
ً ‫اجكهمُ ِمنُ لَكهمُ َو َجعَ َُل أَز َو‬
ِ ‫ت ِمنَُ َو َر َزقَكهمُ َو َحفَ َد ُةً بَنِينَُ أَز َو‬ ِ ‫أَفَ ِبال َب‬
ُِ ‫اط ُِل ُۚال َط ِيبَا‬
َُ ُ‫يَكفه هرونَُ ههم‬
ُِ ‫ّللاِ يهؤ ِمنهو َن َوبِنِع َم‬
‫ت‬

“Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau isteri) dari jenis kamu
sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta
memberimu rizki dari yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang bathil
dan mengingkari nikmat Allah?”(An-Nahl;72)

Adapun secara Islam pernikahan itu sendiri mempunyai tatacara, syarat,


tujuan, hukum, serta hikmahnya tersendiri. Berdasarkan dalil dibawah ini
merupakan salah satu tujuan dari pernikahan:

ُ‫ام ال َحالَ ُِل بَينَُ َما فَص هل‬


ُِ ‫ُّف َوالح ََر‬
ُُّ ‫َاح فِي َوالصَوتهُ الد‬
ُِ ‫النِك‬

“ُPemisah antara apa yang halal dan yang haram adalah duff dan shaut
(suara) dalam pernikahan.” (HR. An-Nasa`i no. 3369, Ibnu Majah no. 1896.
Dihasankan Al-Imam Al-Albani rahimahullahu dalam Al-Irwa` no. 1994)

Berdasarkan dalil-dalil diatas jelas sekali Allah Swt. Telah mengatur


sedemikian rupa permasalahan mengenai pernikahan. Adapun pernyempurnaan
dari wahyu yang diturunkan oleh Allah swt. Telah disempurnakan oleh ahli tafsir
dengan mengeluarkan dalil yang dapat memperjelas mengenai pernikahan tanpa
mengubah ketentuan yang telah dit etapkan oleh Allah Swt.
1.2. Rumusan masalah

1. Bagaimana pengertian nikah?


2. Bagaimana hukum nikah?
3. Apa saja hal-hal yang mengharamkan pernikahan?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Nikah

Munakahat berarti perkawinan atau pernikahan. Pernikahan berasal dari kata


dasar nikah dalam bahasa indonesia artinya kawin. Menurut bahasa indonesia,
nikah berarti berkumpul atau bersatu, sedangkan menurut terminologis adalah
akad yang menghalalkan pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang bukan
muhrim sehingga menimbulkan hak dan kewajiban diantara keduanya. Pernikahan
dalam arti luas adalah suatu ikatan lahir batin antara laki-laki dan perempuan
untuk hidup bersama dalam satu rumah tangga.

Menurut istilah hukum syarak, nikah ialah suatu akad atau ikatan perjanjian
yang menghalalkan hubungan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan
yang bukan muhrim untuk membentuk rumah tangga yang diridhoi oleh Allah
SWT. Menurut Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, perkawinan
adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa. Setiap manusia yang sudah dewasa serta sehat jasmani dan rohaninya
pasti membutuhkan teman hidup yang berlawanan jenis kelaminnya. Teman hidup
yang dapat memenuhi kebutuhan biologis, yang dapat mencintai dan dicintai,
yang dapat mengasihi dan dikasihi, serta yang dapat bekerjasama untuk
mewujudkan ketentraman, kedamaian, dan kesejahteraan dalam hidup berumah
tangga. Niikah termasuk perbuatan yang telah dicontohkan oleh nabi
Muhammad saw, atau sunah Rasul. Dalam hal ini Rasulullah saw bersabda:

Dari Anas bin Malik, bahwasanya Nabi saw memuji Allah SWT dan
menyanjung-Nya, beliau bersabda:” Akan tetapi aku shalat, tidur, berpuasa,
makan, dan menikahi wanita, barang siapa yang tidak suka perbuatanku, maka
bukanlah dia dari golonganku”. (HR. Al-Bukhari dan muslim)
2.2. Hukum Nikah

Nikah atau perkawinan merupakan suatu hal yang sangat penting dan mulia
demi terwujudnya suatu rumah tangga yang teratur, harmonis dan sejahtera, serta
terpeliharanya keturunan. Pernikahan sangat dianjurkan dalam islam bagi orang
yang telah memiliki kemampuan, baik lahir maupun batin. Menurut sebagian
besar ulama hukum nikah pada dasarnya adalah mubah, artinya boleh dikerjakan
dan boleh ditinggalkan. Kemudian hukumnya bergantung pada kondisi atau
keadaan orang yang bersangkutan, hukum pernikahan terbagi ke dalam lima
kategori hukum sebagai berikut:

1. Mubah

Hukum asli pernikahan adalah mubah atau boleh, artinya setiap orang yang
memenuhi syarat-syarat tertentu boleh menikah dengan calon pasangannya.
Mubah artinya boleh dikerjakan boleh ditinggalkan. Dikerjakan tidak ada
pahalanya dan ditinggalkan tidak berdosa. Meskipun demikian, ditinjau dari segi
kondisi orang yang akan melakukan pernikahan, hukum nikah dapat berubah
menjadi sunnah, wajib, makruh atau haram.

2. Sunnah
Nikah hukumnya sunnah bagi mereka yang telah memenuhi syarat-syarat
pernikahan dan berkeinginan untuk menikah, mempunyai kemampuan lahir
(memberi nafkah) dan batin (sehat mental dan rohaninya), serta memiliki
tanggung jawab terhadap rumah tangga dan mampu mengendalikan diri dari
perzinaan walaupun tidak segera atau bagi orang yang berkeinginan menikah
serta cukup sandang pangan.

3. Wajib
Nikah bagi mereka yang telah mempunyai kemampuan lahir dan batin,
cukup umur, mampu mencukupi kebutuhan rumah tangga, serta khawatir
terjerumus ke dalam perbuatan zina maka hukumnya wajib. Sebab ditakutkan
terjerumus ke lembah perzinaan dan seks bebas yang mendatangkan dosa besar.
4. Makruh
Nikah hukumnya makruh bagi mereka yang berkeinginan untuk menikah,
namun belum mempunyai kemampuan memberi nafkah. Dikhawatirkan setelah
menikah tidak bertanggung jawab atas rumah tangganya.

5. Haram
Nikah juga menjadi haram hukumnya manakala pernikahan tersebut
dimaksudkan untuk menyakiti atau balas dendam terhadap pasangannya, atau
menikahi orang atau pasangan yang masih mahram.

2.3. Syarat Dan Rukun Nikah

Rukun nikah itu ada lima yaitu sebagai berikut:

1. Calon Suami

Calon suami, dengan syarat:

a. Beragama islam

b. Bukan muhrimnya wanita, baik muhrim nasab, rodlo’, mushoharoh

c. Muhrim nasabah ialah orang yang tidak boleh dinikahi karena keturunan.

d. Tidak dipaksa atau terpaksa

e. Tidak punya istri yang haram dimadu dengan bakal istrinya

f. Tidak sedang ihram haji/umrah

2. Calon Istri

Calon istri dengan syarat:


a. Beragama islam

b. Tidak bersuami atau tidak dalam masa iddah

c. Bukan muhrimnya calon suami

d. Jelas orangnya

e. Bukan dalam keadaan berihram haji/umrah

f. Bukan wanita musyrik.

3. Wali
Wali adalah orang yang bertanggung jawab menikahkan pengantin
perempuan, baik wali nasab maupun wali hakim berhak menikahkan ,dengan
syarat:
a. Beragam islam

b. Lelaki dan bukannya perempuan


c. Baligh
d. Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan
e. Tidak fasiq
f. Tidak cacat akal fikiran,gila, terlalu tua dan sebagainya
g. Merdeka
4. Dua Orang Saksi

Syarat untuk menjadi saksi yaitu sebagai berikut:

a. Minimal dua orang saksi

b. Islam

c. Baligh

d. Berakal

e. Merdeka
f. Laki-laki

g. Adil

5. Ijab & Qabul

Ijab ialah ucapan wali yang berisi pernyataan menikahkan anaknya atau
yang menjadi anak karena pertalian darah. Misalnya, saya nikahkan engkau
dengan anak saya bernama zahra binti Abdul Razaq dengan maskawin sebuah
kitab suci Alqur’an dan seperangkat alat salat tunai.
Kabul ialah ucapan salon suami yang berisi penerimaan nikah dirinya
dengan calon istrinya. Misalnya, saya terima nikahnya Zahra binti Abdul Razaq
dengan maskawin satu buah kitab suci Alqur’an dan seperangkat alat salat
dibayar tunai

BAB III
3.1 Kesimpulan

Pernikahan merupakan suatu akad untuk menghalalkan hubungan antara


laki-laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan kebahagiaan hidup
berkeluarga yang diridhoi oleh Allah SWT. Menurut sebagian besar ulama
hukum nikah pada dasarnya adalah mubah, artinya boleh dikerjakan dan boleh
ditinggalkan. Kemudian hukumnya bergantung pada kondisi atau keadaan orang
yang bersangkutan, hukum pernikahan terbagi ke dalam lima kategori hukum
yaitu mubah, sunnah, wajib, makruh dan haram.

Allah dan Rasul-Nya menjelaskan berbagai pernikahan yang dilarang


dilakukan seperti nikah syighar, nikah tahlil, nikah mut’ah, nikah dalam masa
‘iddah, nikah dengan wanita kafir selain yahudi dan nasrani, nikah dengan
wanita-wanita yang diharamkan karena senasib atau hubungan kekeluargaan
karena pernikahan, nikah dengan wanita yang haram dinikahi disebabkan
sepersusuan, nikah yang menghimpun wanita dengan bibinya, baik dari pihak
ayahnya maupun dari pihak ibunya, nikah dengan isteri yang telah ditalak tiga,
nikah dengan wanita yang masih bersuami, nikah dengan wanita pezina/pelacur
dan lain-lain. Rukun nikah itu ada lima yaitu sebagai berikut: calon suami, calon
istri, wali, dua orang saksi, ijab dan qabul.

tata cara melangsungkan perkawinan diatur dalam Peraturan Pemerintah


Nomor 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan (PP 9/1975). Tata cara melangsungkan perkawinan
terbagi menjadi empat tahap. yaitu: laporan, pengumuman, pencegahan dan
pelangsungan.

3.2 Saran
Sebagai seorang muslim sebaiknya melakukan jalan nikah
untuk menghindari dan menjauhkan perbuatan kearah perzinahan.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Pernikahan_dalam_Islam

https://thegorbalsla.com/syarat-dan-rukun-nikah/

https://wolipop.detik.com/wedding-news/d-4783153/5-hukum-nikah-dalam-islam-
yang-wajib-diketahui
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai