Laporan Portofolio Agama Islam
Laporan Portofolio Agama Islam
Laporan Portofolio Agama Islam
Proses Pernikahan
(Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam)
Disusun Oleh :
Desi Wahyuni
12 ips 2
TAHUN AJARAN 2019-2020
Kata Pengantar
Tetapi tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa dalam
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa
serta aspek-aspek lainnya. Maka dari itu, dengan lapang dada kami membuka
seluas-luasnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberikan kritik ataupun
sarannya demi penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat berharap semoga dari makalah yang sederhana ini
bisa bermanfaat dan juga besar keinginan kami bisa menginspirasi para pembaca
untuk mengangkat berbagai permasalah lainnya yang masih berhubungan pada
makalah-makalah berikutnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PEDAHULUAN
“Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau isteri) dari jenis kamu
sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta
memberimu rizki dari yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang bathil
dan mengingkari nikmat Allah?”(An-Nahl;72)
“ُPemisah antara apa yang halal dan yang haram adalah duff dan shaut
(suara) dalam pernikahan.” (HR. An-Nasa`i no. 3369, Ibnu Majah no. 1896.
Dihasankan Al-Imam Al-Albani rahimahullahu dalam Al-Irwa` no. 1994)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Nikah
Menurut istilah hukum syarak, nikah ialah suatu akad atau ikatan perjanjian
yang menghalalkan hubungan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan
yang bukan muhrim untuk membentuk rumah tangga yang diridhoi oleh Allah
SWT. Menurut Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, perkawinan
adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa. Setiap manusia yang sudah dewasa serta sehat jasmani dan rohaninya
pasti membutuhkan teman hidup yang berlawanan jenis kelaminnya. Teman hidup
yang dapat memenuhi kebutuhan biologis, yang dapat mencintai dan dicintai,
yang dapat mengasihi dan dikasihi, serta yang dapat bekerjasama untuk
mewujudkan ketentraman, kedamaian, dan kesejahteraan dalam hidup berumah
tangga. Niikah termasuk perbuatan yang telah dicontohkan oleh nabi
Muhammad saw, atau sunah Rasul. Dalam hal ini Rasulullah saw bersabda:
Dari Anas bin Malik, bahwasanya Nabi saw memuji Allah SWT dan
menyanjung-Nya, beliau bersabda:” Akan tetapi aku shalat, tidur, berpuasa,
makan, dan menikahi wanita, barang siapa yang tidak suka perbuatanku, maka
bukanlah dia dari golonganku”. (HR. Al-Bukhari dan muslim)
2.2. Hukum Nikah
Nikah atau perkawinan merupakan suatu hal yang sangat penting dan mulia
demi terwujudnya suatu rumah tangga yang teratur, harmonis dan sejahtera, serta
terpeliharanya keturunan. Pernikahan sangat dianjurkan dalam islam bagi orang
yang telah memiliki kemampuan, baik lahir maupun batin. Menurut sebagian
besar ulama hukum nikah pada dasarnya adalah mubah, artinya boleh dikerjakan
dan boleh ditinggalkan. Kemudian hukumnya bergantung pada kondisi atau
keadaan orang yang bersangkutan, hukum pernikahan terbagi ke dalam lima
kategori hukum sebagai berikut:
1. Mubah
Hukum asli pernikahan adalah mubah atau boleh, artinya setiap orang yang
memenuhi syarat-syarat tertentu boleh menikah dengan calon pasangannya.
Mubah artinya boleh dikerjakan boleh ditinggalkan. Dikerjakan tidak ada
pahalanya dan ditinggalkan tidak berdosa. Meskipun demikian, ditinjau dari segi
kondisi orang yang akan melakukan pernikahan, hukum nikah dapat berubah
menjadi sunnah, wajib, makruh atau haram.
2. Sunnah
Nikah hukumnya sunnah bagi mereka yang telah memenuhi syarat-syarat
pernikahan dan berkeinginan untuk menikah, mempunyai kemampuan lahir
(memberi nafkah) dan batin (sehat mental dan rohaninya), serta memiliki
tanggung jawab terhadap rumah tangga dan mampu mengendalikan diri dari
perzinaan walaupun tidak segera atau bagi orang yang berkeinginan menikah
serta cukup sandang pangan.
3. Wajib
Nikah bagi mereka yang telah mempunyai kemampuan lahir dan batin,
cukup umur, mampu mencukupi kebutuhan rumah tangga, serta khawatir
terjerumus ke dalam perbuatan zina maka hukumnya wajib. Sebab ditakutkan
terjerumus ke lembah perzinaan dan seks bebas yang mendatangkan dosa besar.
4. Makruh
Nikah hukumnya makruh bagi mereka yang berkeinginan untuk menikah,
namun belum mempunyai kemampuan memberi nafkah. Dikhawatirkan setelah
menikah tidak bertanggung jawab atas rumah tangganya.
5. Haram
Nikah juga menjadi haram hukumnya manakala pernikahan tersebut
dimaksudkan untuk menyakiti atau balas dendam terhadap pasangannya, atau
menikahi orang atau pasangan yang masih mahram.
1. Calon Suami
a. Beragama islam
c. Muhrim nasabah ialah orang yang tidak boleh dinikahi karena keturunan.
2. Calon Istri
d. Jelas orangnya
3. Wali
Wali adalah orang yang bertanggung jawab menikahkan pengantin
perempuan, baik wali nasab maupun wali hakim berhak menikahkan ,dengan
syarat:
a. Beragam islam
b. Islam
c. Baligh
d. Berakal
e. Merdeka
f. Laki-laki
g. Adil
Ijab ialah ucapan wali yang berisi pernyataan menikahkan anaknya atau
yang menjadi anak karena pertalian darah. Misalnya, saya nikahkan engkau
dengan anak saya bernama zahra binti Abdul Razaq dengan maskawin sebuah
kitab suci Alqur’an dan seperangkat alat salat tunai.
Kabul ialah ucapan salon suami yang berisi penerimaan nikah dirinya
dengan calon istrinya. Misalnya, saya terima nikahnya Zahra binti Abdul Razaq
dengan maskawin satu buah kitab suci Alqur’an dan seperangkat alat salat
dibayar tunai
BAB III
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Sebagai seorang muslim sebaiknya melakukan jalan nikah
untuk menghindari dan menjauhkan perbuatan kearah perzinahan.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Pernikahan_dalam_Islam
https://thegorbalsla.com/syarat-dan-rukun-nikah/
https://wolipop.detik.com/wedding-news/d-4783153/5-hukum-nikah-dalam-islam-
yang-wajib-diketahui
LAMPIRAN