Makalah RPK

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH DAN PRESENTASI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. B


DENGAN KASUS “RESIKO PERILAKU KEKERASAN ”
DI RUANG SADEWA RSJD DR. ARIF ZAINUDIN SURAKARTA

Di Susun Oleh :
Kelompok 5

1. Raditya Widilaksana (201906055)


2. Ratih Kharismawati (201906057)
3. Reka Septia Dwi K. (201906058)
4. Ridwan Ahmad M. (201906059)
5. Salis Nur Hanafi (201906061)
6. Siti Marfu’ah (201906064)
7. Tri Susilowati (201906067)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

2019/2020

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan presentasi dengan kasus RESIKO PERILAKU KEKERASAN di Ruang

Sadewa RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta. Telah disetujui dan disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Menyetujui,

Pembimbing Lahan, Pembimbing Akademik,

( ) ( )

ii
KATA PENGANTAR

Pertama – tama marilah kita ucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahamat dan hidayah-Nya kepada kita semua.
Penulis mengucapakan terima kasih kepada orang – orang yang telah memberikan
bantuan dalam proses penyusunan makalah yang berjudul MAKALAH PRESENTASI
KASUS DENGAN MASALAH RESIKO PERILAKU KEKERASAN. Dengan adanya
penyusunan makalah ini, semoga kita dapat mengetahui tentang penyakit dan masalah yang
dapat ditimbulkan.

Penulis menyadari mungkin dalam penyusunan makalah ini belum sepenuhnya


sempurna, untuk itu dapat kiranya untuk memberikan masukan mengenai laporan ini, agar kita
semua lebih memahami tentang MAKALAH PRESENTASI KASUS DENGAN MASALAH
RESIKO PERILAKU KEKERASAN.

Walaupun demikian penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Surkarta, 23 Januari 2020

iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.. ................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................2
C. Tujuan ..............................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi .............................................................................................................4
B. Rentang Respon ................................................................................................4
C. Etiologi ..............................................................................................................5
D. Tanda dan Gejala...............................................................................................5
E. Akibat ...............................................................................................................5
F. Pohon Masalah .................................................................................................5
G. Masalah Keperawatan dan Data yang Dikaji ....................................................5
H. Diagnosa Keperawatan......................................................................................7
I. Intervensi keperawatan......................................................................................7
BAB III KASUS ....................................................................................................... ..15
BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................................37
BAB V PENUTUP .......................................................................................................38
A. Kesimpulan .................................................................................................... 38
B. Saran ............................................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau
marah yang bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain. Gangguan jiwa perilaku
kekerasan dapat terjadi pada setiap orang memiliki tekanan batin yang berupa kebencian
terhadap seseorang. Maka seseorang yang memiliki gangguan jiwa perilaku kekerasan ini
perlu mendapatkan perhatian khususnya dalam perawatan supaya resiko tindakan yang
dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain bisa diperkecil. (Yosep, 2007).
Salah satu bentuk gangguan jiwa adalah perilaku amuk. Amuk merupakan respon
kemarahan yang palin maladaftif yang ditandai dengan perasaan marah dan bermusuhan
yang kuat disertai hilangnya kontrol, dimana individu dapat merusak diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan (Keliat, 2010).
Tingkah laku amuk dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain model teori
importation yang mencerminkan kedudukan klien dalam membawa atau mengadopsi nilai-
nilai tertentu. Model teori yang kedua yaitu model situasionisme, amuk adalah respon
terhadap keunikan, kekuatan dan lingkungan rumah sakit yang terbatas yang membuat
klien merasa tidak berharga dan tidak diperlakukan secara manusiawi. Model selanjutnya
yaitu model interaksi, model ini menguraikan bagaimana proses interaksi yang terjadi
antara klien dan perawat dapat memicu atau menyebabkan terjadinya tingkah laku amuk.
Amuk merupakan respon marah terhadap adanya stress, cemas, harga diri rendah, rasa
bersalah, putus asa dan ketidakberdayaan. Respon ini dapat diekspresikan secara internal
maupun eksternal. Secara internal dapat berperilaku yang tidak asertif dan merusak diri,
sedangkan secara eksternal dapat berupa perilaku destruktif agresif. Adapun respon
marah diungkapkan melalui 3 cara yaitu secara verbal, menekan dan menantang.(Keliat,
2010)
World health organization (WHO) Global Campaign for Violence Prevention tahun
2003, menginformasikan bahwa 1,6 juta penduduk dunia kehilangan hidupnya karena
tindak kekerasan dan penyebab utama kematian pada mereka yang berusi antara 15 hingga
44 tahun. Sementara itu, jutan anak-anak di dunia dianiaya dan ditelantarkan oleh orangtua
mereka atau yang seharusnya mengasuh mereka. Terjadi 57.000 kematian karena tindak

1
kekerasan terhadap anak di bawah usia 15 tahun pada tahun 2000, dan anak berusia 0-4
tahun lebih dari dua kali lebih banyak dari anak berusia 5-14 tahun yang mengalami
kematian. Terdapat 4-6% lansia mengalami penganiayaan di rumah. Defisir kapasitas
mental tau retardasi mental 34%, disfungsi mental misalnya kecemasan, depresi, dan
sebagainya 16,2%, sedang disintegrasi mental atau psikosis 5,8%. (Hamid, 2009) Menurut
Yosep, Keliat, dan Hamid, perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
orang lain, ataupun terhadap lingkungan sekitar. RSJD Surakarta merupakan satu-satunya
Rumah sakit jiwa di karesidenan Surakarta, dan merupakan rumah sakit pendidikan.Serta
memiliki pasien dari berbagai daerah di Surakrta dan sekitarnya.Dampak perkembangan
zaman dan dewasa ini juga menjadi faktor peningkatan permasalahan kesehatan yang ada,
menjadikan banyaknya masalah kesehatan fisik juga masalah mental/spiritual.Kesehatan
jiwa (mental health) menurut Undang-Undang No.3 tahun 1996 adalah suatu kondisi yang
memungkinkan perkembangan psikis, intelektual dan emosional yang optimal.
Perbandingan gangguan jiwa perilaku kekerasan yang ada di RSJD Surakarta kurang lebih
34%, jika dibandingkan dengan ganggua jiwa lainnya. Diantaranya halusinasi 42%, harga
diri rendah 14,5%, defisit perawatan diri 5,6% dan menarik diri 3,9%. Gangguan perilaku
kekerasan yang terjadi dikarenakan anggapan sebagian orang merupakan pengaruh
magis.Sehingga masyarakat lebih percaya dengan memanfaatkan pengobatan supranatural
atau dukun dibandingkan dengan pengobatan medis.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, penulis ingin memberikan
asuhan keperawatan jiwa khususnya perilaku kekerasan dengan pelayanan secar holistik
dan komunikasi terapeutik dalam meningkatkan kesejahteraan serta mencapai tujuan yang
diharapkan. Menurut hasil survey Kesehatan Mental 1995 ditemukan 185 per 1000
penduduk di Indonesia menunjukan adanya gejala gangguan jiwa. Hal ini didukung data
dari depkes RI yang melaporkan bahwa di Indonesia jumlah penderita penyakit jiwa berat
sekitar 6 juta orang atau sekitar 2,5% dari total penduduk Indonesia. Perilaku kekerasan
merupakan salah satu penyakit jiwa yang ada di Indonesia, dan hingga saat ini diperkirakan
jumlah penderitanya mencapai 2 juta orang.Hal ini didukung oleh data dari catatan medical
record RSJD Surakarta pada tahun 2002.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari perilaku kekerasan?

2
2. Bagaimana rentang respon terhadap perilaku kekerasan?
3. Apa saja penyebab dari perilaku kekerasan?
4. Bagaimana tanda gejala dari perilaku kekerasan?
5. Bagaimana akibat yang ditimbulkan dari perilaku kekerasan?
6. Bagaimana konsep pohon masalah pada perilaku kekerasan?
7. Apa saja masalah keperawatan yang muncul dan data yang perlu dikaji terhadap
perilaku kekerasan?
8. Bagaimana rencana keperawatan yang dapat dilakukan terhadap perilaku
kekerasan?

1.3. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui tentang konsep teori dan asuhan keperawatan klien dengan perilaku
kekerasan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian dari perilaku kekerasan
b. Memahami rentang respon terhadap perilaku kekerasan
c. Mengetahui penyebab dari perilaku kekerasan
d. Memahami tanda dan gejala dari perilaku kekerasan
e. Memahami akibat dari perilaku kekerasan
f. Memahami konsep pohon masalah pada perilaku kekerasa
g. Memahami masalah keperawatan yang muncul pada perilaku kekerasan dan data
yang perlu dikaji
h. Memahami rencana keperawatan yang akan dilakukan terhadap perilaku kekerasan

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah
yang tidak konstruktif. Pengungkapkan kemarahan secara tidak langsung dan
konstrukstif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain
untuk mengerti perasaan yang sebenarnya. Kemarahan yang ditekan atau pura-pura
tidak marah akan mempersulit diri sendiri dan mengganggu hubungan
interpersonal. Sedangkan menurut Carpenito 2000, Perilaku kekerasan adalah
keadaan dimana individu-individu beresiko menimbulkan bahaya langsung pada
dirinya sendiri atau pun orang lain.
Individu melakukan kekerasan akibat adanya frustasi yang dirasakan sebagai
pemicu dan individu tidak mampu berpikir serta mengungkapkan secara verbal
sehingga mendemostrasikan pemecahan masalah dengan cara yang tidak adekuat
(Rawlins and Heacoco, 1998). Sedangkan menurut Keliat (1999), perilaku kekerasan
adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai dengan hilangnya kontrol
diri atau kendali diri.
2.2. Rentang Respon
Rentang Respon Marah
Respon Respon
Adaptif Maladaptif
Asertif Frustasi Pasif Agresif Perilaku
kekerasan
a. Asertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang
lain, tanpa merendahkan harga diri orang lain.
b. Frustasi adalah respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan.
c. Pasif adalah respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang
dialami, sifat tidak berani mengungkapkan keinginan dan pendapat sendiri, tidak

4
ingin terjadi konflik karena takut akan tidak disukai atau menyakiti perasaan orang
lain.
d. Agresif adalah sikap membela diri sendiri dengan cara melanggar hak orang lain.
e. Perilaku kekerasan adalah perilaku destruktif dan tidak terkontrol disebut sebagai
gaduh gelisah atau amuk

2.3. Etiologi
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri
rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga
diri dapat digambarkan sebagai perasaan negative terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
2.4. Tanda dan Gejala
a. Muka merah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Jalan mondar-mandir
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Mengancam secara verbal atau fisik
i. Melempar atau memukul benda atua orang lain
j. Merusak barang atau benda
k. Tidak memiliki kemampuan mencegah atau mengendalikan oerilaku kekerasan
2.5. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan berbahaya
bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang orang lain,
memecahkan perabot, membakar rumah dll. Sehingga klien dengan perilaku kekerasan
beresiko untuk mencederai diri orang lain dan lingkungan.

5
2.6. Pohon Masalah

Resiko menciderai diri sendiri, orang lain


dan lingkungan

Perilaku kekerasan

Gangguan Konsep diri Harga Diri Rendah

2.7. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


a. Masalah keperawatan:
1) Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
2) Perilaku kekerasan / amuk
3) Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah
4) Koping Individu Tidak Efektif
b. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasan
1) Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif :
 Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
 Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang
kesal atau marah.
 Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
 Mata merah, wajah agak merah.
 Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul
diri sendiri/orang lain.
 Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
 Merusak dan melempar barang-barang.

6
2) Perilaku kekerasan / amuk
Data Subyektif :
 Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
 Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang
kesal atau marah.
 Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Obyektif :
 Mata merah, wajah agak merah.
 Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
 Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
 Merusak dan melempar barang-barang.
3) Gangguan harga diri : harga diri rendah
Data subyektif:
 Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data obyektif:
 Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.
2.8. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Perilaku Kekerasan
2. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
3. Resiko Menciderai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan
2.9. Rencana Tindakan Keperawatan
1. Diagnosa : Resiko Perilaku Kekerasan
Tujuan Umum: Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Tujuan Khusus:
a. Klien dapat membinahu bungan saling percaya.
Tindakan:
1) Bina hubungan saling percaya :salam terapeutik, empati, sebut nama perawat
dan jelaskan tujuan interaksi.
2) Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
3) Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.

7
b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan:
1) Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
2) Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
3) Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap
tenang.
c. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
Tindakan :
1) Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal.
2) Observasi tanda perilaku kekerasan.
3) Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami klien.
d. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Tindakan:
1) Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
2) Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
3) Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?"
e. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Tindakan:
1) Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
2) Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
3) Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
f. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.
Tindakan :
1) Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
2) Diskusikan cara lain yang sehat. Secara fisik :tarik nafas dalam jika sedang
kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.
3) Secara verbal : katakana bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung
4) Secara spiritual : berdoa, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi
kesabaran.
g. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Tindakan:
1) Bantu memilih cara yang paling tepat.

8
2) Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
3) Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
4) Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.
5) Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.
h. Klien mendapat dukungan dari keluarga.
Tindakan :
1) Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan
keluarga.
2) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
i. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
1) Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek
samping).
2) Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis,
cara dan waktu).
3) Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
2. Diagnosa : Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
Tujuan Umum : Klien tidak melakukan kekerasan
Tujuan Khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
1) Binahubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat
dan jelaskan tujuan interaksi.
2) Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
3) Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dana spek positif yang dimiliki.
Tindakan:
1) Diskusikan kemampuan dana spek positif yang dimiliki
2) Hindari penilaian negative setiap pertemuan klien
3) Utamakan pemberian pujian yang realitas

9
c. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri dan
keluarga
Tindakan:
1) Diskusikan kemampuan dana spek positif yang dimiliki
2) Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang kerumah
d. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan yang
dimiliki
Tindakan :
1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan.
2) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.
3) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
1) Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
2) Beri pujian atas keberhasilan klien
3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
f. Kliendapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
2) Bantu keluarga member dukungan selama klien dirawat
3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
4) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
3. Diagnosa : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan umum : Pasien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan khusus :
- Pasien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya
- Pasien mampu mengungkapkan perasaannya
- Pasien mampu meningkatkan harga dirinya
- Pasien mampu menggunakan cara penyelesaiaan masalah yang baik

10
Tindakan :
1. Mendikusikan cara mengatasi keinginan mencederai diri sendiri, orang laain dan
lingkungan
2. Meningkatkan harga diri pasien dengan cara :
a. Memberikan kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya
b. Memberikan pujian jika pasien dapat mengatakan perasaan yang positif
c. Meyakinkan pasien bahawa dirinya penting
d. Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien
e. Merencanakan yang dapat pasien lakukan
3. Tingkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara :
a. Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya
b. Mendiskusikan dengan pasien efektfitas masing-masing cara penyelesian
masalah dan cara menyelesaikan masalah yang lebih baik

11
TABEL PICO

Penulis, Tahun, Dan Hasil


No Perlakuan Kontrol Sampel Metode
Judul Yang Diukur Temuan
1. Vevi Suryenti Putri, Satu kelompok Tidak Ada Populasi dalam penelitian Pre- Perbandingan Ada pengaruh
akan mendapat Kelompok ini adalah seluruh pasien Experimental rata-rata sebelum strategi pelaksanaan
Restia Mella N dan
perlakuan Kontrol resiko perilaku kekerasan Dengan One dan sesudah komunikasi
Salvita Fitrianti komunikasi yang ada di Ruang Rawat Group Pre- perlakuan dengan terapeutik resiko
terapeutik pada Inap Rumah Sakit Jiwa Test And Post komunikasi perilaku kekerasan
2018 pasien resiko Daerah Provinsi Jambi Test Design terapeutik pada pada pasien
perilaku tahun sebanyak 98 orang pasien perilaku gangguan jiwa di
Pengaruh Strategi kekerasan dengan jumlah sampel 20 kekerasan. ruang rawat inap
Pelaksanaan Komunikasi sebanyak 20 responden. Penelitian ini Rumah Sakit Jiwa
orang. dilakukan pada tanggal 12- Daerah Provinsi
Terapeutik Terhadap
19 Juli 2018. Jambi tahun 2018.
Resiko Perilaku
Kekerasan Pada Pasien
Gangguan Jiwa Di
Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Jambi

2. Abdul Muhith, Arief Satu kelompok Tidak Ada Populasi seluruh perawat Desain Menganalisis Ada hubungan yang
akan mendapat Kelompok yang bertugas di Instalasi penelitian hubungan antara bermakna antara
Fardiansyah, Nurul
perlakuan yang Kontrol IPCU RSJ. Dr. Radjiman pendekatan Perilaku Perilaku kekerasan
Mawaddah, Mulyatin sama di analisis Wediodiningrat Lawang cross Kekerasan Pasien pasien dengan Stres
untuk menguji sebanyak 40 orang. Teknik sectional dengan Stres pada pada perawatdi
2018 hubungan antara pengambilan sampel dalam perawat di Intensive Psychiatry
Perilaku penelitian ini menggunakan Intensive Care Unit (IPCU)

12
Penulis, Tahun, Dan Hasil
No Perlakuan Kontrol Sampel Metode
Judul Yang Diukur Temuan
Hubungan Perilaku Kekerasan Pasien probability sampling dengan Psychiatry Care RS Dr. Radjiman
Kekerasan Pasien dengan Stres di jenis simple random Unit (IPCU) RS Wediodiningrat
RSJ Dr.Radjiman sampling. Berdasarkan Dr.Radjiman Lawang. Semakin
Dengan Stres Perawat Di Wediodiningrat rumus pengambilan sampel, Wediodiningrat tinggi tingkat
Instalasi Ipcu Rsj. Dr. Lawang jadi sampel yang diambil Lawang. perilaku kekerasan
adalah sebanyak 28 orang. pasien pada perawat
Radjiman Wediodiningrat
yang bekerja di
Lawang (Relationship Intensive Psychiatry
Between The Violence Of Care Unit (IPCU),
maka tingkat stres
Patient Violence And yang dirasakan juga
Nurse Stress In Rsj Ipcu akan semakin
meningkat,
Installation. Dr.
Radjiman Wediodiningrat
Lawang)

3. Sujarwo, Livana PH Satu kelompok Tidak Ada Populasi dalam penelitian Penelitian ini Mengetahui Penerapan stategi
yang berisi Kelompok ini adalah semua pasien menggunaka strategi pelaksanaan (SP)
2018 pasien dengan Kontrol dengan masalah resiko n pendekatan pelaksanaan yang perilaku kekerasan
masalah resiko perilaku kekerasan di ruang kualititatif efektif untuk yang paling efektif
Studi Fenomenologi : perilaku Rawat Inap Laki laki RSJD mengontrol menurut pasien
Strategi Pelaksanaan kekerasan di Dr. Amino Gondhutomo perilaku perilaku kekerasan
ruang Rawat Inap Semarang. Adapun kriteria kekerasan di ruang rawat inap
Yang Efektif Untuk Laki laki RSJD inklusi dari penelitian ini menurut pasien di laki laki RSJD Dr.
Mengontrol Perilaku Dr. Amino antara lain pasein sehat Amino

13
Penulis, Tahun, Dan Hasil
No Perlakuan Kontrol Sampel Metode
Judul Yang Diukur Temuan
Kekerasan Menurut Gondhutomo secara fisik, pasien dengan ruang rawat inap Gondohuttomo
Pasien Di Ruang Rawat Semarang, resiko perilaku kekerasan, laki laki Semarangadalah
sebanyak 6 mampu berkomunikasi dengan cara Spiritual
Inap Laki Laki penderita dengan baik, pasien dan Napas Dalam
kooperatif dan dapat karena memberikan
mengungkapkan perasannya ketenangan dan rasa
secara verbal dengan baik. lega.
Sebanyak 6 pnderita
skizofrenia dengan resiko
perilaku kekerasan.

14
BAB III
KASUS

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA

Tanggal MRS : 01-01-2020


Tanggal Dirawat di Ruangan : 02-01-2020
Tanggal Pengkajian : 23 Januari 2020
Ruang Rawat : Sadewa

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. B (L)
Umur : 32 Tahun
Alamat : Karanganyar
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Status : Belum menikah
Pekerjaan : Tidak Bekerja
JenisKel. : Laki-laki
No CM : 035886

II. ALASAN MASUK


a. Data Primer
Pasien merasa emosi, marah – marah saat pasien meminta sesuatu tapi tidak
diberi, pada saat di rumah, pasien minta uang ke pamannya, tetapi pamannya tidak
menggubris, pasien merasa tidak dianggap dan merasa emosi.
b. Data Sekunder
Pasien merasa kesal dengan pamannya karena merasa tidak digubris dan tidak
dihargai. Pasien langsung merusak rumah pamannya dengan mencangkuli semua pintu
di rumah pamannya.
c. Keluhan Utama Saat Pengkajian

15
Pasien marah – marah dan emosi karena tidak diberi uang, oleh pamannya dan
pasien mencangkuli semua pintu di rumah pamannya.
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (FAKTOR PRESIPITASI)
Pasien merasa emosi, marah – marah saat pasien meminta uang pada pamannya
tapi tidak diberi, pasien merasa tidak digubris dan tidak dihargai oleh pamannya dan
pamannya malah keluar pergi, karena itu pasien merasa emosi, marah – marah kemudian
pasien pergi ke rumah pamannya dan mencangkuli semua pintu di rumah pamannya.
Setelah itu paman pasien pulang, dan merasa marah kemudian pasien dibawa ke RSJD
dr. Arif Zainudin Surakarta pada tanggal 1 Januari 2020 dan dirawat di ruang Puntadewa
sebelum pindah ke ruang Sadewa.

IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU (FAKTOR PREDISPOSISI)


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
 Ya
 Tidak
Jika Ya, Jelaskan kapan, tanda gejala/keluhan:
Pasien pernah dirawat di RSJD Dr. Arif Zainudin 1 tahun yang lalu dengan
alasan yang sama yaitu emosi dan marah – marah karena meminta sesuatu tapi tidak
diberi. Dan pasien memiliki perasaan seperti tidak pernah dihargai dan apapun yang
diperbuat selalu salah. Karena itu pasien lebih merasa di rumah temannya daripada di
rumahnya sendiri.
2. Faktor Penyebab/Pendukung :
a. Riwayat Trauma
Usia Pelaku Korban Saksi
1. Aniaya fisik 8 Th Ayah Tn. B …………
2. Aniaya seksual ………… ………… ………… …………
3. Penolakan ………… ………… ………… …………
4. Kekerasan dalam keluarga ………… ………… ………… …………
5. Tindakan kriminal ………… ………… ………… …………
Jelaskan:
Pasien pernah mengalami aniaya fisik pada saat pasien berumur 8 tahun yaitu
saat SD dipukul ayahnya menggunakan kayu yang ada bara apinya karena pasien

16
minta uang ke ayah pasien tapi tidak diberi. Pasien menjadi pelaku perusakan di
rumah pamannya karena mencangkuli semua pintu yang ada di rumah pamannya
Diagnosa Keperawatan : Respon pasca trauma, Resiko Perilaku Kekerasan
b. Pernah melakukan upaya / percobaan / bunuh diri
Jelaskan:
Pasien tidak pernah memiliki pikiran atau upaya percobaan bunuh diri
Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah

c. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan (peristiwa kegagalan, kematian,


perpisahan )
Jika ada jelaskan :
Pasien pernah dipukul dengan kayu yang ada bara apinya oleh ayahnya.
Kemudian pasien tidak pernah dikabari oleh keluarga saat pasien bekerja di luar
pulau, saat ibu kandungnya meninggal dunia. Saat ini pasien merasa tidak dianggap
dan tidak dihargai , pasien merasa marah dan pasien langsung pulang dan melihat
ibunya yang sudah di makamkan.
Diagnosa Keperawatan : Harga Diri Rendah

d. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)


 Ya
 Tidak
Jika ya Jelaskan
Pasien mengatakan bahwa tidak mengalami penyakit fisik sebelum MRS
Diagnosa Keperawatan :Tidak ada masalah

e. Riwayat Penggunaan NAPZA


Pasien mengatakan bahwa tidak menggunakan NAPZA
Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah

3. Upaya yang telah dilakukan terkait kondisi di atas dan hasilnya :


Jelaskan:

17
Pada saat pasien mulai marah – marah dan emosi, pasien pergi keluar ke rumah
temannya dan merasa lebih tenang dari pada di rumah sendiri.
Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Anggota keluarga yang gangguan jiwa ?
 Ada
 Tidak
Jika ada : Tidak ada
Hubungan keluarga : Tidak ada
Gejala : Tidak ada
Riwayat pengobatan : Tidak ada
Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah
V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (Sebelum dan sesudah sakit)
1. Genogram:

X X X X

X X X

: laki-laki : garis keturunan

: perempuan : tinggal serumah

X : meninggal ↗ : pasien

18
Jelaskan:
Pasien memiliki 2 saudara perempuan kakak dan adik. Kakak dan adik pasien sudah
menikah dan memiliki anak. Pasien dan adik perempuannya tinggal satu rumah. Ayah dan
ibu pasien sudah meninggal dunia. Ayah pasien meninggal 2 tahun lalu karena penyakit
stroke dan ibu pasien meninggal dunia 4 tahun lalu.

Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah

2. Konsep Diri
a. Citra tubuh:
Pasien merasa kurang suka dengan tinggi badan pasien karena kurang tinggi.
b. Identitas:
Pasien mengatakan bahwa namanya Tn. B, tanggal lahir 5 Desember 1987, berumur
32 tahun, pasien tinggal di Karanganyar.
c. Peran:
Pasien berperan sebagai anak dan tinggal satu rumah dengan adik pasien. Peran
pasien di rumah adalah sebagai kakak dari adiknya.
d. Ideal diri:
Pasien berharap saat sudah pulang ke rumah pasien ingin bekerja kembali sebagai
pembuat roti, kalua pasien mendapat pekerjaan yang deket rumah pasien kalua tidak
pasien memilih bekerja merantau
e. Harga diri:
Pasien mengatakan berharap bisa diterima di lingkungan terutama bisa lebih dihargai
dalam keluarga
Diagnosa Keperawatan : Harga Diri Rendah

3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti/terdekat
Pasien mengatakan bahwa orang yang paling dekat adalah adik kandungnya.
b. Peranserta dalam kegiatan kelompok/masyarakat dan hubungan sosial
Pasien pernah ikut serta dalam kegiatan kelompok di lingkungan rumah yaitu
karang taruna

19
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien kadang berpikir pasien ditakuti oleh orang lain
Diagnosa Keperawatan : Harga Diri Rendah

4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Pasien merasa keadaan yang dialami sekarang bukan merupakan cobaan Allah
hanya karena pasien merasa tidak pernah dihargai dan selalu salah berbuat apapun.
Pasien mengatakan agamanya adalah Islam.
b. Kegiatan ibadah
Sebelum sakit : bisa beribadah sholat
Sesudah sakit : pasien bisa beribadah sholat tetapi kadang bolong – bolong
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah

VI. PEMERIKSAAAN FISIK


1. Keadaan umum
Pasien terlihat bersih, rambut depan tidak merata, kulit sawo matang, pasien
menatap lawan bicara kadang curiga. Mata pasien terlihat mengantuk, pasien kadang
terlihat diam saja.
2. Kesadaran (Kuantitas)
Kesadaran penuh (Composmentis E:4, V:5, M:6)

3. Tanda vital:
TD : 120/80 mm/Hg
N : 82x/menit
S : 36, 2 OC
P : 20 x/menit
4. Ukur:
BB : 48 Kg
TB : 152 Cm
5. Keluhan fisik:
Jelaskan :

20
Pasien kadang merasakan tangan kanan dan kaki kanan gemetar saat bangun tidur
karena pasien merasa emosi dan ingin marah.
Diagnosa Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan

VII.STATUS MENTAL
1. Penampilan (Penanpilan usia, cara perpakaian, kebersihan)
Jelaskan:
Secara usia, penampilan pasien lebih tua dari usianya, pasien berpakaian biasa,
terlihat bersih, rambut depan tidak merata, kulit sawo matang. Kontak mata kadang
menatap curiga. Pasien terlihat megantuk, kadang terlihat mengantuk.
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah
2. Pembicaraan (Frekuensi, Volume, Jumlah, Karakter) :
Jelaskan:
Pasien kadang bertanya balik, saat berbicara dengan lawan bicara pasien berbicara
pelan, tapi kadang tatapan pasien curiga, pada saat membahas orang tua pasien, pasien
berbicara lirih dan ekspresi wajah pasien berubah sedih
Diagnosa Keperawatan: Resiko Perilaku Kekerasan
3. Aktifitas motorik/Psikomotor
Kelambatan :
 Hipokinesia, hipoaktifitas
 Katalepsi
 Sub stupor katatonik
 Fleksibilitasserea
Jelaskan:
Pasien mengatakan pada saat pasien bangun tidur, pasien merasa emosi dan mau
marah – marah serta tangan dan kaki kanan pasien terasa gemetar.

21
Peningkatan :
 Hiperkinesia, hiperaktifitas  Grimace
 Stereotipi  Otomatisma
 Gaduh Gelisah Katatonik  Negativisme
 Mannarism  Reaksi konversi
 Katapleksi  Tremor
 Tik  Verbigerasi
 Ekhopraxia  Berjalan kaku/rigid
 Command automatism  Kompulsif :sebutkan …………
Jelaskan:
Tidak ada peningkatan aktifitas motorik/ psikomotor
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah

4. Mood dan Afek


a. Mood
 Depresi  Khawatir
 Ketakutan  Anhedonia
 Euforia  Kesepian
 Lain lain
Jelaskan:
Pasien merasa tidak betah di RS, pasien merasa spt di penjara, pasien pengen
pulang. Kadang pasien merasa sendiri, dan masih merasa sedih ketika pasien disini
belum dijenguk sama sekali.
b. Afek
 Sesuai  Tidak sesuai
 Tumpul/dangkal/datar  Labil
Jelaskan:
Pada saat diajak berbicara mengenai orang tua pasien, ekspresi pasien berubah
sedih dan ingin menangis.
Diagnosa Keperawatan : Koping individu tidak efektif.

22
4. Interaksi Selama Wawancara
 Bermusuhan  Kontak mata kurang
 Tidak kooperatif  Defensif
 Mudah tersinggung  Curiga

Jelaskan:
Pada saat pasien diajak berbicara, kontak mata pasien kurang, hanya saat ditanya
dan menjawab. Kadang pasien menatap curiga lawan bicara.
Diagnosa Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan.

5. Persepsi Sensorik
a. Halusinasi
 Pendengaran
 Penglihatan
 Perabaan
 Pengecapan
 Penciuman
b. Ilusi
 Ada
 Tidak ada
Jelaskan:
Pasien tidak mengalami halusinasi dan ilusi
Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah

6. Proses Pikir
a. Arus Pikir:
 Koheren  Inkoheren
 Sirkumtansial  Asosiasi longgar
 tangensial  Flight of Idea
 Blocking  Perseverasi
 Logorhoe  Neologisme

23
 Clang Association  Main kata kata
 Afasia  Lain lain…
Jelaskan:
Saat pasien diajak bicara, pasien bisa menjawab langsung dan nyambung
b. Isi Pikir
 Obsesif  Fobia, sebutkan…………..
 Ekstasi  Waham:
 Fantasi o Agama
 Alienasi o Somatik/hipokondria
 Pikiran bunuh diri o Kebesaran
 Preokupasi o Kejar / curiga
 Pikiran isolasi sosial o Nihilistik
 Ide yang terkait o Dosa
 Pikiran Rendah diri o Sisip piker
 Pesimisme o Siar piker
 Pikiran magis o Kontrol pikir
 Pikiran curiga  Lain lain :
Jelaskan:
Pasien pernah berpikir, pasien tidak pernah dihargai dan tidak dianggap saat di
rumah. Pasien berpikir apapun yang dilakukan selalu salah. Pada saat pasien menatap
orang lain, pasien menatap dengan tatapan curiga.
c. Bentuk pikir :
 Realistik
 Non realistik
 Dereistik
 Otistik
Jelaskan:
Pasien berpikir apa yang sekarang dialaminya adalah salah, karena pasien
terpancing emosinya.
Diagnosa Keperawatan: Harga Diri Rendah, Resiko Perilaku Kekerasan.
7. Kesadaran
 Orientasi (waktu, tempat, orang)

24
Jelaskan:
Pasien mengingat hari, tanggal, tahun dan dimana sekarang dan siapa orang yang
diajak bicara.
 Meninggi
 Menurun:
 Kesadaran berubah
 Hipnosa
 Confusion
 Sedasi
 Stupor
Jelaskan:
Pasien memiliki kesadaran penuh (Composmentis)
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah

8. Memori
 Gangguan daya ingat jangka panjang ( > 1 bulan)
 Gangguan daya ingat jangka menengah ( 24 jam - ≤ 1 bulan)
 Gangguan daya ingat pendek (kurun waktu 10 detik sampai 15 menit)
Jelaskan:
Pasien tidak memiliki gangguan daya ingat jangka panjang, karena pasien masih
mengingat kapan dia dipukul oleh ayahnya, kapan ayah dan ibunya meninggal dan
kapan terkahir dia masuk RS. Pasien tidak memiliki gangguan daya ingat jangka
menengah dan jangka pendek.
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah

9. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung


a. Konsentrasi
 Mudah beralih
 Tidak mampu berkonsentrasi
Jelaskan:

25
Apabila pasien ditanya terkadang pertanyaan harus diulangi atau pasien merasa
bingung haru jawab apa.
b. Berhitung
Jelaskan:
Pasien bisa menghitung 1 – 20 dan sebaliknya
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah

10. Kemampuan Penilaian


 Gangguan ringan
 Gangguan bermakna
Jelaskan :
Pasien bisa memilih antara bisa merokok tapi harus berantem dengan lainnya atau
tidak merokok dan mengalah. Pasien memilih mengalah.
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah

11. Daya Tilik Diri


 Mengingkari penyakit yang diderita
 Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan:
Pasien mengetahui kenapa pasien dibawa ke RSJ karena alasan dia mengamuk dan
melakukan perusakan pada rumah pamannya
Diagnosa Keperawatan: Resiko Perilaku Kekerasan

VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
 Perawatan kesehatan,
 transportasi,
 tempat tinggal.
 Keuangan dan kebutuhan lainnya.
Jelaskan:

26
Pasien dirumah dengan adiknya, pasien sebelum MRS, pasien bekerja di toko
pembuatan roti. Dan pasien bekerja untuk mendapatkan uang. Tapi setelah MRS,
keuangan pasien dibiayai oleh adiknya.
2. Kegiatan Hidup Sehari hari
a. Perawatan diri
1) Mandi
Jelaskan :
Pasien mandi 2x sehari selama di Rumah Sakit secara mandiri.
2) Berpakaian, berhiasdan berdandan
Jelaskan :
Pasien bisa berpakaian dan ganti baju 2x sehari secara mandiri
3) Makan
Jelaskan :
Pasien makan 3x sehari secara mandiri.
4) Toileting (BAK, BAB)
Jelaskan :
Pasien bisa melakukan toileting dengan baik, BAB dan BAK di kamar
mandi secara mandiri.
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah
b. Nutrisi
 Berapa frekwensi makan dan frekwensi kudapan dalam sehari.
 Pasien makan 3x sehari secara mandiri dan memakan cemilan saat ada.
 Bagaimana nafsu makannya
 Nafsu makan pasien baik.
 Bagaimana berat badannya.
 Berat badan pasien normal.
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah
c. Tidur
1) Istirahat dan tidur
Tidur siang, lama : 10.00 s/d 12.00
Tidur malam, lama : 18.00 s/d 04.00
Aktifitas sebelum/sesudah tidur : Tidak ada

27
Jelaskan:
Apabila pasien merasa lelah dan emosi, pasien memilih tidur.
2) Gangguan tidur
 Insomnia
 Hipersomnia
 Parasomnia
 Lain lain
Jelaskan
Pasien tidak memiliki gangguan tidur
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah

3. Kemampuan lain lain


 Mengantisipasi kebutuhan hidup
Pasien berharap stl pulang dari RS, pasien ingin bekerja kembali di toko
pembuatan roti untuk mendapatka uang.
 Membuat keputusan berdasarkan keinginannya
Pasien ingin bekerja dan lebih memilih bekerja jauh dari rumah
 Mengatur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan kesehatannya sendiri.
Apabila obat pasien habis, pasien biasanya kontrol ke pelayanan kesehatan
terdekat.
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah

4. Sistem Pendukung Ya Tidak


Keluarga
Terapis √
Teman sejawat √
Kelompok sosial √
Jelaskan :
Pasien lebih merasa tenang dan dihargai saat pasien berada di lingkungan
teman – temannya.
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah

28
IX. MEKANISME KOPING
Jelaskan :
Pada saat pasien merasakan emosi dan rasa ingin marah, pasien pergi ke makan orang
tuanya untuk menenangkan diri.
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah

X. MASALAH PSIKOSOSIALDAN LINGKUNGAN


 Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya
Jelaskan :
Pasien tidak memiliki masalah dengan dukungan kelompok. Pasien bisa begaul dengan
lainnya.
 Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya
Jelaskan :
Pasien mengatakn kadang lingkungan merasa takut dengan pasien.
 Masalah dengan pendidikan, spesifiknya
Jelaskan :
Pasien memiliki tingkat pendidikan terakhir SMP
 Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya
Jelaskan :
Pasien tidak memiliki masalah dengan pekerjaan. Sebelum MRS pasien pernah bekerja
di toko pembuatan roti.
 Masalah dengan perumahan, spesifiknya
Jelaskan :
Pasien hanya tinggal dengan adik kandungnya di rumah, tapi lebih merasa tenang tidur
di rumah temannya.
 Masalah dengan ekonomi, spesifiknya
Jelaskan :
Pasien bisa bekerja sebelum MRS. Tapi sekarang pasien dibiayai oleh kakak dan
adiknya.
 Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya
Jelaskan :

29
Di lingkungan pasien, terdapat tempat pelayanan kesehatan yang berjarak kurang lebih
5 km
 Masalah lainnya, spesifiknya
Jelaskan :
Tidak ada masalah lainnya
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah.

XI. ASPEK PENGETAHUAN


Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang
tentang suatu hal? Tidak, biasanya kalau pasien kehabisan obat, pasien kontrol ke tempat
pelayanan terdekat.
Bagaimana pengetahuan klien/keluarga saat ini tentang penyakit/gangguan jiwa, perawatan
dan penatalaksanaanya faktor yang memperberat masalah (presipitasi), obat-obatan atau
lainnya. Apakah perlu diberikan tambahan pengetahuan yang berkaitan dengan spesifiknya
masalah tsb.
 Penyakit/gangguan jiwa  Penatalaksanaan
 Sistem pendukung  Lain-lain, jelaskan
 Faktor presipitasi
Jelaskan :
Pasien membutuhkan orang – orang di sekitarnya terutama teman – teman dekat
pasien, karena itu pasien biasanya akan lebih tenang dibandingkan di rumah.
Diagnosa Keperawatan:

XII. ASPEK MEDIS


1. Diagnosis Medis :
F.20.3 (Skizofrenia tak terinci)
2. Diagnosa Multi Axis
Axis I : F. 20. 3 : Skizofrenia tak terinci
Axis II : Belum ditemukan
Axis III : Belum ditemukan
Axis IV : Belum ditemukan
Axis V : Belum ditemukan

30
3. Terapi Medis
PO : Clorpromazin 3 x 100 mg
Trihexyphenidyl 3 x 2 mg

XIII. ANALIS DATA


DIAGNOSA
NO DATA
KEPERAWATAN
1. DS: Resiko Perilaku
o Pasien mengatakan merasa ingin emosi dan marah Kekerasan
saat tak diberi uang
o Pasien mengatakan karena emosi, pasien
mencangkuli semua pintu di rumah pamannya
o Pasien mengatakan pernah dipukul oleh ayahnya
dengan kayu yang ada bara apinya karena marah
tak diberi uang
DO:
o Tatapan mata pasien curiga
o Kontak mata pasien kurang
o Ada tatapan mata kekesalan
o Pasien tampak kesal saat menceritakan soal
pamannya
2. DS: Harga Diri Rendah
o Pasien merasa tidak dihargai oleh siapapun di
rumahnya
o Pasien mengatakan apapun yang diperbuat di
rumah selalu terlihat salah
o Pasien mengatakan tidak merasa tenang di rumah
DO:
o Pasien tampak lebih suka menyendiri
o Kontak mata kurang
o Nada suara pasien saat berbicara pelan
o Pasien tampak malu saat bercerita
3. DS: Resiko menciderai diri
o Pasien mengatakan merasa ingin emosi dan sendiri, orang lain dan
marah – marah ligkungan
o Pasien mengatakan pernah kesal dengan
pamannya karena tidak diberi uang
o Pasien mengatakan karena merasa kesal, pasien
merusak rumah pamannya dengan mencangkuli
semua pintu rumah pamannya

31
DO:
o Tatapan mata pasien curiga
o Kontak mata pasien kurang
o Ada tatapan mata kekesalan
o Pasien tampak kesal saat menceritakan soal
pamannya

XIV. POHON MASALAH


Resiko menciderai diri sendiri, orang lain
dan lingkungan

Resiko Perilaku Kekerasan

Harga Diri Rendah

XV. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko Perilaku Kekerasan
2. Harga Diri Rendah
3. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Surakarta, 23 Januari 2020


Mahasiswa yang mengkaji

Pengkaji

32
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama: Tn.B Ruang: Sadewa RM No: 035886

Rencana Tindakan Keperawatan


No. Dx Tujuan dan
Tindakan Keperawatan
Kriteria Evaluasi
Resiko TUM: Strategi Pelaksanaan 1:
perilaku Setelah dilakukan 1. Identifikasi penyebab, tanda dan gejala,
kekerasan tindakan PK yang dilakukan, akibat PK.
Kamis keperawatan selama 2. Jelaskan cara mengontrol PK : fisik,
23/01/2020 2 x 24 jam obat, verbal, spiritual.
diharapkan pasien 3. Latihan mengontrol PK secara fisik :
terhindar dari tarik nafas dalam dan pukul bantal dan
menciderai diri kasur.
sendiri, orang lain, 4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk
dan lingkungan. latihan fisik.
TUK: Strategi Pelaksanaan 2:
1. Pasien mampu 1. Evaluasi kegiatan latihan fisik. Beri
mengidentifikasi pujian
penyebab PK 2. Latih cara mengontrol PK dengan obat (
2. Pasien mampu jelaskan 6 benar : jenis, guna ,dosis,
mengontrol PK frekuensi, cara, kontinuitas minum
secara fisik : obat).
Tarik nafas 3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk
dalam dan pukul latihan fisik dan minum obat.
bantal atau Strategi Pelaksanaan 3:
kasur. 1. Evaluasi kegiatan latihan fisik dan obat.
3. Pasien mampu Beri pujian.
mengontrol PK 2. Latih cara mengontrol PK secara verbal
dengan obat. ( 3 cara yaitu: mengungkapkan ,
4. Pasien mampu meminta, menolak dengan benar).

33
mengontrol PK 3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk
secara verbal. latihan fisi, minum obat, dan verbal.
5. Pasien mampu Strategi Pelaksanaan 4:
mengontrol PK 1. Evaluasi kegiatan latihan fisik, minum
dengan spiritual. obat, dan verbal. Beri pujian
2. Latih cara mengontrol PK dengan
spiritual (2 kegiatan).
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk
latihan fisik , minum obat, verbal,
spiritual.

34
TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
Nama : Tn. B
Ruang : Sadewa
No CM : 035886
Hari /
Tindakan Keperawatan Evaluasi
Tanggal
Kamis DS: S:
23-01-  Pasien mengatakan merasa ingin  Pasien mengatakan sudah
2020 emosi dan marah saat tidak diberi merasa lebih tenang
uang.  Pasien mengatakan masih ada
 Pasien mengatakan karena kesal rasa kesal
pasien mencangkuli semua pintu  Px mengatakan mau dilatih
dirumah pamannya. cara mengontrol PK dengan
 Pasien mengatakan pernah dipukul teknik nafas dalam dan pukul
oleh ayahnya dengan kayu yang ada bantal dan kasur
bara apinya karena marah tidak diberi O:
uang.  Px tampak memperhatikan
DO :  Px mampu melakukan tarik
 Tatapan mata pasien curiga nafas dalam
 Kontak mata pasien kurang  Px mampu melakukan pukul
 Ada tatapan mata kekesalan Kasur dan bantal
 Pasien tampak kesal saat A:
menceritakan soal pamannya. Resiko Perilaku Kekerasan
Dx Keperawatan : Berkurang
Resiko Perilaku kekerasan P:
Tindakan Strategi Pelaksanaan 1:  Buat jadwal kegiatan tarik
1. Identifikasi penyebab, tanda dan nafas dalam dan pukul Kasur
gejala, PK yang dilakukan, akibat dan bantal 2x sehari jam 09.00
PK. dan jam 16.00
2. Jelaskan cara mengontrol PK : fisik,  Anjurkan px mengontrol PK
obat, verbal, spiritual. 2x sehari jam 09.00 dan jam
3. Latihan mengontrol PK secara fisik: 16.00 atau saat mulai marah

35
tarik nafas dalam dan pukul bantal
dan kasur.
4. Masukkan pada jadwal kegiatan
untuk latihan fisik.
RTL : Lanjutkan SP 2
Jumat DS: S:
24-01-  Px mengatakan sudah lebih tenang Pasien mengatakan mau dilatih
2020  Px mengatakan kalua pasien bangun mengontrol PK dengan obat (6
tidur, pasien merasa seperti mau benar obat)
marah dan emosi O:
DO:  Pasien tampak memperhatikan
 Tatapan mata pasien masih curiga  Pasien tampak mau
 Kontak mata pasien masih kurang menyebutkan 6 benar obat
 Masih ada tatapan kekerasan  Pasien belum mampu
Kemampuan : menyebutkan 6 benar obat
Pasien sudah mampu mengontrol dengan lengkap hanya
PK dengan fisik : tarik nafas dalam dan warna,dosis,cara dan
pukul kasur dan bantal frekuensi minum obat
Dx Keperawatan : Resiko Perilaku A:
Kekerasan Resiko Perilaku Kekerasan
Tindakan Strategi Pelaksanaan 2: Berkurang
1. Evaluasi kegiatan latihan fisik. Beri P:
pujian  Buat jadwal kegiatan tarik
nafas dalam dan pukul Kasur
2. Latih cara mengontrol PK dengan
dan bantal 2x sehari jam 09.00
obat ( jelaskan 6 benar : jenis, guna
dan jam 16.00 serta minum
,dosis, frekuensi, cara, kontinuitas
obat 3x sehari jam 06.30,
minum obat).
12.00 dan jam 17.00
3. Masukkan pada jadwal kegiatan  Anjurkan pasien mengontrol
untuk latihan fisik dan minum obat. PK 2x sehari jam 09.00 dan
jam 16.00 atau saat pasien
RTL : Ulangi SP 2
mau marah

36
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam kasus yang dikelola, pasien didiagnosa medis F.20.3 Skizofrenia Tak
Terinci dan didapatkan data focus yaitu pasien merasa ingin emosi, marah – marah
dan kesal karena meminta sesuatu tidak diberi. Pasien juga merasa tidak pernah
dihargai di rumah, jadi pasien lebih nyaman dengan teman – temannya. Pasien
mengatakan pernah merusak rumah pamannya saat tak diebri uang. Ayah ibu pasien
sudah meninggal dan pasien tinggal dengan adiknya saja. Pasien pernah
mendapatkan perlakuan tidak enak yaitu pernah dipukul oleh ayahnya saat meminta
uang dan tidak diberi. Dari data pengkajian di ruangan, tatapan mata pasien curiga,
kontak mata pasien ada, tampak kekesalan di mata pasien, dan juga pasien tampak
kesal saat menceritakan soal pamannya. Pasien juga lebih suka menyendiri. Dari
data pengakajian, muncul masalah keperawatan yaitu resiko perilaku kekerasan,
harga diri rendah, dan resiko menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
Dari masalah keperawatan yang muncul didapatkan intervensi keperawatan
yaitu Strategi Pelaksanaan 1 sampai dengan Strategi Pelaksanaan 4. Yang
diharapkan pasien dapat mengidentifikasi penyebab PK, pasien mampu mengontrol
PK secara fisik, pasien mampu mengontrol PK dengan minum obat, pasien mampu
mengontrol PK secara verbal, pasien mampu mengontrol PK secara spiritual
dengan 2 kegiatan. Pada saat dilakukan pelaksanaan SP 1 diharapkan pasien mampu
mengidentifikasi penyebab PK dan mampu mengontrol PK dengan latihan fisik
yaitu Tarik nafas dalam dan pukul Kasur dan bantal, setelah dilaksanakan SP 1
pasien mampu melakukan cara mengontrol PK dengan tarik nafas dalam dan pukul
kasur & bantal. Karena pasien mampu mengontrol PK secara fisik, maka rencana
tindak lanjutnya adalah pelaksanaan SP 2. Setelah dilakukan pelaksanaan SP 2,
pasien tampak mau menyebutkan 6 benar obat, tetapi pasien belum mampu
menyebutkan 6 benar obat secara lengkap. Pasien bingung dengan nama – nama
obat, tapi pasien mampu mengingat berapa kali minum obat dan warna obatnys. Di
dalam teori, Strategi Pelaksanaan pada pasien hanya bisa dilakukan 1 SP pada 1
pasien dengan interaksi bisa lebih dari 3 kali dalam sehari.

37
BAB V

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan. Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu
akibat yang ekstrim dari marah atau ketakutan (panic). Perilaku agresif dan
perilaku kekerasan itu sendiri dipandang sebagai suatu rentang, dimana agresif
verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di sisi yang lain.
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
1. Menyerang atau menghindar (fight of flight)
2. Menyatakan secara asertif (assertiveness)
3. Memberontak (acting out)
4. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan

4.2. Saran
Perawat hendaknya menguasai asuhan keperawatan pada klien dengan
masalah perilaku kekerasan sehingga bisa membantu klien dan keluarga dalam
mengatasi masalahnya. Kemampuan perawat dalam menangani klien dengan
masalah perilaku kekerasan meliputi keterampilan dalam pengkajian,
diagnose, perencanaan, intervensi dan evaluasi. Salah satu contoh intervensi
keperawatan yang dapat dilakukan pada klien dengan masalah perilaku
kekerasan adalah dengan mengajarkan teknik napas dalam atau memukul
kasur/bantal agar klien dapat meredam kemarahannya.

38
DAFTAR PUSTAKA

Copel, Linda Carman. 2007. Kesehatan Jiwa dan Psikiatri Pedoman Klinis
Perawat. Jakarta : EGC.

Dalami, Ernawati dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa.
Jakarta : Penerbit Trans Info Media.

Fortinash, K.M. (2004). Psychiatric Mental Health Nursing. (3rd edition). St. Louis:
Mosby

Program Spesialis keperawatan Jiwa FIK UI. 2011. Draf Scanning. Unpublised.

Keliat, Budi Anna dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN
(Basic Course). Jakarta : EGC.

Suliswati dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Stuart, G.W., (2009). Principles and practice of psychiatric nursing. (9th edition).
St Louis: Mosby.

Tim MPKP. (2006). Modul Model Praktik Keperawatan Jiwa Profesional. Badan
Pelayanan Kesehatan Jiwa Banda Aceh dan World Health Organization

Videbeck, S.L. (2006). Psychiatric Mental Health Nursing. (3rd edition).


Philadhelpia: Lippincott Williams & Wilkins.

39

Anda mungkin juga menyukai