Beni Ta

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS PELAKSANAAN TEKNIK JOB SAFETY ANALYSIS

(JSA) DALAM IDENTIFIKASI BAHAYA DI TEMPAT KERJA


PADA PT. OTSCON SAFETY INDONESIA

TUGAS AKHIR

Karya Tulis sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
dari Universitas Singaperbangsa Karawang

Oleh:

Beni Nulhakim
NPM. 1610631140031

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Illahi Rabbi, Allah SWT yang Maha Pengasih lagi
Maha Bijaksana, karena atas nikmat dan rahmat-Nya Peneliti dapat
menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul Analisis Pelaksanaan Teknik Job
Safety Analysis (JSA) Dalam Identifikasi Bahaya Di Tempat Kerja Pada PT.
OTSCON SAFETY INDONESIA. Tak lupa sholawat dan salam semoga selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW.
ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi syarat dalam melaksanakan
Penelitian Tugas Akhir pada Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik
Universitas Singaperbangsa Karawang.
Penyusunan Tugas Akhir ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak H. Wahyudin, S.T., M.T., selaku Koordinator Program Studi Teknik
Industri Universitas Singaperbangsa Karawang;
2. Bapak Kusnadi, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing I yang selalu
mendukung dan memberikan arahan dalam penyusunan Tugas Akhir ini;
3. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan baik secara moral
maupun material;
4. Saudara sedarah dan sebangsa., selaku motivator dalam penyusunan Tugas
Akhir ini.
5. Semua pihak yang telah mendukung sehingga ini bisa terselesaikan.
Peneliti berharap ini dapat diterima dan menjadi acuan dalam pelaksanaan
penelitian Tugas Akhir.

Karawang, November 2019

Peneliti

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dengan semakin tingginya angka persaingan dan beban permintaan yang

terus bertambah oleh konsumen sebagaian besar perusahaan mengembangkan

permesinan dan peralatannya dengan mesin berteknologi tinggi. Dengan

permesinan berteknologi tinggi diharapkan produksi yang di hasilkan akan

maksimal, tetapi mesin yang berteknologi tinggi dapat pula membahayakan

bagi karyawan. Kurangnya pengetahuan dan kecerobohan oleh karyawan

dapat menimbulkan kecelakaan kerja yang sangat fatal. Dalam hal ini,

perusahaan dituntut untuk memiliki sumber daya manusia (SDM) yang

handal dan berkualitas. SDM merupakan faktor utama agar perusahaan dalam

menjalankan visi dan misi nya dengan baik dan benar.

Penilaian risiko akan terjadinya kecelakaan kerja merupakan faktor yang

harus dibenahi di setiap perusahaan. Semua ini akan berpengaruh besar

terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Penggunaaan alat

pelindung diri (APD) pada saat melakukan pekerjaan merupakan salah satu

contoh untuk menghindari kecelakaan kerja yang terjadi. Terdapat beberapa

cara yang dapat dipakai untuk memperbaiki dan mempromosikan tingkat

keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang efektif di tempat kerja. Cara-cara

tersebut melengkapi ketentuan perundang-undangan dan merupakan praktik

industrial dan komersial yang baik. Tujuan yang ingin dicapai adalah

1
2

meningkatkan kesadaran kita akan kebutuhan standar keselamatan dan

kesehatan kerja (K3) yang tinggi. Keselamatan pada dasarnya adalah

kebutuhan setiap manusia dan menjadi naluri dari setiap makhluk hidup.

Manusia berusaha mempertahankan hidup di tengah berbagai bahaya dengan

bermacam cara. Sejalan dengan perkembangan peradaban manusia, berbagai

alat dan teknologi buatan manusia disamping bermanfaat juga dapat

menimbulkan bencana atau kecelakaan (hazard). Sering kali program

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tidak berjalan dan mengalami

hambatan karena kurangnya pengertian dan pemahaman mengenai K3, baik

dari pekerja, pengawas, pengusaha ataupun pejabat pemerintah. Sering

timbulnya anggapan bahwa K3 merupakan pemborosan, pengeluaran biaya

yang sia-sia atau sekadar formalitas yang harus dipenuhi oleh organisasi.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja masih dianggap sebagai beban tambahan

bagi organisasi. Persepsi seperti ini sangat menghambat pelaksanaan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Aspek K3 bersifat multi dimensi.

Karena itu manfaat dan tujuan K3 juga harus dilihat dari berbagai sisi, yaitu

sisi hukum perlindungan tenaga kerja, ekonomi, pengendalian kerugian,

sosial, dan lainnya. PT. OTSCON SAFETY INDONESIA merupakan

perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur.. Untuk penerapan

Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi seluruh karyawan masih

sangat diabaikan. Hal ini dapat di jumpai pada ruang produksi. Banyak sekali

karyawan yang tidak menggunakan alat pelindung diri yang sesuai dengan

prosedur K3. Dari permasalahan diatas, maka perlu dilakukakannya


3

penelitian di PT. OTSCON SAFETY INDONESIA dengan judul penelitian

yaitu: Analisis Pelaksanaan Teknik Job Safety Analysis (JSA) Dalam

Identifikasi Bahaya Di Tempat Kerja Pada PT. OTSCON SAFETY

INDONESIA

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang tertera diatas, maka permasalahan yang

dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana menentukan JSA (Job Safety Analysis) yang tepat bagi

perusahaan berdasarkan teori sistem yaitu input, process, output dan

feedback.

1.3 Asumsi dan Pembatasan Masalah

Adapun batasan masalah yang perlu diketahui, yaitu:

1. Penelitian dilakukan di PT. OTSCON SAFETY INDONESIA


2. Penelitian dilakukan pada departemen QHSE (Quality, Healty, Safety,

and Environment)
3. Data yang diperoleh diasumsikan cukup untuk memenuhi persyaratan
4. Pembuatan JSA (Job Safety Analysis) dilakukan secara otomatis

menggunakan software terkait dengan pembuktian secara manual jika

memungkinkan.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu:


1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran pelaksanaan teknik Job Safety Analysis (JSA)

dalam identifikasi bahaya di tempat kerja yang dilakukan pada PT.


4

OTSCON SAFETY INDONESIA.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran input pelaksanaan teknik Job Safety Analysis

(JSA) dalam identifikasi bahaya di tempat kerja yang dilakukan pada

PT. OTSCON SAFETY INDONESIA.


b. Mengetahui gambaran proses pelaksanaan pelaksanaan teknik Job

Safety Analysis (JSA) dalam identifikasi bahaya di tempat kerja yang

dilakukan pada PT. OTSCON SAFETY INDONESIA.


c. Mengetahui gambaran output pelaksanaan teknik Job Safety

Analysis (JSA) dalam identifikasi bahaya di tempat kerja yang

dilakukan pada PT. OTSCON SAFETY INDONESIA.


d. Mengetahui gambaran feedback pelaksanaan teknik Job Safety

Analysis (JSA) dalam identifikasi bahaya di tempat kerja yang

dilakukan pada PT. OTSCON SAFETY INDONESIA.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi Perusahan


Hasil dari penelitian ini dapat menjadi informasi dan rekomendasi kepada

perusahaan dan mitra kerja sebagai bahan pertimbangan memperbaiki

pelaksanaan teknik Job Safety Analysis (JSA) dalam identifikasi bahaya

di tempat kerja yang dilakukan pada PT. OTSCON SAFETY

INDONESIA khususnya dan area produksi PT. OTSCON SAFETY

INDONESIA secara umumnya.

2. Manfaat bagi Institusi Pendidikan


Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi

tambahan bagi civitas akademik Prodi Teknik Industri Universitas


5

Singaperbangsa Karawang. Terutama mengenai pelaksanaan teknik Job

Safety Analysis (JSA) dalam identifikasi bahaya di tempat kerja pada area

produksi manufaktur.

3. Manfaat bagi Peneliti


Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi bagi peneliti lain

yang akan melakukan penelitian sejenis terkait pelaksanaan teknik Job

Safety Analysis (JSA) dalam identifikasi bahaya di tempat kerja.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Teori

1. Identifikasi Bahaya

Identifikasi bahaya merupakan langkah awal dalam mengembangkan

manajemen risiko K3. Identifikasi bahaya adalah untuk menjawab

pertanyaan apa potensi bahaya yang dapat terjadi atau menimpa

organisasi/perusahaan dan bagaimana terjadinya. Identifikasi bahaya

adalah upaya sistematis untuk mengetahui adanya bahaya dalam

aktivitas organisasi (Ramli, 2010). Sejalan dengan proses manajemen

risiko, OHSAS 18001 mensyaratkan prosedur identifikasi hazard dan

penilaian risiko sebagai berikut:


6

a. Mencakup seluruh kegiatan organisasi baik kegiatan rutin maupun

non rutin. Tujuannya agar semua hazard yang ada dapat

diidentifikasi dengan baik, termasuk hazard yang dapat timbul dalam

kegiatan non rutin seperti pemeliharaan, proyek pengembangan, dan

lainnya.

b. Perilaku manusia, kemampuan, dan faktor manusia lainnya. Faktor

manusia harus dipertimbangkan ketika melakukan identifikasi

hazard dan penialaian risiko. Manusia dengan perilaku, kemampuan,

pengalaman, latar belakang pendidikan, dan sosial memiliki

kerentanan terhadap keselamatan. Perilaku yang kurang baik


7

c. mendorong terjadinya tindakan berbahaya yang dapat mengarah

terjadinya insiden

d. Identifikasi semua hazard yang berasal dari luar tempat kerja karena

dapat menimbulkan efek terhadap kesehatan dan keselamatan

manusia yang berada di tempat kerja.

e. Hazard yang timbul di sekitar tempat kerja dari aktivitas yang

berkaitan dengan pekerjaan yang berada di bawah kendali organisasi.

Sumber hazard tidak hanya berasal dari internal organisasi tetapi

juga bersumber dari sekitar tempat kerja. Sebagai contoh,

kemungkinan penjalaran api, gas, suara, dan debu dari aktivitas yang

berada di luar lokasi kerja. Faktor eksternal ini harus diidentifikasi

dan dievaluasi.

f. Mencakup seluruh infrastruktur, peralatan, dan material di tempat

kerja, baik disediakan oleh organisasi atau pihak lain.

g. Perubahan dalam organisasi, kegiatan, atau material.

h. Setiap perubahan atau modifikasi yang dilakukan dalam organisasi.

Perubahan sementarapun harus memperhitungkan potensi hazard K3

dan dampaknya terhadap operasi, proses, dan aktivitas.

i. Setiap persyaratan legal yang berlaku berkaitan dengan pengendalian

risiko dan implementasi pengendalian yang diperlukan. Rancangan

lingkungan kerja, proses, instalasi, mesin, peralatan, prosedur

operasi, dan organisasinya. Termasuk juga kemampuan manusia.

Syarat-syarat menurut OHSAS 18001 ini bertujuan untuk


8

memastikan bahwa identifikasi hazard dilakukan secara

komprehensif dan rinci sehingga semua peluang hazard dapat

diidentifikasi. Identifikasi hazard yang dilakukan seadanya tidak

mampu menjangkau hazard yang lebih rinci. Untuk membantu

upaya identifikasi hazard, dikembangkan berbagai metoda mulai dari

yang sederhana sampai yang kompleks.

2. Tujuan Identifikasi Bahaya

Menurut Ramli (2010), identifikasi bahaya merupakan landasan dari

program pencegahan kecelakaan atau pengendalian risiko. Identifikasi

bahaya memberikan berbagai manfaat antara lain :

a. Mengurangi peluang kecelakaan, identifikasi bahaya dapat

mengurangi peluang terjadinya kecelakaan, karena identifikasi

bahaya berkaitan dengan faktor penyebab kecelakaan. Dengan

melakukan identifikasi bahaya maka berbagai sumber bahaya yang

merupakan pemicu kecelakaan dapat diketahui dan kemudian

dihilangkan sehingga kemungkinan kecelakaan dapat ditekan.

b. Bentuk identifikasi hazard, misalnya kualitatif atau kuantitatif.

c. Waktu pelaksanaan identifikasi hazard, misalnya di awal proyek,

pada saat operasi, pemeliharaan, atau modifikasi sesuai dengan

siklus atau daur hidup organisasi.

Metode identifikasi hazard harus bersifat proaktif atau prediktif

sehingga dapat menjangkau seluruh hazard baik yang nyata maupun


9

yang bersifat potensial. Teknik idetifikasi hazard ada berbagai macam

yang dapat diklasifikasikan atas :

1) Teknik Pasif

Bahaya dapat dikenal dengan mudah jika kita mengalaminya

sendiri secara langsung. Metoda ini sangat rawan, karena tidak

semua bahaya dapat menunjukkan eksistensinya sehingga dapat

terlihat. Jika tidak dilakukan identifikasi bahaya, mungkin masih

terdapat sumber bahaya yang setiap saat dapat menimbulkan

kecelakaan. Melakukan identifikasi pasif, ibarat menyimpan bom

waktu yang dapat meledak setiap saat.

2) Teknik Semi Proaktif

Teknik ini disebut juga belajar dari pengalaman orang lain karena

kita tidak perlu mengalaminya sendiri. Teknik ini lebih baik

karena tidak perlu mengalami sendiri setelah itu baru mengetahui

adanya bahaya. Namun teknik ini juga kurang efektif karena :

a) Tidak semua bahaya telah diketahui atau pernah

menimbulkan dampak kejadian kecelakaan.

b) Tidak semua kejadian dilaporkan atau diinformasikan kepada

pihak lain untuk diambil sebagai pelajaran.

c) Kecelakaan telah terjadi yang berarti tetap menimbulkan

kerugian, walaupun menimpa pihak lain.

3) Teknik Proaktif

Metoda terbaik untuk mengidentifikasi bahaya adalah cara


10

proaktif atau mencari bahaya sebelum bahaya tersebut

menimbulkan akibat atau dampak yang merugikan. Tindakan

proaktif memberikan kelebihan :

a) Bersifat preventif karena bahaya dikendalikan sebelum

menimbulkan kecelakaan atau cidera.

b) Bersifat peningkatan berkelanjutan (continual

improvement) karena dengan mengenal bahaya dapat

dilakukan upaya-upaya perbaikan.

c) Meningkatkan kepedulian (awareness) semua pekerja

setelah mengetahui dan mengenal adanya bahaya di

sekitar tempat kerjanya.

d) Mencegah pemborosan yang tidak diinginkan, karena adanya

bahaya dapat menimbulkan kerugian.

Dewasa ini telah berkembang berbagai macam teknik identifikasi

bahaya yang bersifat proaktif antara lain adalah job safety anlysis

(JSA).

3. Analisis Keselamatan Kerja (Job Safety Analysis)

Menurut Canadian Centre for Occupational Health and Safety, Job

Safety Analysis (JSA) adalah prosedur yang membantu untuk

mengintegrasikan diterimanya prinsip dan praktek keselamatan dan

kesehatan untuk tugas tertentu atau operasi kerja. Dalam JSA, setiap

langkah dasar dari pekerjaan adalah untuk mengidentifikasi potensi


11

bahaya dan merekomendasikan cara paling aman untuk melakukan

pekerjaan. Istilah lainnya yang digunakan untuk menggambarkan

prosedur ini adalah Job Hazard Analysis (JHA) dan Job Hazard

Breakdown. Dalam OSHA 3071 (2001), Job Hazard Analysis (JHA)

merupakan pengkajian sistematis tentang prosedur kerja suatu pekerjaan

untuk mengidentifikasi dan mengendalikan hazard sebelum hazard

tersebut mengakibatkan kecelakaan. JHA difokuskan kepada hubungan

antara pekerja, pekerjaan, alat kerja, dan lingkungan kerja. Melalui

kegiatan ini dapat diambil langkah-langkah untuk menghilangkan atau

mengurangi tingkat risiko dari hazard yang diterima. Pelaksanaan JHA

merupakan salah satu komponen dalam komitmen sistem manajemen

kesehatan dan keselamatan kerja. Agar pelaksanaan JHA efektif, maka

manajemen perusahaan harus menunjukkan komitmen keselamatan dan

kesehatan kerja yang diiringi dengan pengendalian terhadap hazard yang

ditemukan. Jika hal ini tidak dilakukan, maka perusahaan dapat

kehilangan kredibilitas dan karyawan akan ragu untuk melaporkan

penemuan kondisi tidak aman kepada manajemen (OSHA 3071, 2001).

Hazard yang ditemukan melalui JHA berguna untuk (OSHA 3071, 2001)

a. Mengeliminasi atau mengurangi hazard pekerjaan.

b. Mengurangi cedera dan penyakit akibat kerja.

c. Pekerja dapat melaksanakan pekerjaan dengan selamat.

d. Metode kerja menjadi lebih efektif.


12

e. Mengurangi biaya kompensasi pekerja.

f. Meningkatkan produktifitas pekerja.

Adapun Pekerjaan yang memerlukan JHA adalah sebagai berikut

(OSHA 3071, 2001) :

1) Pekerjaan yang jarang dilaksanakan atau melibatkan

pekerja baru untuk melaksanakannya.

2) Pekerjaan yang mempunyai riwayat atau potensi menga-

kibatkan cedera, nyaris celaka (near miss) atau kerugian yang

terkait insiden.

3) Pekerjaan kritis yang terkait dengan keselamatan seperti

kebakaran, peledakan (explosion), tumpahan bahan kimia,

terciptanya atmosfir kerja yang toksik, terciptanya atomosfir

kerja yang kekurangan oksigen.

4) Pekerjaan yang dilaksanakan di lingkungan kerja yang baru.

5) Pekerjaan dimana tempat kerja yang dipakai atau kondisi

lingkungan kerja telah berubah atau mungkin berubah.

6) Pekerjaan yang dikerjakan dimana kondisi yang disebutkan

pada ijin kerja aman atau PTW mensyaratkan adanya JSA.

7) Pekerjaan yang jelas – jelas telah berubah pelaksanaan

pekerjaannya baik metode atau yang lainnya.

8) Pekerjaan yang mungkin mempengaruhi integritas atau

keluaran dari sistem proses.


13

4. Pelaksanaan Job Safety Analysis

Menurut OSHAcedemy Course 706 Study Guide (2002), terdapat empat

langkah melaksanakan Job Safety Analysis :

1) Memilih (menyeleksi) pekerjaan yang akan dianalisis.

JSA dapat menganalisis semua pekerjaan yang ada di tempat

kerja, namun harus diprioritaskan berdasarkan (Rausand, 2005) :

a) Pekerjaan yang jarang dilaksanakan atau melibatkan pekerja

baru untuk melaksanakannya.

b) Pekerjaan yang mempunyai riwayat atau potensi menga-

kibatkan cedera, nyaris celaka (near miss) atau kerugian yang

terkait insiden.

c) Pekerjaan kritis yang terkait dengan keselamatan seperti

kebakaran, peledakan (explosion), tumpahan bahan kimia,

terciptanya atmosfir kerja yang toksik, terciptanya atomosfir

kerja yang kekurangan oksigen.

d) Pekerjaan yang dilaksanakan di lingkungan kerja yang baru.

e) Pekerjaan dimana tempat kerja yang dipakai atau kondisi

lingkungan kerja telah berubah atau mungkin berubah.

f) Pekerjaan yang dikerjakan dimana kondisi yang disebutkan

pada ijin kerja aman atau PTW mensyaratkan adanya JSA.

g) Pekerjaan yang mungkin mempengaruhi integritas atau

keluaran dari sistem proses.


14

2) Membagi pekerjaan dalam langkah -langkah pekerjaan

Menurut Geigle (2002), sebelum membagi pekerjaan dalam

berbagai langkah, terlebih dahulu dilakukan deskripsi terhadap

pekerjaan yang akan dianalisis. Setiap pekerjaan dapat dibagi dalam

beberapa langkah. Siapa yang bekerja, berapa jumlah pekerja, dan

apa yang dilakukan pekerja menjadi dasar deskripsi masing-masing

langkah. Setiap langkah menunjukkan satu tindakan yang

dilakukan. Pastikan cukup informasi untuk menggambarkan

langkah-langkah pekerjaan. Hindari membuat rincian terlalu

panjang dan luas. Tidak perlu menuliskan langkah-langkah dasar.

Informasi dari pekerja lain yang pernah melakukan pekerjaan

tersebut sangat berguna sebagai masukan dalam membagi tahapan

pekerjaan. Peninjau ulang langkah-langkah kerja dilakukan bersama

karyawan lain yang melakukan pekerjaan tersebut. Hal ini untuk

memastikan tidak ada langkah yang hilang. Gambar foto dan video

dapat membantu pelaksanaan kegiatan ini (Geigle, 2002). Deskripsi

pekerjaan berfungsi untuk membangun analisis hazard yang adadi

pekerjaan tersebut. Yang dilaporkan melalui lembar kerja. Format

lembar kerja JSA umum nya dapat dilihat pada gambar berikut.
15

Gambar 2. 1 Contoh Form JSA

3) Melakukan identifikasi hazard dan kecelakaan yang potensial

Setelah meninjau ulang langkah-langkah pekerjaan, selanjutnya

dilakukan identifikasi terhadap kondisi yang berbahaya dan perilaku

tidak selamat. Material Safety Data Sheets (MSDSs), pengalaman

para pekerja, laporan kecelakaan, laporan pertolongan pertama


16

(first aid statistical records), dan Behavior Base Safety (BBS) dapat

membantu penyelidikan hazard dan perilaku tidak selamat yang ada

pada masing-masing langkah pekerjaan.

4) Mengembangkan prosedur kerja yang aman

OSHAcademic Course 706 Study (2002) menjelaskan bahwa

setelah mengidentifikasi hazard masing-masing langkah pekerjaan,

selanjutnya ditentukan metode pengedalian hazard untuk

mengeliminasi atau mereduksi hazard. Ada beberapa metode untuk

mengendalikan hazard. Masing-masing metode memiliki

keefektifan yang berbeda-beda. Dapat dilakukan kombinasi dari

beberapa metode, sehingga perlindungan terhadap karyawan

menjadi lebih baik.

5. Teori Pendekatan Sistem

Menurut Azwar (1997), sistem terbentuk dari bagian atau elemen yang

saling berhubungan dan mempengaruhi. Bagian atau elemen tersebut

banyak macamnya, yang jika disederhanakan dapat dikelompokkan

dalam enam unsur, yaitu seperti bagan di bawah ini :


17

Gambar 2. 2 Model Sistem Azrul Azwar


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Gambar 3. 1 Metode penelitian dengan metode pendekatan sistem

Sumber : Peneliti 2019

Gambar 3.1 menunjukkan metode dari penelitian yang akan dilakukan. Untuk

mencapai tujuan penelitian, maka perlu disusun metode penelitian yang

terdiri dari input berupa data yang diperlukan, proses pengolahan data, dan

output yang diharapkan dari pelaksanaan penelitian. Tahap pengumpulan data

dilakukan dengan cara pengamatan lapangan, wawancara mendalam dan

analisis dokumen. Data yang dimaksud adalah data- data yang berada di

lingkup kerja analisis JSA di PT. OTSCON SAFETY INDONESIA

3.2 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualititatif. Studi kasus untuk

mengetahui gambaran pelaksanaan teknik Job Safety Analysis (JSA) dalam

17
18

identifikasi bahaya di tempat kerja yang dilakukan pada PT. OTSCON

SAFETY INDONESIA. Menurut Rahardjo (2010), jenis penelitian kualitatif

studi kasus adalah penelitian yang mengeksplorasi suatu masalah dengan

batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam. Penelitian ini

dibatasi oleh waktu dan tempat. Beberapa macam kasus yang diteliti berupa

program, peristiwa, aktivitas atau individu.

3.3 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di PT. OTSCON SAFETY INDONESIA

3.4 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah bahaya (Hazard).

3.5 Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini, terdapat beberapa instrumen penelitian yang

diperlukan untuk mengumpulkan dan mengolah data, yaitu:

1. Pedoman observasi untuk mengetahui informasi mengenai pekerja,

fasilitas, pelaksanaan identifikasi bahaya (JSA)

2. Beberapa dokumen resmi PT. OTSCON SAFETY INDONESIA

yang mendukung penelitian ini

3. Prosedur JSA

4. Dokumen SOP

5. Manual Book Peralatan


19

6. Dokumen MSDS

7. Laptop

8. Kertas Catatan

9. Alat Tulis

3.5 Alur Proses Penelitian

Anda mungkin juga menyukai