Bab 6
Bab 6
Bab 6
BAB 6
IDENTIFIKASI BAJA TULANGAN BETON
(SNI 07-2052-2002)
1. Tujuan
Tujuan identifikasi baja tulangan beton adalah untuk mengetahui: jenis, bentuk
penampang, ukuran & toleransi, persyaratan mutu dan metode pengujian, serta parameter
lainnya dari baja tulangan beton.
2. Dasar Teori
1) Pengertian
Baja tulangan beton: Baja tulangan beton adalah baja yang berbentuk batang
berpenampang lingkaran yang digunakan untuk penulangan beton,yang diproduksi
dari bahan baku billet dengan cara hot rolling. Berdasarkan bentuknya, baja tulangan
beton dibedakan menjadi 2 (dua) jenis yaitu baja tulangan beton polos dan baja
tulangan beton sirip.
Jenis / Bentuk
Bentuk baja tulangan beton terdiri atas 2 (dua) jenis yaitu:.
Baja tulangan beton polos adalah baja tulangan beton berpenampang bundar dengan
permukaan polos/rata (tidak bersirip), disingkat BjTP, Gambar 1.
Baja tulangan beton sirip (deform) adalah baja tulangan beton dengan bentuk
khusus yang permukaannya memiliki sirip melintang dan rusuk memanjang yang
dimaksudkan untuk meningkatkan daya lekat dan guna menahan gerakan membujur
dari batang secara relative terhadap beton, disingkat BjTS, Gambar 2.
Gambar 1. Gambar 2.
Baja tulangan beton polos Baja tulangan beton sirip (deform)
Baja tulangan sirip terdapat beberapa bentuk sirip, seperti gambar berikut:
Kelompok
C.05.2014
L.6.E - 1
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI – 1 BAJA
2) Ukuran
Ukuran diameter, luas penampang dan berat per meter baja tulangan beton polos
seperti tercantum pada Tabel 1. berikut:
Tabel 1 Ukuran Baja Tulangan Polos
Kelompok
C.05.2014
L.6.E - 2
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI – 1 BAJA
Ukuran diameter, penampang dan berat per meter baja tulangan beton sirip
(deform) seperti tercantum pada Tabel 2. berikut:
Kelompok
C.05.2014
L.6.E - 3
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI – 1 BAJA
Sifat mekanis dan mutu kelas baja tulangan beton sesuai SNI 07-2052-2002,
digolongkan dalam beberapa jenis, sesuai Tabel 3 berikut:
Catatan:
1. Hasil uji lengkung tidak boleh terletak pada sisi luar lengkungan
2. Untuk baja tulangan sirip > S.32 nilai renggangan dikurangi 2 %
Untuk baja tulangan sirip S.40 dan S.50 dikurangi 4 % dari nilai yang tercantum
pada Tabel 6.
3. 1 kgf/mm2 = 9,81 N/mm2
4) Syarat Penandaan
Setiap batang baja tulangan beton harus diberi tanda (marking) dengan huruf
timbul yang menunjukkan inisial pabrik pembuat serta ukuran diameter nominal.
Setiap batang baja tulangan beton harus diberi tanda pada ujung-ujung
penampangnya dengan warna yang tidak mudah hilang sesuai dengan kelas baja
seperti pada Tabel 4.
Kelompok
C.05.2014
L.6.E - 4
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI – 1 BAJA
Setiap kemasan harus diberi label: Nama atau nama singkatan dari pabrik
pembuat, Ukuran (diameter dan panjang), Kelas baja, Nomor lembaran (No.
Heat), Nomor seri produksi dan tanggal produksi dan Nomor SNI.
3. Syarat Mutu
1) Sifat tampak
Kelompok
C.05.2014
L.6.E - 5
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI – 1 BAJA
Toleransi diameter
Toleransi diameter baja tulangan beton polos dan sirip seperti pada Tabel 5
Kelompok
C.05.2014
L.6.E - 6
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI – 1 BAJA
Toleransi Panjang
Panjang baja tulangan beton ditetapkan 6 m, 9 m, dan 12 m.
Toleransi panjang baja tulangan ditetapkan minus -0 mm atau plus +70 mm.
Toleransi berat
Toleransi berat per batang dan per lot baja tulangan beton polos dan baja tulangan
beton sirip ditetapkan seperti tercantum dalam Tabel 6. (Sumber SNI 07-2052-
2002), sebagai berikut:
A. Sifat Mekanis
Sifat mekanis baja tuiangan beton ditetapkan seperti tercantum pada Tabel 3 di atas.
Pengujian tarik dilakukan berdasarkan SNI 07-2529-1991 Metode pengujian
kuat tarik baja beton (Modul tersendiri) dan
Pengujian lengkung berdasarkan SNI 07-0410-1989, Cara uji lengkung tekan
(Modul tersendiri).
Kelompok
C.05.2014
L.6.E - 7
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI – 1 BAJA
2) Peralatan
a. Alat ukur panjang: Jangka sorong, Micrometer, Rol meter,
Kelompok
C.05.2014
L.6.E - 8
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI – 1 BAJA
3) Cara Melakukan
a. Uji sifat tampak dilakukan secara visual tanpa bantuan alat untuk memeriksa
adanya cacat-cacat seperti pada butir 3.1).
b. Uji bentuk permukaan dilakukan dengan pengamatan visual terhadap kerataan
permukaan (Bj TP) dan keteraturan/keseragaman sirip (Bj TS). Uji bentuk
kebundaran dilakukan dengan mengukur diameter maksimum dan minimum pada
penampang yang sama.
c. Pengukuran diameter dilakukan pada 3 (tiga) tempat yang berbeda dalam 1
(satu) contoh uji dan dihitung nilai rata-ratanya.
d. Pengukuran panjang dilakukan dengan mengukur panjang batang menggunakan
meteran rol baja.
e. Penentuan berat ditetapkan berdasarkan berat nyata (aktual) yang diperhitung-kan
dengan panjang contoh uji.
f. Pengukuran sirip dan rusuk terhadap Baja tulangan beton sirip:
Pengukuran jarak sirip dilakukan dengan cara mengukur 10 (sepuluh) jarak
sirip yang berderet kemudian dihitung nilai rata-ratanva.
Pengukuran tinggi sirip dilakukan terhadap 3 (tiga) kali buah sirip dan dihitung
nilai rata-ratanya.
Pengukuran terhadap lebar rusuk dilakukan dengan mengukur lebar semua
rusuk atau celah kemudian hasil pengukuran lebar masing-masing rusuk
dijumlahkan.
Pengukuran sudut sirip dilakukan dengan membuat gambar yang diperoleh
dengan cara mengelindingkan potongan uji di atas permukaan lempengan lilin
atau tanah liat, kemudian dilakukan pengukuran sudut sirip pada gambar
lempengan tersebut.
Kelompok
C.05.2014
L.6.E - 9
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI – 1 BAJA
1) Sifat Tampak
2) Bentuk
Diameter maksimum:
dmaks = 22,25 mm dan
dmin
Diameter minimum:
dmaks dmin = 21,50 mm.
Penyimpangan kebundaran:
= {(dmaks − dmin ) x toleransi diameter} x 100%
Kelompok
C.05.2014
L.6.E - 10
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI – 1 BAJA
3) Ukuran
a. Diameter (d)
Hasil pemeriksaan/pengukuran diameter, diperoleh:
d1 = 21,9 mm (-0,1 mm); d2 = 22,1 mm (+0,1 mm); d3 = 21,8 mm (-0,3 mm)
21,9 + 22,1 + 21,7
Diameter rata-rata, dAv = = 21,9 mm;
3
b. Panjang (l)
Hasil pemeriksaan/pengukuran panjang, diperoleh:
l1 = 12,050 m (+50 mm); l2 = 12,025 m (+25 mm); l3 = 12,020 m (+20 mm)
12,050+ 12,025 + 12,020
Panjang rata-rata, lAv = = 12,032 m.
3
Batas toleransi panjang: minus (-0 mm) dan plus (+70mm), memenuhi.
c. Berat (g)
Hasil pemeriksaan/penimbangan berat, diperoleh:
Berat per batang: g1 = 35,48 kg; g2 = 36,13 kg; g3 = 35,16 kg
35,48 + 36,13 + 35,16
Berat rata-rata, gAv = = 35,59kg/batang
3
Kelompok
C.05.2014
L.6.E - 11
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI – 1 BAJA
1) Sifat Tampak
2) Bentuk
Penyimpangan kebundaran:
= {(d0maks − d0min ) x toleransi d} x 100%
Kelompok
C.05.2014
L.6.E - 12
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI – 1 BAJA
3) Ukuran
a. Diameter (d)
Hasil pemeriksaan/pengukuran diameter (dalam), diperoleh: (Catatan: dari
Tabel 2: untuk d = 19 mm, d0 = 17,8 mm)
d1 = 18,1 mm (+0,3 mm); d2 = 17,9 mm (+0,7 mm); d3 = 17,8 mm (-0,6 mm)
18,1 + 17,9 + 17,8
Diameter rata-rata, dAv = = 17,93 mm;
3
c. Berat (g)
Hasil pemeriksaan/penimbangan berat, diperoleh:
Berat per batang: g1 = 45,25 kg; g2 = 45,50 kg; g3 = 45,35 kg
45,25 + 45,50 + 45,35
Berat rata-rata, gAv = = 45,36 kg/batang
3
Kelompok
C.05.2014
L.6.E - 13
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI – 1 BAJA
Kelompok
C.05.2014
L.6.E - 14
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI – 1 BAJA
6. Kesimpulan
Hasil pengujian/pemeriksaan terhadap sampel baja tulangan, sebagai berikut:
Kelompok
C.05.2014
L.6.E - 15