Askeb Gadar Nifas

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEBIDANAN

PADA PREEKLAMSIA/EKLAMSIA POST PARTUM

Setelah menyelesaikan topik ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk melakukan


asuhan kegawatdaruratan ibu nifas dengan preeklamsia/eklamsia post partum sbb:
1. Melakukan deteksi preeklmasia/eklamsia post partum
2. Menetukan tanda dan gejala adanya preeklmasia/eklamsia post partum
3. Menentukan data subyek dan obyektif preeklmasia/eklamsia post partum
4. Melakukan penatalaksanaan preeklmasia/eklamsia post partum

Keluhan terkait kondisi kegawat daruratan pada ibu post partum perlu dicurigai adanya
preeklampsia berat atau preeklampsia pasca persalinan, dimana gejala yang dimunculkan
berupa data subyektif serta obyektif.
Bila didapatkan ibu post partum dengan gejala dalam 48 jam sesudah persalinan yang
mengeluh Nyeri kepala hebat, Penglihatan kabur, dan Nyeri epigartrium, harus mewaspadai
adanya Eklamsia Berat atau Eklamsia dengan tanda dan gejala seperti dibawah ini :

Tanda dan Gejala


Pre eklampsi berat Eklamsia
 Tekana diastolic ≥ 110 mmHg  Tekanan diastolic ≥ 90 mmHg
 Protein urine ≥ +++,  Protein urin ≥ ++
 Kadang hiperrefleksia,  Kadang disertai hiperrefleksia,
 Nyeri kepala hebat,  Nyeri kepala hebat
 Penglihatan kabur,  Penglihatan kabur
 Oliguria < 400 ml/24 jam, nyeri  Oliguria < 400 ml/24 jam
abdomen atas / epigastrik  Nyeri abdomen atas / epigastrik
 Edema paru.  Edema paru dan koma
 Ibu mengalami kejang
PENATALAKSANAAN

PENANGANAN PADA SEMUA KASUS


PREEKLAMSIA BERAT DAN EKLAMSIA TIDAK BISA DIBEDAKAN

PASIEN HARUS SEGERA DIRUJUK

PENANGANAN UMUM - STABILISASI PASIEN

Beberapa hal yang perlu dilakukan adalah :


 Minta bantuan
 Jangan tinggalkan ibu sendirian
 Hindarkan ibu dari terluka, tetapi jangan terlalu aktif menahan ibu.
 Jika ibu tidak sadarkan diri :
 Cek jalan napas
 Posisikan ibu berbaring menyamping ke sisi kiri badannya dan dukung punggung
ibu dengan dua bantal guling
 Periksa apakah lehernya tegang/kaku
 Jika tekanan diastolic tetap lebih dari 110 mmHg, berikan obat antihipertensi sampai
tekanan diastolic di antara 90-110 mmHg
 Pasang infus dengan jarum (16 gauge atau lebih besar)
 Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload cairan
 Katererisasi urin untuk memantau pengeluaran urin dan protein
 Jika jumlah urine kurang dari 30 ml/jam :
 Hentikan magnesium sulfat (MgSO4) dan berikan cairan IV (NaCl 0,9% atau Ringer
Laktat) pada kecepatan 1 liter/8 jam
 Pantau kemungkinan edema paru
 Jangan tinggalkan pasien sendirian (kejang disertai aspirasi muntah dapat
mengakibatkan kematian ibu)
 Observasi tanda-tanda vital, refleks setiap jam
 Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru

Bila pasien kejang, yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :


 Beri obat antikonvulsan
 Perelengkapan untuk penganan kejang (jalan nafas, sedotan, masker dan balon,
oksigen, sudip lidah)
 Beri oksigen 4 – 6 liter/menit
 Lindungi pasien dari kemungkinan trauma, tetapi jangan diikat terlalu keras
 Baringkan pasien pada sisi kiri untuk mengurangi resiko aspirasi
 Setelah kejang, aspirasi mulut dan tenggorokan jika perlu
 Rujuk dengan prinsip BAKSO (Bidan, Alat, Keluarga, Surat, Obat)
 Miringkan ibu ke samping untuk mengurangi risiko aspirasi dan memastikan jalan
napas membuka.

Untuk penanganan khusus, yang dapat dilakukan adalah memberikan Magnesium Sulfat
(MgSO4). Magnesium sulfat (mgso4) merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi
kejang pada preeklamsia berat dan eklamsia.

SEBELUM PEMBERIAN MgSO4, periksa :


 Frekuensi pernapasan minimal 16/menit
 Reflek patella (+)
 Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir
 Beritahu pasien akan merasa agak panas sewaktu diberisuntikan MgSO4
DOSIS AWAL
 Pemberian MgSO4 4 gr IV sebagai larutan 40% selama 5 menit
 Segera dilanjutkan dengan pemberian 10 gr larutan MgSO4 50%, masing-2 5 gr
di bokong kanan dan kiri secara IM dalam, ditambah 1 mg lignokain 2% pada
semprit yang sama.
 Jika kejang berulang selama 15 menit, berikanMgSO4 2 gr (larutan 40%) IV
selama 5 menit
DOSIS PEMELIHARAAN
 MgSO4 1-2 gr /jam per infus, 15 tetes/menit atau 5 gr MgSO4
 Lanjutkan pemberianMgSO4 sampai 24 pasca persalinan atau kejang berulang
BERHENTILAH PEMBERIAN MgSO4, jika
 Frekuensi pernapasan minimal < 16/menit
 Reflek patella (-)
 Urin < 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir
SIAPKAN ANTIDOTUM
 Jika terjadi henti nafas , lakukan ventilasi ( masker dan balon, ventilator ), beri
kalsium glukonat 1 g (20 ml dalam larutan 10%) IV perlahan-lahan sampai
pernafasan mulai lagi.
ASUHAN KEBIDANAN
PADA SEPSIS PUERPERIUM

Setelah menyelesaikan topik ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk melakukan asuhan
kegawatdaruratan ibu nifas dengan sepsis peurperium, sbb :
1. Melakukan deteksi kegawatdaruratan ibu nifas dengan sepsis puerperium
2. Menentukan tanda dan gejala adanya kegawatdaruratan ibu nifas dengan sepsis
peurperium
3. Menentukan data subyek dan obyektif kegawatdaruratan ibu nifas dengan sepsis
peurperium
4. Melakukan penatalaksanaan kegawatdaruratan ibu nifas dengan sepsis
peurperium

Sepsis puerperalis merupakan infeksi pada traktus genitalia yang dapat terjadi setiap saat
antara kejadian ketuban pecah dini atau persalinan dan 42 hari setelah persalinan atau
abortus. Untuk menentukan apakah sepsis putperalis terjadi, maka untuk mendeteksinya
melalui adanya dua atau lebih dan hal – hal berikut ini :
1. Nyeri pelvik
2. Demam >38,5° diukur melalui oral kapan saja;
3. Vagina yang abnormal
4. Vagina berbau busuk;
5. Keterlambatan penurunan ukuran uterus (sub involusio uteri).

Selanjutnya perlu ditentukan adanya kegawatdarutan ibu nifas dengan sepsis peurperalis bila
terdapat tanda dan gejala sesuai dengan lokasi adanya infeksi atau peradangan alat-alat
genitalia. Pada kasus sepsis peurperalis dapat menimbulkan kegawatdaruratan, yang dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
INFEKSI YANG TERBATAS PADA PERINEUM, VULVA, VAGINA,
CERVIKS DAN ENDOMETRIUM
Pada infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perineum
jaringan sekitarnya membengkak, tepi luka menjadi merah dan
VULVITIS
bengkak ; jahitan ini mudah terlepas dan luka yang terbuka
menjadi ulkus dan mangeluarkan pus.
Infeksi vagina dapat terjadi secara langsung pada luka vagina
atau melalui perineum. Permukaan mukosa membengkak dan
VAGINITIS kemerahan, terjadi ulkus, dan getah mengandung nanah yang
keluar dari daerah ulkus. Penyebaran dapat terjadi, tetapi
pada umumnya infeksi tinggal terbatas
Infeksi sering juga terjadi, akan tetapi biasanya tidak
menimbulkan banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan
SERVISITIS
meluas dan langsung kedasar ligamentum latum dapat
menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium
Jenis infeksi yang paling sering ialah endometritis. Kuman-
kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas
ENDOMETRITIS Insersio plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan
seluruh endometrium
KOMPLIKASI
Peritonitas menyeluruh adalah peradangan pada semua bagian
peritonium, ini berarti baik peritoneum parietal,yaitu membran
PERITONITAS yang melapisi dinding abdomen,maupaun
peritoneum viseral,yang terletak di atas vasera atau organ-
organ internal meradang
 Salpingo-ooforitis adalah infeksi pada ovariun dan tuba
fallopi.
SALPINGO-OOFORITIS
 Parametritis adalah infeksi pada parametrium.,jaringan yang
DAN PARAMETRITIS
memanjang sampai kesisi servik dan kepertengahan lapisan-
lapisan ligamen besar
Septikemia adalah ada dan berkembangbiaknya bakteri di
SEPTIKEMIA
dalam aliran darah.
Masa yang menonjol dan berfluktuasi pada pemeriksaan
ABSES
vagina, nyeri yang hebat dan nyeri tekan, demam tidak
menurun meskipun diberikan antibiotik
Untuk mengetahui adanya kegawatdarutan ibu nifas dengan sepsis
peurperalis, dilakukan pengkajian data subyektif dan obyektif, seperti
dibawah ini :

Data Subyektif

 Ibu menyampaikan baru melahirkan


 Riwayat persalinan dengan tindakan ( digunting, dengan alat dan plasenta
dirogoh )
 Proses persalinan lama lebih 1 jam bayi tidak segera lahir
 Saat hamil ibu dengan penyakit mis: batuk lama, dada berdebar- debar, kencing
manis dll

Data Obyektif
 Partus lama utama ketuban pecah lama
 Tindakan bedah vagina yang menyebabkan perlukaan pada jalan lahir
 Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah
 Demam tinggi sampaji menggigil
 Nadi kecil dan cepat
 Nyeri tekan pada kedua sisi abdomen

Tabel 3.1. Data Subyektif dan Obyektif

Setelah menentukan adanya kegawatdaruratan ibu nifas dengan sepsis puerperium,


selanjutnya bagaimana penataksanaannya ?
ALUR PENGELOLAAN PENDERITA KEGAWATDARURATAN IBU
NIFAS DENGAN SEPSIS PUERPERIUM

- MENILAI KONDISI - Keadaan Umum


PASIEN - Tanda-tanda vital

Isolasi pasien yang diduga infeksi untuk


memudahakan pengamatan
RESUSITASI DAN ISOLASI Berikan pemasangan infus

Mengisolasi sesegera mungkin pasien yang diduga infeksi

MENGAMBIL SPESIMEN a. Obati secara aktif jika diduga, tanpa menunggu


kepastian diagnosis.
b. Mulai dengan antibiotik seperti: benzil penisilin
ditambah dengan gentamisin dan metronidazol,cairan
PENGOBATAN 4 dan analgesik (seperti petidin 50-100 mg secara IM
setiap 6 jam).
c. Jika tersedia, pasang selang nasogastrik (NGT) dan
aspirasikan isi lambung.

RUJUK
 Dirujuk Langsung ke RUMAH SAKIT
 BAKSOKU (Bidan, Alat, Kendaraan, Surat, Obat,
Keluarga, Uang )
Bagan : 3.1. Pengelolaan KegawatdaruratanIbu Nifas dengan Sepsis
Puerperium
ASUHAN KEBIDANAN
PADA IBU NIFAS DENGAN MASTITIS

Setelah menyelesaikan topik ini, diharapkan mahasiswa mampu untuk melakukan


asuhan kegawatdaruratan ibu nifas dengan mastitis, meliputi:
1. Melakukan deteksi kegawatdaruratan ibu nifas dengan mastitis
2. Menetukan tanda dan gejala adanya kegawatdaruratan ibu nifas dengan
mastitis
3. Menentukan data subyek dan obyektif kegawatdaruratan ibu nifas
dengan mastitis
4. Melakukan penatalaksanaan kegawatdaruratan ibu nifas dengan mastitis

Mastitis adalah infeksi peradangan pada mamma, terutama pada primipara yang
biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus, infeksi terjadi melalui luka pada
putting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah
Bila tidak segera ditangani menyebabkan Abses Payudara
(pengumpulan nanah lokal di dalam payudara)
merupakan komplikasi berat dari mastitis

Bagaimana cara Anda mendeteksi adanya mastitis

LAKUKAN DENGAN MEMPERHATIKAN PERUBAHAN PADA PAYUDARA IBU POST PARTUM SERTA
AREA PERUBAHANNYA
Tabel. Macam Mastitis

Dibedakan berdasar tempat serta penyebab dan kondisinya


1. Mastitis yang menyebabkan abses di bawah areola mammae
2. Mastitis di tengah-tengah mammae yang menyebabkan abses di tempat itu
3. Mastitis pada jaringan di bawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang menyebabkan abses
antara mammae dan otot-otot di bawahnya.
Menurut penyebab dan kondisinya
Mastitis Puerperalis/
Mastitis Periductal Mastitis Supurativa
Lactational
 muncul pada wanita di usia  banyak dialami oleh  paling banyak
menjelang menopause, wanita hamil atau dijumpai.
 penyebab utamanya tidak menyusui.  Penyebabnya bisa dari
jelas diketahui.  Penyebab utama mastitis kuman
 Keadaan ini dikenal juga puerperalis yaitu kuman Staphylococcus,
dengan sebutan mammary yang menginfeksi jamur, kuman TBC
duct ectasia, yang berarti payudara ibu, yang dan juga sifilis. Infeksi
peleburan saluran karena ditransmisi ke puting ibu kuman TBC
adanya penyumbatan pada melalui kontak langsung memerlukan
saluran di payudara. penanganan yang
ekstra intensif.

Untuk menentukan adanya kegawatdaruratan ibu nifas dengan mastitis, dapat diilhat
dari tanda dan gejala yang muncul , biasanya terjadinya akhir minggu pertama pasca
partum. Hal ini berkaitan erat dengan produksi dari ASI yang dihasilkan oleh kelenjar acinin
yang dalam alveoli dan tidak dapat dipancarkan keluar. Dengan demikian akan didapatkan
tanda gejala kegawatdaruratan ibu nifas dengan mastitis seperti dibawah ini :
 Adanya nyeri ringan sampai berat
 Payudara nampak besar dan memerah
 Badan terasa demam seperti hendak flu, nyeri otot, sakit kepala, keletihan

Mastitis yang tidak ditangani memiliki hampir 10% resiko terbentuknya abses

Tanda dan gejala abses meliputi hal – hal berikut :


Discharge putting susu purulenta
Demam remiten ( suhu naik turun ) disertai mengigil
Pembengkakkan payudara dan sangat nyeri, massa besar dan keras dengan area
kulit berwarna berfluktasi kemerahan dan kebiruan mengindikasikan lokasi abses
berisi pus

Abses Payudara
Terdapat benjolan yang membengkak yang sangat nyeri dengan
kemerahan,panas,edema kulit diatasnya.Bila tidak segara ditangani benjolan akan akan
menjadi berfluktuasi dengan perubahan warna kulit dan nekrosis
Untuk memperjelas adanya mastitis pada ibu post partum, perlu dikaji tanda gejala
tersebut dengan mencari data subyektif maupun obyektif, seperti dibawah ini :

Data Subyektif Data Obyektif


\

 Ibu menyampaikan kalau baru  Adanya nyeri ringan pada salah satu
melahirkan hari yang lalu lobus payudara, yang diperberat jika
 Mengeluh payudaranya terasa bayi menyusui.
berat dan sakit  Teraba keras dan tampak memerah
 Tidak berani untuk meneteki  Permukaan kulit dari payudara yang
bayinya terkena infeksi juga tampak seperti
 Badan terasa demam seperti pecah-pecah
hendak flu : nyeri otot, sakit  Peningkatan suhu yang cepat dari (39,5
kepala, keletihan – 40 oC)
 Nadi kecil dan cepat
 Mengigil
 Malaise umum, sakit kepala
 Nyeri hebat, bengkak, inflamasi, area
payudara keras

Tabel 4.1. Data Subyektif dan Obyektif

Setelah mengidentifikasi kegawatdaruratan ibu nifas dengan mastitis, selanjutnya


perlu dipikirkan bagaimana penatalaksanaannya agar proses laktasi tetap terjaga, dengan
kondisi situasional mulai dari yang ringan sampai berat.

PENATALAKSANAAN

MASTITIS

 Dimulai dengan memperbaiki teknik menyusui ibu untuk aliran ASI yang baik
dengan lebih sering menyusui dimulai dari payudara yang bermasalah.
 Bila ibu merasa sangat nyeri, menyusui dimulai dari sisi payudara yang sehat,
kemudian sesegera mungkin dipindahkan ke payudara bermasalah, bila
sebagian ASI telah menetes (let down) dan nyeri sudah berkurang.
 Posisikan bayi pada payudara, dagu atau ujung hidung berada pada tempat
yang mengalami sumbatan agar membantu mengalirkan ASI dari daerah
tersebut.
 Ibu yang tidak mampu melanjutkan menyusui harus memerah ASI dari
payudara dengan tangan atau pompa.
 Pijatan payudara yang dilakukan dengan jari-jari yang dilumuri minyak atau
krim selama proses menyusui dari daerah sumbatan ke arah puting juga dapat
membantu melancarkan aliran ASI.
 Konseling suportif
 Memberikan dukungan,bimbingan.keyakinan kembali tentang menyusui
yang aman untuk diteruskan, bahwa ASI dari payudara yang terkena tidak
akan membahayakan bayi, serta payudara akan pulih bentuk maupun
fungsinya
 Pengeluaran ASI yang efektif
 Bantu ibu perbaiki kenyutan bayi pada payudara
 Dorong untuk sering menyusui selama bayi menghendaki serat tanpa
batasan
 Bila perlu peras ASI dengan tangan atau pompa atau botol panas sampai
menyusui dapat dimulai lagi
 Terapi antibiotika, diindikasikan pada:
 Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan
infeksi
 Gejala berat sejak awal
 Terlihat putting pecah-pecah
 Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI
diperbaiki
 Dan dapat diberikan antibiotika seperti: Antibiotika Beta-lakta-mase
 Pengobatan simtomatik
 Diterapi dengan anlgesik (mis: Ibuprofen, Parasetamol)
 Istirahat atau tirah baring dengan bayinya
 Penggunaan kompres hangat pada payudara
 Yakinkan ibu untuk cukup cairan
 Pendekatan terapeutik lain (misalnya penyinggiran pus, tindakan diit,
pengobatan herbal, menggunakan daun kol untuk kompres dingin

ABSES PAYUDARA

 Lakukan rujukan untuk terapi bedah (pengeluaran pus dengan insisi dan
penyaluran)
 Dukungan untuk menyusu

Anda mungkin juga menyukai