Laprak Iut 07-Repetisi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

Laboratorium Survey dan Pemetaan

Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik


Universitas Indonesia

Anggota Kelompok : 1. R.M.Buchori.A.P – 1806187101


2. M.Alem Sinatrya – 1806187114
3. Abraham Mulia – 180187083
4. Syifa Carrisa – 1806187096
5. Rizky Nurafriandi – 1806187070
Kelompok : E3
Tanggal Praktikum : Selasa, 5 November 2019
Judul Praktikum : 07- Measurement Of Horizontal Angle By Repetition
Method
08- Measurement Of Horizontal Angle By Reiteration
Method

09- Determining Distance Between Two Inaccessible


Points by Measuring Horizontal Angle

Nama Asisten : Glenaldi

Nilai : Paraf :

A. TUJUAN
Untuk mengukur sudut horizontal dengan metode pengulangan, reiterasi, serta
menentukan jarak di antara dua titik yang tidak dapat dilalui dengan mengukur
sudut horizontal

B. DASAR TEORI
Dalam praktikum pengukuran sudut ini, intrument utama yang digunakan
adalah theodolite. Theodolite merupakan instrumen dasar yang digunakan
dalam surveying. Theodolite digunakan untuk menukur sudut horizontal dan
sudut vertikal. Terdapat dua jenis theodolite, yaitu theodolite digital dan non-
digital. Theodolite digital terdiri dari teleskop dan layar pembacaan hasil
pengukuran sudut horizontal maupun sudut vertikal.
Sudut Horizontal, pada topografi, merupakan sudut yang dibuat oleh
pengukuran garis secara horizontal. Sudut Horizontal pada umunya dinyatakan
dalam bentuk derajat atau degree. Satu lingkaran penuh dibagi menjadi 360
derajat. Setiap sudut akan dibagi menjadi unit yang lebih kecil yaitu, 1 derajat
sama dengan 60 menit (60’) dan 1 menit sama dengan 60 detik (60”). Unit yang
lebih kecil ini hanya bisa diukur dengan intrument yang memiliki tingkat
Laboratorium Survey dan Pemetaan
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
instrument yang tinggi.
Pengukuran suatu sudut horizontal terdiri dari empat cara, yaitu :
1. Pengukuran Sudut Tunggal
Sudut tunggal merupakan suatu sudut yang terbentuk dari dua arah.
Pengukuran dilakukan dengan sekali pembacaan skala lingkaran terhadap
masing-masing arah.
2. Pengukuran Sudut Seri Rangkap
Pengukuran sudut horizontal pada metode seri rangkap dilakukan dua kali
terhadap sudut tunggal dalam keadaan teropong pada keadaan biasa (B) dan
luar biasa (LB).
3. Pengukuran Sudut Repetisi
Pengukuran sudut repetisi merupakan pengukuran sudut tunggal yang
dilakukan berulang kali dengan penguncial bacaan skala tertentu terhadap arah
pertama.
4. Pengukuran Sudut Reiterasi
Pengukuran sudut dengan penambahan suatu sudut pada skala pembacaan
horizontal.

C. DATA PRAKTIKUM
Pada percobaan mengukur sudut menggunakan metode repetisi didapatkan data
sebagai berikut :

No. Face Angle Average


1 QOP 32°18’15”
2 POQ 32°34’5”
3 QOP 33°12’50”
1 PRO 58°22’25”
2 ORP 59°28’0”
3 PRO 57°14’10”
1 PQO 28°26’35”
2 OQP 28°17’15”
3 PQO 28°26’35”
1 RPO 32°38’45”
2 OPR 33°07’55”
3 RPO 33°32’42”
Laboratorium Survey dan Pemetaan
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Pada percobaan mengukur sudut menggunakan metode reiterasi didapatkan data


sebagai berikut :
No. Face Angle
1 QNP 37°04’30”
2 PNO 89°20’25”
3 ONR 40°31’05”
4 RNS 97°39’30”
5 SNQ 93°37’25”

Pada percobaan menentukan jarak di antara dua titik yang tidak dapat dilalui dengan
mengukur sudut horizontal, didapat data sebagai berikut :
<QOP = 32.6954°

<PRO = 58.3588°

<PQO = 28.39116°

<RPO = 33.10759°

Jarak OP = 8.34 m

D. PENGOLAHAN DATA

Pada percobaan mengukur sudut menggunakan metode repetisi :

No. Face Angle Average


1 QOP 32.304167°
2 POQ 32.568056°
3 QOP 33.21389° 32.6954°
1 PRO 58.37361°
2 ORP 59.46667°
3 PRO 57.23611° 58.3588°
1 PQO 28.4430°
2 OQP 28.2875°
3 PQO 28.4430° 28.39116°
1 RPO 32.64583°
2 OPR 33.13194°
3 RPO 33.545° 33.10759°
Laboratorium Survey dan Pemetaan
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
1. <QOP = (32.304167° + 32.568056° + 33.21389°) : 3

<QOP = 32.6954°

2. <PRO = (58.37361° + 59.46667° + 57.23611°) : 3

<PRO = 58.3588°

3. <PQO = (28.4430° + 28.2875° + 28.4430°) : 3

<PQO = 28.39116°

4. <RPO = (32.64583° + 33.13194° + 33.545° ) : 3

<RPO = 33.10759°

Pada percobaan mengukur sudut menggunakan metode reiterasi :

Total sudut = 37°04’30” + 89°20’25” + 40°31’05” + 97°39’30” + 93°37’25”


= 338°12’55”
Correction = 360° - 358°12’55”
= 1°47’05”
Corrected Angle = 1°47’05” (1/4)
= 0°26’46.25”
After correction
 < QNP = 37°04’30” + 0°00’00” = 37°04’30”
 < PNO = 89°20’25” + 0°26’46.25” = 89°47’11.25
 < ONR = 40°31’05” + 0°26’46.25” = 40°57’51.25”
 < RNS = 97°39’30” + 0°26’46.25” = 98°06’16.25”
 < SNQ = 93°37’25” + 0°26’46.25” = 94°04’11.25”

No. Face Angle Corrected Angle


1 QNP 37°04’30” 37°04’30”

2 PNO 89°20’25” 89°47’11.25”


3 ONR 40°31’05” 40°57’51.25”

4 RNS 97°39’30” 98°06’16.25”

5 SNQ 93°37’25” 94°04’11.25”


Laboratorium Survey dan Pemetaan
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Pada percobaan menentukan jarak di antara dua titik yang tidak dapat dilalui
dengan mengukur sudut horizontal :

 Mencari jarak RO

𝑅𝑂 𝑂𝑃
=
sin 33.10 sin 58.35

8.34 𝑥 0.54
RO=
0.851

RO = 5.348 m

 Mencari jarak PQ

𝑃𝑄 𝑂𝑃
=
sin 32.6954° sin 28.39116°

8.34 𝑥 0.54
PQ =
0.48

PQ = 8.64 m

E. ANALISIS
a. Analisis Percobaan

Pada percobaan pertama (07) dan kedua (08) ini memiliki tujuan yaitu untuk
mengukur sudut horizontal dengan metode repetisi dan reiterasi. Sedangkan
percobaan ketiga (09) memiliki tujuan menentukan jarak di antara dua titik yang
tidak dapat dilalui dengan mengukur sudut horizontal. Dalam melakukan percobaan
ini praktikan menggunakan beberapa alat yang khusus digunakan untuk percobaann
Ilmu Ukur Tanah. Alat tersebut diantaranya yang pertama adalah theodolite, alat
yang akan memberikan hasil pengukuran sudut. Alat kedua yaitu pasak, digunakan
sebagai patokan titik yang membentuk poligon tertutup. Alat terakhir yaitu leveling
stuff, berguna untuk memudahkan praktikan yang melakukan pengukuran melihat
titik yang dicari.

Langkah awal yang dilakukan dalam percobaan pertama adalah


menempatkan theodolite di titik yang sudutnya ingin dicari. Dalam kasus ini salah
Laboratorium Survey dan Pemetaan
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
satu sudut yang ingin dicari adalah <QOP, maka praktikan meletakkan
theodolite persis di titik O. Pastikan gelembung pada nivo telah mencapai titik
pusat atau ditengah lingkaran, tujuannya untuk memastikan theodolite sudah
berdiri tegak lurus dengan tanah agar mendapatkan hasil pengukuran yang akurat.
Setelah posisi theodolite sudah setimbang, praktikan dapat langsung melakukan
pengukuran. Praktikan yang lain akan berdiri pada titik Q dengan membawa
levelling staff. Kemudian praktikan memperhatikan posisi levelling staff terhadap
titik tengah yang terlihat pada teleskop, bila posisi belum ditengah, praktikan dapat
memutar pengatur sudut horizontal sampai menemukan titik tengah yang tepat
berada di tengah levelling staff. Bila posisi sudah tepat, praktikan mengatur sudut
horizontal di 0°. Kemudian praktikan yang sebelumnya berdiri di titk Q berpindah
posisi ke titik P. Praktikan yang melakukan pengukuran juga mengubah posisi
theodolite menghadap titik P dan mencatat hasil pengukuran. Setelah itu arahkan
lagi theodolite ke ttik Q dan ulangi kembali pengukuran sudutnya. Selanjutnya
ulangi pengukuran sudut horizontal dengan cara yang sama untuk mengukur sudut
<PRO, <PQO, dan <RPO. Pembacaan berulang ini memiliki tujuan agar praktikan
dapat mendapatkan besar sudut rata-rata yang hampir akurat.

Pada percobaan kedua praktikum mengukur sudut horizontal dengan


metode reiterasi. Hal yang pertama dilakukan adalah menempatkan theodolite di
titik A, yang merupakan titik di dalam poligon tertutup. Praktikan yang lain berdiri
di pasak Q kemudian praktikan yang menggunakan theodolite mengatur sudut di
0°. Setelah sudut berada di 0° praktikan pindah ke titik P dan pengukuran sudut
horizontal dimulai. Setelah mendapatkan sudut yang diinginkan, praktikan
mencatat hasil dan menekan tombol reset pada theodolite agar pengukuran kembali
dimulai pada 0°. Langkah yang sama diulang kembali untuk mengukur sudut di
B,C,D, dan E hingga kembali ke titik semula yaiutu titik A.

Sedangkan pada percobaan ketiga, praktikan menentukan jarak di antara


dua titik yang tidak dapat dilalui dengan mengukur sudut horizontal. Setelah
mengukur besar sudut di beberapa titik menggunakan metode repetisi seperti pada
percobaan pertama, praktikan kemudian mengukur jarak OP menggunakan
meteran. Sudut-sudut dan jarak OP ini akan digunakan praktikan untuk mencari
jarak OR dan PQ.
Laboratorium Survey dan Pemetaan
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
b. Analisis Hasil
Dari praktikum pertama, didapatkan 12 data dimana tiap keempat sudut
yang diukur memiliki tiga data. Data yang didapatkan merupakan hasil
perhitungan theodolite yang di reset pada setiap perhitungan sudut sehingga
praktikan tidak perlu mengurangi sudut yang didapat dengan sudut yang telah
diukur sebelumnya. Hasil pengukuran yang memiliki satuan menit dan detik
tersebut kemudian dikonversi menjadi satuan derajat. Selanjutnya dari ketiga
data pada setiap sudutnya dihitung rata-ratanya agar memperoleh sudut yang
lebih akurat. Untuk memperoleh rata-rata, praktikan menghitung jumlah ketiga
data dari tiap sudut yang kemudian dibagi tiga. Sehingga diperoleh hasil sebagai
berikut.
<QOP = (32.304167° + 32.568056° + 33.21389°) : 3 = 32.6954°
<PRO = (58.37361° + 59.46667° + 57.23611°) : 3 = 58.3588°
<PQO = (28.4430° + 28.2875° + 28.4430°) : 3 = 28.39116°
<RPO = (32.64583° + 33.13194° + 33.545° ) : 3 = 33.10759°
Berdasarkan percobaan kedua, didapatkan 5 sudut hasil pengukuran yang
searah jarum jam. Kemudian data tersebut diakumulasi untuk dapat melihat
bagaimana hasil sudut yang terbaca saat dibandingkan dengan sudut 1 lingkaran
sempurna, yaitu 360°. Untuk mencari koreksi sudut, selisih dari 1 sudut
lingkaran sempurna (360°) ddengan total sudut dalam polygon yang dicari
dibagi dengan total titik dikurangi satu. Hal ini dikarenakan praktikan
menggunakan salah satu sudut sebagai acuan yang nilainya tetap dan dianggap
benar. Kemudian praktikan menentukan sudut yang sudah dikoresi dengan cara
menjumlahkan koreksi sudut dengan sudut hasil pengukuran pada tiap titik
kecuali titik acuan. Maka, diperoleh hasil sebagai berikut :

 < QNP = 37°04’30” + 0°00’00” = 37°04’30”


 < PNO = 89°20’25” + 0°26’46.25” = 89°47’11.25
 < ONR = 40°31’05” + 0°26’46.25” = 40°57’51.25”
 < RNS = 97°39’30” + 0°26’46.25” = 98°06’16.25”
 < SNQ = 93°37’25” + 0°26’46.25” = 94°04’11.25”
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data, koresksi sudut yang
didapat masih terbilang besar. Dapat dikatakan bahwa data yang yang diperoleh
pada praktikum kali ini kurang akurat
Laboratorium Survey dan Pemetaan
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Untuk percobaan ketiga, besar sudut-sudut yang belum ditemukan dapat
dihitung melalui besar sudut yang telah didapatkan dari melakukan metode
repetisi. Dengan metode ini, praktikan mendapatkan tiga buah besar sudut yang
kemudian dirata-ratakan untuk hasil yang lebih akurat. Kemudian praktikan
mengukur jarak OP menggunakan meteran sehingga didapat jarak OP = 8.34 m.
Praktikan mencari jarak OR dan PQ menggunakan aturan sinus pada segitiga,
sehingga diperoleh hasil sebagai berikut :
 RO = 5.348 m
 PQ = 8.64 m
Berdasarkan hasil perhitungan, dapat dikatakan polygon pada percobaan memiliki
Panjang sisi yang bervariasi.

c. Analisis Kesalahan

Pada praktikum pengkuran sudut horizontal dan jarak ini, terdapat beberapa
kesalahan yang dapat mempengaruhi hasil dari pengukuran. Kesalahan yang terjadi
dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu :
1. Ketidaktepatan meletakkan nivo pada pusat lingkaran, sehingga lensa
berada pada posisi yang tidak sejajar
2. Praktikan yang memegang levelling staff tidak tepat berdiri pada titik
pasak sehingga mempengaruhi pembacaan sudut
3. Ketidakfokusan dan ketidaktepatan pembacaan leveling stuff pada lensa
4. Ketidaktelitian melakukan penghitungan dalam pengolahan data, sehingga hasil
yang didapatkan kurang akurat

H. APLIKASI
Pengukuran sudut horizontal dalam aplikasinya dapat berupa:

 Perancangan suatu bangunan

 Para insinyur sangat memerlukan data yang akurat untuk pembangunan jalan,
jembatan, saluran irigasi, lapangan udara, dll

 Mengukur besarnya sudut horizontal suatu bangunan terhadap bench mark.

 Mengukur jarak antara dua titik yang tidak memungkinkan untuk dilalui, contoh
di lapangan ingin mengukur jarak antara gedung A dan gedung B yang diantara
Gedung tersebut terdapat sungai atau jurang
Laboratorium Survey dan Pemetaan
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

I. KESIMPULAN

Pada praktikum mengukur sudut horizontal dengan metode repetisi ini dapat diperoleh kesimpulan
yaitu :

 Praktikum ini memiliki tujuan untuk menghitung besarnya sudut horizontal dengan metode repetisi
 Didapatkan besarnya sudut rata-ratanya sebesar :
<QOP = 32.6954°

<PRO = 58.3588°

<PQO = 28.39116°

<RPO = 33.10759°

Pada praktikum mengukur sudut horizontal dengan metode reiterasiini dapat diperoleh
kesimpulan yaitu :
 Total sudut pada pengukuran adalah sebesar 338°12’55”
 Koreksi sudut pada pengukuran adalah sebesar 0°26’46.25”
 Pengukuran sudut dalam polygon tertutup harus berjumlah 360°

No. Face Angle Corrected


Angle
1 QAP 37°04’30” 37°04’30”

2 PBO 89°20’25” 89°47’11.25”


3 OCR 40°31’05” 40°57’51.25”

4 RDS 97°39’30” 98°06’16.25”

5 SEQ 93°37’25” 94°04’11.25”

Pada percobaan menentukan jarak di antara dua titik yang tidak dapat dilalui dengan
mengukur sudut horizontal, diperoleh kesimpulan :
 RO = 5.348 m
 PQ = 8.64 m
Laboratorium Survey dan Pemetaan
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
J. REFERENSI

 https://www.scribd.com/doc/294812358/Materi-6-Aplikasi-Pengukuran-Dan-Pemetaan
 https://slideplayer.info/slide/11620637/
 https://ocw.upj.ac.id/files/Slide-CIV-104-PERTEMUAN-6-METODE-PENGUKURAN-
SUDUT.pdf
 https://blog.ruangguru.com/apa-itu-aturan-sinus-dan-cosinus

K. LAMPIRAN

Gambar 1. Praktikan mengatur sudut 0° pada theodolite di titik Q


Laboratorium Survey dan Pemetaan
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 2. Praktikan mengukur sudut horiz


ontal dari titik Q ke titik P

Gamvar 3. Poisi berdiri praktikan yang kurang tepat saat pengukuran


mempengaruhi kesalahan pada hasil praktikum

Anda mungkin juga menyukai