Pengaruh Penggunaan Limbah Karet Bekas Ban Sebagai Bahan Tambah Terhadap Perancangan Campuran AC-BC

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 6

Civil Engineering and Environmental Symposium 2019 Semarang, 1 Mei 2019

Pengaruh Penggunaan Limbah Karet Bekas Ban sebagai Bahan Tambah


terhadap Perancangan Campuran AC-BC

N. Asjuh
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, INDONESIA
[email protected]

L. B. Suparma
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, INDONESIA
[email protected]

A. T. Mulyono
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, INDONESIA
[email protected]

INTISARI

Peningkatan kendaraan bermotor di Indonesia yang terjadi secara pesat tiap tahun serta intensitas pemakaian kendaraan yang
tinggi setiap hari menyebabkan jumlah pembuangan limbah bekas ban kendaraan yang sudah rusak dan aus menjadi semakin
meningkat. Limbah bekas ban kendaraan yang sudah tidak terpakai merupakan masalah tersendiri untuk ditangani, yang sangat
berpotensi mencemari lingkungan karena tidak dapat terurai dengan mudah apabila hanya dibiarkan begitu saja. Sehingga
perlu dilakukan upaya untuk mengubah limbah bekas ban kendaraan menjadi sesuatu yang lebih bemanfaat, salah satunya
digunakan sebagai bahan tambah dalam campuran Asphalt Concrete Binder Course. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh penggunaan limbah karet bekas ban sebagai bahan tambah terhadap perancangan campuran AC-BC, yakni dalam
penentuan nilai kadar aspal optimum (KAO). Penelitian ini dilakukan menggunakan metode Marshall dengan membandingkan
antara campuran AC-BC konvensional dengan campuran AC-BC yang ditambahkan karet bekas ban sebesar 1% terhadap berat
campuran agregat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada campuran AC-BC dengan variasi 1% karet bekas ban
membutuhkan kadar aspal optimum yang lebih banyak dibandingkan kadar aspal optimum pada campuran AC-BC
konvensional.
Kata kunci: karet bekas ban, Asphalt Concrete Binder Course, Marshall, kadar aspal optimum.

1 PENDAHULUAN (Bidaki dkk: 2012). Oleh karena itu, perlu dilakukan


upaya untuk mengubah limbah bekas ban kendaraan
1.1 Latar Belakang menjadi sesuatu yang lebih bemanfaat, salah satunya
Peningkatan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia digunakan sebagai bahan tambah dalam campuran
terus terjadi tiap tahunnya. Berdasarkan data dari beraspal.
Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kendaraan
bermotor di Indonesia pada tahun 2017 mencapai Pemanfaatan limbah bekas ban kendaraan, yang
138.556.669 unit. Peningkatan jumlah kendaraan sebelumnya telah diolah menjadi serat atau serbuk
bermotor tersebut berbanding lurus dengan karet, sebagai bahan tambah ataupun pengganti
peningkatan jumlah pembuangan limbah bekas ban agregat pada campuran beraspal merupakan sebuah
kendaraan. Selain itu, kendaraan yang terus menerus inovasi yang sudah banyak dilakukan saat ini.
dipakai akan menyebabkan ban lebih cepat aus dan Diharapkan upaya tersebut dapat mengurangi jumlah
rusak, kemudian akhirnya dibuang. Sehingga hal ini pembuangan limbah bekas ban kendaraan secara
juga berdampak pada jumlah pembuangan limbah signifikan dan membantu dalam menjaga lingkungan.
bekas ban kendaraan yang semakin meningkat. Selain itu, pemanfaatan limbah ban dalam campuran
aspal juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas
Limbah ban kendaraan yang sudah tidak terpakai campuran aspal yang telah digunakan selama ini,
merupakan masalah tersendiri untuk ditangani. salah satunya pada campuran aspal AC-BC (Asphalt
Limbah bekas ban kendaraan sangat berpotensi Concrete Binder Course).
mencemari lingkungan karena tidak dapat terurai
dengan mudah apabila hanya dibiarkan begitu saja

I-24
Semarang, 1 Mei 2019 Civil Engineering and Environmental Symposium 2019

1.2 Tujuan Penelitian campuran WMA (warm mix asphalt) yang


Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan mengandung bahan tambah crumb rubber
perancangan dengan bahan tambah limbah karet bekas sebanyak 20% menunjukkan ketahanan terhadap
ban pada campuran beraspal AC-BC untuk penyebaran retak yang lebih baik daripada
mengetahui pengaruhnya terhadap desain campuran campuran WMA biasa.
AC-BC, yakni dalam penentuan nilai kadar aspal b) Menghasilkan pengurangan kebisingan.
optimum (KAO). Karakteristik perkerasan dengan tambahan
remahan karet ban mengindikasikan bahwa
parameter kesesatan dan tekstur dapat memegang
2 TINJAUAN PUSTAKA
peranan penting terhadap pengurangan suara pada
Salah satu inovasi yang ada saat ini dalam bidang gesekan antara ban kendaraan dengan perkerasan
perkerasan lentur adalah adanya penelitian tentang (Frolova dan Salaiova, 2017).
penggunaan limbah karet pada campuran panas beton c) Pengurangan biaya pemeliharaan dan perawatan
aspal. Salah satu limbah karet yang digunakan ialah perkerasan jalan.
limbah sisa dari bekas ban kendaraan yang dapat Peningkatan kualitas dan kinerja campuran panas
menyebabkan masalah serius pada lingkungan jika beton aspal dengan penggunaan limbah karet
dibiarkan begitu saja. Penggunaan karet bekas ban menyebabkan ketahanan perkerasan terhadap
kendaraan memberikan dampak yang baik pada kerusakan meningkat sehingga masa layan
lingkungan, seperti mengurangi jumlah perkerasan dapat terpenuhi. Sebagaimana yang
pembuangannya di TPA (tempat pembuangan akhir) telah diteliti oleh Khan, dkk (2016) bahwa
sampah dan mengurangi polusi udara akibat penambahan limbah karet pada aspal mempunyai
pembakaran ban bekas. Selain itu, penggunaannya peranan yang penting dalam meningkatkan
pun lebih murah jika dibandingkan dengan karakteristik elastisitas aspal untuk
menggunakan karet alam atau jenis polymer lainnya. memperpanjang masa layan perkerasan. Selain
itu, modifikasi aspal dengan tambahan limbah
Beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan karet memberikan manfaat dengan meningkatkan
menunjukkan bahwa penggunaan limbah karet, dalam ketahanan terhadap rutting dan mengurangi retak
hal ini crumb rubber, sebagai bahan tambah pada berkat viskositas dan titik lembek yang lebih
campuran beraspal panas memiliki hasil pengujian tinggi sehingga meningkatkan masa layan dan
laboratorium yang sudah sesuai dengan standar yang menurunkan biaya pemeliharaan perkerasan
tercantum dalam spesifikasi. Bahkan menurut (Zumrawi, 2017).
Purnomo dan Evaldo (2014), campuran dengan aspal d) Alternatif penanganan limbah karet ban kendaraan
modifikasi polimer crumb rubber memiliki nilai sehingga ramah lingkungan.
stabilitas, fleksibilitas dan durabilitas yang berada di Penggunaan limbah karet bekas ban pada
atas campuran konvensional, serta sifat aspal campuran panas beton aspal menjadi salah satu
menunjukkan meningkatnya nilai penetrasi, titik upaya untuk menjaga lingkungan dengan
lembek, dan viskositas yang merupakan interpretasi mengurangi limbah karet bekas ban kendaraan
kemampuan dalam menahan beban, suhu tinggi, dan pada TPA dan mengurangi polusi udara akibat
suhu rendah. dari pembakaran karet. Bidaki dkk (2012),
Beberapa keuntungan lain terkait penggunaan limbah sebagaimana dikutip oleh Shafabakhsh (2014),
karet pada campuran panas beton aspal antara lain mengatakan bahwa limbah karet sangat lambat
sebagai berikut: untuk terurai atau membusuk, sehingga
a) Peningkatan kualitas dan kinerja campuran panas menemukan alternatif solusi untuk menggunakan
beton aspal. kembali dan mengurangi dampak polusinya pada
Penggunaan karet bekas ban pada campuran panas lingkungan adalah suatu hal yang sangat
beton aspal dapat meningkatkan ketahanan diperlukan.
terhadap deformasi permanen pada temperatur
tinggi dan retak pada temperatur rendah (Cao, 3 LANDASAN TEORI
2006). Selain itu, penggunaan karet bekas ban 3.1 Asphalt Concrete Binder Course (AC-BC)
juga memberikan dampak yang siginifikan AC-BC merupakan bagian dari lapisan permukaan
terhadap menurunnya kedalaman rutting yang terletak di antara lapis AC-WC dan lapis AC-
(Shafabakhsh, dkk, 2014). Demikian pula Base, yang tidak berhubungan langsung dengan cuaca,
menurut Razmi dan Mirsayar (2018), bahwa tetapi perlu memiliki stabilitas untuk memikul beban
berdasarkan hasil uji fracture toughness, lalu lintas yang dilimpahkan melalui roda kendaraan.

I-25
Civil Engineering and Environmental Symposium 2019 Semarang, 1 Mei 2019

Lapis AC-BC mempunyai fungsi antara lain untuk jalan, yakni 90%-95% agregat berdasarkan persentase
mendukung beban pada lapis permukaan di atasnya, berat atau 75%-85% agregat berdasarkan persentase
serta mengurangi tegangan/regangan dan volume.
meneruskannya ke lapisan di bawahnya. Campuran
beraspal AC-BC termasuk campuran beton aspal Keawetan mutu perkerasan jalan sangat ditentukan
bergradasi yang rapat/menerus (dense graded), yang juga oleh pemilihan kualitas agregat dan hasil
mempunyai tebal nominal minimum sebesar 6,0 cm campuran agregat dengan bahan lainnya. Agregat
dengan toleransi tebal tidak lebih dari 4,0 mm. yang digunakan pada perkerasan jalan harus dalam
keadaan bersih dari kotoran, bahan organik, atau
3.2 Bahan Penyusun Campuran AC-BC bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki karena akan
mengurangi kinerja campuran.
3.2.1 Aspal
Aspal merupakan bahan yang padat atau semi-padat 3.2.3 Bahan pengisi (filler)
pada temperatur rendah, berwarna coklat gelap sampai Bahan pengisi atau filler merupakan material yang
hitam, sebagian besar bahan penyusunnya adalah lolos saringan no. 200 (0,075 mm). Filler dapat
bitumen yang terjadi di alam atau melalui proses berupa abu batu, semen portland, abu terbang, dan
penyulingan minyak bumi. lain sebagainya. Efek penggunaan filler pada
campuran beton aspal berpengaruh pada karakteristik
Aspal pada lapis keras jalan berfungsi sebagai bahan
campuran tersebut. Filler digunakan untuk mengisi
pengikat, yakni memberikan ikatan yang kuat antara
rongga-rongga antar agregat sehingga akan
aspal dan agregat dan antara sesama aspal sehingga
mengurangi besar rongga dan meninggalkan
akan memberikan kekuatan yang lebih besar dari
kerapatan dan kestabilan perkerasan.
masing-masing agregat. Selain itu, aspal juga
berfungsi sebagai bahan pengisi, yakni mengisi
3.3 Campuran Panas Beton Aspal
rongga antarbutir agregat dan pori-pori yang ada di
dalam butir agregat itu sendiri. Beton aspal adalah campuran panas berkualitas tinggi
antara aspal dengan agregat berkualitas baik yang
Aspal keras merupakan semen aspal yang dalam dipadatkan menjadi massa padat yang seragam. Bahan
penggunaanya dipanaskan terlebih dahulu hingga campuran agregat dan aspal dicampur di instalasi
menjadi cair sampai suhu tertentu, berbentuk padat pencampuran atau AMP (Asphalt Mixing Plant)
pada suhu ruang sekitar 25-30 °C. Kekerasan aspal dengan suhu tertentu, kemudian diangkut ke lokasi
dinyatakan dengan angka penetrasinya. Semakin pekerjaan untuk dihamparkan dan dipadatkan. Suhu
tinggi angka penetrasi, maka tingkat kekerasannya pencampuran pada umumnya lebih kurang berkisar
makin rendah, karena semakin lembek. Sebaliknya 145 ºC sampai dengan 155 ºC sehingga campuran
semakin rendah angka penetrasi, maka tingkat tersebut disebut dengan campuran panas beton aspal
kekerasannya semakin tinggi, karena aspal semakin (hot-mix asphalt).
menjadi semi-padat sampai padat. Pengelompokan
semen aspal dilakukan berdasarkan nilai penetrasi 3.4 Karakteristik Marshall
pada suhu 25 °C atau berdasarkan kekentalannya. Pengujian Marshall adalah metoda laboratorium
Aspal yang digunakan pada penelitian ini adalah aspal untuk memeriksa kinerja campuran panas (hot-mix)
yang termasuk dalam kategori AC pen 60/70, yang yang paling banyak penggunaannya. Pengujian ini
memiliki spesifikasi teknis yang telah disesuaikan menghasilkan parameter-parameter yang disebut
dengan kondisi alam di Indonesia. dengan karakteristik Marshall atau Marshall
properties, yang terdiri dari kepadatan (density), VIM
3.2.2 Agregat
(Voids in Mixture), VMA (Voids in Mineral
Agregat didefinisikan sebagai suatu bahan yang terdiri Aggregate), VFA/VFWA (Voids Filled with Asphalt),
dari mineral padat, berupa massa berukuran besar stabilitas (stability), pelelehan (flow), dan MQ
ataupun berupa fragmen-fragmen, yang terdiri dari (Marshall Quotient).
pasir, kerikil, batu pecah, dan slag. Agregat sebagai
bahan lapis perkerasan harus mempunyai daya tahan 4 METODE PENELITIAN
terhadap disintegrasi dan degradasi, dimana
disintegrasi ialah penghancuran agregat menjadi butir- Secara garis besar penelitian ini ditiktikberatkan pada
butir halus akibat cuaca, sedangkan degradasi ialah pengujian laboratorium dengan tahapan, meliputi:
pecahnya agregat menjadi partikel kecil selama proses a) Tahap pemilihan dan pengujian bahan susun
pekerjaan konstruksi dan selama masa layan. Agregat campuran.
merupakan komponen utama dari struktur perkerasan

I-26
Semarang, 1 Mei 2019 Civil Engineering and Environmental Symposium 2019

Pada tahap ini dilakukan pengujian-pengujian dan hasil pengujian filler yang dapat dilihat pada
terhadap agregat dan aspal yang memenuhi tabel-tabel berikut.
persyaratan, serta pemilihan limbah karet bekas
ban dengan saringan no. 30 dan no. 50, yang Tabel 2. Hasil pengujian agregat kasar
selanjutnya akan digunakan dalam penelitian. No Jenis Pemeriksaan Satuan Spesifikasi Hasil
b) Tahap perancangan campuran. 1. Abrasi % ≤ 40% 23,40
Tahap ini meliputi tahap perancangan benda uji, 2. Berat Jenis Kering gr/cm3 - 2,663
tahap pembuatan benda uji, dan tahap pengujian 3. Penyerapan terhadap Air % ≤ 3% 1,136
benda uji. Adapun perancangan campuran dalam 4. Kelekatan terhadap Aspal % > 95% > 95%
penelitian ini dilakukan dengan metode Marshall. 5. Soundness Test % ≤ 12% 0,163

Sedangkan untuk mempermudah dalam melakukan Tabel 3. Hasil pengujian agregat halus
penelitian dan analisis, serta dapat lebih terfokus pada No Jenis Pemeriksaan Satuan Spesifikasi Hasil
tujuan penelitian, maka penelitian ini diberikan 1. Sand Equivalent % ≥ 50% 68,33
batasan yakni antara lain: 2. Berat Jenis Kering gr/cm3 - 2,667
a) Bahan dalam campuran (agregat kasar, agregat 3. Penyerapan terhadap Air % ≤ 3% 2,319
halus, dan filler) berasal dari material lokal daerah
Clereng, Kab. Kulonprogo, Yogyakarta. Tabel 4. Hasil pengujian filler
b) Aspal penetrasi 60/70 produksi Pertamina. No Jenis Pemeriksaan Satuan Spesifikasi Hasil
c) Limbah karet bekas ban truk ukuran lolos 1. Berat Jenis gr/cm3 - 2,668
saringan no. 30 tertahan saringan no. 50 dengan
variasi 1% terhadap berat campuran agregat.
Dari Tabel 2, 3, dan 4, dapat dilihat bahwa hasil
d) Persyaratan bahan/material, pengujian, dan
pengujian agregat yang dilakukan telah memenuhi
pencampuran disesuaikan dengan Spesifikasi
persyaratan yang ada dalam spesifikasi sehingga dapat
Umum Bina Marga 2018 Bidang Jalan dan
digunakan dalam penelitian ini.
Jembatan.
5.3 Hasil Pengujian Karet Bekas Ban
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Limbah karet bekas ban yang digunakan pada
5.1 Hasil Pengujian Aspal penelitian ini merupakan limbah karet bekas ban truk.
Aspal yang digunakan pada penelitian ini merupakan Karet bekas ban yang diperoleh tersebut sudah diolah
aspal produksi Pertamina yang termasuk dalam dan dihancurkan menjadi serat maupun serbuk karet
kategori aspal penetrasi 60/70. Hasil pengujian aspal sehingga kondisi karet bekas ban yang dipakai pada
dapat dilihat pada tabel berikut. penelitian ini sesuai dengan apa yang diterima. Untuk
mengetahui karakteristik dari karet bekas ban tersebut,
Tabel 1. Hasil pengujian aspal pen. 60/70 maka dilakukan pengujian berat jenis dan titik leleh
No Jenis Pemeriksaan Satuan Spesifikasi Hasil (melting point), yang dilakukan di Laboratorium
1. Penetrasi pada 25 °C 0,1 mm 60 – 70 61,20 Teknologi Minyak Bumi Gas dan Batubara,
2. Titik lembek °C ≥ 48 48,25 Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik
3. Daktilitas pada 25 °C cm ≥ 100 ≥ 100 Universitas Gadjah Mada, dengan hasil dapat dilihat
4. Kelarutan dalam TCE % ≥ 99 99,68 pada tabel berikut.
5. Berat jenis gr/cm3 ≥ 1,0 1,035
6. Berat yang hilang % ≤ 0,8 0 Tabel 5. Hasil pengujian karet bekas ban
No Jenis Pemeriksaan Satuan Metode Hasil
1. Berat Jenis gr/ml Grafimetri 1,0578
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil pengujian
aspal yang dilakukan telah memenuhi persyaratan 2. Melting Point °C ASTM D 127 194
yang ada dalam spesifikasi sehingga dapat digunakan
dalam penelitian ini. Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa titik leleh dari
karet bekas ban mulai terjadi pada suhu 194 °C,
5.2 Hasil Pengujian Agregat sedangkan benda uji campuran beraspal AC-BC
dicampur pada suhu 155±1 °C sehingga dapat
Agregat (agregat kasar, agregat halus, dan filler) yang
disimpulkan bahwa karet bekas ban yang digunakan
digunakan pada penelitian ini merupakan material
sebagai bahan tambah pada penelitian ini tidak akan
yang berasal dari daerah Clereng, Kab. Kulonprogo,
meleleh atau masih berbentuk serat atau serbuk karet.
D.I. Yogyakarta. Hasil pengujian meliputi hasil
pengujian agregat kasar, hasil pengujian agregat halus,

I-27
Civil Engineering and Environmental Symposium 2019 Semarang, 1 Mei 2019

5.4 Gradasi Agregat Campuran AC-BC hasil yang lebih rendah dibanding stabilitas
Target gradasi agregat untuk campuran AC-BC Marshall pada variasi campuran konvensional,
diperoleh dengan mencari nilai tengah dari range namun masih berada di atas nilai batas minimum
untuk masing-masing ukuran ayakan/saringan sesuai spesifikasi.
dengan persyaratan dari Spesifikasi Umum Bina
Marga Tahun 2018 Bidang Jalan dan Jembatan. 5.6 Hasil Perancangan Campuran dengan Metode
Target gradasi agregat yang digunakan pada penelitian Marshall
ini dapat dilihat pada Gambar 1. Nilai kadar aspal optimum (KAO) ditentukan
berdasarkan pada nilai karakteristik Marshall
(volumetric characteristic dan mechanical
characteristic) untuk setiap kadar aspal yang telah
diperoleh sebelumnya. Nilai KAO dianalisis dengan
menggunakan metode narrow range, yakni dengan
cara memilih nilai tengah dari semua rentang kadar
aspal pada kedua variasi campuran. Hasil penentuan
nilai KAO dengan metode narrow range pada kedua
variasi campuran dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6. Hasil penentuan nilai range KAO dan nilai


KAO
Gambar 1. Grafik gradasi campuran AC-BC Variasi Campuran
Range KAO (%) KAO (%)
AC-BC
5.5 Hasil Pengujian Marshall untuk Penentuan Kadar Konvensional 5,28 – 6,17 5,70
Aspal Optimum
Dengan tambahan 6,17 – 6,50 6,30
Pengujian Marshall dilakukan pada lima variasi kadar 1% karet bekas ban
aspal sesuai dengan perkiraan awal kadar aspal
rencana (Pb) sebesar 5,5%. Dari pengujian Marshall Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa nilai KAO pada
yang dilakukan untuk kedua variasi campuran AC-BC variasi campuran dengan tambahan 1% karet bekas
diperoleh hasil bahwa nilai karakteristik volumetrik ban hasilnya lebih tinggi dibanding nilai KAO pada
(VMA, VIM, dan VFWA) terdapat nilai yang masih variasi campuran konvensional.
berada pada rentang yang dipersyaratkan, sedangkan
nilai stabilitas Marshall dan pelelehan (flow) pada
semua rentang kadar aspal telah memenuhi
persyaratan spesifikasi.

Lebih lanjut terkait perbandingan nilai karakteristik


Marshall untuk kedua variasi campuran dijabarkan
sebagai berikut:
a) Nilai VIM (Void in Mix) dan VMA (Void in
Mineral Aggregate) untuk kedua variasi campuran
mengalami penurunan dari kadar aspal terendah
sampai pada kadar aspal tertinggi. Nilai VIM dan
VMA pada variasi campuran dengan tambahan
1% karet bekas ban diperoleh hasil yang lebih
Gambar 2. Grafik perbandingan nilai KAO
tinggi dibanding nilai VIM dan VMA pada variasi
campuran konvensional.
b) Nilai VFWA (Void Filled with Asphalt) untuk 6 KESIMPULAN
kedua variasi campuran mengalami peningkatan Dari hasil penelitian dan analisis data yang telah
dari kadar aspal terendah sampai pada kadar aspal dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan bahwa kadar
tertinggi. Nilai VFWA pada variasi campuran aspal optimum yang dibutuhkan pada campuran AC-
dengan tambahan 1% karet bekas ban diperoleh BC dengan tambahan 1% karet bekas ban bertambah
hasil yang lebih rendah dibanding nilai VFWA menjadi sebesar 6,30% dibandingkan kadar aspal
pada variasi campuran konvensional. optimum pada campuran AC-BC konvensional yang
c) Nilai stabilitas Marshall pada variasi campuran awalnya sebesar 5,70%. Penambahan karet bekas ban
dengan tambahan 1 % karet bekas ban diperoleh pada campuran AC-BC menyebabkan kadar aspal

I-28
Semarang, 1 Mei 2019 Civil Engineering and Environmental Symposium 2019

yang dibutuhkan juga bertambah dikarenakan karet Binders in Sudan. International Jurnal of Material
bekas ban tidak meleleh pada saat pencampuran Science and Applications 6 (2-1), pp. 1-6.
sehingga hanya bersifat sebagai agregat tambahan
pada campuran.

REFERENSI
Asphalt Institute, 2014. Asphalt Mix Design Method.
The 7th Edition of Manual Series No. 02 (MS-2).

Bidaki, S. M. Y., Hajabbasi, M. A.,


Khoshgoftarmanesh, A. H., dan Eshghizadeh, H. R.,
2012. Effect of Waste Tire Rubber Particles on Some
Chemical Properties of a Calcareous Soil. Journal
Science & Technology Agricultural & Nature
Resource, Water and Soil Science. Vol. 16 No. 59, pp.
101-115.

Cao, W., 2006. Study on Properties of Recycled Tire


Rubber Modified Asphalt Mixtures Using Dry
Process. Construction and Building Material 21, pp.
1011-1015.

Direktorat Jenderal Bina Marga, 2010. Spesifikasi


Umum (Revisi 3). Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat.

Frolova, O. dan Salaiova, B., 2017. Analysis of Road


Cover Roughness on “Control” Road Section with
Crumb Tire Rubber. Procedia Engineering 190, pp.
589-596.

Khan, M.I., Kabir, S., Alhussain, M.A., dan


Almansoor, F.F., 2016. Asphalt Design using
Recycled Plastic and Crumb-rubber Waste for
Sustainable Pavement Construction. Procedia
Engineering 145, pp. 1557-1564.

Purnomo, W. dan Evaldo, B., 2014. Pemanfaatan


Crumb Rubber (Tyre Rubber) sebagai Aditif pada
Aspal Modifikasi Polimer. The 17th FSTPT
International Symposium. Vol. 2, No. 1, pp. 807-816.

Razmi, A. dan Mirsayar, M. M., 2018. Fracture


Resistance of Asphalt Concrete Modified with Crumb
Rubber at Low Temperatures. International Journal
of Pavement Research and Technology. Vol. 11, pp.
265-273.

Shafabakhsh, G.H., Sadeghnejad, M., dan Sajed, Y.,


2014. Case Study of Rutting Performance of HMA
Modified with Waste Rubber Powder. Case Studies on
Construction Materials 1, pp. 69-76.

Zumrawi, M.M.E., 2017. Effect of Crumb Rubber


Modifiers (CRM) on Characteristics of Asphalt

I-29

Anda mungkin juga menyukai