Penuntun Dinamika Proses

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRATIKUM

DINAMIKA PROSES

ASISTEN PENANGGUNG JAWAB :


1. ADITYO YUSUF LATARISSA
2. NADIAH ISMAYANTI ISKANDAR

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TENOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam bidang Teknik Kimia sangat dibutuhkan suatu kemampuan untuk
mengkuantifikasikan dari kelakuan suatu elemen proses atau proses itu sendiri.
Kemampuan tersebut dikenal dengan pemodelan. Untuk melakukan pemodelan
digunakan prinsip reaksi kimia, proses fisika, dan matematika untuk
memperoleh suatu persamaan. Dengan mempergunakan persamaan tersebut
dapat diperkirakan suatu kejadian pada suatu hasil (produk) dengan mengubah
suhu, tekanan, ukuran alat dan sebagainya.
Tahap awal dari pembuatan model suatu proses adalah dengan melakukan
analisa dari proses tersebut. Tujuan analisa adalah mendapatkan gambaran dari
kejadian secara fisik, memprediksi kelakuan proses, membandingkan dengan
kelakuan sebenarnya mengevaluasi terhadap keterbatasan dari model yang telah
dibentuk, dan kemudian dapat diteruskan dengan perancangan alat atau unit
proses yang diperlukan.
Pabrik kimia merupakan susunan/rangkaian berbagai unit pengolahan
yang terintegrasi satu sama lain secara sistematik dan rasional. Tujuan
pengoperasian pabrik secara keseluruhan adalah mengubah (mengonversi)
bahan baku menjadi produk yang lebih bernilai guna. Dalam sistem
pengoperasiannya pabrik kimia akan selalu mengalami gangguan yaitu
(disturbance) dari lingkungan eksternal. Selama beroperasi, pabrik kimia harus
terus memepertimbangkan aspek keteknikan, keekonomisan, dan juga kondisi
sosial agar tidak terlalu signifikan dan juga terpengaruh oleh perubahan-
perubahan eksternal tersebut.
Dinamika proses diperlukan bagi sarjana teknik kimia karena berkaitan
dengan proses suatu sistem untuk mengelola kinerja di dalam pabrik. Dinamika
proses menunjukkan unjuk kerja proses yang profilnya selalu berubah terhadap
waktu. Dinamika proses selalu terjadi selama sistem proses belum mencapai
kondisi tunak.
1.2 Tujuan Percobaan
1. Mengetahui Proses tunak (steady state) dan tak tunak (unsteady state)
dengan menentukan parameter – parameter proses dalam sebuah model
matematik.
2. Mengerti kelakuan dinamik proses, membangun model suatu proses
sederhana dan mensimulasikan proses tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dinamika Proses


Dinamika Proses adalah suatu proses yang memiliki sistem yang dinamik
dimana sifatnya akan selalu mengalami perubahan terhadap waktu. Secara
matematis, dinamika proses dapat dideskripsikan sebagai persamaan
diferensial. Berdasarkan kondisi dan keadaannya terdapat dua proses yaitu,
unsteady state (transient state) dan steady state.
Unsteady State (transient) merupakan kondisi atau proses yang apabila
persamaan diferensialnya diturunkan terhadap waktu akan memiliki nilai tidak
nol. Transient state terjadi pada saat keadaan penting yang seperti pada saat
start-up dan shutdowns. Bahkan pada kondisi normal, kondisi steady state sulit
dicapai karena memungkinkan adanya variabel eksternal yang akan
mengganggu sistem. Selain itu, dinamika proses dilakukan untuk mengetahui
perilaku saat proses batch dalam hal ini waktu yang konstan.
Dalam konsep fisika, dinamika proses berkaitan dengan konsep gerak
lurus dan mekanika fluida. Pada konsep gerak lurus, dinamika proses
ditunjukkan dengan variabel percepatan :
d2 s d ∙v
a= =
d t2 d ∙t
Jika percapatan bernilai sama dengan nol, maka sistem yang berkerja tidak
mengalami perubahan (steady state). Di lain pihak, apabila percepatan bernilai
tidak sama dengan nol, maka sistem yang berkerja mengalami perubahan gerak
secara dinamis. Pada fluida, dinamika proses digunakan dalam penerapan
Hukum Boyle.
Dinamika proses merupakan variasi dari kinerja proses sepanjang waktu
setelah setrop gangguan yang diberikan kedalam proses. Dinamika proses dapat
ditentukan dengan metode pengosongan tangki menggunakan sistem
pemodelan. Sedangkan metode pengaturan suhu, dilakukan dengan sistem
berorde satu dan berorde dua.
Dinamika proses mempelajari respon sistem proses dengan adanya
perubahan terhadap proses, misalnya:
1. Respon output dengan adanya perubahan input

Gambar 1 Respon output terhadap perubahan input


2. Respon output dengan adanya gangguan pada proses

Gambar 2 Respon output terhadap gangguan pada proses.


Tahap awal dari pembuatan model suatu proses adalah dengan melakukan
analisa dari proses tersebut. Tujuan analisa adalah mendapat gambaran dari
kejadian secara fisik, memprediksi kelakuan proses, membandingkan dengan
suatu kelakuan sebenarnya dan untuk, mengevaluasi terhadap keterbatasan dan
juga model yang ada dan dilanjutkan dengan perancangan unit proses.
Dinamika proses merupakan variabel unjuk kerja proses dari waktu ke
waktu sebagai respon terhadapnya. Untuk mendapatkan kelakuan dinamik dari
proses kimia, persamaan keadaan yang digunakan untuk memodelkan harus
diintegralkan. Namun demikian, kebanyakan sistem proses yang perlu diamati
hanya dapat dimodelkan dalam bentuk persamaan diferensial non-linear.

2.2 Proses Orde Satu Self Regulation


Sistem dengan fungsi linier tersebut adalah sistem kapasitif murni (purely
capasitive) atau integrator murni. Proses orde pertama dapat dikenali dari:
1. Kemampuannya untuk menyimpan (menampung) massa, energi, atau
momentum
2. terdapatnya tahanan yang terkait dengan aliran massa, energi, dan
momentum dalam mencapai kapasitas tampung tersebut.
Dengan demikian, response dinamik tangki-tangki yang memiliki
kemampuan untuk menyimpan cairan atau gas dapat dimodelkan sebagai sistem
orde pertama. Pada tangki-tangki ini, tahanan yang terkait adalah pompa, valve,
penghalang, dan pipa-pipa yang terdapat pada aliran cairan atau gas masuk atau
keluar tangki. Respons temperatur sistem gas, cairan, dan padatan yang dapat
menyimpan energi juga dapat dimodelkan sebagai sistem orde pertama. Untuk
sistem-sistem ini, tahanan yang terkait adalah perpindahan panas melalui
dinding, cairan, atau gas.
Dengan kata lain, suatu proses yang memliki kemampuan untuk
menyimpan massa dan energi dan kemudian bertindak sebagai buffer antara
aliran masuk dan keluarnya, dapat dimodelkan sebagai suatu sistem dengan
orde pertama. Lag orde pertama dengan kemampuan menyimpan massa dan
energi merupakan jenis komponen dinamik yang paling umum dijumpai dalam
suatu pabrik kimia (ITB, 2012).
Di dalam ilmu sistem pengendalian, dikenal sebuah elelmen proses yang
mampu mengendalikan dirinya sendiri, walaupun padanya tidak dipasang
instrumentasi pengendalian otomatis. Elemen proses yang mempunyai sifat
seperti itu disebut elemen proses self regulation. Contoh elemen proses self
regulation dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 3 Proses Orde Satu Self Regulation (Putra et al., 2018).


Input proses adalah flow tangki (Fi) dan output proses adalah level (h)
pada tangki, yang dapat dibaca sebagai sinyal output dari LT (level transmitter).
Pada keadaan awal, diandaikan level di 50% tangki dan Fi serta Fo juga sama
50% skala flow. Pada Keadaan awal itu semua parameter seimbang, sehingga
level tetap di 50% sampai terjadi perubahan pada Fi sebesar fi.
Andaikan keadaan seimbang terganggu karena Fi naik secara mendadak
sebesar fi 10%. Dengan bertambahnya Fi, level (h) juga akan berubah dan
cenderung naik. Namun, kenaikan level sebesar h akan secara alami diikuti oleh
kenaikan Fo sebesar fo sehingga akan dicapai keseimbangan yang baru dimana
F sama dengan Fo. Level akan terhenti dikesetimbangan yang baru itu selama
tidak terjadi perubahan Fi maupun Fo. Keseimbangan baru ini pasti ada diatas
50%, dan Fi maupun Fo juga L Proses fi fi fO h R h Kapasitas = C Sinyal output
6 ada di atas 50% skala flow. keadaan mencapai keseimbangan sendiri inilah
yang disebut self regulation.
Andaikan keseimbangan baru terjadi pada level 70%, steady state gain
dari proses itu dikatakan sama dengan dua (Gp = 2). Mengapa demikian, karena
untuk 10% pertambahan input (fi) akhirnya dihasilkan 20% pertambahan output
(h). tentu saja keadaan self regulation ini hanya terjadi untuk batas-batas
tertentu. Yang jelas, kalau diandaikan Gp = 2, Fi tidak pernah boleh ditambah
lebih dari 25%, air akan tumpah keluar dari tangki .
Lalu apakah keadaan proses diatas bisa disebut self regulation?. Keadaan
tumpahnya air memang bisa terjadi, bahkan juga pada sistem yang sudah
dilengkapi pengendalian otomatis sekalipun. Hal itu disebabkan karena sistem
pengendalian hanya mampu mengatasi load atau disturbance sampai batas –
batas tertentu saja. Hasil pengaluran dalam koordinat tidak berdimensi tersebut
dapat digunakan untuk menjelaskan respons sistem orde pertama manapun yang
tidak ditentukan oleh A, Kp, dan τp sistem.

Gambar 4 Diagram Proses Orde Satu Self Regulation (Putra et al., 2018).
2.4 Proses Orde Dua
Sistem-sistem dengan kelakuan dinamik orde kedua atau lebih tinggi
dapat diakibatkan oleh berbagai situasi fisik yang dapat diklasifikasikan dalam
3 kategori berikut :
1) Proses multikapasitas (Multicapacity Process), yaitu proses yang terdiri
dari deretan dua atau lebih kapasitor yang harus dilalui aliran massa atau
energi.
2) Sistem orde kedua yang inheren, seperti komponen padatan mekanis atau
cairan dari suatu proses yang memiliki inersia dan mengalami percepatan.
3) Suatu sistem pemroses dan pengendaliannya juga dapat mengakibatkan
terjadinya sistem orde kedua atau orde yang lebih tinggi. Pada kasus-kasus
seperti ini, pengendali yang dipasang pada suatu unit pemroses
mengakibatkan dinamika tambahan, yang jika digabungkan dengan
dinamika unit pemproses menghasilkan kelakuan dinamik orde kedua
atau lebih tinggi.
Kebanyakan sistem dari orde 2 atau lebih yang dijumpai dalam suatu
pabrik kimia adalah proses multi kapasitas atau merupakan akibat dari suatu
penambahan sistem pengendali pada proses. Sistem-sistem tersebut dengan
kelakuan dinamik orde 2 atau lebih tinggi yang intheren sangat jarang dijumpai
pada proses kimia (ITB, 2012).

Gambar 5 Proses Orde Dua (Hanifah, 2015).


Proses orde dua merupakan gabungan dua proses orde satu. Di dalam
konfigurasi input - output, keempat tangki itu dirangkaikan dalam dua
konfigurasi yang berbeda yaitu konfigurasi interacting - capacities dan
konfigurasi non - interacting capacities (Hanifah, 2015).
1. Proses Orde Dua Non - Interacting-Capacities
Proses orde dua merupakan gabungan dua proses orde satu. Pada
proses orde dua non - interacting capacities, ketinggian level di kedua
tangki tidak saling mempengaruhi. Level di tangki kedua tidak akan
mempengaruhi besar kecilnya laju alir yang keluar dari tangki pertama. Hal
ini dapat dilihat pada Gambar 2.8.

Gambar 6 Proses Orde Dua Non – Interacting (Putra et al., 2018)


Seperti pada proses orde satu, transfer function proses pada orde dua
non-interacting juga merupakan persamaan diferensial fungsi waktu.
Bahkan juga, persamaan diferensialnya sekarang akan berpangkat dua
karena prosesnya memang mempunyai dua lag time yaitu τ1 dan τ2.

Gambar 7 Transfer Fungsi dari Persamaan Orde Dua Non


Interaksi (Putra et al., 2018).
2. Proses orde dua interacting-capacities
Pada proses orde dua non-interacting, flow yang keluar dari tangki
pertama tidak berpengaruh pada tingginya level di tangki kedua (h2).
Sedangkan pada proses orde dua interacting-capacities, flow yang keluar
dari tangki pertama akan berpengaruh pada tinggi level di tangki kedua (h2).
Hal ini disebabkan flow yang awalnya mengalir karena beda tekanan h2
dengan atmosfir, sekarang mengalir karena beda tekanan h2 dikurangi h1.
Karena keadaan saling mempengaruhi itulah, proses itu disebut proses orde
dua interacting-capacities (Putra et al., 2018).

Gambar 8 Proses Orde Dua Interacting-Capacities (Putra et al.,2018).


Adapun transfer function proses orde dua interacting-capacities lebih
kompleks dari transfer function proses orde dua non-interacting. Perbedaan
transfer function proses orde dua non-interacting dengan transfer function
proses orde dua interacting-capacities ada pada faktor R1C2. Kalau R1C2
kecil, dapat diharapkan bahwa dinamika proses orde dua interacting. akan
sama dengan dinamika proses orde dua non- interacting.

Gambar 9 Transfer Function Proses Orde Dua Interacting-


Capacities (Putra et al., 2018).
Respons overdumped merupakan proses dari multikapasitas yang
diakibatkan kombinasi sistem - sistem orde pertama dalam susunan seri.
Faktor R1C2 akan menjadi kecil jika salah satu di antara R1 dan C2 kecil.
Kesamaan itu jelas bukannya tergantung pada lag time masing dari elemen,
R1C1 dan R2C2, melainkan lebih akan tergantung pada unsur yaitu suatu
kapasitas dari C2. Secara kualitatif, suatu proses orde dua interacting dapat
disetarakan juga dengan proses orde dua dari orde non-interacting apabila
perbandingan C1 dan C2 lebih kecil dari 10 : 1 (Putra et al., 2018).
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat Dan Bahan


a. Alat

Alat Kapasitas Banyaknya

Gelas piala 500 mL 1 buah

Gelas ukur 500 mL 1 buah

Roll meter - 1 buah

b. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah air (H2O).

3.2 Cara Kerja


Tangki di isi dengan air sampai overflow, kemudian di catat perubahan
ketinggiaan air dalam tangki setiap 5 detik untuk bukaan 1 tanpa gangguan
sampai dapat mencapai keadaan steady state, setelah steady state diukur laju
alir sebanyak 5 kali pengambilan data. Diberi gangguan ¾ bukaan lalu di
catat perubahan ketinggian air dalam tangki tiap 5 detik sampai mencapai
keadaan steady state, di ukur laju alir sebanyak 5 kali pengambilan data. Kran
input ganguan di tutup, lalu di catat perubahan penurunan air dalam tangki
seriap 5 detik sampai air dalam tangki habis. Prosedur di atas di ulang untuk
variasi bukaan 2 tanpa gangguan dan dengan gangguan ¾ bukaan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pengisian Tangki Bukaan ¾ Tanpa Gangguan


Tabel 1 Pengisian tangki atas tanpa gangguan
No Waktu (s) ho (cm) ht h hitung

1
2
3
4

10
h data dan h hit (cm)

2 h hit
h0
0
40
75

1020
1055
1090
5

110
145
180
215
250
285
320
355
390
425
460
495
530
565
600
635
670
705
740
775
810
845
880
915
950
985
Waktu (s)
Contoh Gambar 1 Grafik Hubungan antara Waktu (s) dengan h Data
dan h Hitung (cm) untuk Pengisian Tangki Tanpa Gangguan
Tabel 2 Pengisian tangki bawah tanpa gangguan
No Waktu (s) ho (cm) ht h hitung

1
2
3
4

10
h data dan h hit (cm)

8
6
4
2
h hit
0 h0
40
75

1020
1055
1090
5

110
145
180
215
250
285
320
355
390
425
460
495
530
565
600
635
670
705
740
775
810
845
880
915
950
985

Waktu (s)
Contoh Gambar 2 Grafik Hubungan antara Waktu (s) dengan h Data
dan h Hitung (cm) untuk Pengisian Tangki Tanpa Gangguan
2. Pengisian Tangki dengan Gangguan
Tabel 3 Pengisian tangki atas dengan gangguan
No Waktu (s) ho (cm) ht h hitung

1
2
3
4

10
h data dan h hit (cm)

2
h hit
0 h0
40
75

1020
1055
1090
5

110
145
180
215
250
285
320
355
390
425
460
495
530
565
600
635
670
705
740
775
810
845
880
915
950
985
Waktu (s)

Contoh Gambar 3 Grafik Hubungan antara Waktu (s) dengan h Data


dan h Hitung (cm) untuk Pengisian Tangki Tanpa Gangguan
Tabel 4 Pengisian tangki bawah tanpa gangguan
No Waktu (s) ho (cm) ht h hitung

1
2
3
4

10
h data dan h hit (cm)

2
h hit
0 h0
40
75

1020
1055
1090
5

110
145
180
215
250
285
320
355
390
425
460
495
530
565
600
635
670
705
740
775
810
845
880
915
950
985

Waktu (s)

Contoh Gambar 4 Grafik Hubungan antara Waktu (s) dengan h Data


dan h Hitung (cm) untuk Pengisian Tangki Tanpa Gangguan
3. Pengosongan Tangki Tanpa Gangguan
Tabel 5 Pengosongan tangki tanpa gangguan
No Waktu (s) ho (cm) ht h hitung

1
2
3
4

10

8
h data (cm)

2
h hit
0 h0
40
75

1020
1055
1090
5

110
145
180
215
250
285
320
355
390
425
460
495
530
565
600
635
670
705
740
775
810
845
880
915
950
985
Waktu (s)

Contoh Gambar 5 Grafik Hubungan antara Waktu (s) dengan h Data


(cm) untuk Pengosongan Tangki Tanpa Gangguan
4. Pengosongan Tangki dengan Gangguan
Tabel 6 Pengosongan tangki dengan gangguan
No Waktu (s) ho (cm) ht h hitung

1
2
3
4

10
8
h data (cm)

6
4
2
h hit
0 h0
40
75

1020
1055
1090
5

110
145
180
215
250
285
320
355
390
425
460
495
530
565
600
635
670
705
740
775
810
845
880
915
950
985

Waktu (s)
Contoh Gambar 6 Grafik Hubungan antara Waktu (s) dengan h Data
(cm) untuk Pengosongan Tangki Tanpa Gangguan
1. Data Pengamatan Pengisian Tangki

1. Pengisian Tangki Atas Bukaan Tanpa Gangguan

No Waktu (s) Tinggi (cm)


1
2
3
4

2. Pengisian Tangki Bawah Tanpa Gangguan

No Waktu (s) Tinggi (cm)


1
2
3
4

3. Pengisian Tangki Atas dengan Gangguan

No Waktu (s) Tinggi (cm)


1
2
3
4

4. Pengisian Tangki Bawah dengan Gangguan


No Waktu (s) Tinggi (cm)
1
2
3
4
2. Data Pengamatan Pengosongan Tangki
1. Pengosongan Tangki atas Tanpa Gangguan
No Waktu (s) Tinggi (cm)
1
2
3
4
2. Pengosongan Tangki dengan Gangguan

No Waktu (s) Tinggi (cm)


1
2
3
4

3. Data Pengamatan Laju Alir

1. Data pengamatan laju alir tanpa gangguan

No Volume (mL) Waktu (s)


1
2
3
4
5
2. Data pengamatan laju alir dengan gangguan

No Volume (mL) Waktu (s)


1
2
3
4
5
PERHITUNGAN

1. Menghitung Luas Penampang Tangki


Diketahui :
Di = 25,8 cm
A = ¼ 𝜋 𝐷𝑖 2
2. Pengisian Tangki
1. Pengisian tangki tanpa gangguan
Dengan menggunakan metode regresi hubungan antara ln dh/dt
dengan ln h, maka diperoleh :
Nilai a sebagai intersep =
Nilai b = n sebagai slope =
4.5 y = 0,0083x + 1,8514
4 R² = 0,1061
3.5
ln (dh/dt)

3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0
0
0

0
0
0
0
0
3.218875825

3.912023005
3.912023005
3.912023005
3.912023005

3.912023005
3.912023005
3.912023005
3.912023005

3.912023005
3.912023005
3.912023005
3.912023005

3.912023005
3.912023005

3.912023005

ln h
Contoh Gambar 1 Grafik Hubungan antara ln h dengan ln
(dh/dt) Tanpa Gangguan
𝐾
= Inv.ln.(slope)
𝐴

K= eslope. A
Dimana
𝑣1 + 𝑣2 + 𝑣3 + 𝑣4 + 𝑣5
V= 5
𝑡1 + 𝑡2 + 𝑡3 + 𝑡4 + 𝑡5
t =
5
𝑣
Qt = 𝑡

Pada t = ... s

(𝑛−1)
(𝑄𝑡) 𝑒 𝑡.𝑛.𝑘.ℎ0
(1 − )
𝑛. 𝐾. ℎ0(𝑛−1) 𝐴
(𝑛−1)
Ht =
(𝑄𝑡) 𝑒 𝑡.𝑛.𝑘.ℎ0
(1 − )
𝑛. 𝐾. ℎ0(𝑛−1) 𝐴

h hitung = h0 + ht
2. Pengisian tangki dengan gangguan
Dengan menggunakan metode regresi hubungan antara ln dh/dt
dengan ln h, maka diperoleh :
Nilai a sebagai intersep =
Nilai b = n sebagai slope =
4.5
4
3.5
ln (dh/dt)

3
2.5
2
1.5
1
0.5
0 0
0

0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3.912023005
3.218875825
3.218875825

3.912023005
3.912023005

2.813410717
3.912023005

3.912023005

y = 0,0129x + 3,1686
R² = 0,1776
ln h
Contoh Gambar 2 Grafik Hubungan antara ln h dengan ln
(dh/dt) dengan gangguan
𝐾
= Inv.ln.(slope)
𝐴

K= eslope. A
Dimana
𝑣1 + 𝑣2 + 𝑣3 + 𝑣4 + 𝑣5
V= 5
𝑡1 + 𝑡2 + 𝑡3 + 𝑡4 + 𝑡5
t = 5

pada t = ... s

(𝑛−1)
(𝑄𝑡) 𝑒 𝑡.𝑛.𝑘.ℎ0
ht = (1 − )
𝑛. 𝐾. ℎ0(𝑛−1) 𝐴

h hitung = h0 + ht
3. Pengosongan Tangki
1. Pengosongan tangki tanpa gangguan
A x dh/dt = -k.hn
dh/dt = -k/A.hn

ln dh/dt = -ln.k/A + n.h

= a + bx

Nilai a sebagai intersep =


Nilai b = n sebagai slope =
0
-2 y = 0,0369x - 10,109
ln (dh/dt)

-4 R² = 0,1198
-6
-8
-10
-12
-14
2.740840024
2.714694744
2.687847494
2.63905733
2.587764035
2.541601993

2.424802726
2.332143895
2.282382386
2.208274414
2.140066163
2.041220329
1.974081026
1.902107526
1.774952351
1.667706821
1.568615918
1.435084525

0.693147181
0.405465108
-0.105360516
-0.356674944
-0.693147181
-1.203972804
-2.302585093
2.48490665

1.30833282
ln h
Contoh Gambar 3 Grafik Hubungan antara in h dengan ln
(dh/dt) Tanpa Gangguan

𝐾
= Inv.ln.(slope)
𝐴

K= eslope. A
Pada t = … s
Ht= (h0(n-1) - (n-1) x k/A x t 1/(1-n))
2. Pengosongan tangki dengan gangguan
A x dh/dt = -k.hn

dh/dt = -k/A.hn

ln dh/dt = -ln.k/A + n.h

= a + bx

Maka diperoleh :
Nilai a sebagai intersep =
Nilai b = n sebagai slope =
𝐴
𝐾
ln (dh/dt)

K= eslope. A
-14
-12
-10
0

-8
-6
-4
-2

Pada t = … s
= Inv.ln.(slope)
1.740466175
1.648658626
1.589235205
1.504077397
1.458615023
1.386294361
R² = 0,168

Ht= (h0(n-1) - (n-1) x k/A x t 1/(1-n))


1.280933845
y = 0,1873x - 8,6842

1.223775432
1.098612289
0.993251773
ln h

0.875468737
0.693147181
0.587786665
(dh/dt) Tanpa Gangguan

0.405465108
0.182321557
-0.223143551
-0.693147181
-1.203972804
Contoh Gambar 4 Grafik Hubungan antara ln h dengan ln

Anda mungkin juga menyukai