Narasi Calk
Narasi Calk
Narasi Calk
KATA PENGANTAR
Puji Syukur alhamdulillah kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun dokumen
Laporan Keuangan UPT Puskesmas Sukatani dengan baik.
Sehubungan dengan Laporan Keuangan Tahun 2019, kami sampaikan hal-hal sebagai
berikut:
2. Neraca menyajikan informasi tentang posisi aset, kewajiban, dan ekuitas UPT
Puskesmas Sukatani Tahun 2019. Dari Neraca tersebut diinformasikan bahwa
nilai Aset sampai dengan 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp
4.605.262.486,89, sehingga Ekuitas Dana (kekayaan bersih) UPT Puskesmas
Sukatani Tahun 2019 adalah sebesar Rp 4.605.262.486,89.
Laporan Keuangan meliputi uraian tentang kebijakan fiskal, kebijakan akuntansi, dan
penjelasan pos-pos laporan keuangan, daftar rinci atau uraian atas nilai pos yang
disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca.
BAB I
PENDAHULUAN
Laporan Keuangan Entitas Akuntansi merupakan informasi yang relevan mengenai posisi
keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas akuntansi selama satu
periode pelaporan. Laporan Keuangan antara lain digunakan untuk membandingkan realisasi
pendapatan, belanja, dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan,
mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas akuntansi dan membantu menentukan
ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.
a. Tujuan umum Laporan Keuangan
Tujuan umum Laporan Keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi
keuangan, realisasi anggaran,dan kinerja keuangan suatu entitas akuntansi yang bermanfaat
bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber
daya. Selain itu, Laporan Keuangan juga mempunyai peranan prediktif dan prospektif,
menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksi besarnya sumber daya yang
dibutuhkan untuk operasional yang berkelanjutan, sumber daya yang dihasilkan, serta risiko
dan ketidakpastian yang terkait. Laporan Keuangan juga menyajikan informasi bagi pengguna
mengenai :
1) Indikasi apakah sumber daya telah diperoleh dan digunakan sesuai dengan anggaran, dan
2) Indikasi apakah sumber daya diperoleh dan digunakan sesuai dengan ketentuan, termasuk
batas anggaran yang sesuai dengan APBD. Untuk memenuhi tujuan umum ini, Laporan
Keuangan menyediakan informasi mengenai entitas akuntansi dalam hal :
a. Aset
b. Kewajiban
c. Ekuitas
d. Pendapatan - LRA
e. Belanja
f. Pendapatan - LO
g. Beban
atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya, dengan menyajikan beberapa informasi
diantaranya :
a. menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi dan ekuitas dana
pemerintah dan perubahannya;
b. menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya
ekonomi;
c. menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya;
d. menyediakan informasi mengenai cara entitas akuntansi mendanai aktivitasnya dan
memenuhi kebutuhan kasnya;
e. menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas akuntansi
dalam mendanai aktivitasnya.
10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan
Lembaran Negera Nomor 4614);
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan
Reviu Laporan Keuangan;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 5165);
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Meteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah;
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian
Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah;
15. Undang-Undang No.23 Tahun 2014 Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587);
16. Undang – Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 2015 No.24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor
5657)
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Barang Milik Daerah;
18. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2009 tentang Pokok Pokok Pengelolaan Keuangan
Daerah Kabupaten Tangerang;
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 Tentang Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah;
20. Peraturan Bupati Nomor 97 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntansi Pemerintah
Kabupaten Tangerang;
21. Peraturan Bupati Nomor 98 Tahun 2015 Tentang Perubahan Tarif tretribusi Pelayanan
Kesehatan Puskesmas dan Laboratorium Kesehatan pada Peraturan Daerah Nomor 4
Tahun 2011;
22. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten Tangerang ;
23. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2019 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Perubahan Kabupaten Tangerang Tahun 2018;
24. Peraturan Bupati Nomor 36 Tahun 2019 tentang Sistem dan Prosedur Penatausahaan
Persediaan Tahun 2019;
25. Peraturan Bupati Nomor 74 Tahun 2019 Tentang Sistem dan Prosedur Penyusunan
Laporan Keuangan;
26. Peraturan Bupati Nomor 41 tahun 2018 Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Perubahan Kabupaten Tangerang;
27. Peraturan Bupati Nomor 52 Tahun 2018 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah
Kabupaten Tangerang.
BAB I PENDAHULUAN
A. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan
B. Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan
C. Sistematika Penulisan Catatan atas Laporan Keuangan
BAB II EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN PENCAPAIAN
TARGET KINERJA KEUANGAN
A. Informasi Umum
B. Ekonomi Makro
C. Kebijakan Keuangan
D. Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan
E. Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan
1. Pendapatan
2. Beban (Beban Operasi, Beban Transfer, Beban Luar Biasa)
3. Surplus Defisit dari Kegiatan Non-Operasional
4. Perbandingan Antara LRA dan LO
C. Penjelasan Atas Pos-pos Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
1. Ekuitas Awal
2. Surplus Defisit LO
3. Dampak Kumulatif
4. Ekuitas Akhir
D. Penjelasan Atas Pos-pos Neraca
1. ASET
A. Aset Lancar
B. Aset Tetap
C. Aset Lainnya
2. Kewajiban Jangka Pendek
3. Ekuitas
4. Pengungkapan Lainnya
BAB V PENUTUP
DAFTAR LAMPIRAN
BAB II
EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN PENCAPAIAN TARGET
KINERJA KEUANGAN
A. EKONOMI MAKRO
..................................................
..........
B. KEBIJAKAN KEUANGAN
Arah kebijakan anggaran belanja untuk setiap kelompok belanja adalah sebagai berikut:
1. Belanja Operasi
Belanja Operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari
Pemerintah Daerah yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja Operasi pada
UPT Puskesmas ...........................antara lain meliputi Belanja Pegawai dan Belanja
Barang dan Jasa.
1.1 Belanja Pegawai
Belanja Pegawai adalah belanja kompensasi, dalam bentuk gaji dan tunjangan, serta
penghasilan lainnya yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil dan uang
representasi dan tunjangan pimpinan dan anggota DPRD serta gaji dan tunjangan
kepala daerah dan wakil kepala daerah serta penghasilan dan penerimaan lainnya
yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang dianggarkan
dalam belanja pegawai. Arah kebijakan Belanja Pegawai UPT Puskesmas
...........................pada Tahun Anggaran 2019 adalah penetapan anggaran yang
dilakukan secara rasional dengan mempertimbangkan realisasi tahun anggaran 2018
serta melakukan estimasi terhadap kenaikan dan sesuai dengan kebijaksanaan
Pemerintah Daerah Kabupaten. Belanja Tidak Langsung adalah Belanja Pegawai
yang ditargetkan dalam tahun anggaran 2019 sebesar Rp. 7.144.181.106,00 (Tujuh
miliar seratus empat puluh empat juta seratus delapan puluh satu ribu seratus
enam rupiah).
dilakukan. Belanja Barang dan Jasa adalah Belanja Pegawai yang ditargetkan dalam
tahun anggaran 2019 sebesar Rp. 4.134.436.516,00 (Empat milyar serratus tiga
puluh empat juta empat ratus tiga puluh enam ribu lima ratus enam belas rupiah).
2. Belanja Modal
Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap
dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja
modal antara lain meliputi belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan
bangunan, peralatan dan mesin, jalan, irigasi dan jaringan, aset tetap lainnya, dan
aset tak berwujud. Arah kebijakan Belanja Modal UPT Puskesmas
...........................pada Tahun Anggaran 2019 adalah merencanakan kebutuhan
belanja modal sesuai dengan kebutuhan dan Pemenuhan Sarana dan Prasarana pada
Aplikasi ASPAK pada tahun 2019. Yang ditargetkan sebesar Rp. 200.500.000,00
(Dua ratus juta lima ratus ribu rupiah).
2. Belanja
Belanja UPT Puskesmas ...........................terdiri dari Belanja Tidak Langsung dan
Belanja Langsung yang terealisasi dalam kurun waktu satu tahun anggaran sebesar Rp.
10.813.038.716.00 atau (94,20%) dari anggaran yang telah di targetkan sebesar Rp.
11.479.117.622.00.
a. Belanja Tidak Langsung terdiri dari Belanja Gaji dan Tunjangan dan Tambahan
Penghasilan PNS yang terealisasi sebesar Rp. 7.000.634.448.00 atau (97,99%) dari estimasi
anggaran yang telah di targetkan sebesar Rp. 7.144.181.106.00
b. Belanja Langsung yang terdiri dari Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa dan Belanja
Modal yang terealisasi sebesar Rp Rp. 3.812.404.268.00 atau (87,95%) dari estimasi anggaran
yang telah di targetkan sebesar Rp. 4.334.936.516.00. Berikut adalah tabel penjelasan
Realisasi Pendapatan dan Belanja UPT Puskesmas ...........................Tahun Anggaran 2019.
Berdasarkan data diatas dapat kita lihat bahwa Capaian Kinerja Keuangan berdasarkan Program
dan Kegiatan adalah sebagai berikut :
1. Pendapatan
Pendapatan pada tahun 2019 cukup optimal, hal itu dikarenakan bertambahnya jumlah
kunjungan pasien umum maupun pasien peserta JKN dan terbayarkan nya klaim Non
Kapitasi JKN oleh BPJS. Realisasi Pendapatan pada tahun 2019 mencapai 97,90%.
2. Belanja Tidak Langsung
Realisasi Belanja Tidak Langsung mencapai 97,99%, merupakan penyerapan yang cukup
optimal. Kebutuhan Belanja Pegawai ASN selama 14 bulan terpenuhi dengan baik juga
penambahan anggaran untuk CPNS sudah terbayarkan dengan optimal. Dengan menyisakan
Silpa sebesar Rp. 109.702.428.
3. Kegiatan Jasa Surat Menyurat
Realisasi keuangan mencapai 100,00%, Semua kegiatan telah dilaksanakan sepenuhnya
sesuai dengan kebutuhan, adapun realisasi keuangan sudah sangat optimal tanpa menyisakan
silpa.
4. Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik
Realisasi keuangan mencapai 95,75%. Kebutuhan untuk pembayaran Listrik, Telepon dan
Internet sudah dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan rutin tiap bulannya dengan
menyisakan silpa sebesar Rp……………..
5. Penyediaan jasa kebersihan kantor
Realisasi keuangan mencapai 100%. Belanja Jasa Tenaga Kebersihan adalah kegiatan
operasional rutin yang tiap bulannya sehingga penyerapan untuk kegiatan ini sangat optimal.
6. Penyediaan jasa pengamanan kantor
Realisasi keuangan mencapai 100%. Belanja Jasa Tenaga Keamanan adalah kegiatan rutin
belanja Puskesmas untuk menciptakan keamanan dan kenyamanan kepada pasien, staff dan
Aset yang terdapat pada UPT Puskesmas .............................................................
pengecekan rutin tiap bulannya menjadikan Kendaraan Dinas terpelihara dengan baik,
sehingga terjadi efisiensi dari pembelanjaan suku cadang (Sparepart).
9. Pengadaan Pakaian Khusus Hari-hari Tertentu
Realisasi keuangan mencapai 98,35%. Pengadaan seragam petugas jaga untuk Rawat Inap
dan Poned telah dilaksanakan dengan optimal, dengan menyisakan silpa sebesar Rp.
825.000,00 yang adalah efisiensi dari pembelanjaan
10. Penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja SKPD
Realisasi keuangan mencapai 100%. Penyerapan untuk kegiatan ini sudah dilaksanakan
dengan optimal.
11. Penyusunan pelaporan keuangan akhir tahun
Realisasi keuangan mencapai 100%. Penyerapan untuk kegiatan ini sudah dilaksanakan
dengan optimal.
12. Penyusunan Dokumen Perencanaan SKPD
Realisasi keuangan mencapai 100%. Penyerapan untuk kegiatan ini sudah dilaksanakan
dengan optimal.
13. Pelayanan Kesehatan di Puskesmas dan Jaringannya
Realisasi Belanja BLUD Mencapai 83,30% dengan menyisakan silpa sebesar Rp.
500.717.236,00. Hal ini dikarenakan …………………………………………….
14. Jaminan Persalinan UPT Puskesmas ...........................
Realisasi keuangan mencapai 100%. Pembayaran untuk jasa petugas pertolongan persalinan
dan juga kader pendamping rujukan sudah terbayarkan secara optimal.
15. BOK Puskesmas
Kegiatan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM) pada Puskesmas ...........................sudah
berjalan dengan optimal dengan realisasi keuangan mencapai 98,47%. Kegiatan ini
menyisakan Silpa sebesar Rp. 11.475.000. hal itu dikarenakan adanya efisiensi dari
pembelanjaan Cetak Pakai Habis.
BAB III
KEBIJAKAN AKUNTANSI
1. Basis akuntansi yang digunakan dalam pelaporan keuangan ini adalah basis akrual
(accrual);
2. Dalam basis akrual, pendapatan dan serta belanja pembiayaan LRA dicatat berdasarkan
basis kas sedangkan LaporanOperasional , Laporan Perubahan Ekuitas dan Neraca dicatat
berdasarkan basis akrual.
A. Pendapatan-LRA
1) Pengakuan Pendapatan-LRA
Pendapatan diakui pada saat:
a) Diterima di Rekening Kas Umum Daerah;atau
b) Diterima oleh SKPD; atau
c) Diterima entitas lain diluar pemerintah daerah atas nama BUD.
2) Pengukuran Pendapatan-LRA
a) Akuntansi Pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan
membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran).
b) Pendapatan-LRA diukur dengan menggunakan nilai nominal kas yang masuk ke kas
daerah dari sumber pendapatan dengan menggunakan asas bruto, yaitu pendapatan dicatat
tanpa dikurangkan/dikompensasikan dengan belanja yang dikeluarkan untuk memperoleh
pendapatan tersebut
c) Dalam hal besaran pengurang terhadap Pendapatan-LRA bruto (biaya) bersifat variabel
terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat dianggarkan terlebih dahulu dikarenakan
proses belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan.
d) Pengecualian azas bruto dapat terjadi jika penerimaan kas dari pendapatan tersebut lebih
mencerminkan aktivitas pihak lain dari pada pemerintah daerah atau penerimaan kas
tersebut berasal dari transaksi yang perputarannya cepat, volume transaksi banyak dan
jangka waktunya singkat.
B. Belanja
A. Pengakuan Belanja
a. Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah.
b. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuanterjadi pada saat
pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh pengguna anggaran.
B. Pengukuran belanja
Akuntansi belanja dilaksanakan berdasarkan azas bruto dan diukur berdasarkan nilai
nominal yang dikeluarkan dan tercantum dalam dokumen pengeluaran yang sah.
C. Pendapatan-LO
A. Definisi Pendapatan-LO
Pendapatan-LO merupakan hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah
ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar
kembali.Pendapatan-LO merupakan pendapatan yang menjadi tanggung jawab dan
wewenang entitas pemerintah, baik yang dihasilkan oleh transaksi operasional, non
operasional dan pos luar biasa yang meningkatkan ekuitas entitas pemerintah.Pendapatan-
LO dikelompokkan dari dua sumber, yaitu transaksi pertukaran (exchange transactions) dan
transaksi non-pertukaran (non-exchange transactions)
Pendapatan dari Transaksi Pertukaran adalah manfaat ekonomi yang diterima dari
berbagai transaksi pertukaran seperti penjualan barang atau jasa layanan tertentu, dan
barter.Pendapatan dari transaksi non-pertukaran adalah manfaat ekonomi yang diterima
pemerintah tanpa kewajiban pemerintah menyampaikan prestasi balik atau imbalan balik
kepada pemberi manfaat ekonomi termasuk (namun tidak terbatas pada) pendapatan pajak,
rampasan, hibah, sumbangan, donasi dari entitas di luar entitas akuntansi danentitas
pelaporan, dan hasil alam.
Kebijakan akuntansi pendapatan-LO meliputi kebijakan akuntansi pendapatan-LO
untuk PPKD dan kebijakan akuntansi pendapatan-LO untuk SKPD.Akuntansi Pendapatan-
LO pada PPKD meliputi Pendapatan Asli Daerah, Pendapatan Transfer, Lain-Lain
Pendapatan Daerah yang Sah, serta Pendapatan Non Operasional. Akuntansi Pendapatan-LO
pada SKPD meliputi Pendapatan Asli Daerah.
1) Pengakuan Pendapatan-LO
Pendapatan-LO diakui pada saat:
Timbulnya hak atas pendapatan. Kriteria ini dikenal juga dengan earned.
Pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya ekonomi baik sudah
diterima pembayaran secara tunai (realized) maupun masih berupa piutang (realizable).
PAD yang masuk ke dalam kategori ini adalah Tuntutan Ganti Kerugian
Daerah, Pendapatan Denda atas Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan,
Pendapatan Denda Pajak, dan Pendapatan Denda Retribusi. Pendapatan-
pendapatan tersebut diakui ketika telah diterbitkan Surat Ketetapan atas
pendapatan terkait.
PAD yang masuk ke dalam kategori ini antara lain Penerimaan Jasa Giro,
Pendapatan Bunga Deposito, Komisi, Potongan dan Selisih Nilai Tukar Rupiah,
Pendapatan dari Pengembalian, Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum, Pendapatan
dari Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan, Pendapatan dari
Angsuran/Cicilan Penjualan, dan Hasil dari Pemanfaatan Kekayaan Daerah.
Pendapatan-pendapatan tersebut diakui ketika pihak terkait telah melakukan
pembayaran langsung ke Rekening Kas Umum Daerah.
Pendapatan Daerah pada SKPD hanya sebagian dari Pendapatan Asli Daerah yaitu
pendapatan pajak daerah dalam hal instansi pungutan pajak terpisah dari BUD, pendapatan
retribusi dan sebagian dari lain-lain PAD yang sah.
Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut
berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan. Alternatif
pengakuan pendapatan tersebut dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
(1) Alternatif satu (1) yaitu kelompok pendapatan pajak yang didahului oleh penerbitan
Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKP Daerah) untuk kemudian dilakukan pembayaran
oleh wajib pajak yang bersangkutan. Pendapatan Pajak ini diakui ketika telah
diterbitkan penetapan berupa Surat Ketetapan (SK) atas pendapatan terkait.
(2) Alternatif dua (2) yaitu kelompok pendapatan pajak yang didahului dengan
penghitungan sendiri oleh wajib pajak (self assessment) dan dilanjutkan dengan
pembayaran oleh wajib pajak berdasarkan perhitungan tersebut. Selanjutnya, dilakukan
pemeriksaan terhadap nilai pajak yang dibayar apakah sudah sesuai, kurang atau lebih
bayar untuk kemudian dilakukan penetapan. Pendapatan Pajak ini diakui ketika telah
diterbitkan penetapan berupa Surat Ketetapan (SK) atas pendapatan terkait.
(3) Alternatif Tiga (3) yaitu kelompok pendapatan retribusi yang pembayarannya diterima
untuk memenuhi kewajiban dalam periode tahun berjalan. Pendapatan retribusi ini
diakui ketika pembayaran telah diterima.
2) Pengukuran Pendapatan-LO
a) Pendapatan-LO operasional non pertukaran, diukur sebesar aset yang diperoleh dari
transaksi non pertukaran yang pada saat perolehan tersebut diukur dengan nilai wajar
b) Pendapatan-LO dari transaksi pertukaran diukur dengan menggunakan harga
sebenarnya (actual price) yang diterima ataupun menjadi tagihan sesuai dengan
perjanjian yang telah membentuk harga. Pendapatan-LO dari transaksi pertukaran harus
diakui pada saat barang atau jasa diserahkan kepada masyarakat ataupun entitas
pemerintah lainnya dengan harga tertentu yang dapat diukur secara andal.
D. Beban
1) Pengakuan Beban
Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban, terjadi konsumsi aset, atau terjadinya
penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa. Saat timbulnya kewajiban adalah saat
terjadinya peralihan hak dari pihak lain ke pemerintah tanpa diikuti keluarnya kas dari kas
umum daerah. Contohnya tagihan rekening telepon dan rekening listrik yang belum dibayar
pemerintah. Yang dimaksud dengan terjadinya konsumsi aset adalah saat pengeluaran kas
kepada pihak lain yang tidak didahului timbulnya kewajiban dan/atau konsumsi aset nonkas
dalam kegiatan operasional pemerintah. Sedangkan penurunan manfaat ekonomi atau potensi
jasa terjadi pada saat penurunan nilai aset sehubungan dengan penggunaan aset
Beban Bunga meliputi Beban Bunga Pinjaman dan Beban Bunga Obligasi. Beban
bunga diakui saat bunga tersebut jatuh tempo untuk dibayarkan. Untuk keperluan
pelaporan keuangan, nilai beban bunga diakui sampai dengan tanggal pelaporan
walaupun saat jatuh tempo melewati tanggal pelaporan.
2) Pengukuran Beban
a) Beban dari transaksi nonpertukaran diukur sebesar aset yang digunakan atau
dikeluarkan yang pada saat perolehan tersebut diukur dengan nilai wajar.
b) Beban dari transaksi pertukaran diukur dengan menggunakan harga sebenarnya (actual
price) yang dibayarkan ataupun yang menjadi tagihan sesuai dengan perjanjian yang
telah membentuk harga.
E. Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh Pemerintah
daerah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu, dimana manfaat ekonomi/sosial di masa
depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh Pemerintah daerah maupun masyarakat, serta
dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan
untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara
karena alasan sejarah dan budaya. Tidak termasuk dalam pengertian sumber daya ekonomis
adalah sumber daya alam seperti hutan, sungai, danau/rawa, kekayaan dasar laut, kandungan
pertambangan, dan harta peninggalan sejarah seperti candi.
F. Pengakuan Aset
Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh oleh pemerintah
dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Aset diakui pada saat
diterima atau kepemilikannya dan atau kepenguasaannya berpindah. Aset diklasifikasikan
menjadi aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan, dan aset lainnya.
1. Aset Lancar
Pengertian
Aset lancar adalah aset berupa kas dan setara kas, dan/atau aset selain kas yang
diharapkan untuk direalisasikan menjadi kas, dimiliki untuk dijual atau dipakai habis dalam
waktu kurang dari 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan.
Klasifikasi
Berdasarkan definisi tersebut, maka aset lancar diklasifikasikan menjadi beberapa rekening
pokok, yaitu:
a. Kas dan setara kas,
b. Investasi jangka pendek,
c. Piutang,
d. Persediaan.
a. Kas dan Setara Kas
Pengertian
Kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat digunakan
untuk membiayai kegiatan pemerintah daerah, yang meliputi:
Kas di Kas Daerah
Kas di Kas Daerah adalah saldo rekening kas daerah yang terdapat di rekening bank
yang tidak dibatasi penggunaannya.
Kas di Bendahara Penerimaan
Kas di Bendahara Penerimaan mencakup seluruh kas, baik itu saldo rekening di bank
maupun saldo uang tunai, yang berada di bawah tanggung jawab bendahara penerimaan
yang sumbernya berasal dari pelaksanaan tugas pemerintahan dari bendahara
penerimaan yang bersangkutan.
Kas di Bendahara Pengeluaran
Kas di Bendahara Pengeluaran adalah alat-alat pembayaran berupa uang tunai yang ada
dalam brankas Bendahara baik berupa uang kertas, uang logam, setoran dari pihak
ketiga berupa cek, dana yang belum dipertanggungjawabkan sampai dengan tanggal
laporan keuangan.
Kas di BLUD
Kas di BLUD mencakup seluruh saldo kas di bendahara penerimaan, bendahara
pengeluaran, termasuk setara kas dan saldo rekening di bank.
Kas FKTP
Kas di FKTP mencakup seluruh saldo kas di bendahara penerimaan, bendahara
pengeluaran, termasuk setara kas dan saldo rekening di bank.
Kas di Bendahara Dana BOS
Kas di Bendahara Dana BOS mencakup seluruh saldo kas di bendahara BOS, termasuk
saldo rekening di bank.
Setara Kas adalah investasi jangka pendek yang sangat likuid yang siap dijabarkan
menjadi kas serta bebas dari risiko perubahan nilai yang signifikan. Setara kas pemerintah
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kas jangka pendek atau untuk tujuan lainnya.Untuk
memenuhi persyaratan setara kas, investasi jangka pendek harus segera dapat diubah
menjadi kas dalam jumlah yang dapat diketahui tanpa ada risiko perubahan nilai yang
signifikan.Oleh karena itu, suatu investasi disebut setara kas apabila investasi dimaksud
mempunyai masa jatuh tempo 3 (tiga) bulan atau kurang dari tanggal perolehannya.
Pengakuan
Transaksi atas rekening kas dan setara kas diakui pada saat terjadinya transaksi
penerimaan dan pengeluaran kas, yaitu berupa:
Penerimaan uang tunai, cek, atau giro bilyet,
Penerbitan SP2D/SP2B
Diterimanya nota debit/nota kredit dari bank atas mutasi yang terjadi pada rekening bank,
Investasi jangka pendek dicatat pada saat terjadinya penyerahan kas dari kas daerah
kepada lembaga keuangan atau pihak lainnya sebagai penyertaan atau penyaluran dana.
Pengukuran dan Penyajian
Investasi jangka pendek dicatat berdasarkan harga perolehannya termasuk biaya
tambahan lainnya yang terjadi untuk memperoleh kepemilikan yang sah atas investasi
tersebut.
Investasi jangka pendek dinilai sebesar nilai perolehannya/nominalnya. Investasi
Jangka Pendek disajikan di laporan Neraca dalam kelompok aset lancar.
c. Piutang
Pengertian
Piutang adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah daerah dan/atau
hak Pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau
akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan atau akibat lainnya yang sah.
Klasifikasi
Piutang dilihat dari sisi peristiwa yang menyebabkan timbulnya piutang dibagi atas:
a. Pungutan
Piutang yang timbul dari peristiwa pungutan, terdiri atas:
1. Piutang Pajak Daerah;
2. Piutang Retribusi;
3. Piutang Pendapatan Asli Daerah Lainnya.
b. Perikatan
Piutang yang timbul dari peristiwa perikatan, terdiri atas:
1. Pemberian Pinjaman;
2. Penjualan;
3. Kemitraan;
4. Pemberian fasilitas.
c. Transfer antar Pemerintahan
Piutang yang timbul dari peristiwa transfer antar pemerintahan, terdiri atas:
1. Piutang Dana Bagi Hasil;
2. Piutang Dana Alokasi Umum;
3. Piutang Dana Alokasi Khusus;
4. Piutang Dana Otonomi Khusus;
5. Piutang Transfer Lainnya;
6. Piutang Bagi Hasil dari Provinsi;
7. Piutang Transfer Antar Daerah;
8. Piutang Kelebihan Transfer.
Peristiwa-peristiwa yang menimbulkan hak tagih, yaitu peristiwa yang timbul dari
pemberian pinjaman, penjualan, kemitraan, dan pemberian fasilitas/jasa, diakui sebagai
piutang dan dicatat sebagai aset di neraca, apabila memenuhi kriteria:
1. harus didukung dengan naskah perjanjian yang menyatakan hak dan kewajiban
secara jelas;
2. jumlah piutang dapat diukur;
3. telah diterbitkan surat penagihan dan telah dilaksanakan penagihan; dan
4. belum dilunasi sampai dengan akhir periode pelaporan.
Piutang Dana Bagi Hasil (DBH) Pajak dan Sumber Daya Alam dihitung berdasarkan
realisasi penerimaan pajak dan penerimaan hasil sumber daya alam yang menjadi hak
daerah yang belum ditransfer. Nilai definitif jumlah yang menjadi hak daerah pada
umumnya ditetapkan menjelang berakhirnya suatu tahun anggaran. Apabila alokasi
definitif menurut Surat Keputusan Menteri Keuangan telah ditetapkan, tetapi masih ada
hak daerah yang belum dibayarkan sampai dengan akhir tahun anggaran dan Pemerintah
Pusat mengakuinya serta menerbitkan suatu dokumen yang sah untuk itu, maka jumlah
tersebut dicatat sebagai piutang DBH oleh pemerintah daerah.
Piutang Dana Alokasi Umum (DAU) diakui apabila akhir tahun anggaran masih ada
jumlah yang belum ditransfer, yaitu merupakan perbedaaan antara total alokasi DAU
menurut Peraturan Presiden dengan realisasi pembayarannya dalam satu tahun anggaran.
Perbedaan tersebut dapat dicatat sebagai hak tagih atau piutang oleh Pemerintah Daerah
yang bersangkutan, apabila Pemerintah Pusat mengakuinya serta menerbitkan suatu
dokumen yang sah untuk itu.
Piutang Dana Alokasi Khusus (DAK) diakui pada saat Pemerintah Daerah telah
mengirim klaim pembayaran yang telah diverifikasi oleh Pemerintah Pusat dan telah
ditetapkan jumlah difinitifnya, tetapi Pemerintah Pusat belum melakukan pembayaran
dan Pemerintah Pusat mengakuinya serta menerbitkan suatu dokumen yang sah untuk itu.
Jumlah piutang yang diakui oleh Pemerintah Daerah adalah sebesar jumlah klaim yang
belum ditransfer oleh Pemerintah Pusat.
Piutang Dana Otonomi Khusus (Otsus) atau hak untuk menagih diakui pada saat
pemerintah daerah telah mengirim klaim pembayaran kepada Pemerintah Pusat yang
belum melakukan pembayaran.
1. Dalam hal penyaluran tidak memerlukan persyaratan, apabila sampai dengan akhir
tahun Pemerintah Pusat belum menyalurkan seluruh pembayarannya, sisa yang
belum ditransfer akan menjadi hak tagih atau piutang bagi daerah penerima;
2. Dalam hal pencairan dana diperlukan persyaratan, misalnya tingkat penyelesaian
pekerjaan tertentu, maka timbulnya hak tagih pada saat persyaratan sudah dipenuhi,
tetapi belum dilaksanakan pembayarannya oleh Pemerintah Pusat.
Piutang Bagi Hasil dari Provinsi dihitung berdasarkan hasil realisasi pajak dan hasil
sumber daya alam yang menjadi bagian daerah yang belum dibayar.Nilai definitif jumlah
yang menjadi bagian kabupaten/kota pada umumnya ditetapkan menjelang berakhirnya
tahun anggaran.Secara normal tidak terjadi piutang apabila seluruh hak bagi hasil telah
ditransfer. Apabila alokasi definitif telah ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur
atau telah dilakukan rekonsiliasi, tetapi masih ada hak daerah yang belum dibayar sampai
dengan akhir tahun anggaran dan Pemerintah Provinsi mengakuinya serta menerbitkan
suatu dokumen yang sah untuk itu, maka jumlah yang belum dibayar tersebut dicatat
sebagai hak untuk menagih (piutang) bagi Pemerintah Daerah.
Transfer antar daerah dapat terjadi jika terdapat perjanjian antar daerah atau
peraturan/ketentuan yang mengakibatkan adanya transfer antar daerah. Piutang transfer
antar daerah dihitung berdasarkan hasil realisasi pendapatan yang bersangkutan yang
menjadi hak/bagian daerah penerima yang belum dibayar. Apabila jumlah/nilai definitif
menurut Surat Keputusan Kepala Daerah yang menjadi hak daerah penerima belum
dibayar sampai dengan akhir periode laporan, maka jumlah yang belum dibayar tersebut
dapat diakui sebagai hak tagih bagi pemerintah daerah penerima yang bersangkutan.
Piutang kelebihan transfer terjadi apabila dalam suatu tahun anggaran ada kelebihan
transfer. Apabila suatu entitas mengalami kelebihan transfer, maka entitas tersebut wajib
mengembalikan kelebihan transfer yang telah diterimanya.
Sesuai dengan arah transfer, pihak yang mentransfer mempunyai kewenangan untuk
memaksakan dalam menagih kelebihan transfer.Jika tidak/belum dibayar, pihak yang
mentransfer dapat memperhitungkan kelebihan dimaksud dengan hak transfer periode
berikutnya.
Peristiwa yang menimbulkan hak tagih berkaitan dengan TP/TGR, harus didukung
dengan bukti SK Pembebanan/SKP2K/SKTJM/dokumen yang dipersamakan, yang
menunjukkan bahwa penyelesaian atas TP/TGR dilakukan dengan cara damai (di luar
pengadilan). SK Pembebanan/SKP2K/SKTJM/dokumen yang dipersamakan merupakan
surat keterangan tentang pengakuan bahwa kerugian tersebut menjadi tanggung jawab
seseorang dan bersedia mengganti kerugian tersebut. Apabila penyelesaian TP/TGR
tersebut dilaksanakan melalui jalur pengadilan, pengakuan piutang baru dilakukan
setelah ada surat ketetapan yang telah diterbitkan oleh instansi yang berwenang.
Pengukuran dan Penyajian
Pengukuran piutang pendapatan adalah sebagai berikut:
1. Disajikan sebesar nilai yang belum dilunasi sampai dengan tanggal pelaporan dari
setiap tagihan yang ditetapkan berdasarkan surat ketetapan kurang bayar yang
diterbitkan; atau
2. Disajikan sebesar nilai yang belum dilunasi sampai dengan tanggal pelaporan dari
setiap tagihan yang telah ditetapkan terutang oleh Pengadilan Pajak untuk Wajib
Pajak (WP) yang mengajukan banding; atau
3. Disajikan sebesar nilai yang belum dilunasi sampai dengan tanggal pelaporan dari
setiap tagihan yang masih proses banding atas keberatan dan belum ditetapkan oleh
majelis tuntutan ganti rugi; atau
4. Disajikan sebesar nilai yang belum dilunasi sampai dengan tanggal pelaporan dari
setiap tagihan, khusus untuk tagihan kepada pihak penjamin sesuai dengan hasil
verifikasi atas pengajuan penagihan/klaim.
Piutang pendapatan diakui setelah diterbitkan surat tagihan dan dicatat sebesar nilai
nominal yang tercantum dalam tagihan. Khusus untuk piutang kepada pihak penjamin
dicatat sebesar hasil verifikasi atas pengajuan penagihan/klaim. Secara umum unsur
utama piutang karena ketentuan perundang-undangan ini adalah potensi pendapatan.
Artinya piutang ini terjadi karena pendapatan yang belum disetor ke kas daerah oleh
wajib setor. Oleh karena setiap tagihan oleh pemerintah wajib ada keputusan, maka
jumlah piutang yang menjadi hak pemerintah daerah sebesar nilai yang tercantum dalam
keputusan atas penagihan yang bersangkutan.
Apabila dalam naskah perjanjian pinjaman diatur mengenai kewajiban bunga, denda,
commitment fee dan atau biaya-biaya pinjaman lainnya, maka pada akhir periode
pelaporan harus diakui adanya bunga, denda, commitment fee dan/atau biaya lainnya
pada periode berjalan yang terutang (belum dibayar) pada akhir periode pelaporan.
2. Penjualan
Piutang dari penjualan diakui sebesar nilai sesuai naskah perjanjian penjualan yang
terutang (belum dibayar) pada akhir periode pelaporan. Apabila dalam perjanjian
dipersyaratkan adanya potongan pembayaran, maka nilai piutang harus dicatat
sebesar nilai bersihnya.
3. Kemitraan
Piutang yang timbul diakui berdasarkan ketentuan-ketentuan yang dipersyaratkan
dalam naskah perjanjian kemitraan.
4. Pemberian fasilitas/jasa
Piutang yang timbul diakui berdasarkan fasilitas atau jasa yang telah diberikan oleh
pemerintah pada akhir periode pelaporan, dikurangi dengan pembayaran atau uang
muka yang telah diterima.
Pengukuran piutang transfer adalah sebagai berikut:
1. Dana Bagi Hasil disajikan sebesar nilai yang belum diterima sampai dengan tanggal
pelaporan dari setiap tagihan yang ditetapkan berdasarkan ketentuan transfer yang
berlaku;
2. Dana Alokasi Umum sebesar jumlah yang belum diterima, dalam hal terdapat
kekurangan transfer DAU dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah;
3. Dana Alokasi Khusus, disajikan sebesar klaim yang telah diverifikasi dan disetujui
oleh Pemerintah Pusat.
Pengukuran piutang ganti rugi berdasarkan pengakuan yang dikemukakan diatas,
dilakukan sebagai berikut:
1. Disajikan sebagai aset lancar sebesar nilai yang jatuh tempo dalam tahun berjalan
dan yang akan ditagih dalam 12 (dua belas) bulan ke depan berdasarkan surat
ketentuan penyelesaian yang telah ditetapkan;
2. Disajikan sebagai aset lainnya terhadap nilai yang akan dilunasi di atas 12 bulan
berikutnya.
Pengukuran Berikutnya (Subsequent Measurement) Terhadap Pengakuan Awal
Piutang disajikan berdasarkan nilai nominal tagihan yang belum dilunasi tersebut
dikurangi penyisihan kerugian piutang tidak tertagih. Apabila terjadi kondisi yang
memungkinkan penghapusan piutang maka masing-masing jenis piutang disajikan
setelah dikurangi piutang yang dihapuskan.
d. Persediaan
Pengertian
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan (supplies)
yang diperoleh dan dimiliki dengan maksud untuk digunakan dalam mendukung kegiatan
operasional pemerintah daerah dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual atau
digunakan dalam proses produksi dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat.
Klasifikasi
Persediaan diklasifikasikan menjadi beberapa jenis meliputi:
a. Barang atau perlengkapan yang dibeli untuk digunakan dalam rangka kegiatan
operasional pemerintah daerah, misalnya barang pakai habis seperti alat tulis kantor;
barang tak habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai
seperti komponen bekas.
b. Bahan atau perlengkapan (supplies) yang akan digunakan dalam proses produksi,
misalnya bahan baku pembuatan alat-alat pertanian, bahan baku pembuatan benih.
c. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan
kepada masyarakat, misalnya adalah alat-alat pertanian setengah jadi, benih yang
belum cukup umur.
d. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat dalam rangka
kegiatan pemerintahan, misalnya adalah hewan dan bibit tanaman, untuk dijual atau
diserahkan kepada masyarakat.
Persediaan dapat berupa:
Barang konsumsi;
Amunisi;
Bahan untuk pemeliharaan;
Suku cadang;
Persediaan untuk tujuan cadangan strategis/berjaga-jaga;
Perangko, materai, dan leges;
Bahan baku;
Tanah/bangunan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat;
Peralatan dan mesin untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat;
Hewan dan tanaman untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat.
Pengakuan
Persediaan diakui:
- Pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh pemerintah dan
mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal,
- pada saat diterima atau diserahterimakan hak kepemilikannya dan atau pada saat
penguasaannya berpindah.
Pada akhir periode akuntansi, persediaan disesuaikan dengan hasil inventarisasi fisik.
Saldo akhir persediaan adalah sisa barang persediaan pada suatu entitas akuntansi
yang belum digunakan dan masih tersimpan di gudang/tempat penyimpanan di entitas
akuntansi pada akhir periode pelaporan. Khusus untuk persediaan obat-obatan dan alat
kesehatan, saldo akhir persediaan dihitung sampai dengan tempat penyimpanan di unit
kerja terkecil (belum digunakan).
Pengukuran dan Penyajian
Pemerintah Kabupaten Tangerang menerapkan metode pencatatan persediaan
dengan sistem periodic perpetual.
Persediaan diukur dengan berbagai cara yang berbeda yaitu:
Untuk persediaan yang diperoleh dengan pembelian diukur dengan biaya pembelian
(nilai perolehan) terakhir yaitu meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan,
penanganan, dan biaya lainnya yang secara langsung dapat dibebankan pada
perolehan persediaan setelah dikurangi potongan harga, rabat, dan lainnya yang
serupa.
Dalam metode ini, pengukuran persediaan dihitung berdasarkan inventarisasi fisik
pada akhir periode pelaporan, yaitu menghitung jumlah unit persediaan dengan cara
saldo awal persediaan ditambah pembelian atau perolehan persediaan dikurangi
dengan pemakaian persediaan dikalikan nilai per unit berdasarkan harga pembelian
terakhir.
Untuk persediaan yang diperoleh dengan memproduksi sendiri diukur dengan biaya
standar yaitu meliputi biaya langsung yang terkait dengan persediaan yang diproduksi
dan biaya overhead yang dialokasikan secara sistematis yang terjadi dalam proses
konversi bahan menjadi persediaan.
Untuk persediaan yang diperoleh dari cara lainnya yaitu dari donasi atau rampasan
akan diukur dengan nilai wajar atau estimasi nilai penjualannya yang meliputi nilai
tukar aset atau penyelesaian kewajiban antar pihak yang memahami dan berkeinginan
melakukan transaksi wajar.
Persediaan disajikan dalam kelompok aset lancar di bawah perkiraan bagian lancar
pinjaman kepada pihak ketiga. Persediaan disajikan sesuai dengan klasifikasinya
secara lebih rinci.
Beban Persediaan
Beban persediaan dicatat sebesar pemakaian persediaan (use of goods).
Penghitungan beban persediaan dilakukan dalam rangka penyajian Laporan Operasional.
Pencatatan persediaan dilakukan dengan menggunakan metode periodik dengan
pendekatan pengakuan beban. Dalam pendekatan beban, setiap pembelian persediaan
akan langsung dicatat sebagai beban dan pada akhir periode pelaporan akan disesuaikan
dengan hasil inventarisasi fisik persediaan dengan metode penilaian harga pembelian
terakhir.
Terhadap barang persediaan yang telah usang/rusak/kadaluwarsa dan tidak dapat
digunakan kembali dalam operasional entitas, tidak dilaporkan sebagai persediaan dalam
Neraca namun harus dituangkan dalam berita acara barang persediaan
usang/rusak/kadaluwarsa dan dicatat sebagai beban dalam Laporan Operasional sebesar
harga perolehan/harga standar/harga wajar/estimasi serta diungkapkan dalam CaLK.
Klasifikasi
Secara garis besar, Aset non lancar dibedakan menjadi:
a. Investasi Jangka Panjang,
b. Aset Tetap,
c. Dana Cadangan, dan
d. Aset Lainnya.
a. Investasi Jangka Panjang
Pengertian
Investasi jangka panjang adalah penyertaan modal atau pemberian pinjaman
kepada pihak ketiga yang dilakukan dengan maksud untuk memperoleh manfaat
ekonomi dalam jangka waktu lebih dari dua belas (12) bulan atau lebih dari satu
periode akuntansi.
Klasifikasi
Klasifikasi investasi jangka panjang terdiri dari:
1. Investasi permanen, yaitu investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk
dimiliki secara berkelanjutan, antara lain dapat berupa:
- penyertaan modal pemerintah daerah pada perusahaan daerah, badan
internasional dan badan usaha lainnya yang bukan milik daerah;
- investasi permanen lainnya yang dimiliki oleh pemerintah daerah untuk
menghasilkan pendapatan atau meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
2. Investasi non permanen, yaitu investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk
dimiliki secara tidak berkelanjutan, antara lain dapat berupa:
- pembelian obligasi atau surat utang jangka panjang yang dimaksudkan untuk
dimiliki sampai dengan tanggal jatuh temponya oleh pemerintah;
- penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan kepada
pihak ketiga;
- dana yang disisihkan pemerintah dalam rangka pelayanan masyarakat seperti
bantuan modal kerja secara bergulir kepada kelompok masyarakat melalui
BLUD UPDB/Unit Pengelola Teknis Unit Pengelola Dana Bergulir (UPT
UPDB);
- investasi non permanen lainnya, yang sifatnya tidak dimaksudkan untuk
dimiliki pemerintah secara berkelanjutan, seperti penyertaan modal yang
dimaksudkan untuk penyehatan/penyelamatan perekonomian.
Pengakuan
Investasi jangka panjang dicatat pada saat terjadinya penyerahan kas dari kas
daerah kepada pihak ketiga (BUMN/D/lembaga keuangan/pihak lain) sebagai
penyertaan atau penyaluran pinjaman kepada pihak tersebut. Penyertaan pada pihak
aset pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aset tersebut dalam kondisi
dan tempat yang siap untuk dipergunakan.
Umum
Aset tetap sering merupakan suatu bagian utama aset pemerintah, dan
karenanya signifikan dalam penyajian neraca. Termasuk dalam aset tetap
pemerintah adalah:
Aset tetap yang dimiliki oleh entitas pelaporan namun dimanfaatkan oleh entitas
lainnya, misalnya instansi pemerintah lainnya, universitas, dan kontraktor;
Hak atas tanah.
Tidak termasuk dalam definisi aset tetap adalah aset yang dikuasai untuk
dikonsumsi dalam operasi pemerintah, seperti bahan (materials) dan perlengkapan
(supplies).
Klasifikasi Aset Tetap
Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat atau fungsinya
dalam aktivitas operasi entitas. Berikut adalah klasifikasi aset tetap yang
digunakan:
(a) Tanah;
Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang diperoleh
dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan
dalam kondisi siap dipakai.
(b) Peralatan dan Mesin;
Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat
elektonik, dan seluruh inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya
signifikan dan masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam
kondisi siap pakai.
(c) Gedung dan Bangunan;
Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang diperoleh
dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan
dalam kondisi siap dipakai.
Berdasarkan tingkat permanensi, Gedung dan Bangunan dikelompokkan
kedalam:
- Gedung dan Bangunan Permanen, adalah bangunan yang ditinjau dari segi
konstruksi dan umur bangunan dinyatakan lebih dari 15 tahun
- Gedung dan Bangunan Non Permanen, adalah bangunan yang ditinjau dari
segi konstruksi dan umur bangunan dinyatakan dibawah 15 tahun
penghematan belanja bagi pemerintah. Manfaat ekonomi masa yang akan datang
akan mengalir ke suatu entitas dapat dipastikan bila entitas tersebut akan menerima
manfaat dan menerima risiko terkait. Kepastian ini biasanya hanya tersedia jika
manfaat dan risiko telah diterima entitas tersebut. Sebelum hal ini terjadi,
perolehan aset tidak dapat diakui.
Pengukuran dapat dipertimbangkan andal biasanya dipenuhi bila terdapat
transaksi pertukaran dengan bukti pembelian aset tetap yang mengidentifikasikan
biayanya. Dalam keadaan suatu aset yang dikonstruksi/dibangun sendiri, suatu
pengukuran yang dapat diandalkan atas biaya dapat diperoleh dari transaksi pihak
eksternal dengan entitas tersebut untuk perolehan bahan baku, tenaga kerja dan
biaya lain yang digunakan dalam proses konstruksi.
Saat pengakuan aset akan lebih dapat diandalkan apabila terdapat bukti bahwa
telah terjadi perpindahan hak kepemilikan dan/atau penguasaan secara hukum,
misalnya sertifikat tanah dan bukti kepemilikan kendaraan bermotor. Apabila
perolehan aset tetap belum didukung dengan bukti secara hukum dikarenakan
masih adanya suatu proses administrasi yang diharuskan, seperti pembelian tanah
yang masih harus diselesaikan proses jual beli (akta) dan sertifikat kepemilikannya
di instansi berwenang, maka aset tetap tersebut harus diakui pada saat terdapat
bukti bahwa penguasaan atas aset tetap tersebut telah berpindah, misalnya telah
terjadi pembayaran dan penguasaan atas sertifikat tanah atas nama pemilik
sebelumnya.
Batasan nilai minimal biaya perolehan yang dapat diakui sebagai aset tetap:
1. Untuk perolehan awal aset tetap memenuhi kriteria:
a) Gedung dan Bangunan dengan nilai lebih dari Rp50.000.000,00 per unit.
b) Peralatan dan Mesin dengan nilai lebih dari Rp1.000.000,00 per unit.
c) Tanaman dan hewan dengan nilai lebih dari Rp1.000.000,00 per unit dengan
kriteria berupa tanaman yang berjenis tanaman keras, ditanam di area gedung
kantor dan/atau untuk percontohan/ pengembangbiakan dan hewan untuk
percontohan/ pengembangbiakan.
d) Buku dengan nilai lebih dari Rp40.000,00 per unit.
e) Tanah, Jalan, Irigasi, dan Jaringan, dan Aset Tetap Lainnya (selain buku,
tanaman, dan hewan), tidak ada batasan nilai satuan minimum kapitalisasi,
sehingga berapa pun nilai perolehannya harus dikapitalisasi.
Biaya perolehan aset tetap yang nilainya tidak mencapai batasan nilai kapitalisasi
tersebut diatas, dikeluarkan dari nilai aset tetap pada Neraca namun tetap dicatat
dalam ekstra kompatabel dan diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan.
2. Untuk pengeluaran setelah perolehan aset tetap memenuhi kriteria :
Masa
Kodefikasi Uraian Manfaat
(Tahun)
1 3 ASET TETAP
1 3 2 Peralatan dan Mesin
1 3 2 04 Alat Angkutan Darat Bermotor 7
1 3 2 14 Alat Kantor 5
1 3 2 15 Alat Rumah Tangga 5
1 3 2 16 Peralatan Komputer 4
1 3 2 17 Meja Dan Kursi Kerja/Rapat Pejabat 5
1 3 2 18 Alat Studio 5
1 3 2 19 Alat Komunikasi 5
1 3 2 20 Peralatan Pemancar 10
1 3 3 Gedung dan Bangunan
1 3 3 01 Bangunan Gedung Tempat Kerja 50
1 3 4 Jalan, Irigasi, dan Jaringan
1 3 4 01 Jalan 10
1 3 4 08 Bangunan Air Bersih/Baku 40
1 3 4 09 Bangunan Air Kotor 40
1 3 4 10 Bangunan Air 40
1 3 4 11 Instalasi Air Minum/Air Bersih 30
1 3 4 12 Instalasi Air Kotor 30
1 3 4 13 Instalasi Pengolahan Sampah 10
Masa
Kodefikasi Uraian Manfaat
(Tahun)
1 3 4 14 Jaringan Listrik 40
1 3 4 15 Jaringan Telepon 20
1 3 4 16 Jaringan Gas 30
Khusus penambahan masa manfaat aset tetap karena adanya perbaikan terhadap aset tetap
baik berupa overhaul dan renovasi disajikan tersendiri pada modul implementasi SAP
Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah.
a. Penyusutan per periode merupakan nilai penyusutan untuk aset tetap suatu periode
yang dihitung pada akhir tahun;
b. Nilai yang dapat disusutkan merupakan nilai buku per 31 Desember 2014 untuk Aset
Tetap yang diperoleh sampai dengan 31 Desember 2014. Untuk Aset Tetap yang
diperoleh setelah 31 Desember 2014 menggunakan nilai perolehan; dan
c. Masa manfaat adalah periode suatu Aset Tetap yang diharapkan digunakan untuk
aktivitas pemerintahan dan/atau pelayanan publik atau jumlah produksi atau unit serupa
yang diharapkan diperoleh dari aset untuk aktivitas pemerintahan dan/atau pelayanan
publik.
Metode penyusutan yang digunakan oleh pemerintah daerah adalah metode garis lurus
(straight line method) dengan ketentuan sebagai berikut:
- Pelaksanaan penyusutan dilakukan bersamaan dengan penerapan basis akrual terhitung
sejak tahun perolehannya.
- Selain tanah, KDP dan Aset Tetap Lainnya, seluruh aset tetap disusutkan sesuai dengan
sifat dan karakteristik aset tersebut.
- Terhadap Aset Tetap Lainnya diterapkan penghapusan secara periodik yang diatur
dalam ketentuan mengenai tata cara penghapusan barang milik daerah.
- Masa manfaat aset tetap dihitung sejak perolehan aset tetap dimaksud.
- Penyusutan dihitung secara proporsional per bulan berdasarkan masa manfaat yang
telah dilalui sejak saat perolehan.
- Dasar penghitungan penyusutan aset tetap yang perolehannya sampai dengan tahun
2014, menggunakan nilai buku sampai dengan 31 Desember 2014 yang dihitung sejak
tanggal perolehan awal.
- Penambahan masa manfaat atas Aset Tetap akibat adanya perbaikan, dilakukan untuk
perbaikan Aset Tetap yang diperoleh setelah Tahun Anggaran 2014. Penambahan masa
manfaat akibat adanya perbaikan akan diakumulasikan pada masa manfaat aset tersebut
dan apabila penambahan masa manfaat tersebut melebihi masa manfaat maksimal,
maka masa manfaat aset tersebut adalah sesuai masa manfaat perolehan awal.
Penghitungan dan pencatatan penyusutan Aset Tetap dilakukan tanpa
memperhitungkan adanya nilai residu, dalam satuan mata uang rupiah dengan pembulatan
hingga satuan rupiah terkecil.
Penghitungan Penyusutan Aset Tetap dilakukan sejak diperolehnya Aset Tetap sampai
dengan berakhirnya masa manfaat aset tetap.
Pencatatan Penyusutan Aset Tetap dalam Neraca dilakukan sejak diperolehnya Aset
Tetap sampai dengan Aset Tetap tersebut dihapuskan.
Penilaian Kembali Aset Tetap (Revaluation)
Penilaian kembali atau revaluasi aset tetap pada umumnya tidak diperkenankan karena
kebijakan akuntansi menganut penilaian aset berdasarkan biaya perolehan atau harga
pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dapat dilakukan berdasarkan
ketentuan pemerintah yang berlaku secara nasional dan untuk tujuan tertentu setelah
memenuhi kriteria yang ditetapkan.
Dalam hal ini laporan keuangan harus menjelaskan mengenai penyimpangan dari
konsep biaya perolehan di dalam penyajian aset tetap serta pengaruh penyimpangan
tersebut terhadap gambaran keuangan suatu entitas. Selisih antara nilai revaluasi dengan
nilai tercatat aset tetap dibukukan dalam akun ekuitas.
Akuntansi Tanah
Tanah yang dimiliki dan/atau dikuasai pemerintah tidak diperlakukan secara khusus,
dan pada prinsipnya mengikuti ketentuan seperti yang diatur pada kebijakan akuntansi aset
tetap. Tidak seperti institusi nonpemerintah, pemerintah tidak dibatasi satu periode tertentu
untuk kepemilikan dan/atau penguasaan tanah yang dapat berbentuk hak pakai, hak
pengelolaan, dan hak atas tanah lainnya yang dimungkinkan oleh peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Oleh karena itu, setelah perolehan awal tanah, pemerintah tidak
memerlukan biaya untuk mempertahankan hak atas tanah tersebut. Tanah memenuhi
definisi aset tetap dan harus diperlakukan sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada pada
kebijakan ini.
c. Dana Cadangan
Pengertian
Dana cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang
memerlukan dana relatif cukup besar yang tidak dapat dibebankan dalam satu periode
akuntansi.
Pengakuan
Dana cadangan diakui/dicatat pada saat dilakukan pembentukan dan penggunaan
dana cadangan tersebut yaitu berdasarkan jumlah pembiayaan yang berupa penerimaan
transfer dari dana cadangan atau jumlah pembiayaan yang berupa pengeluaran transfer
ke dana cadangan.
Pengukuran
Dana cadangan diukur berdasarkan nilai historis/nilai nominal dari dana
cadangan yang dibentuk. Jika dana cadangan dalam bentuk mata uang asing harus
dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah dengan menggunakan nilai tukar
(kurs) tengah BI pada saat pembentukan.
Penilaian dan Penyajian
Dana cadangan pada akhir periode dinilai berdasarkan nilai nominal/nilai
historisnya dan disajikan dalam laporan Neraca dalam kelompok Aset non lancar
setelah aset tetap. Dana cadangan disajikan secara rinci menurut jenis pembentukannya.
d. Aset Lainnya
Pengertian
Aset lainnya meliputi aset lancar lainnya dan aset non lancar lainnya yaitu
aset yang tidak dapat dikelompokkan sebagai aset lancar, investasi jangka panjang,
aset tetap, dan dana cadangan. Aset lainnya meliputi:
Tagihan Jangka Panjang, yang terdiri dari Tagihan Penjualan Angsuran dan
Tuntutan Ganti Kerugian Daerah;
Kemitraan Dengan Pihak Ketiga, yang terdiri dari Sewa, Kerjasama
Pemanfaatan, Bangun Serah Guna, Bangun Guna Serah;
Aset Tidak Berwujud, yang terdiri dari Goodwill, Lisensi dan Franchise, Hak
Cipta, Paten, Aset Tidak Berwujud Lainnya, Akumulasi Amortisasi Aset Tidak
Berwujud, dan
Aset Lain-lain, antara lain barang milik daerah dalam kondisi rusak berat yang
telah diusulkan untuk dihapuskan.
Pengakuan
Aset lainnya akan diakui/dicatat dengan cara yang sama dengan aset
lancar/aset tetap yaitu pada saat diterima atau diserahkannya hak kepemilikan
dan/atau pada saat penguasaannya berpindah. Secara rinci ditetapkan sebagai
berikut:
Tagihan Jangka Panjang diakui pada saat terdapat penjualan aset tetap kepada
pihak ketiga dan pembayarannya akan diangsur untuk Tagihan Penjualan
Angsuran, dan diakui pada saat kerugian telah ditetapkan untuk Tuntutan Ganti
Kerugian Daerah
Kemitraan Dengan Pihak Ketiga diakui pada saat terjadinya perjanjian dengan
pihak ketiga yang sampai dengan akhir periode pelaporan belum diterima,
kecuali untuk Bangun Guna Serah diakui pada saat aset tersebut diterima.
Aset tak berwujud diakui pada saat diperoleh hak/aset tersebut selama periode
berjalan.
Aset lainnya diakui pada saat diperoleh atau berpindah tangan aset tersebut.
Pengukuran dan Penyajian
Aset lainnya diukur berdasarkan nilai historis/nilai nominal dari pengeluaran
yang telah dilakukan selama periode berjalan. Jika aset lainnya dalam bentuk mata
uang asing harus dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah dengan
menggunakan nilai tukar (kurs) tengah BI pada saat terjadinya.
Aset lainnya pada akhir periode dinilai berdasarkan nilai nominal/nilai
historisnya dan disajikan dalam laporan neraca dalam kelompok aset non lancar
setelah dana cadangan. Aset lainnya disajikan secara rinci menurut jenisnya.
F. KEWAJIBAN
Definisi
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
akan menimbulkan arus keluar sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh pemerintah daerah.
Kewajiban akan menyebabkan pemerintah daerah harus mengorbankan sumber ekonominya
pada masa-masa mendatang
Klasifikasi
Kewajiban diklasifikasikan menjadi kewajiban jangka pendek (kewajiban lancar) dan
kewajiban jangka panjang. Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek
jika diharapkan dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Semua
kewajiban lainnya diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang.
1. Kewajiban Jangka Pendek
Pengertian
Kewajiban jangka pendek adalah kewajiban yang harus dibayar kembali (dilunasi)
dalam satu periode akuntansi atau dalam waktu kurang dari 12 bulan sejak tanggal
pelaporan.
Kewajiban jangka pendek dapat dikategorikan dengan cara yang sama seperti aset
lancar. Beberapa kewajiban jangka pendek, seperti utang kepada pihak ketiga atau utang
kepada pegawai merupakan suatu bagian yang akan menyerap aset lancar dalam tahun
pelaporan berikutnya.
Kewajiban jangka pendek lainnya adalah kewajiban yang jatuh tempo dalam
waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Misalnya utang bunga, utang
belanja, utang perhitungan fihak ketiga (PFK), dan bagian lancar utang jangka panjang.
Klasifikasi
Kewajiban jangka pendek dapat diklasifikasikan menjadi beberapa rekening pokok, yaitu:
a. Utang perhitungan fihak ketiga (PFK), merupakan utangPemerintah daerah kepada
pihak lain yang disebabkan kedudukan pemerintahsebagai pemotong pajak atau
pungutan lainnya, seperti Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
iuran Askes, Taspen, dan Taperum.
b. Utang bunga, yaitu utang jangka pendek yang merupakan hasil perhitungan bunga
pinjaman tahun berjalan yang jatuh tempo pada periode akuntansi berikutnya.
c. Bagian lancar utang jangka panjang, merupakan bagian utang jangka panjang yang
jatuh tempo pada periode akuntansi berikutnya.
d. Pendapatan diterima dimuka, adalah pendapatan yang sesungguhnya belum
merupakan hak Pemerintah daerah pada periode yang bersangkutan tetapi
pembayarannya sudah terlebih dahulu diterima Kas Daerah.
e. Utang beban, merupakan kewajiban atas jumlah yang belum dibayarkan kepada
pegawai atau pihak ketiga atas barang atau jasa yang telah menjadi hak Pemerintah
daerah.
f. Utang jangka pendek lainnya, merupakan kewajiban jangka pendek yang tidak dapat
diklasifikasikan ke dalam jenis di atas.
Pengakuan
Secara umum kewajiban diakui pada saat timbulnya kewajiban untuk mengeluarkan
sumber daya ekonomi di masa depan, yaitu:
a. Utang perhitungan fihak ketiga (PFK) diakui pada saat Bendahara Pengeluaran SKPD
melakukan pemotongan Pajak Penghasilan(PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
iuran Askes, Taspen, Taperum, dan pungutan lainnya.
b. Utang bunga diakui/dicatat pada saat terdapat bunga pinjaman yang sudah jatuh
tempo, namun belum dilakukan pembayaran dan harus dibayar dalam periode
akuntansi berikutnya.
c. Bagian lancar utang jangka panjang diakui pada akhir periode akuntansi untuk
melakukan reklasifikasi dari utang jangka panjang menjadi utang jangka pendek
untuk bagian yang akan jatuh tempo pada tahun berikutnya.
d. Pendapatan diterima dimuka diakui pada saat diterima pembayaran pada Kas Daerah
atas pendapatan yang sesungguhnya belum merupakan hak Pemerintah daerah pada
periode berjalan.
e. Utang beban diakui pada saat barang atau jasa telah diserahkan kepada Pemerintah
daerah yang belum dibayar sampai dengan akhir periode pelaporan. Untuk utang
kepada pihak ketiga terkait dengan pekerjaan yang telah selesai harus dituangkan
dalam berita acara serah terima pekerjaan atau hasil verifikasi atas penagihan/klaim.
f. Utang jangka pendek lainnya diakui pada saat timbulnya kewajiban tersebut.
Pengukuran dan Penyajian
Kewajiban jangka pendek diukur sebesar nilai nominal mata uang rupiah dari jumlah
yang akan dibayarkan kepada pihak ketiga pada masa yang akan datang. Kewajiban
dalam mata uang asing harus dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah dengan
menggunakan kurs tengah BI pada saat terjadinya kewajiban.
Pada akhir periode kewajiban jangka pendek tetap dinilai sebesar nominalnya dan
kewajiban dalam mata uang asing harus dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang
rupiah dengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal neraca. Kewajiban jangka
pendek disajikan di Neraca dalam kelompok kewajiban pada urutan pertama. Kewajiban
jangka pendek disajikan menurut jenisnya dan sesuai dengan urutan likuiditasnya (urutan
jatuh temponya).
2. Kewajiban Jangka Panjang
Pengertian
Kewajiban jangka panjang adalah kewajiban yang harus dibayar kembali (dilunasi)
lebih dari satu periode akuntansi atau dalam waktu lebih dari 12 bulan sejak tanggal
pelaporan.
Kewajiban jangka panjang yang jatuh tempo dan untukdiselesaikan dalam waktu 12
(dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan tetap diklasifikasikan sebagai kewajiban
jangka panjang jika:
a. jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 (dua belas)bulan;
b. bermaksud mendanai kembali (refinance) kewajiban tersebut atas dasar jangka
panjang; dan
c. maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian pendanaankembali
(refinancing), atau adanya penjadualan kembali terhadappembayaran, yang
diselesaikan sebelum laporan keuangan disetujui.Jumlah setiap kewajiban yang
dikeluarkan dari kewajiban jangka pendeksesuai dengan paragraf ini, bersama-sama
dengan informasi yangmendukung penyajian ini, diungkapkan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.
1. Nilai tercatat utang yang diselesaikan (jumlah nominal dikurangi atau ditambah
dengan bunga terutang dan premi, diskonto, biaya keuangan atau biaya penerbitan
yang belum diamortisasi), dengan;
2. Nilai wajar aset yang dialihkan ke pihak ketiga.
Penilaian kembali aset akibat pengalihan akan menghasilkan perbedaan antara nilai
wajar dan nilai aset yang dialihkan kepada pihak ketiga untuk penyelesaian utang.
Perbedaan tersebut harus diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan.
G. EKUITAS
Ekuitas adalah jumlah kekayaan bersih pemerintah daerah yang merupakan selisih antara
jumlah aset dan jumlah utang. Saldo ekuitas di Neraca berasal dari saldo akhir ekuitas pada
Laporan Perubahan Ekuitas. Ekuitas terdiri dari :
1. Ekuitas
Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan
kewajiban pemerintah pada tanggal laporan. Saldo Ekuitas berasal dari Ekuitas awal
ditambah (dikurang) oleh Surplus/Defisit LO dan perubahan lainnya seperti koreksi nilai
persediaan, selisih evaluasi Aset Tetap, dan lain-lain.
2. Ekuitas SAL
Ekuitas SAL digunakan untuk mencatat akun perantara dalam rangka penyusunan
Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Perubahan SAL mencakup antara lain Estimasi
Pendapatan, Estimasi Penerimaan Pembiayaan, Apropriasi Belanja, Apropriasi
Pengeluaran Pembiayaan, dan Estimasi Perubahan SAL, Surplus/Defisit - LRA.
3. Ekuitas untuk Dikonsolidasikan
Ekuitas untuk Dikonsolidasikan digunakan untuk mencatat reciprocal account untuk
kepentingan konsolidasi, yang mencakup antara lain Rekening Koran PPKD.
Penyajian
Pendapatan-LRA disajikan pada Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Arus Kas.
Pendapatan LRA disajikan dalam mata uang rupiah. Apabila penerimaan kas atas pendapatan
LRA dalam mata uang asing, maka penerimaan tersebut dijabarkan dan dinyatakan dalam
mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing tersebut menggunakan kurs pada tanggal
transaksi.
BAB IV
PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN
Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diterima dari hasil penggalian potensi
ekonomi dalam wilayah daerah sendiri dan pemungutannya telah ditetapkan berdasarkan
peraturan daerah. Realisasi Pendapatan Daerah UPT Puskesmas
...........................Kabupaten Tangerang yang diperoleh pada tahun 2019 adalah sebesar Rp
2.401.571.448,00 atau (97,90%) dari target anggaran sebesar Rp 2.453.000.000,00.
Berikut adalah tabel Pendapatan Asli Daerah BLUD Puskesmas ............................
1. Pendapatan Kapitasi yang bersumber dari BPJS berdasarkan jumlah peserta yang
terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang
diberikan.
2. Pendapatan Non Kapitasi yang adalah klaim UPT Puskesmas ...........................kepada
BPJS berdasarkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan.
3. Pendapatan Retribusi yaitu pungutan retribusi jasa umum pelayanan kesehatan di UPT
Puskesmas .............................................................
Berikut ini adalah tabel Pendapatan Jasa Layanan Umum BLUD Puskesmas
...........................Tahun 2019 yang terdiri dari :
Tabel Realisasi Pendapatan Jasa Layanan Umum BLUD Puskesmas
............................................................
Tahun 2019 Un-Audited
2019 Un-Audited
Pendapatan Jasa
No Anggaran Murni Realisasi
Layanan Umum BLUD %
(Rp) (Rp)
1 Kapitasi 1.756.069.200 1.661.375.800 94,61
2 Non Kapitasi 202.960.400 143.978.648 70,94
3 Retribusi 493.970.400 596.217.000 120,70
Jumlah 2.453.000.000 2.401.571.448 97,90
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pencapaian realisasi Pendapatan Jasa Layanan Umum
BLUD UPT Puskesmas ...........................pada tahun 2019 mencapai (…….%). hal ini
dikarenakan ……………………………………….
Grafik Realisasi Pendapatan Jasa Layanan Umum BLUD
4.3
3.5
2.5
2. BELANJA
Belanja Operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari
SKPD/OPD yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja Operasi antara lain meliputi
belanja pegawai, belanja barang, bunga subsidi, hibah, bantuan sosial, dan bantuan
keuangan kepada propinsi/kabupaten/kota dan pemerintahan desa. Realisasi Belanja pada
UPT Puskesmas ...........................tahun 2019 terbagi menjadi dua yaitu Belanja Operasi
dan Belanja Modal. Realisasi belanja UPT Puskesmas ...........................pada tahun 2019
mencapai Rp 10.637.831.716,00 atau (94,32%) dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp
11.278.617.622,00. (NARASINYA GANTI SESUAI KEADAAN PKM)
15
10
a. Realisasi Belanja Operasi pada tahun 2019 mengalami peningkatan yang cukup
signifikan dibandingkan tahun 2018, hal ini dikarenakan bertambahnya jumlah
pegawai di UPT Puskesmas ............................................................, dan juga kenaikan
dari Tambahan Penghasilan PNS (TPP) yang berubah menjadi Tunjangan Pegawai
Berbasis Kinerja (TPBK). Kenaikan Belanja Operasi sebesar Rp. 3.943.952.079 atau
(3,67%)
Realisasi Belanja Modal sebesar Rp. 175.207.000,00 atau (87,39%) dari anggaran sebesar
Rp. 200.500.000,00. (NARASINYA GANTI SESUAI KEADAAN PKM)
Berikut adalah penjelasan dari Belanja Operasi dan Belanja Modal UPT Puskesmas
...........................tahun 2019.
1. Belanja Operasi
Realisasi Belanja Operasi Tahun 2019 sebesar Rp 10.637.831.716,00 atau
(94,32%) dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp 11.278.617.622,00 Belanja Operasi
terdiri dari:
2019 Un-Adited
Belanja Operasi Realisasi %
Anggaran (Rp)
UnAudited (Rp)
Belanja Pegawai 7.144.181.106 7.000.634.448 97,99
Belanja barang dan jasa 4.134.436.516 3.637.197.268 87,97
Jumlah Belanja 11.278.617.622 10.637.831.716 94,32
(BUKA LRA PERMENDAGRI )
1.1 Belanja Pegawai # NARASI GANTI
Realisasi Belanja Pegawai pada tahun 2019 mengalami kenaikan yang signifikan,
hal itu karena adanya perubahan nominal pada Tambahan Penghasilan PNS yang
mulai diberlakukannya Peraturan Gubernur Provinsi Banten Nomor : 2 Tahun 2019
tentang Standar Tarif Tambahan Penghasilan PNS Pemprov Banten, dan Surat
Keputusan Bupati Tangerang tentang pemberlakuan TPBK di wilayah Kabupaten
Tangerang pada tahun 2019. Belanja Pegawai dalam hal ini adalah Belanja Tidak
Langsung yang terealisasi sebesar Rp. 7.000.634.448,00 atau (97,99%) dari target
anggaran sebesar Rp. 7.144.181.106,00. Perbandingan realisasi Belanja Pegawai
pada tahun 2018 dan 2019 dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel Realisasi Belanja Tidak Langsung
tahun 2019 Un-audited dan 2018 Audited
2019 UnAdited 2018 Audited
Belanja Pegawai Realisasi %
Anggaran Realisasi
Un-Audited
(Rp) Audited (Rp)
(Rp)
Gaji dan Tunjangan 2.193.521.106 2.159.676.876 98,46 1.902.959.309
Tambahan Penghasilan
4.950.660.000 4.840.957.572 97,78 1.480.383.561
PNS
Total Belanja Pegawai 7.144.181.106 7.000.634.448 97,99 3.383.342.870
Adapun silpa dari belanja pegawai sebesar Rp. 143.546.658,00.Hal itu dikarenakan
…………………
1.2 Belanja Barang dan Jasa # NARASI GANTI
Sedangkan untuk realisasi Belanja Barang dan Jasa pada tahun 2019 mengalami
kenaikan sebesar 3,67% dibandingkan tahun 2018. Realisasi Belanja Barang dan Jasa
tahun 2018 sebesar Rp 3.310.536.767,00 atau (83,54%) dari anggaran yang
ditetapkan sebesar Rp 3.962.905.655,00 sedangkan pada Tahun 2019 sebesar Rp
3.637.197.268,00 atau (87,97%) dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp
4.134.436.516,00. Perbandingan Belanja Barang dan Jasa antara tahun 2018 dan 2019
dapat di lihat pada tabel di bawah ini :
Tabel Realisasi Belanja Barang dan Jasa
UPT Puskesmas ...........................Tahun 2019 Un-Audited
2019 Un-Audited
NO Belanja Barang dan Jasa
Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) %
1 Belanja Bahan Pakai Habis 3.000.000 3.000.000 100,00
2 Belanja Bahan/Material 4.000.000 4.000.000 100,00
3 Belanja Jasa Kantor 636.500.000 631.046.688 99,14
4 Belanja Perawatan Kendaraan Bermotor 20.000.000 18.900.000 94,50
5 Belanja Cetak dan Penggandaan 44.936.000 31.831.000 70,84
6 Belanja Makanan dan Minuman 311.425.000 311.425.000 100,00
7 Belanja Perjalanan Dinas - -
Belanja Pakaian Khusus dan Hari-hari
8 50.000.000 49.175.000 98,35
Tertentu
9 Belanja Pemeliharaan 7.000.000 5.668.300 80,98
10 Belanja Honorarium Non Pegawai 180.650.000 180.650.000 100,00
11 Belanja Honorarium PNS -
12 Belanja Honorarium Non PNS 78.406.250 78.406.250 100,00
13 Uang Extrafooding - - 94,50
14 Belanja Barang dan Jasa BLUD Puskesmas 2.798.519.266 2.323.095.030 70,84
Jumlah Belanja 4.134.436.516 3.637.197.268 87,97
(BUKA BUKU BESAR PERMENDAGRI PILIH REKAP BUKU BESAR PER REKENING
OBYEK BELANJA OPERASI>BARJAS)
Realisasi Belanja Barang dan Jasa pada UPT Puskesmas ...........................berasal dari dua
sumber pendanaan yaitu Dana APBD dan Dana Belanja BLUD yang terealisasi sebesar
Rp. 3.637.197.268,00. Berikut ini adalah penjelasan Belanja Barang dan Jasa berdasarkan
Sumber Pendanaan :
Tabel Belanja Barang dan Jasa yang bersumber dari dana APBD tahun 2019
2019 Un-Audited
No Uraian Anggaran Realisasi % Silpa
(Rp) (Rp)
Belanja Perangko, Materai dan
1 3.000.000 3.000.000 100,00 -
Benda Pos Lainnya
2 Belanja Bahan Pelatihan / Diklat 4.000.000 4.000.000 100,00 -
3 Belanja Telepon 4.800.000 1.941.062 40,44 2.858.938
4 Belanja Listrik 108.000.000 107.953.274 99,96 46.726
5 Belanja Faksimili / Internet 15.600.000 13.052.352 83,67 2.547.648
6 Belanja Transportasi 508.100.000 508.100.000 100,00 -
Belanja Perawatan Kendaraan
7 20.000.000 18.900.000 94,50 1.100.000
Dinas Jabatan/operasional
8 Belanja Penggandaan 7.236.000 7.236.000 100,00 -
9 Belanja Spanduk 3.300.000 2.000.000 60,61 1.300.000
10 Belanja Baligo/Banner 600.000 270.000 45,00 330.000
11 Belanja Cetakan Pakai Habis 33.800.000 22.325.000 66,05 11.475.000
Belanja Makanan dan Minuman
12 37.650.000 37.650.000 100,00 -
Rapat
Belanja Makanan dan Minuman
13 273.775.000 273.775.000 100,00 -
Kegiatan
14 Belanja Pakaian Batik Tradisional 50.000.000 49.175.000 98,35 825.000
Belanja Pemeliharaan Alat-alat
15 7.000.000 5.668.300 80,98 1.331.700
Laboratorium
Administrator/Verifikator/Operator
16 14.000.000 14.000.000 100,00 -
Database
17 Operator/Pengolah Data/Kearsipan 6.000.000 6.000.000 100,00 -
Tenaga Jasa Pelayanan Medis
18 58.406.250 58.406.250 100,00 -
Persalinan (Non PNS)
19 Tenaga Pengamanan 108.000.000 108.000.000 100,00 -
Tenaga Kebersihan
20 66.300.000 66.300.000 100,00 -
Gedung/Kantor
21 Operator/Pengolah Data 6.350.000 6.350.000 100,00
Jumlah 1.335.917.250 1.314.102.238 98,37 21.815.012
(BUKA LRA PERMENDAGRI PER REKENING RINCIAN OBYEK EKSPOR KE
EXL PILIH YG KODE REK 5120301 7 digit)
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa terdapat kegiatan yang penyerapan anggarannya
kurang optimal. Diantaranya adalah :
a) Penyerapan untuk belanja Telepon hanya 40,44%, walaupun realisasi sudah sesuai
dengan penggunaan rutin tiap bulan namun tingginya penganggaran dibandingkan
dengan kebutuhan menyebabkan terjadinya silpa sebesar Rp. 2.858.938,00.
b) Penyerapan untuk Belanja Faksimili / Internet terserap cukup optimal sebesar 83,67%,
dan lagi tingginya penganggaran dibandingkan dengan kebutuhan menyebabkan
terjadinya silpa sebesar Rp. 2.547.648,00
c) Belanja Cetak Pakai Habis menyisakan silpa sebesar Rp. 11.475.000,00 hal itu
merupakan efisiensi dari pembelanjaan.# NARASIKAN YG MENYISAKAN SILPA
YG BESAR)
Belanja Barang dan Jasa yang bersumber dari dana BLUD tahun 2019 terdiri dari
Belanja Pegawai BLUD dan Belanja Barang dan Jasa BLUD, yang terealiasi sebesar
Rp. 2.323.095.030,00. Berikut ini adalah tabel realisasinya :
Tabel Belanja Barang dan Jasa yang bersumber dari dana BLUD
2019 Un-Audited
N
Uraian Anggaran Realisasi %
o
(Rp) (Rp)
548.400.00
5 Belanja pegawai BLUD 548.400.000 100,00
0
6 Extra fooding
100.250.00
7 Belanja ATK 97.142.000 96,90
0
8 Belanja Alat Listrik dan elektronik 12.272.000 9.999.000 81,48
Belanja Peralatan Kebersihan dan Bahan
9 41.397.500 39.407.530 95,19
Pembersih
10 Belanja pengisian tabung pemadam kebakaran 2.050.624 1.272.000 62,03
11 Belanja Pengisian tabung gas 1.170.000 661.000 56,50
12 Belanja Pengisian tabung oksigen 1.620.000 1.450.000 89,51
13 Belanja Barang Habis Pakai Teknologi Informasi 4.500.000 2.210.000 49,11
14 Belanja Bahan Obat-obatan 60.944.000 42.830.200 70,28
117.450.00
15 Belanja Bahan Kimia 103.000.000 87,70
0
16 Belanja Bahan Habis Pakai Kesehatan 88.773.186 87.051.500 98,06
17 Belanja faximili / internet 1.250.000 1.500.000 120,00
18 Belanja sertifikasi 28.000.000 25.720.000 91,86
19 Belanja jasa laboratorium 4.800.000 4.095.000 85,31
20 Belanja Bahan Bakar Minyak / Gas dan Pelumas 33.200.000 20.645.250 62,18
21 Belanja Surat Tanda Motor Kendaraan 3.100.000 1.488.000 48,00
Belanja Perawatan Kendaraan Dinas Jabatan /
22
operasional
23 Belanja Cetak
24 Belanja Penggandaan 22.825.000 22.600.000 99,01
25 Belanja Makanan dan Minuman Kegiatan 20.000.000 12.750.000 63,75
26 Belanja makan minum tamu 16.500.000 10.780.000 65,33
27 Belanja makan minum pasien rawat inap 30.600.000 29.250.000 95,59
28 Belanja makan minum petugas jaga rawat inap 25.760.000 25.760.000 100,00
29 Belanja pakaian kerja lapangan 42.900.000 41.500.000 96,74
30 Belanja Perjalanan Dinas Dalam dan Luar Daerah 67.750.000 58.850.000 86,86
31 Pemeliharaan Kursi Tunggu
81,5
32 Pemeliharaan AC 16.000.000 13.050.000
6
33 Pemeliharaan mesin antrian
88,8
34 Pemeliharaan printer/scanner 2.250.000 2.000.000
9
92,8
35 Pemeliharaan genset 18.950.000 17.600.000
8
14,5
36 Pemeliharaan alat kedokteran umum 10.000.000 1.450.000
0
94,2
37 Pemeliharaan instalasi listrik 19.900.000 18.750.000
2
68,4
38 Pemeliharaan instalasi internet 10.000.000 6.845.000
5
97,3
39 Pemeliharaan Bangunan / Gedung 60.578.900 59.000.000
9
97,5
40 Pemeliharaan pagar 40.000.000 39.000.000
0
41 Pemeliharaan lemari
42 Pemeliharaan mesin pompa air
95,4
43 Pemeliharaan konstruksi jaringan air 19.900.000 19.000.000
8
82,0
44 Pemeliharaan Kalibrasi Alat Pengukuran 22.200.000 18.216.000
5
91,9
45 Pemeliharaan Alat-alat Kedokteran Gigi 12.000.000 11.028.400
0
98,3
46 Pemeliharaan IPAL 15.766.286 15.500.000
1
100,
47 Belanja jasa konsultasi pemeliharaan 4.050.000 4.050.000
00
48 Belanja Alat Kedokteran Umum
Belanja pengadaan sarana dan prasarana 37,5
49 4.000.000 1.500.000
promosi 0
Belanja Narasumber/Pembicara/Penceramah 71,0
50 11.400.000 8.095.000
semi pakar 1
Belanja Tenaga Jasa Medis Pelayanan / Jaminan 80,3
51 539.330.850 433.186.869
Kesehatan 2
Belanja Pendamping/Peserta Pendidikan dan 87,4
52 34.700.000 30.350.000
Pelatihan (DIKLAT) Kepegawaian 6
Belanja tenaga ahli ( pranata analis laboratorium
53
)
Belanja Jasa Tenaga 65,3
54 5.200.000 3.400.000
Ahli/Instruktur/Narasumber/Moderator/Fasilitato 8
r Non PNS
Belanja Tenaga Jasa Medis Pelayanan/Jaminan 74,3
55 359.882.312 267.412.281
Kesehatan Non PNS 1
100,
56 Belanja Petugas Kebersihan 15.300.000 15.300.000
00
100,
57 Belanja Petugas entry data 126.000.000 126.000.000
00
Belanja petugas opersional lapangan pekerjaan 100,
58 24.000.000 24.000.000
umum ( supir ambulance ) 00
2.323.095.03 87,7
Jumlah 2.646.920.658
0 7
( LIAT DI REKAP NPD BENDAHARA PENGELUARAN PERKODE REK BESAR)
Berdasarkan kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Tangerang No.
………………….tentang Pengakuan Aset terdapat Belanja Barang dan Jasa yang di akui
sebagai aset, diantaranta adalah :
#JIKA ADA BELANJA BARJAS YANG MENJADI ASET
2. Belanja Modal
Realisasi Belanja Modal pada tahun 2019 juga mengalami kenaikan sebesar 20,95%
dibandingkan tahun 2018. Guna memenuhi kebutuhan Sarana dan Prasarana dan juga
kebutuhan akan pemenuhan ASPAK, maka pembelanjaan Modal disesuaikan dengan
kebutuhannya. Pada tahun 2018 realisasi belanja modal tercatat sebesar Rp
109.999.800,00 dari anggaran sebesar Rp 114.500.000,00 atau (96,07%) sedangkan
pada tahun 2019 sebesar Rp 175.207.000,00 dari anggaran sebesar Rp 200.500.000,00
atau (87,39%). Perbandingan Belanja Modal antara tahun 2019 dan 2018 dapat di lihat
pada tabel dibawah ini : # (NARASI GANTI)
Belanja modal pada tahun 2019 bersumber dari satu kegiatan yaitu kegiatan Pelayanan
Kesehatan di Puskesmas dan Jaringannya atau Belanja BLUD. Berikut ini adalah rincian belanja
modal tahun anggaran 2019:
2019 Un-Audited
No Uraian %
Anggaran (Rp) Realisasi (Rp)
Pengadaan Mesin Finger
1 10.000.000 - -
Print
2 Pengadaan Generating set 30.000.000 28.500.000 95,00
3 Pengadaan Meja 1/2 biro 24.000.000 22.800.000 95,00
4 Pengadaan Gorden 17.000.000 16.975.000 99,85
5 Pengadaan Meja Komputer 12.000.000 11.940.000 99,50
6 Pengadaan Kipas Angin 4.500.000 3.300.000 73,33
7 Pengadaan Trolley barang 2.000.000 692.000 34,60
8 Pengadaan Laptop 32.000.000 30.400.000 95,00
Pengadaan Personal
9 20.000.000 18.700.000 93,50
Komputer
10 Pengadaan Printer 4.000.000 3.990.000 99,75
11 Pengadaan CCTV + Instalasi 15.000.000 14.740.000 98,27
12 Pengadaan Suction 3.000.000 3.000.000 100,00
13 Pengadaan Gynecolog Bed 10.000.000 7.260.000 72,60
14 Pengadaan Dopler 5.000.000 4.000.000 80,00
15 Pengadaan Lampu Sorot 4.000.000 2.200.000 55,00
16 Pengadaan Ruller Mixer 3.000.000 2.860.000 95,33
17 Pengadaan Kursi Plebotomi 5.000.000 3.850.000 77,00
Jumlah 200.500.000 175.207.000 87,39
Pada tahun 2019 mencapai 87,39%, pengadaan belanja Mesin Finger Print yang ridak
dapat di realisasikan dikarenakan UPTD Puskesmas ...........................sudah mendapatkan
Mesin Finger Print dari Dinas Kesehatan.
Dari Belanja Modal pada tahun 2019 dibedakan menjadi Belanja Modal yang menjadi
Aset dan Tidak menjadi Aset. Adapun rincian Belanja Modal yang menjadi aset dan tidak
menjadi aset dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel Belanja Modal yang Menjadi Aset dan tidak menjadi Aset
Aset Aset
2 Pengadaan Generating set 28.500.000 28.500.000
3 Pengadaan Meja 1/2 biro 22.800.000 22.800.000
4 Pengadaan Gorden 16.975.000 16.975.000
5 Pengadaan Meja Komputer 11.940.000 11.940.000
6 Pengadaan Kipas Angin 3.300.000 3.300.000
7 Pengadaan Trolley barang 692.000 692.000
8 Pengadaan Laptop 30.400.000 30.400.000
Pengadaan Personal
9 18.700.000 18.700.000
Komputer
10 Pengadaan Printer 3.990.000 3.990.000
11 Pengadaan CCTV + Instalasi 14.740.000 14.740.000
12 Pengadaan Suction 3.000.000 3.000.000
13 Pengadaan Gynecolog Bed 7.260.000 7.260.000
14 Pengadaan Dopler 4.000.000 4.000.000
15 Pengadaan Lampu Sorot 2.200.000 2.200.000
16 Pengadaan Ruller Mixer 2.860.000 2.860.000
17 Pengadaan Kursi Plebotomi 3.850.000 3.850.000
Jumlah
1. Terdapat kegiatan yang realisasi pembelanjaannya lebih kecil dari yang di anggarkan
dalam hal ini adalah pembayaran TPBK dengan sisa anggaran sebesar Rp.
109.702.428,00
2. Untuk belanja Cetak Pakai Habis pada Kegiatan BOK terdapat efisiensi pembelanjaan
dengan menyisakan silpa sebesar Rp. 11.475.000,00
3. Pengadaan Cetak Pakai Habis pada kegiatan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas dan
Jaringannnya yang tidak bisa dilaksanakan sampai dengan batas akhir tahun
anggaran.
1. PENDAPATAN-LO
Pendapatan-LO adalah hak UPT Puskesmas ...........................yang diakui sebagai
penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu
dibayar kembali yang diklasifikasikan menurut asal dan jenis pendapatan yaitu Pendapatan
Asli Daerah (PAD), Pendapatan Transfer, dan Lain-lain Pendapatan yang Sah, dengan
rincian sebagai berikut:
Tabel Rincian Realisasi Pendapatan LO UPT Puskesmas ...........................Tahun 2019
Kenaikan/
Uraian Saldo 2019 %
(Penurunan)
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LO 2.223.138.489,00 2.223.138.489,00 0,00
Adapun saldo masing-masing akun Pendapatan-LO Tahun 2019 dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LO
Rekening ini menggambarkan kondisi PAD pada Laporan Operasional untuk periode
tahun anggaran 2019 yaitu sebesar Rp 2.223.138.489,00 dengan rincian sebagai berikut:
Tabel Rincian Realisasi Pendapatan Asli Daerah LO UPT Puskesmas
...........................Tahun 2019
Kenaikan/
Uraian Saldo 2019 %
(Penurunan)
Dari Tabel diatas terlihat 2019 Jumlah Beban sebesar Rp 6.166.898.022,67 yang terdiri dari:
(1) Beban Pegawai-LO sebesar Rp 2.863.255.770,00 merupakan Belanja Pegawai yang
dibayarkan sepanjang tahun 2019 yang terdiri dari Gaji dan tunjangan serta Tambahan
Penghasilan PNS (TPP). Beban pegawai-LO dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel Beban Pegawai-LO tahun 2019
Tahun 2019
Beban Pegawai :
Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %
(2) Beban Barang dan Jasa merupakan penurunan manfaat ekonomi dalam periode pelaporan
yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau
timbulnya kewajiban akibat transaksi pengadaan barang dan jasa yang habis pakai,
perjalanan dinas, pemeliharaan termasuk pembayaran honorarium kegiatan kepada non
pegawai dan pemberian hadiah atas kegiatan tertentu terkait dengan suatu prestasi.
Terdapat Beban Barang dan Jasa senilai Rp. 2.724.168.200,67. Perincian Beban Barang
dan Jasa dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel Beban Barang dan Jasa
No Uraian Beban Barang dan Jasa Saldo
1 Beban Bahan Pakai Habis 52.001.611,02
2 Beban Persediaan Bahan/ Material 279.581.339,00
3 Beban Jasa Kantor 216.261.523,00
4 Beban Cetak dan Penggandaan 109.589.500,00
5 Beban Makanan dan Minuman 194.510.000,00
6 Beban Perjalanan Dinas 237.200.000,00
(3) Beban Penyusutan dan Amortisasi merupakan penurunan standar manfaat ekonomi atas
barang milik daerah yang digunakan dalam penyelenggaraan pemerintahan yang dihitung
berdasarkan klasifikasi masa manfaat dengan metode garis lurus tanpa nilai residu
berdasarkan kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Tangerang Adapun beban
penyusutan dan amortisasi tahun anggaran 2019 sebesar Rp 567.256.677,00.
Tabel Rincian Realisasi Beban Penyusutan dan Amortisasi Tahun 2019
AKUMULASI
NAMA ASET
PENYUSUTAN
TANAH 0,00
(5) Terdapat selisih pada beban barang dan jasa antara LO dan LRA senilai Rp.
2.007.334.192,00 yang merupakan akumulasi dari total penyusutan Aset Tetap Tahun
2019 senilai Rp. 2.574.590.869,00 di kurangi beban penyusutan tahun berjalan senilai Rp.
567.256.677,00.
3. Kegiatan Non Operasional
Pada Kegiatan Non operasional terdafat Defisit dari kegiatan Non Operasional lainnya-LO
Untuk Tahun Anggaran 2019 sebesar Rp 0,00
4. Surplus/Defisit-LO
Surplus/Defisit-LO adalah selisih antara Beban LO senilai Rp. 6.166.898.022,67 dengan
Pendapatan-LO sebesar Rp. 2.223.138.489,00. Maka Surplus/Defisit-LO per 31 Desember
2019 pada UPT Puskesmas ...........................adalah sebesar Rp (3.943.759.533,67).
5. Perbandingan Selisih Antara LRA dan LO
Tabel Rincian Selisih Antara LRA dan LO
Kode URAIAN LO LRA SELISIH
8 PENDAPATAN 2.223.138.489,00 2,210.558.489,00 12.580.000,00
Pendapatan Asli
8.1 - -
Daerah – LO
Pendapatan Transfer
8.2 - -
– LO
Lain-lain Pendapatan
8.3 daerah yang Sah –
LO
9 BEBAN 6.166.898.022,67 5.980.837.966,00 186.060.056,67
9.1.1 Beban Pegawai – LO 2.863.255.770,00 2.863.255.770,00 -
Beban Barang dan
9.1.2 2.724.168.200,67 3.117.582.196,00 393.413.995,33
Jasa
9.1.5 Beban Hibah
9.1.6 Beban Bantuan Sosial
Beban Penyusutan
9.1.7 567.256.677.00 - 567.256.677.00
dan Amortisasi
Beban Penyisihan
9.1.8
Piutang
9.1.9 Beban Lain-lain 12.217.375,00 12.217.375,00
Beban Transfer Bagi
9.2.1
Hasil Pajak Daerah
Beban Transfer Bagi
9.2.2 Hasil Pendapatan
Lainnya
Beban Transfer
Bantuan Keuangan ke
9.2.3
Pemerintah Daerah
Lainnya
Beban Transfer
9.2.4 Bantuan Keuangan ke
Desa
Beban Transfer
9.2.5 Bantuan Keuangan
Lainnya
Beban Transfer Dana
9.2.6
Otonomi Khusus
SURPLUS/DEFISIT
(3.943.759.533,67) (3.770.279.477,00) (173.480.056,67)
DARI OPERASI
POS LUAR BIASA
Pendapatan Luar
8.5.1
Biasa – LO
6.1.1 Beban Luar Biasa
9.4.1 Beban Luar Biasa
SURPLUS/DEFISIT
DARI POS LUAR
BIASA
SURPLUS/DEFISIT
(3.943.759.533,67) (3.770.279.477,00) (173.480.056,67)
– LO
Berikut ini adalah penjelasan Perbandingan Selisih antara LRA dan LO di antaranya adalah :
a. Terdapat selisih antara LRA dan LO sebesar RP. 12.580.000,00 yang merupakan
Piutang Pendapatan yang di bayarkan pada bulan Januari 2018.
Tabel Rekap Piutang Pendapatan UPT Puskesmas ...........................tahun 2019
CLAIM
NO BULAN TERVERIFIKASI Piutang
RITP/PERSALINAN/PNC
1 JANUARI 10.435.000,00 - -
2 FEBRUARI 12.305.000,00 12.260.000,00 -
3 MARET 17.955.000,00 19.355.000,00 -
4 APRIL 18.345.000,00 - -
5 MEI 14.615.000,00 14.250.000,00 -
6 JUNI 16.860.000,00 - -
7 JULI 15.760.000,00 12.690.000,00 2.570.000,00
8 AGUSTUS 7.630.000,00 7.630.000,0,0 -
9 SEPTEMBER 15.545.000,00 15.345.000,00 -
10 OKTOBER 12.550.000,00 12.250.000,00 -
11 NOVEMBER 10.625.000,00 615.000,00 10.010.000,00
12 DESEMBER 13.335.000,00 13.085.000,00 -
TOTAL 165.960.000,00 99.850.000,00 12.580.000,00
Yang termasuk dalam piutang yang di bayarkan pada bulan Januari 2018 adalah klaim
Dana Non Kapitasi pada Bulan November sebesar Rp. 10.010.000,00 dan klaim pada
bulan Juli sebesar Rp. 2.570.000,00 total Dana Piutang yang dibayarkan pada bulan
Januari 2018 sebesar Rp. 12.580.000,00
b. Terdapat selisih antara LRA dan LO pada Beban Barang dan Jasa senilai Rp.
393.413.995,33 yang merupakan penjumlahan dari Belanja Barang dan Jasa yang
menjadi aset sebesar Rp. 186.755.000,00 ditambah dengan Stock Opname Persediaan
sebesar Rp. 466.407.506,35 dikurangi dengan Mutasi Persediaan dari Dinas Kesehatan
sebesar Rp. 259.768.511,02.
c. Terdapat selisih antara LRA dan LO sebesar Rp. 567.256.677.00 yang merupakan beban
penyusutan aset pada tahun 2019.
Tabel Akumulasi Penyusutan pada tahun 2019
dengan nilai Ekuitas Akhir Rp 5.497.290.925,35. Dibawah ini Rician Realisasi Laporan
Perubahan Ekuitas Tahun 2019 sebagai berikut :
Tabel Rincian Realisasi Laporan Perubahan Ekuitas UPT Puskesmas
...........................Tahun 2019
Berdasarkan Laporan Perubahan Ekuitas tahun 2019 dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Saldo Awal Ekuitas tahun 2019 sebesar Rp. 0,00 dikarenakan UPT Puskesmas
...........................merupakan tahun pertama melakukan kebijakan keuangan sebagai
BLUD.
2. Surplus/Defisit-LO adalah selisih antara Beban LO senilai Rp. 6.166.898.022,67 dengan
Pendapatan-LO sebesar Rp. 2.223.138.489,00. Maka Surplus/Defisit-LO per 31
Desember 2019 pada UPT Puskesmas ...........................adalah sebesar Rp
(3.943.759.533,67).
3. Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan Mendasar di sebabkan sebagai
berikut:
a. Koreksi Nilai Persediaan sebesar 259.768.511,02 dengan rincian sebagai berikut :
Tabel koreksi nilai persediaan
NO URAIAN SALDO
1 Persediaan Alat Tulis Kantor 5.034.600,00
2 Persediaan Barang Cetakan 71.835.500,00
Persediaan peralatan
3 34.773.387,02
kesehatan
Persediaan Bahan obat-
4 136.623.653,00
obatan
5 Persediaan Bahan kimia 11.501.371,00
6 TOTAL 259.768.511,02
b. Perhitungan Mutasi Masuk dan Keluar & Koreksi Aset Tetap sebesar Rp.
4.882.489.714,00 merupakan perhitungan penambahan dan pengurangan aset untuk
tahun 2019.
Tabel Perhitungan Mutasi Masuk dan Keluar & Koreksi Aset Tetap
No Uraian Mutasi (+) Mutasi (-) Saldo
Aset Lancar
Aset Tetap
87%
Aset lainnya
a. Aset Lancar
Aset lancar terdiri dari kas dan setara kas dan aset yang diharapkan segera dapat
direalisasikan, dipakai atau dimiliki untuk dijual kembali dalam waktu 12 (dua belas)
bulan sejak tanggal pelaporan. Aset lancar Pada UPT Puskesmas ...........................per
31 Desember 2019 adalah sebesar Rp 906.723.840,35. Daftar Aset lancar yang
dimiliki oleh UPT Puskesmas ...........................per tanggal 31 Desember 2019 dapat
dilihat pada tabel berikut dibawah ini .
Tabel Aset Lancar Per 31 Desember 2019
Aset Lancar: Total 2019
Kas Bendahara Penerimaan 0,00
Kas Bendahara Pengeluaran 32.787,00
Persediaan 466.407.506,35
JUMLAH 906.723.840,35
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa masih ada persediaan pada UPT Puskesmas
...........................dengan rincian sebagai berikut :
b. Aset Tetap
Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai kriteria sebagaimana diatur dalam
kebijakan akuntansi. Aset tetap per 31 Desember 2019 sebesar Rp 7.000.157.953,00
yang merupakan mutasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, dan mengalami
akumulasi penyusutan senilai Rp. 2.574.590.869,00 sehingga diperoleh Saldo Akhir
Senilai Rp. 4.425.567.084,00. Rincian Aset tetap UPT Pusesmas ...........................
dapat dilihat pada tabel berikut :
Rincian Aset Tetap Tahun 2019
Saldo Mutasi ( -
Aset Tetap Mutasi (+ ) Saldo Akhir
Awal )
Tanah 0.00 80.000.000,00 0.00 80.000.000,00
2.410.475.085,0 2.410.475.085,0
Peralatan dan Mesin 0.00 0.00
0 0
4.509.682.868,0 4.509.682.868,0
Gedung dan Bangunan 0.00 0.00
0 0
Jalan, Irigasi, dan
0.00 0.00 0.00 0.00
Jaringan
Aset Tetap Lainnya 0.00 0.00 0.00 0.00
7.000.157.953,0 7.000.157.953,0
Jumlah Aset Tetap 0.00
0 0
(2.574.590.869, (2.574.590.869,
Akumulasi Penyusutan 0.00 0.00
00) 00)
4.425.567.084,0 4.425.567.084,0
Total 0.00 0.00
0 0
Mutasi Aset tetap Tahun 2019 berdasarkan Jenisnya kami Uraikan sebagai berikut :
b.1. Aset Tanah
Tabel Aset Tanah per 31 Desember 2019 sebesar Rp 80.000.000,00
Mutasi Mutasi
No Aset Tetap Saldo Akhir
Masuk (+) Keluar (-)
Tanah Bangunan
1 80.000.000,00 0,00 80.000.000,00
Puskesmas
Aset Peralatan dan Mesin Tahun 2019 sebesar Rp 2.410.475.085,00. Aset Peralatan
dan Mesin Tahun 2019 pada tabel berikut :
Aset Peralatan dan Mesin Tahun 2019 sebesar Rp 2.410.475.085,00 yang terdiri dari
mutasi tambah dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang senilai 2.321.916.035,00
dan realisasi belanja modal yang menjadi aset tetap pada tahun 2019 sebesar Rp.
88.559.050,00.
b.3. Gedung dan Bangunan
Saldo Gedung dan Bangunan per 31 Desember 2019 sebesar Rp 4.509.682.868,00
dengan rincian sebagai berikut:
Tabel Rincian Gedung dan Bangunan Tahun 2019
Mutasi Masuk Mutasi
No Nama Aset Saldo Akhir
(+) Keluar (-)
Gedung dan
1 4.509.682.868,00 0,00 4.509.682.868,00
Bangunan
2 TOTAL 4.509.682.868,00 0,00 4.509.682.868,00
Aset Gedung dan Bangunan pada tahun 2019 sebesar Rp 4.509.682.868,00 yang
terdiri dari Mutasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang sebesar Rp.
4.322.907.868,00 dan Realisasi Belanja Modal pada tahun 2019 sebesar Rp.
186.775.000,00.
Saldo Aset Tetap Jalan, Irigasi dan Jaringan tahun 2019 sebesar Rp 0,00.
TANAH 0.00
PERALATAN MESIN 1.375.796.290.00
JUMLAH 2.574.590.869.00
c. Aset Lainnya
Saldo Aset Lainnya per 31 Desember 2019 sebesar Rp 165.000.000,00 merupakan
mutasi tambah dari Dinas Kesehatan berupa Aset Kondisi Rusak Berat/Hilang/Lainnya.
2. Kewajiban
Kewajiban adalah hutang yang timbul dari setiap peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran sumber daya ekonomi Pemerintah.Saldo Kewajiban per 31 Desember
2019 tidak ada. Saldo Kewajiban Jangka Pendek per 31 Desember 2019 tidak ada
3. Ekuitas Dana
Ekuitas Dana adalah kekayaan bersih UPT Puskesmas ...........................yang terdiri dari
Koreksi Nilai Persediaan, Perhitungan Mutasi Masuk dan Keluar & Koreksi Aset Tetap,
Penyesuaian Akumulasi Penyusutan Aset Tetap dan Koreksi Ekuitas Lainnya. Saldo Ekuitas
Dana per 31 Desember 2019 sebesar Rp 5.497.290.925,35
5. PENGUNGKAPAN LAINNYA
Tidak terdapat Rekomendasi dan Tindak Lanjut Temuan BPK RI
BAB V
PENUTUP
Dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi dari BLUD Puskesmas
...........................mutlak diperlukan akuntabilitas kinerja sebagai wujud dari pertanggungjawaban
kepada publik. Hal ini menuntut komitmen seluruh komponen jajaran dalam rangka pencapaian
visi dan misi yang telah ditetapkan.
Dari seluruh pencapaian kinerja yang telah kami sampaikan pada Tahun Anggaran 2019
dapat kami nyatakan bahwa selama Tahun Anggaran 2019 meskipun ada hambatan dalam
pelaksanaan penyerapan anggaran, namun secara keseluruhan program kerja yang ada di BLUD
Puskesmas ...........................berjalan lancar dan telah dapat dilaksanakan dengan mengacu pada
rencana, walaupun ada beberapa kegiatan yang rendah dalam penyerapannya dikarenakan
berbagai tekhnis.
Keberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan tersebut tidak lepas dari dukungan dan
partisipasi dari segenap potensi dan komponen masyarakat, kerja keras dan komitmen segenap
staf BLUD Puskesmas ...........................yang kesemuanya diarahkan untuk menaikkan taraf
kesehatan mayarakat di wilayah BLUD Puskesmas ...........................khusunya, dan masyarakat
Kabupaten Tangerang pada umumnya.
Berbagai permasalahan dan hambatan yang terjadi selama Tahun 2019 baik yang
disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal telah diupayakan pemecahannya melalui
koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang serta instansi terkait, agar program
yang digariskan itu dapat berjalan sesuai dengan rencana.
Namun, kami menyadari belum sepenuhnya permasalahan yang timbul selama Tahun 2019
dapat terselesaikan, untuk itu akan kami upayakan perbaikan-perbaikan sehingga diperoleh
solusi sebaik-baiknya.
Tigaraksa, Januari 2018
Kepala BLUD Puskesmas
............................................................
Kabupaten Tangerang
Dr Elni Handayani
LAMPIRAN :
LRA RINCIAN OBJEK
BERITA ACARA EVALUASI LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2019
BERITA ACARA HASIL REKONSILIASI DATA ASET TETAP
BERITA ACARA STOCK OPNAME
BERITA ACARA CASH OPNAME
UMPAN BALIK PIUTANG PENDAPATAN
STS BENDAHARA PENGELUARAN
REKENING KORAN