Pengertian Sentralisasi (Bahan)

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 27

Pengertian Sentralisasi, Desentralisasi, dan Dekonsentrasi:

8:20 PM
Indonesia adalah negara kesatuan. Di dalam konsepsi negara kesatuan,
kedaulatan adalah tunggal. Maksudnya di sini adalah di dalam negara
tersebut tidak ada kedaulatan yang menjadi hak atau dimiliki oleh
kesatuan – kesatuan pemerintahan di dalamnya. Sekalipun ada kesatuan
– kesatuan pemerintahan di dalam pemerintahan pusat, mereka tidak
memiliki kekuasaan untuk membentuk UU/UUD. Hal tersebut sangat
berbeda dengan negara federal, dimana negara – negara bagian
mempunyai kekuasaan untuk membentuk UUD/UU.

Dimulai dari sentralisasi, kita kupas sedikit mengenai hal ini. Apa itu
sentralisasi? Apa hubungannya dengan pemerintahan? Jelas sangat
berhubungan. Secara etimologis, sentralisasi berasal dari bahasa inggris
yang berasal dari kata centre yaitu pusat atau tengah. Menurut B.N.
Marbun dalam bukunya Kamus Politik mengatakan bahwa sentralisasi
yang pahamnya kita kenal dengan sentralisme adalah pola kenegaraan
yang memusatkan seluruh pengambilan keputusan politik ekonomi, sosial
di satu pusat.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa sentralisasi adalah penyerahan


kekuasaan serta wewenang pemerintahan sepenuhnya kepada
pemerintah pusat. Pemerintah pusat di sini maksudnya adalah presiden
dan Dewan Kabinet. Kewenangan yang dimaksud adalah kewenangan
politik dan kewenangan administrasi. Kewenangan politik adalah
kewenangan membuat dan memutuskan kebijakan sedangkan
kewenangan administrasi adalah kewenangan melaksanakan kebijakan.

Kelemahan dari sistem sentralisasi adalah suatu kebijakan dan keputusan


– keputusan untuk daerah berada di pusat, sehingga butuh waktu yang
lama untuk melakukan itu. Selain itu, karena semua bentuk pemerintahan
berada di pusat, maka akan memberikan beban kerja yang tinggi karena
pekerjaan rumah tangga yang akan semakin menumpuk. Contoh dari
sentralisasi saat ini adalah pada lembaga keamanan negara yaitu TNI,
melaksanakan perlindungan terhadap Indonesia memalui tiga titik yaitu
udara, darat dan laut. Selain itu adalah Bank Indonesia yang menjadi
pusat pengaturan segala kebijakan moneter dan fiskal.

Desentralisasi

Secara etimologi desentralisasi berasal dari bahasa latin, yaitu ‘de’ yang
berarti lepas, dan ‘centrum’ yang berarti pusat. Decentrum berarti
melepas dari pusat. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang dari
pusat kepada daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri, namun
tidak untuk semua hal, kemananan, hukum dan kebijakan fiskal adalah
beberapa hal yang masih terpusat, namun ada pendelegasian kepada
daerah.

Menurut UU Nomor 5 Tahun 1974, desentralisasi adalah penyerahan


urusan pemerintah dari pusat kepada daerah. Pelimpahan wewenang
kepada Pemerintahan Daerah, semata- mata untuk mencapai suatu
pemerintahan yang efisien.

Pelimpahan wewenang tersebut menghasilkan otonomi. Otonomi itu


sendiri adalah kebebasan masyarakat yang tinggal di daerahnya itu
sendiri untuk mengatur dan mengurus kepentingannya sendiri. Secara
sederhana, pelimpahan wewenang pusat kepada daerah menjadi apa
yang disebut desentralisasi dan bentuk penerapannya adalah adanya
otonomi tersebut.

Segala hal yang telah pusat berikan, yaitu wewenang dan tanggung jawab
yang diserahkan menjadi tanggung jawab daerah baik politik
pelaksanaannya, rencana, pembiayaan, dan pelaksanaan adalah
wewenang dan tanggung jawab daerah itu sendiri.

Contoh dari desentralisasi salah satunya adalah di intansi dinas yang ada
di daerah, misalnya Dinas Pendidikan yang mengatur bagaimana pola –
pola pendidikan, Dinas Perikanan yang mengatur bagaimana potensi
perikanan yang ada di suatu daerah, dan lain-lain.
Desentralisasi menurut Rondinelli mencakup dekosentrasi, devolusi,
pelimpahan pada lembaga semi otonom (delegasi), dan pelimpahan
fungsi pemerintahan tertentu pada lembaga non-pemerintah (privatisasi).
Dekonsentrasi merupakan bentuk dari sentralisasi dan juga desentralisasi,
ada pelimpahan wewenang di sini, tapi tak seluas desentralisasi. Menurut
Harold F. Aldelfer (19964:176) menjelaskan bahwa pelimpahan wewenang
dalam bentuk dekonsentrasi semata – mata menyusun unit administrasi
atau field administration, baik tunggal ataupun ada dalam hierarki, baik
itu terpisah atau tergabung, dengan perintah mengenai apa yang
seharusnya mereka kerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Tidak ada
kebijakan yang dibuat di tingkat lokal serta tidak ada keputusan
fundamental yang diambil. Badan pusat memiliki semua kekuasaan dalam
dirinya sementara pejabat lokal merupakan bawahan sepenuhnya dan
mereka hanya menjalankan perintah.

Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang administrasi dari


pemerintah pusat kepada pejabat di daerah. Perlu digaris bawahi,
pelimpahan wewenang di sini adalah hanya sebatas wewenang
administrasi, untuk wewenang politik tetap dipegang oleh pemerintah
pusat.

Pejabat di daerah yang dimaksud adalah para orang – orang diangkat oleh
pemerintah pusat yang kemudian ditempatkan di daerah – daerah
tertentu. Pada dekosentrasi, wewenang yang diberikan adalah sebatas
wewenang administrasi yaitu implementasi kebijkan publik sedangkan
kebijakan politiknya tetap berada di pusat. Karena itu, pejabat yang
diangkat oleh pemerintah pusat tersebut dalam menjalankan seluruh
tugas yang dia emban di suatu daerah, bertanggung jawab bukan kepada
masyarakat yang dilayaninya, melainkan bertanggung jawab kepada
pejabat pusat yang telah mengangkatnya atau menyerahkan wewenang
kepadanya. Salah satu contoh dari dekonsentrasi adalah kantor pelayanan
pajak. Dimana intansi tersebut tetap dalam status pusat namun para
pejabatnya ditempatkan di beberapa daerah.
dikutip dari :http://djangka.com/2012/04/30/sentralisasi-desentralisasi-dan-dekonsentrasi-
suatu-pengertian/

THE POLITICAL VOICES

Minggu, 08 April 2012

KONSEP SENTRALISASI, DESENTRALISASI, DEKONSENTRASI, DAN


TUGAS PEMBANTUAN

KONSEP SENTRALISASI, DESENTRALISASI, DEKONSENTRASI, DAN TUGAS


PEMBANTUAN

Pemerintah menerapkan konsep Otonomi Daerah dalam penyelenggaraan


pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan harapan agar
pemerintah daerah dapat mengelola daerahnya sendiri dengan lebih baik, efisien, adil, dan
merata untuk mencapai tujuan negara. Selain itu, otonomi daerah juga diterapkan dalam
rangka tercapainya suatu bangsa yang lebih demokratis dan sistem pemerintahan yang
lebih responsif. Dimana dalam pelaksanaannya, otonomi daerah tidak akan terlepas dari
konsep sentralisasi, desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan yang
keseluruhannya merupakan satu rangkaian kesatuan (kontinum).

A. Sentralisasi

Sentralisasi adalah pemusatan semua kewenangan pemerintahan (politik dan


administrasi) pada pemerintah pusat. Dimana kewenangan administrasi adalah kewenangan
melaksanakan kebijakan, sedangkan kewenangan politik, yaitu kewenangan membuat
kebijakan.

B. Desentralisasi

Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Bab I Pasal 1


ayat 7, Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

JHA Logemann membagi desentralisasi menjadi dua macam, yaitu:

1. Dekonsentrasi atau desentralisasi jabatan, yaitu pelimpahan kekuasaan dari alat


perlengkapan negara tingkatan lebih atas kepada bawahannya guna melancarkan tugas
pemerintah. Misalnya, pelimpahan menteri kepada gubernur, dari gubernur kepada
bupati/walikota, dan seterusnya secara berjenjang.

2. Desentralisasi ketatanegaraan atau desentralisasi politik, yaitu pelimpahan kekuasaan


perundangan dan pemerintahan kepada daerah-daerah otonom dalam lingkungannya.
Dalam desentralisasi politik rakyat dengan menggunakan dan memanfaatkan saluran-
saluran tertentu (perwakilan) ikut serta di dalam pemerintahan, dengan batas wilayah
masing-masing. Desentralisasi ini dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Desentralisasi Teritorial (Kewilayahan), yaitu penyerahan kekuasaan untuk mengatur dan


mengurus rumah tangganya sendiri (autonomie), batas pengaturannya adalah daerah.
Desentralisasi teritorial mengakibatkan adanya otonomi pada daerah yang menerima
penyerahan. Dimana daerah otonom tersebut dapat menentukan sendiri kebijakan
daerahnya, kecuali kebijakan dalam bidang:

1. Politik Luar Negeri

2. Pertahanan

3. Keamanan

4. Peradilan

5. Moneter

6. Fiskal

7. Agama
yang merupakan kajian wewenang pemerintah pusat.

b. Desentralisasi Fungsional, yaitu pelimpahan kekuasaan untuk mengatur dan mengurusi


fungsi tertentu. Batas pengaturan ini adalah jenis fungsi.

Konsep desentralisasi secara umum dapat dikategorikan ke dalam dua perspektif


utama, yakni perspektif desentralisasi politik dan perspektif desentralisasi administratif
(desentralisasi birokrasi). Perspektif desentralisasi politik mendefinisikan desentralisasi
sebagai devolusi kekuasaan (devolution of power), dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah. Sementara perspektif desentralisasi administrasi mendefinisikan
desentralisasi sebagai delegasi wewenang administratif (administrative authority), dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah atau disebut juga dengan dekonsentrasi.
Adanya perbedaan antara kedua perspektif dalam mendefinisikan desentralisasi tersebut,
telah memiliki implikasi pada perbedaan dalam merumuskan tujuan utama yang hendak
dicapai. Perspektif desentralisasi politik menekankan bahwa tujuan utama dari desentralisasi
adalah untuk mewujudkan demokratisasi di tingkat lokal sebagai persamaan politik,
akuntabilitas lokal, dan kepekaan lokal. Di sisi lain, Perspektif desentralisasi administrasi
lebih menekankan pada aspek efisiensi penyelenggaraan pemerintah daerah dan
pembangunan ekonomi di daerah, sebagai tujuan utama dari desentralisasi. Selain memiliki
beberapa perbedaan mendasar, Perspektif desentralisasi politik dan desentralisasi
administrasi juga memiliki persamaan, yakni kedua perspektif desentralisasi tersebut
mendudukkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai bagian dari faktor penentu bagi
pencapaian tujuan desentralisasi.

Menurut Smith (1985) desentralisasi memiliki ciri-ciri:

1. Penyerahan wewenang untuk melaksanakan fungsi pemerintahan tertentu dari pemerintah


pusat kepada daerah otonom.

2. Fungsi yang diserahkan dapat dirinci atau merupakan fungsi yang tersisa (residual
function).

3. Penerima wewenang adalah daerah otonom.

Sumber:

Arenawati. 2011.  Bahan Ajar Administrasi Pemerintahan Daerah: Sejarah, Konsep, dan Praktik Otonomi

Daerah. Serang.
Romli, Lili. 2007. Potret Otonomi Daerah dan Wakil Rakyat di Tingkat Lokal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Widjaja, HAW. 2007.  Penyelenggaraan otonomi di Indonesia dalam rangka Sosialisasi UU No. 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta: RajaGrafindo Persada

Pengertian Sentralisasi, Desentralisasi, Dekonsentrasi (Lengkap)


Oleh Yugi AlDiposting pada 2018-03-01

Sentralisasi, Desentralisasi, Dekonsentrasi – Salah satu materi dalam pelajaran Pendidikan


Pancasila dan Kewarganegaraan adalah mengenai sentralisasi, desentralisasi dan
dekonsentrasi.

Dalam suatu pemerintahan di negara butuh kerjasama yang bagus dalam kekuasaan,
pelimpahan dan pembagian wewenang antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah
supaya tercapai kondisi yang baik (good condition).

Nah biar tercapainya kondisi yang baik tadi, pemerintah memiliki pengaturan wewenang.
Sekarang dikenal ada 3 wewenang dalam sistem pemerintahan di Indonesia, yaitu :

1. Asas Sentralisasi
2. Asas Desentralisasi

3. Asas Dekonsentrasi

Biar kalian paham mengenai 3 asas atau sistem yang masih/pernah berlaku di Indonesia
tersebut, Eduspensa.id akan bahas mengenai :

Pengertian Sentralisasi
Pengertian Desentralisasi
Pengertian Dekonsentrasi
Kelebihan dan Kekurangan
Serta Contohnya biar lebih paham

Yang pertama kita bahas dulu mengenai sentralisasi.

Daftar Isi

 A. Pengertian Sentralisasi
o Kelebihan Asas Sentralisasi

o Kekurangan Sistem Sentralisasi

o Contoh Sistem Sentralisasi

 B. Pengertian Desentralisasi

o Kelebihan Asas Desentralisasi

o Kekurangan Asas Desentralisasi

o Contoh Asas Desentralisasi

 C. Pengertian Dekonsentrasi

o Kelebihan Asas Dekonsentrasi

o Kekurangan Asas Dekonsentrasi

o Contoh Sistem Dekonsentrasi

o Sebarkan ini:

A. Pengertian Sentralisasi

Apa itu sentralisasi?

Sentralisasi adalah sebuah penyerahan kekuasaan dan juga wewenang pemerintahan secara
penuh kepada pemerintah pusat.

Pemerintah yang dimaksud dalam asas tersebut merupakan Presiden dan Dewan Kabinet.
Sedangkan yang dimaksud dengan wewenang adalah kewenangan politik serta kewenangan
administrasi.

Kewenangan politik merupakan sebuah kewenangan yang membuat dan juga memutuskan
kebijakan, sedangkan yang dimaksud dengan kewenangan administrasi adalah sebuah
kewenangan dalam melaksanakan kebijakan.
Kelebihan Asas Sentralisasi

Ada beberapa keunggulan dari sistem sentralisasi ini, diantaranya :

 Totaliterisme penyelenggaraan pendidikan


 Keseragaman manajemen, sejak dalam aspek perencanaan, pengelolaan, evaluasi, hingga
model pengembangan sekolah dan pembelajaran.

 Keseragaman pola pembudayaan masyarakat

 Organisasi menjadi lebih ramping dan efisien, karena seluruh aktivitas organisasi terpusat
sehingga pengambilan keputusan lebih mudah.

 Perencanaan dan pengembangan organisasi lebih terintegrasi.

 Pengurangan redundancies aset dan fasilitas lain, dalam hal ini satu aset dapat dipergunakan
secara bersama-sama tanpa harus menyediakan aset yang sama untuk pekerjaan yang
berbeda-beda.

Kekurangan Sistem Sentralisasi

 Kebijakan dan keputusan pemerintah daerah dihasilkan oleh orang-orang yang berada di
pemerintah pusat sehingga waktu untuk memutuskan suatu hal menjadi lebih lama
 Kualitas manusia yang robotic, tanpa inisiatif dan kreatifitas.

 Melahirkan suatu pemerintah yang otoriter sehingga tidak mengakui akan hak-hak daerah.

 Kekayaan nasional, kekayaan daerah telah dieksploitasi untuk kepentingan segelintir elite
politik.

 Mematikan kemampuan berinovasi yang tidak sesuai dengan pengembangan suatu


masyarakat demokrasi terbuka.

Contoh Sistem Sentralisasi

 Bagian lembaga keamanan Negara seperti TNI melindungi NKRI dari tiga titik pusat yaitu
udara, darat dan laut.
 Bank Indonesia, yang menjadi pusat dari semua pengaturan kebijakan moneter dan juga
fiskal.

B. Pengertian Desentralisasi

Apa itu desentralisasi?


Desentralisasi adalah penyerahan kebijakan dari pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah supaya mengatur rumah tangganya sendiri, namun tidak untuk semua hal, keamanan,
hukum dan kebijakan merupakan beberapa hal yang masih terpusat namun tetap ada
pendelegasian kepda daerah.

Menurut UU Nomor 5 Tahun 1974 :

Desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintah dari pusat kepada daerah. Pelimpahan
wewenang kepada Pemerintahan Daerah, semata- mata untuk mencapai suatu pemerintahan
yang efisien. Pelimpahan wewenang tersebut menghasilkan otonomi. Otonomi itu sendiri
adalah kebebasan masyarakat yang tinggal di daerahnya itu sendiri untuk mengatur dan
mengurus kepentingannya sendiri.

Kesimpulannya adalah delegasi (pelimpahan atau pemberian) kewenangan pemerintah pusat


ke pemerintah daerah = Desentralisasi.

Bentuk aplikasi Desentralisasi = Otonomi. Kewenangan dan tanggung jawab jadi milih
daerah itu sendiri, baik dari segi implementasi kebijakan, perencanaan dan pendanaan.

Kelebihan Asas Desentralisasi

Dalam prakteknya, asas desentralisasi sebagai sistem penyelenggaraan pemerintah di daerah


memiliki beberpaa kelebihan seperti :

 Struktur organisasnya merupakan pendelegasian wewenang dan memperingan manajemen


pemerintah pusat
 Mengurangi bertumpuknya pekerjaan di pusat pemerintah

 Pemerintah daerah tak perlu menunggu instruksi dari pusat untuk menuntaskan masalah

 Hubungan antar pemerintah pusat dengan daerah dapat meningkatkan gairah kerja

 Efisien dalam segala hal

 Mengurangi Biokrasi dalam arti buruk karena keputusan dapat segera dilaksanakan

Kekurangan Asas Desentralisasi

Ada juga kelemahan dari asas desentralisasi, diantaranya :

 Besarnya organ pemerintahan sehingga membuat struktur pemerintahan menjadi tambah


kompleks dan bisa mengakibatkan lemahnya koordinasi.
 Keseimbangan dan kesesuaian antara macam-macam kepentingan daerah mudah terganggu.

 Desentralisasi teritorial mendorong timbulnya paham kedaerahan.


 Keputusan yang diambil memerlukan waktu yang lama karena biasanya terlalu banyak
berunding.

 Memerlukan biaya yang besar dan sulit untuk memperoleh keseragaman dan
kesederhanaan.

Contoh Asas Desentralisasi

 Dinas Pendidikan menjadi pengatur bagaimana pola pendidikan yang akan dijalankan.

C. Pengertian Dekonsentrasi

Apa sih itu asas dekonsentrasi

Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang administrasi dari suatu pemerintah pusat


kepada pejabat daerah. Pelimpahan wewenang hanya sebagai kewenangan administrasi saja,
untuk kewenangan politik tetap di tangan pemerintahan pusat. Jadi Dekonsentrasi bisa
dikatakan sebagai kombinasi antara sentralisasi dan desentralisasi.

Kelebihan Asas Dekonsentrasi

Ada beberapa kelebihan dari asas dekonsentrasi, diantaranya :

 Secara politis eksistensi dekonsentrasi akan dapat mengurangi keluhan di daerah terhadap
kebijakan pemerintah pusat.
 Memungkinkan terjadinya kontak secara langsung antara pemerintah dengan rakyat.

 Kehadiran perangkat dekonsentrasi di daerah dapat mengamankan pelaksanaan kebijakan


pemerintah pusat atau nasional di bidang politik, ekonomi dan administrasi.

 Dapat menjadi alat yang efektif untuk menjadmin persatuan dan kesatuan nasional.

Kekurangan Asas Dekonsentrasi

 Struktur pemerintahan bertambah kompleks sehingga koordinasi semakin sulit.


 Keseimbangan dan keserasian antara bercamam – macam kepentingan daerah lebih mudah
terganggu.

 Mendorong timbulnya fanatisme daerah.

 Keputusan yang diambil relative lama.

 Biaya yang dibutuhkan besar.


Contoh Sistem Dekonsentrasi

 Presiden melimpahkan semua wewenang ke Gubernur untuk melaksanakan ASEAN GAMES


yang akan diselenggarakan di daerahnya.
 Pelayanan Pajak di Kantor Pajak

Delegasi, Devolusi, dan Privatisasi !

Diposkan oleh Nang Dina di 00:32


Delegasi
Delegasi adalah suatu pelimpahan wewenang dan tanggung jawab formal kepada orang lain
untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Ada alasan mengapa diperlukan pendelegasian, yaitu :
1. Memungkinkan atasan dapat mencapai lebih dari pada mereka menangani setiap tugas
sendiri.
2. Agar organisasi dapat berfungsi lebih efisien.
3. Atasan dapat memusatkan tenaga kepada suatu tugas yang lebih diprioritaskan.
4. Dapat mengembangkan keahlian bawahan sebagai suatu alat pembelajaran dari kesalahan.
5. Karena atasan tidak mempunyai kemampuan yang dibutuhkan dalam pembuatan
keputusan.
Dibawah ini adalah prinsip – prinsip klasik yang dapat dijadikan dasar untuk delegasi yang
efektif :
1. Prinsip scalar.
2. Prinsip kesatuan perintah.
3. Tanggung jawab, wewenang, dan akuntabilitas.
Yang memungkinkan gagalnya delegasi, yaitu:
1. Atasan merasa lebih jika mereka tetap mempertahankan hak pembuatan keputusan.
2. Atasan tidak ingin ambil resiko kalau saja bawahannya salah ataupun gagal dalam
menjalankan wewenangnya.
3. Atasannya kurang atau tidak percaya kepada bawahannya.
4. Atasan takut apabila seorang bawahannya melakukan tugas dengan sangat baik dan efektif,
sehingga dapat mengancam posisinya sebagai atasan.
5. Bawahan tidak menerima dengan alasan dapat menambah tanggung jawab yang sudah
diterima.
6. Bawahan takut tidak dapat menjalankan tugas – tugas dengan benar dan dikatakan gagal.
7. Bawahan merasa tertekan apabila dilimpahkan tanggung jawab yang lebih besar.

Devolusi
Devolusi adalah penyerahan tugas-tugas dan fungsi-fungsi kepada tingkat-tingkat sub
nasional dari pemerintah yang mempunyai tingkat otonomi tertentu dalam melaksanakan
tugas-tugas dan fungsi-fungsi tersebut.

Privatisasi
Privatisasi (istilah lain: denasionalisasi) adalah proses pengalihan kepemilikan dari milik
umum menjadi milik pribadi. Lawan dari privatisasi adalah nasionalisasi.

Gambaran Umum

Privatisasi sering diasosiasikan dengan perusahaan berorientasi jasa atau industri, seperti
pertambangan, manufaktur atau energi, meski dapat pula diterapkan pada aset apa saja,
seperti tanah, jalan, atau bahkan air.

Secara teori, privatisasi membantu terbentuknya pasar bebas, mengembangnya kompetisi


kapitalis, yang oleh para pendukungnya dianggap akan memberikan harga yang lebih
kompetitif kepada publik. Sebaliknya, para sosialis menganggap privatisasi sebagai hal yang
negatif, karena memberikan layanan penting untuk publik kepada sektor privat akan
menghilangkan kontrol publik dan mengakibatkan kualitas layanan yang buruk, akibat
penghematan-penghematan yang dilakukan oleh perusahaan dalam mendapatkan profit.

SENTRALISASI, DESENTRALISASI, DEKONSENTRASI DAN TUGAS


PEMBANTUAN
1. SENTRALISASI
Sentralisasi merupakan kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu Center yang artinya
adalah Pusat atau Tengah. Menurut B.N Marbun dalam bukunya Kamus Politik mengatakan
bahwa sentralisasi yang paham nya kita kenal dengan sentralisme adalah pola kenegaraan
yang memusatkan seluruh pengambilan keputusan politik ekonomi, social di satu pusat.
Sentralisasi pemerintahan adalah suatu prinsip, asas ataupun pendekatan dalam menjalankan
sistem pemerintahan di mana baik proses pembuatan kebijakan atau strategis yang
pelaksanaan kegiatan, maupun pembiayaan terhadapnya dilaksanakan atau menjadi
tanggungjawab Pemerintah Pusat
2. DESENTRALISASI
Roninellli dan Nellis (1986:5) mendefinisikan Densentralisasi dari perspektif administrasi
sebagai pengalihan tanggungjawab untuk perencanaan, manajemen dan bidang-bidang unit
instansi pemerintah, unit dibawah atau tingkat pemerintah, otoritas publik semi otonom
publik atau swasta, area diluarnya, wewenang regional .
Desentralisasi adalah Suatu prinsip, asas, ataupun pendekatan dalam menjalankan sistem
pemerintahan dimana baik proses pembuatan kebijakan (strategis, namun terbatas),
pelaksanaan kegiatan, maupun pembiayaan terhadapnya dilaksanakan atau menjadi
tanggungjawab Daerah.
Dennis A. Rondinelli dan G. Shabbir Cheema mengemukakan 4 bentuk Desentralisasi yakni;
Deconcentration (dekosentrasi), Delegation to Semi-Autonomous/Parastatal Organization
(delegasi atau parastatal), Devolution (devolusi), Transfer of function from Government to
Nongoverment Institutions
a. Dekonsentrasi: Desentralisasi dekosentrasi pada prinsipnya merupakan bentuk
desentralisasi nir ekstensif (kurang luas) lebih kepada pergeseran beban kerja dari kantor-
kantor pusat departemen pemerintah kepada pejabat staff yang berkantor di luar ibukota
negara. Terbuka kemungkinan tidak diberinya wewenangan memutuskan bagaimana fungsi-
fungsi yang diemban atau dibebankan kepadanya seharusnya dilaksanakan. Namun juga
dimungkinkan pelaksanaan dekosentrasi secara lebih ekstensif melalui pembentukan sistem
“Field administration” dengan pemberian kebebasan kepada staff atau pejabat setempat
membuat keputusan rutin serta menyuarakan implementasi kebijakan sesuai dengan kondisi
lokal. Dalam hal ini sedikit banyak pemerintah pusat masih memberi kerangka pedoman
pelaksanaan.
b. Delegasi: Melimpahkan kewenangan manajerial dan pembuatan keputusan, khususnya
dalam menjalankan fungsi-fungsi publik khusus atau tertentu pada organisasi-organisasi
tertentu yang hanya dikontrol secara tidak langsung oleh departemen pusat. Tidak jarang,
dalam menjalankan fungsi-fungsi yang dibebankan kepadanya ternyata organisasi
mempunyai tingkatan yang lebih independen. Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah merupakan contoh desentralisasi pada tingkatan delegasi.
Dalam praktek sistem pemerintahan seringkali dikenal sebagai tugas pembantuan atau
Medebewind, dimana pemerintah pusat membuat kebijakan dan menyediakan anggarannya.
Untuk pelaksanaan kegiatan diserahkan sepenuhnya kepada aparat dan staff pemerintah
daerah mempertanggungjawabkan keberhasilannya kepada pemerintah pusat dan
mendelegasikan kekuasaan pelaksanaan program tersebut kepada daerah.
c. Devolusi: Devolusi merupakan bentuk desentralisasi tertinggi, desentralisasi paling
extensif. Prinsip-prinsipnya meliputi: pemberian otonomi penuh dan kebebasan tertentu pada
pemerintah daerah, serta kontrol yang relatif kecil dari pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah; pemerintah daerah memiliki wilayah yang kewenangan hukumnya jelas dan berhak
menjalankan segala kewenangan guna melaksanakan fungsi-fungsi publik dan pemerintah;
pemerintah daerah diharuskan memberikan kekuasaan yang cukup untuk menggali sumber-
sumber yang diperlukan untuk dapat menjalankan semua fungsi-fungsinya baik dalam
pelayanan publik dan pemerintahan atau politik; pemerintah daerah sebagai institusi yang
dikembangkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dan menyediakan pelayanan optimal
dapat bermanfaat, serta sebagai satuan pemerintahan yang masyarakatnya mempunyai hak
untuk mempengaruhi keputusan-keputusannya. Namun sayangnya bentuk desentralisasi
devolusi ini jarang dipraktekkan di Indonesia, juga di negara-negara berkembang.
d. Transfer fungsi/penyerahan pemerintahan kepada Nongovernment Institution
Desentralisasi bentuk ini diberikan melalui perencanaan dan tanggungjawab administratif,
fungsi-fungis publik dari pemerintah ke pada tenaga sukarela (voluntary), swasta, lembaga-
lembaga non pemerintah. Dalam kasus tertentu pemerintah melakukan transfer perencanaan
dan tanggungjawab administratif kepada organisasi di luar pemerintah secara paralel.
Misalkan kepada industri nasional dan asosiasi perdagangan, organisasi profesional atau
organisasi gerejawi, partai-partai politik, koperasi-koperasi. Hak yang diberikan dapat berupa
ijin, peraturan, pengawasan anggota mereka di dalam melakukan fungsi-fungsi yang
sebelumnya dikontrol oleh pemerintah.
3. DEKONSENTRASI
Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil
pemerintah dan atau kepada instansi vertikal tertentu. Dana dekonsentrasi adalah dana berasal
dari APBN yang dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan dekosentrasi, tidak termasuk dana
yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat ke daerah.
4. TUGAS PEMBANTUAN

Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa, dari
pemerintah provinsi kepada kabupaten, atau kota dan/atau desa, serta dari pemerintah
kabupaten, atau kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu dengan kewajiban
melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan.Dana
Tugas Pembantuan (TP) adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh daerah
dan desa yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan
tugas pembantuan.
Wewenang, Delegasi dan Desentralisasi
December 6th, 2011 • Related • Filed Under

Nama : Dhani Safitri


Kelas : 1DB11
Npm : 31111981

Pengertian Wewenang , Kekuasaan Dan Pengaruh


Wewenang merupakan syaraf yang berfungsi sebagai penggerak daripada kegiatan-kegiatan.
wewenang yang ada pada diri seseorang yang bersifat formal harus didukung pula dengan
wewenang yang bersifat informal, untuk mendapatkan kerjasama yang baik dengan bawahan.
Disamping itu juga wewenang juga tergantung pada kemampuan ilmu pengetahuan,
pengalaman dan kepemimpinan. Wewenang berfungsi untuk menjalankan kegiatan-kegiatan
yang ada dalam organisasi. Wewenang dapat diartikan sebagai hak untuk melakukan sesuatu
atau memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tercapai
tujuan tertentu. Wewenang merupakan hasil delegasi atau pelimpahan wewenang dari atasan
ke bawahan dalam suatu organisasi. Dua pandangan yang saling berlawanan tentang sumber
wewenang, yaitu:
1. Teori formal (pandangan klasik)
Wewenang merupakan anugrah, ada karena seseorang diberi atau dilimpahi hal tersebut.
Beranggapan bahwa wewenang berasal dari tingkat masyarakat yang tinggi. Jadi pandangan
ini menelusuri sumber tertinggi dari wewenang ke atas sampai sumber terakhir, dimana untuk
organisasi perusahaan adalah pemilik atau pemegang saham.
2. Teori penerimaan (acceptance theory of authority)
Wewenang timbul hanya jika dapat diterima oleh kelompok atau individu kepada siapa
wewenang tersebut dijalankan. Pandangan ini menyatakan kunci dasar wewenang oleh yang
dipengaruhi (influencee) bukan yang mempengaruhi (influencer). Jadi, wewenang tergantung
pada penerima (receiver), yang memutuskan untuk menerima atau menolak.
Kekuasaan sering dicampur adukkan dengan wewenang, padahal keduanya berbeda. Bila
wewenang adalah hak untuk melakukan sesuatu, maka kekuasaan adalah kemampuan untuk
melakukan hak tersebut. Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi individu,
kelompok, keputusan atau kejadian. Wewenang tanpa kekuasaan atau kekuasaan tanpa
wewenang akan menyebabkan konflik dalam organisasi.
Chester Barnard mengatakan bahwa seseorang bersedia menerima komunikasi yang bersifat
kewenangan bila memenuhi :
• Memahami komunikasi tersebut
• Tidak menyimpang dari tujuan organisasi
• Tidak bertentangan dengan kepentingan pribadi
• Mampu secara mental dan phisik untuk mengikutinya
Agar wewenang yang dimiliki oleh seseorang dapat ditaati oleh bawahan maka diperlukan
adanya :
1. Kekuasaan (power), yaitu kemampuan untuk melakukan hak tersebut dengan cara
mempengaruhi individu, kelompok, keputusan. Menurut jenisnya kekuasaan dibagi menjadi
dua yaitu :
• Kekuasaan posisi (position power) yang didapat dari wewenang formal, besarnya ini
tergantung pada besarnya pendelegasian orang yang menduduki posisi tersebut.
• Kekuasaan pribadi (personal power) berasal dari para pengikut dan didasarkan pada
seberapa besar para pengikut mengagumi, respek dan merasa terikat pada pimpinan.
Menurut sumbernya wewenang dibagi menjadi :
• Kekuasaan balas jasa (reward power) berupa uang, suaka, perkembangan karier dan
sebagainya yang diberikan untuk melaksanakan perintah atau persyaratan lainnya.
• Kekuasaan paksaan (Coercive power) berasal dari apa yang dirasakan oleh seseorang bahwa
hukuman (dipecat, ditegur, dan sebagainya) akan diterima bila tidak melakukan perintah.
• Kekuasaan sah (legitimate power) Berkembang dari nilai-nilai intern karena seseorang
tersebut telah diangkat sebagai pemimpinnya.
• Kekuasaan pengendalian informasi (control of information power) berasal dari pengetahuan
yang tidak dipercaya orang lain, ini dilakukan dengan pemberian atau penahanan informasi
yang dibutuhkan.
• Kekuasaan panutan (referent power) didasarkan atas identifikasi orang dengan pimpinan
dan menjadikannya sebagai panutan.
• Kekuasaan ahli (expert power) yaitu keahlian atau ilmu pengetahuan seseorang dalam
bidangnya.
Menurut David McClelland ada dua sisi wewenang, yaitu sisi positif ditandai dengan
perhatian pada pencapaian tujuan bersama atau kelompok. Manajer disini berusaha
mendorong bawahannya untuk mengembangkan kekuatan kekuatan dan kecakapannya, baik
secara individu maupun kelompok. Sisi negative memandang bahwa dengan kekuasaan
berarti menguasai orang lain yang lebih lemah, jadi memandang seseorang sebagai pesuruh
saja.
Batasan-batasan internal dan eksternal untuk wewenang dan kekuasaan.
 Internal
 Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga organisasi
 Anggaran (budget)
 Kebijaksanaan, peraturan, dan prosedur
 Deskripsi jabatan
 v Eksternal
 Undang-undang dan peraturan-peraturan pemerintah.
 Perjanjian kerja kolektif.
 Perjanjian dengan dealer, suplier, dan pelanggan.
2. Tanggung jawab dan akuntabilitas tanggung jawab ( responsibility) yaitu kewajiban untuk
melakukan sesuatu yang timbul bila seorang bawahan menerima wewenang dari atasannya.
Akuntability yaitu permintaan pertanggung jawaban atas pemenuhan tanggung jawab yang
dilimpahkan kepadanya. Yang penting untuk diperhatikan bahwa wewenang yang diberikan
harus sama dengan besarnya tanggung jawab yang akan diberikan dan diberikan kebebasan
dalam menentukan keputusan-keputusan yang akan diambil.
3. Pengaruh (influence) yaitu transaksi dimana seseorang dibujuk oleh orang lain untuk
melaksanakan suatu kegiatan sesuai dengan harapan orang yang mempengaruhi. Pengaruh
dapat timbul karena status jabatan, kekuasaan dan menghukum, pemilikan informasi lengkap
juga penguasaan saluran komunikasi yang lebih baik.

Struktur Lini dan Staff


meskipun struktur lini sesuai untuk kebanyakan organisasi, khususnya organisasi yang kecil,
tapi tidak efektif untuk organisasi yang lebih besar. Dimana struktur organisasi lini dan staff
memainkan perannya. Lini dan struktur menggabungkan struktur lini dimana informasi dan
persetujuan berasal dari atas ke bawah, dengan dukungan dan spesialisasi staf departemen.
Stuktur organisasi lini dan staff lebih terpusat. Manajer lini dan staff memiliki otoritas pada
bawahannya. Pada jenis stuktur organiasai ini, proses pengambilan keputusan menjadi lebih
lambat karena lapisan dan panduan yang tipikal, dan jangan melupakan formalitas
didalamnya.
Wewenang Lini , Staf Dan Fungsional
Wewenang lini, adalah wewenang dimana atasan melakukannya atas bawahannya langsung.
Yaitu atasan langsung memberi wewenang kepada bawahannya, wujudnya dalam wewenang
perintah dan tercermin sebagai rantai perintah yang diturunkan ke bawahan melalui tingkatan
organisasi.
Wewenang staf, adalah hak yang dipunyai oleh satuan-satuan staf atau para spesialis untuk
menyarankan, memberi rekomendasi, atau konsultasi kepada personalia ini. Kualifikasi yang
harus dipenuhi oleh orang yang duduk sebagai taf yaitu dengan menganalisa melalui metode
kuisioner, metode observasi, metode wawancara atau dengan menggabungkan ketiganya.
Baishline mengajukan enam pokok kualifikasi yang harus dipengaruhi oleh seorang staf
yaitu:
1. Pengetahuan yang luas tempat diamana dia bekerja
2. Punya sifat kesetiaan tenaga yang besar, kesehatan yang baik, inisiatif, pertimbangan yang
baik dan kepandaian yang ramah.
3. Punya semangat kerja sama yang ramah
4. Kestabilan emosi dan tingkat laku yang sopan.
5. Kesederhanaan
6. Kemauan baik dan optimis

Kualifikasi utama yaitu memiliki keahlian pada bidangnya dan punya loyalitas yang tinggi.
Konsekkuensi organisasi yang menggunakan staf yaitu menambah biaya
administrasi struktur orgasisasi menjadi komplek dan kekuasaan, tanggung jawab serta
akuntabilitas. yaitu memiliki keahlian pada bidangnya dan punya loyalitas yang tinggi.
Wewenang staf Yaitu hak para staf atau spesialis untuk menyarankan, memberi rekomendasi
konsultasi pada personalia yang tinggi, Hal yang perlu diperintahkan dalam mendelegasikan
suatu kegiatan kepada orang yang ditujuk yaitu:
• Menetapkan dan memberikan tujuan serta kegiatan yang akan dilakukan
• Melimpahkan sebagian wewenangnya kepada orang yang di tunjuk
• Orang yang ditunjuk mempunyai kewajiban dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan
agar tercapainya tujuan.
• Menerima hasil pertanggung jawaban bawahan atas kegiatan yang dilimpahkan.
wewenang staf fungsional, adalah hubungan terkuat yang dapat dimiliki staf dengan satuan-
satuan lini.
Chester Bamard mengatakan bahwa seseorang bersedia menerima komunikasi yang bersifat
kewenangan bila memenuhi:
1.Memahami komunikasi tersebut
2.tidak menyimpang dari tujuan organisasi
3.tidak bertentangan dengan kepeningan pribadi
4.Mampu secara mental dan fisik untuk mengikutinya
Agar wewenang yang dimiliki oleh seseorang dapat di taati oleh bawahan maka diperlukan
adannya.
Kekuasaan ( power ) yaitu kemampuan untuk melakukan hak tersebut, dengan cara
mempengaruhi individu, kelompok, keputusan. Menurut jenisnya kekuasaan dibagi menjadi 2
yaitu:
1.Kekuasaan posisi ( position power ) yang didapat dari wewenang formal, besarnya ini
tergantung pada besarnya pendelegasian orang yang menduduki posisi tersebut.
2.Kekuasaan pribadi ( personal power ) berasal dari para pengikut dan didasarkan pada
seberapa besar para pengikut mengagumi, respek dan merasa terikat pada pimpinan.
Pendelegasian Wewenang
Pendelegasian wewenang diperlukan agar manajer dapat menggunakan dan memanfaatkan
sumber–sumber daya ekonomi yang dimiliki secara optimal. Hal ni berarti semakin
diperlukan adanya pendelegasian kekuasaan, yang berarti bahwa pendelegasian wewenang
prosesnya selalu di ikuti dengan pembebanan tugas dan tanggung jawab.
Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam melakukan pendelegasian wewenang itu
meliputi tiga tahap penting yaitu :
Tahap Pertama,
Manajer menetapkan tanggung jawab. Hal ini mimbulkan tanggung jawab sekaligus
kewajiban orang lain untuk melaksanakan tugas yang diberikan.
Tahap Kedua,
Manajer memberi wewenangan untuk berbuat sesuatu. Yaitu hak melakukan sesuatu dengan
berbagai cara yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas yang diberikan.
Tahap Ketiga,
Manajer membuat suatu pertanggung jawaban. Dalam menerima tugas karyawan yang
berkewajiban secara langsung pada manajer, menyelesaikan tugas yng sudah disepakati.

MENGAPA PENDELEGASIAN DIPERLUKAN


Ada beberapa alasan atau latar belakang mengapa pendelegasiaan wewenang harus dilakukan
:
1. Kemampuan Seorang Pemimpin yang Terbatas.
Hal ini sesuai dengan sifat kodrat manusia yang memiliki keterbatasan-keterbatasan.
Keahlian seseorang manapun pintarnya, pasti memiliki keterbatasan kemampuan.
2. Tugas yang Terlalu Banyak
Tugas pimpinan yang terlalu banyak jika hanya ditangani sendiri oleh satu orang, maka dapat
berakibat pekerjaan tidak dapat diselesaikan secara cepat atau efektif dan efisien.

Penyelesaian yang terlalu lama ini mengandung resiko-resiko antara lain :


Hilangnya kesempatan untuk melakukan pekerjaan penting lainya.
Perkembangan perusahaan dapat terlambat.
Timbul kekecewaan bagi para pelanggan karena lamanya penyelesaian pekerjaan.
Biaya-biaya yang relatif tinggi.
Hasil pekerjaan relatif sedikit.

MANFAAT DAN HAMBATAN PENDELEGASIAN


Keuntungan utama adalah bahwa semakin banyak tugas yang didelegasikan, semakin besar
peluang mereka untuk mencari dan menerima lebih banyak tanggung jawab dari manajer
tingkat yang lebih tinggi. Keuntungan lainya dari delegasi adalah membantu karyawan untuk
menerima mempratekan tanggung jawab yang diberikan.
Hal utama yang menghambat proses pendelegasian adalah keengganan dari seseorang
pimpinan. Keengganan ini bisa ditimbulkan oleh beberapa alasan :
• Pimpinan kurang yakin akan kemampuan karyawan.
• Merasa mampu untuk mengerjakanya sendiri.
• Kurang memiliki kemampuan untuk mendidik kader.
• Takut wewenangnya akan berkurang atau bawahan melakukan tugas dengan baik.
• Tidak mau menanggung risiko.

DELEGASI YANG EFEKTIF


Pendelegasian wewenang efektif adalah pemberian wewenang dan memperbolehkan orang
lain untuk melakukan tugas mereka dengan cara – cara terbaik yang mungkin dilakukan.
James F. Stoner, dkk berpandangan bahwa ada tiga persyaratan yang harus dipenuhi agar
proses pendelegasian dapat berjalan dengan efektif :
• Kesediaan manajer untuk memberikan kebebasan kepada karyawan untuk menyelesaikan
tugas yang didelegasikan.
• Komunikasi terbuka antara manajer dan karyawan.
• Kemampuan manajer untuk menganalisi faktor-faktor seperti sasaran organisasi,
persyaratan tugas, dan kemampuan karyawan.
Persyaratan diatas sangat penting untuk melaksanakan tugas pendelegasian secara efektif
sebagai berikut :
Memutuskan pekerjaan mana yang akan didelegasikan.
Keputusan siapa yang akan ditugaskan.
Dukungan sumber daya.
Tugas didelegasikan.
Perlunya campur tangan.
Melakukan umpan balik.

PRINSIP-PRINSIP PENDELEGASIAN
Prinsip-prinsip pendelegasian dapat diperinci menjadi beberapa prinsip sebagai berikut ;
• Prinsip Sklar.
Prinsip pendelegasian dimana jalur wewenang dan tanggung jawab ditetapkan secara tegas
dan jelas.
• Prinsip Delegasi Penuh.
Prinsip ini dalam rangka menghindari hal – hal sbb :
Gap, yaitu ada tugas tidak ada penanggung jawabnya.
Overlap, yaitu tanggung jawab diberikan lebih dari satu orang.
Split, yaitu tanggung jawab diberikan lebih dari satu unit organisasi
Prinsip Kesatuan Pemerintah.
Bawahan hanya melapor kepada satu atasan.

Sentralisasi Versus Desentralisasi


A.Istilah dan Pengertian Sentralisasi :
Sentralisasi adalah memusatkan seluruh wewenang atas segala urusan yang menyangkut
pemerintahan kepada tingkat pusat.. Sentralisasi banyak digunakan pada pemerintahan lama
di Indonesia sebelum adanya otonomi daerah. Bahkan pada zaman kerajaan, pemerintahan
kolonial, maupun di zaman kemerdekaan.Istilah sentralisasi sendiri sering digunakan dalam
kaitannya dengan kontrol terhadap kekuasaan dan lokasi yang berpusat pada satu titik.
Dewasa ini, urusan- urusan yang bersifat sentral adalah :
• Luar Negri
• Peradilan
• Hankam
• Moneter dalam arti mencetak uang, menentukan nilai uang, dan sebagainya.
• Pemerintahan Umum

B. Istilah dan Pengertian Desentralisasi


Desentralisasi sebenarnya adalah istilah dalam keorganisasian yang secara sederhana di
definisikan sebagai penyerahan kewenangan. Dalam kaitannya dengan sistem pemerintahan
Indonesia, desentralisasi akhir-akhir ini seringkali dikaitkan dengan sistem pemerintahan
karena dengan adanya desentralisasi sekarang menyebabkan perubahan paradigma
pemerintahan di Indonesia
Desentralisasi di bidang pemerintahan adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah Pusat
kepada satuan organisasi pemerintahan di wilayah untuk meyelenggarakan segenap
kepentingan setempat dari sekelompok penduduk yang mendiami wilayah tersebut.
Dengan demikian, prakarsa, wewenang,dan tanggung jawab mengenai urusan yang
diserahkan pusat menjadi tanggung jawab daerah , baik mengenai politik pelaksanaannya,
perencanaan, dan pelaksanaannya maupun mengenai segi pembiayaannya. Perangkat
pelaksananya adalah perangkat daerah itu sendiri.
Desentralisasi juga dapat diartikan sebagai pengalihan tanggung jawab, kewenangan, dan
sumber-sumber daya (dana, manusia dll) dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah.
Menurut UU Nomor 5 Tahun 1974, desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintah dari
pusat kepada daerah. Pelimpahan wewenang kepada Pemerintahan Daerah, semata- mata
untuk mencapai suatu pemerintahan yang efisien.
Tujuan dari desentralisasi adalah :
• mencegah pemusatan keuangan;
• sebagai usaha pendemokrasian Pemerintah Daerah untuk mengikutsertakan rakyat
bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pemerintahan.
• Penyusunan program-program untuk perbaikan sosial ekonomi pada tingkat local sehingga
dapat lebih realistis.
Desentralisasi dapat dilakukan melalui empat bentuk kegiatan utama, yaitu:
• Dekonsentrasi wewenang administratif
Dekonsentrasi berupa pergeseran volume pekerjaan dari departemen pusat kepada
perwakilannya yang ada di daerah tanpa adanya penyerahan atau pelimpahan kewenangan
untuk mengambil keputusan atau keleluasaan untuk membuat keputusan.
• Delegasi kepada penguasa otorita
Delegasi adalah pelimpahan pengambilan keputusan dan kewewenangan manajerial untuk
melakukan tugas –tugas khusus kepada suatu organisasi yang secara langsung berada di
bawah pengawasan pusat.
• Devolusi kepada pemerintah daerah
Devolusi adalah kondisi dimana pemerintah pusat membentuk unit-unit pemerintahan di luar
pemerintah pusat dengan menyerahkan sebagian fungsi-fungsi tertentu kepada unit-unit itu
untuk dilaksanakan secara mandiri. Devolusi adalah bentuk desentralisasi yang lebih
ekstensif untuk merujuk pada situasi di mana pemerintah pusat mentransfer kewenangan
kepada pemerintah daerah dalam hal pengambilan keputusan , keuangan dan manajemen.
• Pemindahan fungsi dari pemerintah kepada swasta
Yang di sebut sebagai pemindahan fungsi dari pemerintahan kepada swasta atau privatisasi
adalah menyerahkan beberapa otoritas dalam perencanaan dan tanggung jawab admistrasi
tertentu kepada organisasi swasta.
C. Dampak Positif dan Negatif Sentralisasi
• Segi Ekonomi
Dari segi ekonomi, efek positif yang di berikan oleh sistem sentralisasi ini adalah
perekonomian lebih terarah dan teratur karena pada sistem ini hanya pusat saja yang
mengatur perekonomian. Sedangkan dampak negatifnya adalah daerah seolah-olah hanya di
jadikan sapi perahan saja dan tidak dibiarkan mengatur kebijakan perekonomiannya masing-
masing sehingga terjadi pemusatan keuangan pada Pemerintah Pusat.
• Segi Sosial Budaya
Dengan di laksanakannya sistem sentralisasi ini, perbedaan-perbadaan kebudayaan yang
dimiliki bangsa Indonesia dapat di persatukan.Sehingga, setiap daerah tidak saling
menonjolkan kebudayaan masing-masing dan lebih menguatkan semboyan Bhinneka Tunggal
Ika yang di miliki bangsa Indonesia .
Sedangkan dampak negatif yang di timbulkan sistem ini adalah pemerintah pusat begitu
dominan dalam menggerakkan seluruh aktivitas negara. Dominasi pemerintah pusat terhadap
pemerintah daerah telah menghilangkan eksistensi daerah sebagai tatanan pemerintahan lokal
yang memiliki keunikan dinamika sosial budaya tersendiri, keadaan ini dalam jangka waktu
yang panjang mengakibatkan ketergantungan kepada pemerintah pusat yang pada akhirnya
mematikan kreasi dan inisiatif lokal untuk membangun lokalitasnya.
• Segi Keamanan dan Politik
Dampak positif yang dirasakan dalam penerapan sentralisasi ini adalah keamanan lebih
terjamin karena pada masa di terapkannya sistem ini, jarang terjadi konflik antar daerah yang
dapat mengganggu stabilitas keamanan nasional Indonesia. Tetapi, sentralisasi juga
membawa dampak negatif dibidang ini. Seperti menonjolnya organisasi-organisasi
kemiliteran. Sehingga, organisasi-organisasi militer tersebut mempunyai hak yang lebih
daripada organisasi lain.
Dampak positif yang dirasakan di bidang politik sebagai hasil penerapan sistem sentralisasi
adalah pemerintah daerah tidak harus pusing-pusing pada permasalahan yang timbul akibat
perbedaan pengambilan keputusan, karena seluluh keputusan dan kebijakan dikoordinir
seluruhnya oleh pemerintah pusat. Sehingga keputusan yang dihasilkan dapat terlaksana
secara maksimal karena pemerintah daerah hanya menerima saja.
Sedangkan dampak negatifnya adalah terjadinya kemandulan dalam diri daerah karena hanya
terus bergantung pada keputusan yang di berikan oleh pusat. Selain itu, waktu yang
dihabiskan untuk menghasilkan suatu keputusan atau kebijakan memakan waktu yang lama
dan menyebabkan realisasi dari keputusan tersebut terhambat.
D. Dampak Positif dan Negatif Desentralisasi
• Segi Ekonomi
Dari segi ekonomi banyak sekali keuntungan dari penerapan sistem desentralisasi ini dimana
pemerintahan daerah akan mudah untuk mengelola sumber daya alam yang dimilikinya,
dengan demikian apabila sumber daya alam yang dimiliki telah dikelola secara maksimal
maka pendapatan daerah dan pendapatan masyarakat akan meningkat. Seperti yang
diberitakan pada majalah Tempo Januari 2003 “Desentralisasi: Menuju Pengelolaan
Sumberdaya Kelautan Berbasis Komunitas Lokal”.
Tetapi, penerapan sistem ini membukan peluang yang sebesar-besarnya bagi pejabat daerah
(pejabat yang tidak benar) untuk melalukan praktek KKN. Seperti yang dimuat pada majalah
Tempo Kamis 4 November 2004 ( www.tempointeraktif.com ) “ Desentralisasi Korupsi
Melalui Otonomi Daerah”.
“Setelah Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam, resmi menjadi tersangka korupsi pembelian
genset senilai Rp 30 miliar, lalu giliran Gubernur Sumatera Barat Zainal Bakar resmi sebagai
tersangka kasus korupsi anggaran dewan dalam APBD 2002 sebesar Rp 6,4 miliar, oleh
Kejaksaan Tinggi Sumatera Barat. Dua kasus korupsi menyangkut gubernur ini, masih
ditambah hujan kasus korupsi yang menyangkut puluhan anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah di berbagai wilayah di Indonesia, dengan modus mirip: menyelewengkan APBD”.
Berikut ini beberapa modus korupsi di daerah :
1. Korupsi Pengadaan Barang dengan modus :
a. Penggelembungan (mark up) nilai barang dan jasa dari harga pasar.
b. Kolusi dengan kontraktor dalam proses tender.
2. Penghapusan barang inventaris dan aset negara (tanah) dengan modus :
a. Memboyong inventaris kantor untuk kepentingan pribadi.
b. Menjual inventaris kantor untuk kepentingan pribadi.
3. Pungli penerimaan pegawai, pembayaran gaji, keniakan pangkat, pengurusan pensiun dan
sebagainya.
Modus : Memungut biaya tambahan di luar ketentuan resmi.
4. Pemotongan uang bantuan sosial dan subsidi (sekolah, rumah ibadah, panti asuhan dan
jompo) dengan modus :
a. Pemotongan dana bantuan sosial.
b. Biasanya dilakukan secara bertingkat (setiap meja).
5. Bantuan fiktif
Modus : Membuat surat permohonan fiktif seolah-olah ada bantuan dari pemerintah ke pihak
luar.
6. Penyelewengan dana proyek dengan modus :
a. Mengambil dana proyek pemerintah di luar ketentuan resmi.
b. Memotong dana proyek tanpa sepengtahuan orang lain.
7. Proyek fiktif fisik
Modus : Dana dialokasikan dalam laporan resmi, tetapi secara fisik proyek itu nihil.
8. Manipulasi hasil penerimaan penjualan, penerimaan pajak, retribusi dan iuran dengan
modus :
a. Jumlah riil penerimaan penjualan, pajak tidak dilaporkan.
b. Penetapan target penerimaan.
Sumber : The Habibie Center
• Segi Sosial Budaya
Dengan diadakannya desentralisasi, akan memperkuat ikatan sosial budaya pada suatu
daerah. Karena dengan diterapkannya sistem desentralisasi ini pemerintahan daerah akan
dengan mudah untuk mengembangkan kebudayaan yang dimiliki oleh daerah tersebut.
Bahkan kebudayaan tersebut dapat dikembangkan dan di perkenalkan kepada daerah lain.
Yang nantinya merupakan salah satu potensi daerah tersebut.
Sedangkan dampak negatif dari desentralisasi pada segi sosial budaya adalah masing- masing
daerah berlomba-lomba untuk menonjolkan kebudayaannya masing-masing. Sehingga, secara
tidak langsung ikut melunturkan kesatuan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia itu sendiri.
• Segi Keamanan dan Politik
Dengan diadakannya desentralisasi merupakan suatu upaya untuk mempertahankan kesatuan
Negara Indonesia, karena dengan diterapkannya kebijaksanaan ini akan bisa meredam
daerah-daerah yang ingin memisahkan diri dengan NKRI, (daerah-daerah yang merasa
kurang puas dengan sistem atau apa saja yang menyangkut NKRI). Tetapi disatu sisi
desentralisasi berpotensi menyulut konflik antar daerah. Sebagaimana pada artiket Asian
Report 18 juli 2003 ”Mengatur Desentralisasi Dan Konflik Disulawesi Selatan”
”……………..Indonesia memindahkan kekuasaannya yang luas ke kabupaten-kabupaten dan
kota-kota – tingkat kedua pemerintahan daerah sesudah provinsi – diikuti dengan
pemindahan fiskal cukup banyak dari pusat. Peraturan yang mendasari desentralisasi juga
memperbolehkan penciptaan kawasan baru dengan cara pemekaran atau penggabungan unit-
unit administratif yang eksis. Prakteknya, proses yang dikenal sebagai pemekaran tersebut
berarti tidak bergabung tetapi merupakan pemecahan secara administratif dan penciptaan
beberapa provinsi baru serta hampir 100 kabupaten baru.
Dengan beberapa dari kabupaten itu menggambarkan garis etnis dan meningkatnya ekonomi
yang cepat bagi politik daerah, ada ketakutan akan terjadi konflik baru dalam soal tanah,
sumber daya atau perbatasan dan adanya politisi lokal yang memanipulasi ketegangan untuk
kepentingan personal. Namun begitu, proses desentralisasi juga telah meningkatkan prospek
pencegahan dan manajemen konflik yang lebih baik melalui munculnya pemerintahan lokal
yang lebih dipercaya……..”
Dibidang politik, dampak positif yang didapat melalui desentralisasi adalah sebagian besar
keputusan dan kebijakan yang berada di daerah dapat diputuskan di daerah tanpa adanya
campur tangan dari pemerintahan di pusat. Hal ini menyebabkan pemerintah daerah lebih
aktif dalam mengelola daerahnya.
Tetapi, dampak negatif yang terlihat dari sistem ini adalah euforia yang berlebihan di mana
wewenang tersebut hanya mementingkat kepentingan golongan dan kelompok serta
digunakan untuk mengeruk keuntungan pribadi atau oknum. Hal tersebut terjadi karena sulit
untuk dikontrol oleh pemerintah di tingkat pusat.

E. Hakekat Sentralisasi dan Desentralisasi


Dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2005 tentang Perubahan atas PP No
6/2005 tentang pemilihan dan pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
membawa Indonesia pada titik di mana masalah peran pusat dan daerah masuk kembali pada
wacana publik Sentralisasi dan desentralisasi sebagai bentuk penyelenggaraan negara adalah
persoalan pembagian sumber daya dan wewenang. Pembahasan masalah ini sebelum tahun
1980-an terbatas pada titik perimbangan sumber daya dan wewenang yang ada pada
pemerintah pusat dan pemerintahan di bawahnya. Dan tujuan “baik” dari perimbangan ini
adalah pelayanan negara terhadap masyarakat. Seperti telah diketahui, pemahaman dan tujuan
“baik” semacam itu sudah dipandang ketinggalan zaman. Saat ini desentralisasi dikaitkan
pertanyaan apakah prosesnya cukup akuntabel untuk menjamin kesejahteraan masyarakat
lokal. Semata birokrasi untuk pelayanan tidak cukup untuk menjamin kesejahteraan
masyarakat, bahkan sering merupakan medium untuk melencengkan sumber daya publik.
Kontrol internal lembaga negara sering tak mampu mencegah berbagai macam pelanggaran
yang dilakukan pejabat negara. Di Indonesia sejak tahun 1998 hingga baru-baru ini,
pandangan politik yang dianggap tepat dalam wacana publik adalah bahwa desentralisasi
merupakan jalan yang meyakinkan, yang akan menguntungkan daerah. Pandangan ini
diciptakan oleh pengalaman sejarah selama masa Orde Baru di mana sentralisme membawa
banyak akibat merugikan bagi daerah. Sayang, situasi ini mengecilkan kesempatan
dikembangkannya suatu diskusi yang sehat bagaimana sebaiknya desentralisasi
dikembangkan di Indonesia . Jiwa desentralisasi di Indonesia adalah “melepaskan diri
sebesarnya dari pusat” bukan “membagi tanggung jawab kesejahteraan daerah”. Karena takut
dianggap tidak politically correct, banyak orang enggan membahas peran pusat dan daerah
secara kritis. Kini sudah saatnya proses pembahasan dibuka kembali dengan
mempertimbangkan fakta-fakta secara lebih jujur Sentralisasi dan desentralisasi tidak boleh
ditetapkan sebagai suatu proses satu arah dengan tujuan pasti. Pertama- tama, kedua “sasi” itu
adalah masalah perimbangan. Artinya, peran pemerintah pusat dan pemerintah daerah akan
selalu merupakan dua hal yang dibutuhkan. Tak ada rumusan ideal perimbangan. Selain
proses politik yang sukar ditentukan, seharusnya ukuran yang paling sah adalah argumen
mana yang terbaik bagi masyarakat. Kedua, batas antara pusat dan daerah tidak selalu jelas.
Kepentingan di daerah bisa terbelah antara para elite penyelenggara negara dan masyarakat
lokal. Adalah mungkin pemerintah pusat memainkan peran menguatkan masyarakat lokal
dalam menghadapi kesewenangan kekuasaan. Ketiga, dalam suatu masyarakat yang berubah,
tanggung jawab pusat maupun daerah akan terus berubah pula. Dalam penyelenggaraan
negara selalu ada aspek dan definisi baru tentang peran pusat dan daerah. Misalnya,
globalisasi akan meningkatkan kembali campur tangan pusat di daerah di sisi-sisi tertentu.
Karena itu, desentralisasi dan sentralisasi dapat terjadi bersamaan pada aspek-aspek berbeda.
Pusat mempunyai kecenderungan untuk mendorong sentralisasi karena berbagai alasan.
Untuk alasan “negatif” dapat disebut alasan seperti kontrol sumber daya dan menjadikan
daerah sebagai sapi perah. Namun, ada alasan-alasan yang dapat bersifat “positif”, seperti
kestabilan politik dan ekonomi, menjaga batas kesenjangan agar tidak terlalu buruk, dan
mendorong program secara cepat. Harus diingat, dalam banyak negara, termasuk Indonesia ,
pusat mempunyai sumber daya manajerial, kecakapan lebih banyak dalam berinteraksi secara
global, dan ada pada domain di mana pengaruh etik pembangunan yang diterima secara
internasional. Pemerintah pusat juga berada pada hot spot proses politik. Adalah lebih
mungkin terjadi situasi di mana pemerintah di bawah tekanan jika kekuatan masyarakat sipil
bersatu. Bagaimana hal-hal itu dapat menghasilkan sesuatu yang positif atau negatif
tergantung pada situasinya. Pertama yang penting adalah legitimasi politik pemerintah pusat.
Secara sederhana, harus dibedakan antara legitimasi terhadap para pemimpin di tingkat
nasional dan legitimasi terhadap birokrasi. Pemerintah pusat sering harus mengandalkan
birokrasi untuk programnya terhadap daerah. Kepopuleran individu selalu tidak bertahan
lama dan dapat segera dirusak oleh ketidakmampuan memperbaiki mutu birokrasi. Di
Indonesia, birokrasi yang sebenarnya memiliki kompetensi dan orientasi lumayan pada awal
reformasi kini mulai dibelokkan kekuatan politik partai dan kelompok. Penyelenggara negara
di tingkat pusat terdiri dari beberapa partai politik. Kombinasi antara partai politik yang
hampir seluruhnya punya masalah akuntabilitas dan sistem politik representasi (oleh partai
politik yang dapat dikatakan sama di DPRD) yang tidak akuntabel di tingkat lokal membuat
masyarakat lokal tidak mudah memercayai “pusat”. Jika ingin memperbaikinya, pemerintah
pusat harus mampu membuat standar akuntabilitas sendiri agar mendapat dukungan
masyarakat lokal. Indonesia kini mulai mengalami apatisme terhadap desentralisasi. Situasi
ini bisa dimanfaatkan pemerintah pusat untuk melakukan perubahan di tingkat daerah. Kasus
Argentina dan Brasil yang bersifat federalis menunjukkan jatuhnya legitimasi para elite
politik lokal memberikan kesempatan kepada elite nasional untuk melakukan resentralisasi di
bidang ekonomi untuk bidang- bidang tertentu. Kedua pemerintahan banyak menggunakan
struktur internal (birokrasi) untuk mengubah arah, tanpa terlalu banyak berurusan dengan
struktur politik yang ada. Kembali kepada persoalan awal, masalah sentralisasi dan
desentralisasi bukan lagi dipandang sebagai persoalan penyelenggara negara saja. Pada
akhirnya kekuatan suatu bangsa harus diletakkan pada masyarakatnya. Saat ini di banyak
wilayah, politik lokal dikuasai selain oleh orang-orang partai politik juga kelompok-
kelompok yang menjalankan prinsip bertentangan dengan pencapaian tujuan kesejahteraan
umum. Kekuatan kelompok pro pembaruan lemah di banyak daerah dan langsung harus
berhadapan dengan kekuatan-kekuatan politik lokal dengan kepentingan sempit. Pemerintah
pusat seharusnya memperkuat elemen masyarakat untuk berhadapan dengan kekuatan tadi.
Sebagai contoh, KPU daerah diberi wewenang untuk merekomendasikan penghentian
pilkada, bukan melalui gubernur dan DPRD. Namun, sebagai institusi KPU daerah harus
diperkuat secara institusional dan organisatoris. Meskipun pemerintah pusat mungkin tidak
diharapkan untuk ikut mendorong perubahan sistem politik yang ada sekarang, perbaikan
penegakan hukum di daerah-daerah sangat membantu kekuatan masyarakat pro perubahan.
Birokrasi sekali lagi adalah alat pemerintah pusat untuk melakukan perbaikan daerah.
Birokrasi, jika dirancang secara sungguh-sungguh, bisa berperan sebagai alat
merasionalisasikan masyarakat. Pemerintah pusat, misalnya, membantu pemerintah daerah
dalam mendesain pelayanan publik yang akuntabel. Pemerintah daerah sering pada situasi
terlalu terpengaruh dengan kepentingan perpolitikan lokal. Terakhir yang tidak kalah
pentingnya adalah representasi persoalan daerah di tingkat pusat. Sekarang ini sistem
perwakilan daerah yang ada baik di DPR maupun asosiasi bersifat elitis. Tetap yang berlaku
antara hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Persoalan daerah harus ditangani
oleh sesuatu badan yang lebih independen dari kepentingan yang ada di pusat dan daerah.
Badan ini seharusnya mampu membahas apa peran pemerintah pusat dan pemerintah daerah
yang paling diperlukan untuk kesejahteraan daerah. Perlu dipikirkan suatu badan yang
otoritatif untuk membuat advokasi, rekomendasi kebijakan, dan pemonitoran yang mewakili
orang-orang kompeten baik unsur pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun masyarakat.
KESIMPULAN
Berdasaran uraian di atas, pengertian sentralisasi adalah memusatkan seluruh wewenang atas
segala urusan yang menyangkut pemerintahan kepada tingkat pusat dan pengertian
desentralisasi adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah Pusat kepada satuan organisasi
pemerintahan di wilayah untuk meyelenggarakan segenap kepentingan setempat dari
sekelompok penduduk yang mendiami wilayah tersebut.
Dampak-dampak yang di timbulkan oleh sentralisasi dan desentralisasi terbagi dua yaitu
dampak positif dan dampak negatif . Dampak-dampak tersebut dapat di rasakan oleh
masyarakat dalam bidang ekonomi, sosial budaya, dan keamanan dan politik yang
kesemuanya itu berpengaruh dalam kehidupan bangsa Indonesia .

DAFTAR PUSTAKA

1.http://rnurinaramadhani.blogspot.com/2011/01/wewenang-delegasi-dan-desentralisasi.html
2.http://harysetiawan07.blog.com/2011/11/12/pngertian-wewenang-kekuasaan-dan-pengaruh/
3.http://ekacyliiaa.blogspot.com/2010/05/wewenang-lini-staf-dan-fungsional.html
4.http://gyakuza.wordpress.com/2011/02/01/9-wewenang-dan-delegasi/
5.Kansil, C.S.T . 2005. Sistem Pemerintahan Indonesia . PT Bumi Aksara : Jakarta .
6.Dimock, E. Marshall . Administrasi Negara . Erlangga : Jakarta .
7.Rodee, Clyner Carlton. Pengantar Ilmu Politik . 2000. PT Rajagrafindo Persada : Jakarta
8.Tjokroamidjojo, Bintoro. 1990. Pengantar Administrasi Pembangunan . LP3ES : Jakarta
9.Ndraha, Talizidu. 1988. Metodologi Pemerintahan Indonesia . Bina Aksara : Jakarta
10.Kansil, C.S.T dan Christine S.T Kansil. 2002. Pemerintahan Daerah Indonesia . Sinar
Grafika : Jakarta
11.MaCandrews, Colin dan Ichlasul Amal. 1993. Hubungan Pusat Daerah dalam
pembangunan . PT Rajagrafindo Persada : Jakarta
12.http://hitsuke.blogspot.com
13.http://bluecryztal.blogspot.com
14.http://books.google.co.id

Anda mungkin juga menyukai