Artikel 3
Artikel 3
Artikel 3
Abstrak
Untuk mewujudkan bimbingan dan konseling yang mampu membentuk
karakter peserta didik, membantu perserta didik mengembangkan dirinya,
mengembangkan kehidupan sehari-harnya yang efektif, dan membantu
mengentaskan kehidupan sehari-harinya yang tidak efektif, pemerintah
menetapkan ketetepan-ketetapan, baik dalam undang-undang ataupun
peraturan pemerintah terkait penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah. Di dalam peraturan pemerintah ataupun undang-undang
itu telah mencakup tentang konsep guru BK, ketetapan guru BK, tugas dan
tanggungjawab guru BK, serta ketetapan dalam penyelenggaraan guru BK.
Ketidaksesuain antara ketetapan dengan kenyataan yang ada di dalapangan
tentang guru Bk menimbulkan permasalahan-permasalahan terkait
penyelenggaraan BK. Naskah ini mencoba untuk memaparkan tentang dasar-
dasar terkait BK, aplikasi, serta permasalahan guru BK di sekolah dan solusi
dalam megentaskan masalah itu, agar peran, serta fungsi BK terwujud.
Kata Kunci: Dasar, Aplikasi, Permasalahan Guru BK
Pendahuluan
Banyak terdapat peraturan perundang-undangan terkait dengan pelaksanaan
kegiatan BK di sekolah. Isinya terkait dengan pelaksanaan BK di sekolah, jabatan
fungsional guru BK, dan sebagainya. Guru BK adalah orang yang mempunyai tugas,
tanggungjawab dan wewenang, dan hak secara penuh dalam kegiatan BK terhadap
sejumlah peserta didik.
Terdapat beberapa peraturan terkait keberadaan, fungsi, tugas, dan aspek-aspek
kinerja guru BK sebagai pendidik, terutama dalam peraturan perundang-undangan,
seperti undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,
dimana konselor adalah seorang pendidik. Selanjutnya, pedoman penyelenggaraan
pelayanan konseling yang diterbitkan oleh pusat pengembangan dan pemberdayaan
pendidik dan tenaga kependidikan (P4TK) pendidikan jasmani dan BK tahun 2008,
dan lain sebagainya.
Terkait pelaksanaan BK di sekolah guru BK memiliki beberapa tugas yang
harus dilaksanakannya, di antaranya merencanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan,
dan menilai kegiatan BK. Di sekolah, pelaksanaan kegiatan pelayanan BK di atur
1
2
dalam Peraturan Menteri Pendidikan Indonesia No. 27 tahun 2008 tentang standar
kualifikasi akademik dan kompetensi konselor. Pelakanaan BK di sekolah tentunya
tidak terlepas dari masalah, baik itu masalah terkait waktu pelayanan, terkait
organisasi sekolah, terkait pihak yang terlibat dalam pelayanan BK, dan
permasalahan-permasalahan yang harus dientaskan oleh guru BK agar pelaksanaan
pelayanan BK di sekolah berjalan dengan optimal, dan tujuan BK tercapai.
Kajian Teori
Dasar, Aplikasi, dan Permasalahan Guru BK di Sekolah
Ketentuan Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah diselenggarakan oleh pejabat
fungsional secara resmi yang dinamakan guru BK atau konselor. Dengan demikian
kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan kegiatan atau pelayanan
fungsional yang bersifat keahlian dengan dasar keilmuan dan teknologi. Di dalam
pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling disekolah pemerintah mengelurakan
beberapa peraturan baik yang berdasarkan Undang-undang atau permen tentang
penyelengaraan layanan bimbingan dan konseling disekolah. Antara lain sebagai
berikut:
Unsur dan sub unsur kegiatan Guru yang dinilai angka kreditnya adalah: 1)
melaksanakan proses pembelajaran, bagi Guru Kelas dan Guru
MataPelajaran; 2) melaksanakan proses bimbingan, bagi Guru Bimbingan
dan Konseling; dan 3) melaksanakan tugas lain yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah.
b) Informasi
c) Penempatan/ penyaluran
d) Pembelajaran
e) Konseling perorangan
f) Bimbingan Kelompok
g) Konseling kelompok
3. Jenis-jenis kegiatan pendukung BK:
a) Aplikasi Intrumentasi
b) Himpunan Data
c) Konfrensi Kasus
d) Kujungan Rumah
e) Alih Tangan Kasus
4. Tahap pelaksanaan program Bk
a) Persiapan( penyusunan) program BK
b) Pelaksanaan program BK
c) Evaluasi(hasil) program BK
d) Analisis hasil pelaksanaan BK
e) Tindak lanjut pelaksanaan BK
5. Jumlah siswa asuh yang menjadi tanggug jawab guru BK minimal untuk
memperoleh layanan adalah 150 orang siswa asuh, sedangkan kepala
sekolah yang berasal dari guru BK minimal 40 orang siswa asuh, dan wakil
kepala sekolah yang berasal dari guru BK minimal 75 orang siswa asuh.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa di dalam
pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah pemerintah
mengeluarkan beberapa peraturan, baik berdasarkan undang-undang atau peraturan
pemerintah, yaitu tentang penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolah. Dalam hal ini guru BK adalah guru yang mempunyai tugas, tanggungjawab,
wewenang, dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling terhadap
sejumlah peserta didik.
Peraturan pemerintah dan undang-undang juga mengeluarkan ketetapan tentang
guru BK, yaitu berdasarkan permendikbud No 111 tahun 2014, dan peraturan
pemerintah lainya. Di sekolah guru Bk tidak terlepas dari tugas pokok dan tanggung
jawabnya, yaitu agar mampu menciptakan layanan bimbingan dan konseling yang
maksimal. Baik dari penyusunan program, pelaksanaan program, sampai tindak lanjut
program dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling.
Selanjutnya, aplikasi ketentuan guru BK dalam hal ini tergambar jelas dalam
bentuk beberapa jenis layanan dan kegiatan pendukung yang dilaksanakan oleh guru
BK. Dalam pelaksanaannyapu pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak
terlepas dari permasalahan-permasalahan, seperti permasalahan tentang ketentuan
11
guru Bk, dimana yang seharusnya satu orang guru BK bertanggungjawab terhadap
150 orang peserta didik, namun dalam pelaksanaannya satu orang guru BK
bertanggung jawab terhadap lebih dari 150 orang peserta didik.
Dari permasalahan yang ada guru BK harus mampu mengentaskannya dengan
memberikan pelayanan yang optimal kepada peserta didik, baik itu dengan
kemampuan dalam memanajemen waktu yang lebih optimal agar peserta didik
memperoleh pelayanan yang maksimal.
KEPUSTAKAAN
Kurniawan, L. (2015). Pengembangan Program Layanan Bimbingan dan Konseling
Komprehensif di SMA. Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling, 1, 2443-
2202.
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 16 Tahun 2009 tentang
Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.24 Tahun 2007 tentang Standar
Prasarana dan Sarana.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.27 Tahun 2008 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor.
Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan.
Peraturan Pemerintah No.74 Tahun 2008.
Permendikbud No 111 Tahun 2014.
Permendiknas No.27 Tahun 2008 SKAKK tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Konselor.
Prayitno. 2012. Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling. Padang: UNP.
Riska Ahmad & Marwisni Hasan. 2002. Pengelolaan Program BK. Padang: BK FIP
UNP.
Undang-Undang No.14 Tahun 2005 Tentang Dosen dan Guru.
UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.