Artikel 3

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

Dasar, Aplikasi, dan Permasalahan Guru BK di Sekolah

Bramana Nanditya Putra


Universitas Negeri Padang
E-mail: [email protected]

Abstrak
Untuk mewujudkan bimbingan dan konseling yang mampu membentuk
karakter peserta didik, membantu perserta didik mengembangkan dirinya,
mengembangkan kehidupan sehari-harnya yang efektif, dan membantu
mengentaskan kehidupan sehari-harinya yang tidak efektif, pemerintah
menetapkan ketetepan-ketetapan, baik dalam undang-undang ataupun
peraturan pemerintah terkait penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah. Di dalam peraturan pemerintah ataupun undang-undang
itu telah mencakup tentang konsep guru BK, ketetapan guru BK, tugas dan
tanggungjawab guru BK, serta ketetapan dalam penyelenggaraan guru BK.
Ketidaksesuain antara ketetapan dengan kenyataan yang ada di dalapangan
tentang guru Bk menimbulkan permasalahan-permasalahan terkait
penyelenggaraan BK. Naskah ini mencoba untuk memaparkan tentang dasar-
dasar terkait BK, aplikasi, serta permasalahan guru BK di sekolah dan solusi
dalam megentaskan masalah itu, agar peran, serta fungsi BK terwujud.
Kata Kunci: Dasar, Aplikasi, Permasalahan Guru BK

Pendahuluan
Banyak terdapat peraturan perundang-undangan terkait dengan pelaksanaan
kegiatan BK di sekolah. Isinya terkait dengan pelaksanaan BK di sekolah, jabatan
fungsional guru BK, dan sebagainya. Guru BK adalah orang yang mempunyai tugas,
tanggungjawab dan wewenang, dan hak secara penuh dalam kegiatan BK terhadap
sejumlah peserta didik.
Terdapat beberapa peraturan terkait keberadaan, fungsi, tugas, dan aspek-aspek
kinerja guru BK sebagai pendidik, terutama dalam peraturan perundang-undangan,
seperti undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,
dimana konselor adalah seorang pendidik. Selanjutnya, pedoman penyelenggaraan
pelayanan konseling yang diterbitkan oleh pusat pengembangan dan pemberdayaan
pendidik dan tenaga kependidikan (P4TK) pendidikan jasmani dan BK tahun 2008,
dan lain sebagainya.
Terkait pelaksanaan BK di sekolah guru BK memiliki beberapa tugas yang
harus dilaksanakannya, di antaranya merencanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan,
dan menilai kegiatan BK. Di sekolah, pelaksanaan kegiatan pelayanan BK di atur

1
2

dalam Peraturan Menteri Pendidikan Indonesia No. 27 tahun 2008 tentang standar
kualifikasi akademik dan kompetensi konselor. Pelakanaan BK di sekolah tentunya
tidak terlepas dari masalah, baik itu masalah terkait waktu pelayanan, terkait
organisasi sekolah, terkait pihak yang terlibat dalam pelayanan BK, dan
permasalahan-permasalahan yang harus dientaskan oleh guru BK agar pelaksanaan
pelayanan BK di sekolah berjalan dengan optimal, dan tujuan BK tercapai.

Kajian Teori
Dasar, Aplikasi, dan Permasalahan Guru BK di Sekolah
Ketentuan Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah diselenggarakan oleh pejabat
fungsional secara resmi yang dinamakan guru BK atau konselor. Dengan demikian
kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan kegiatan atau pelayanan
fungsional yang bersifat keahlian dengan dasar keilmuan dan teknologi. Di dalam
pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling disekolah pemerintah mengelurakan
beberapa peraturan baik yang berdasarkan Undang-undang atau permen tentang
penyelengaraan layanan bimbingan dan konseling disekolah. Antara lain sebagai
berikut:

1. Permendikbud No 111 Tahun 2014 pasal 1 ayat 3


“Konselor adalah pendidik professional yang berkualifikasi akademik minimal
Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan dan Konseling dan telah lulus
pendidikan profesi guru Bimbingan dan Konseling/konselor”.
2. Permendikbud No 111 Tahun 2014 pasal 1 ayat 4 “Guru
Bimbingan dan Konseling adalah pendidik yang berkualifikasi akademik
minimal Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan dan Konseling dan
memiliiki kompetensi di bidang Bimbingan dan Konseling”.
3. Pada UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional memberikan nuansa baru tentang pengertian pendidikan dan secara
eksplisit menyebut konselor sebagai pendidik. Beberapa hal yang mendasari
pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah tercantum dalam Pasal 1 Ayat 6
ini sebagai berikut:
“Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru,
dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan
sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan.”
Dua butir ketentuan dalam UU No. 20/2003 ini menuntut semua pihak
dalam dunia konseling untuk secara tepat “menjiwa-ragakan” keduanya: konselor
sebagai pendidik dapat menjunjung upaya pendidikan sebagaimana dimaksudkan
3

itu, konselor ikut berfartisipasi dalam penyelengaraan pendidikan. Maka dalam


undang-undang ini konselor sudah masuk ke dalam pendidikan dan ikut
menyelengarakan pendidikan.
4. Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang Dosen dan Guru, menjelaskan pada
pasal 1 guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan. Pada pasal 12 disebutkan setiap yang telah
mempunyai sertifikat pendidik memiliki kesempatan yang sama untuk di angkat
menjadi guru pada satuan pendidikan.
5. Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan
pasal 28 ayat 1 menjelaskan yang dimaksud pendidik pada ketentuan ini adalah
tenaga kependidikan yang berkualifikasi dan bekompetensi sebagai guru, dosen,
konselor, pamong, pamong belajar, widyaswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan
kesesuaian yang lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berfartisipasi
dalam penyelengaraan pendidikan.
6. Peraturan Pemerintah No.74 Tahun 2008 pada pasal 24 ayat 7 yang bertugas
menjadi guru bimbingan dan konseling atau konselor dengan beban sesuai
dengan beban kerja bimbingan dan konseling.
7. Permendiknas No.27 Tahun 2008 SKAKK tentang standar kualifikasi akademik
dan kompetensi konselor memberikan batasan siapa saja pemegang profesi
konselor, yaitu sarjana bimbingan dan konseling (S-1 BK) yang telah
menamatkan program PPK. “Konteks tugas konselor berada dalam kawasan
pelayanan yang bertujuan mengembangkan potensi dan memandirikan konseli
dalam pengambilan keputusan dan pilihan untuk mewujudkan kehidupan yang
produktif, sejahtera, dan peduli kemaslahatan umum. Pelayanan dimaksud adalah
pelayanan bimbingan dan konseling. Konselor adalah pengampu pelayanan ahli
bimbingan dan konseling, terutama dalam jalur pendidikan formal dan
nonformal”.
8. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 16 Tahun 2009 Tentang
Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
a. Pasal 3
Jenis Guru berdasarkan sifat, tugas, dan kegiatannya meliputi: 1) Guru
Kelas; 2) Guru Mata Pelajaran; dan 3) Guru Bimbingan dan
Konseling/Konselor.
b. Pasal 5 Ayat 3
Beban kerja Guru bimbingan dan konseling/konselor adalah
mengampubimbingan dan konseling paling sedikit 150 (seratus lima puluh)
peserta didik dalam 1 (satu) tahun.
c. Pasal 11 bag. B
4

Unsur dan sub unsur kegiatan Guru yang dinilai angka kreditnya adalah: 1)
melaksanakan proses pembelajaran, bagi Guru Kelas dan Guru
MataPelajaran; 2) melaksanakan proses bimbingan, bagi Guru Bimbingan
dan Konseling; dan 3) melaksanakan tugas lain yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah.

Konsep Guru BK di Sekolah


Konteks tugas konselor berada dalam kawasan pelayanan yang bertujuan
mengembangkan potensi dan memandirikan konseli dalam pengambilan keputusan
dan pilihan untuk mewujudkan kehidupan yang produktif, sejahtera, dan peduli
kemaslahatan umum. Pelayanan dimaksud adalah pelayanan bimbingan dan
konseling. Konselor adalah pengampu pelayanan ahli bimbingan dan
konseling,terutama dalam jalur pendidikan formal dan nonformal (Permendiknas No.
27/2008).
Menurut Riska Ahmad & Marwisni Hasan (2002) guru BK adalah guru yang
mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam kegiatan
bimbingan dan konseling terhadap sejumlah peserta didik. Satu orang gur BK
bertanggung jawab terhadap 150 siswa asuh. Selain itu untuk menjadi guru BK harus
memiliki empat kompetensi yang dibutuhkan yaitu kompetensi pedagogi, kompetensi
kepribadian, kompetensi social dan kompetensi professional.
1. Permendikbud No 111 Tahun 2014 pasal 10 ayat 2 menegaskan penyelenggaraan
Bimbingan dan Konseling pada SMP/MTs atau yang sederejat, SMA/MA atau
yang sederejat dan SMK/MAK atau yang sederejat dilakukan oleh Konselor atau
Guru Bimbingan dan Konseling melayani 150 orang Konseli atau peserta didik.
2. Bagi sekolah yang tidak memiliki Guru BK yang berlatar belakang bimbingan
dan konseling, maka guru yang telah mengikuti penataran bimbingan dan
konseling sekurang-kurangnya 180 jam dapat diberi tugas sebagai Guru BK.
Penugasan ini bersifat sementara sampai guru yang ditugasi itu mencapai taraf
kemampuan bimbingan dan konseling sekurang-kurangnya setara D3 atau di
sekolah tersebut telah ada Guru BK yang berlatar belakang minimal D3 bidang
bimbingan dan konseling.
3. Pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling dapat diselenggarakan di dalam
atau di luar jam pelajaran sekolah. Kegiatan bimbingan dan konseling di luar
sekolah sebanyak-banyaknya 50 % dari keseluruhan kegiatan bimbingan untuk
seluruh siswa di sekolah itu, atas persetujuan Kepala Sekolah (Riska Ahmad,
2002).
4. Bagi Guru BK yang jumlah siswa yang dibimbing kurang dari 150 siswa, diberi
angkat kredit secara proporsional.
5. Bagi Guru BK yang jumlah siswa yang dibimbing lebih dari 150 siswa, diberi
bonus angka kredit. Bonus angka kredit bimbingan diberikan dari butir kegiatan
5

melaksanakan program bimbingan. Pemberian bonus angka kredit kelebihan


siswa yang dibimbing sebanyak-banyaknya 75 siswa.
Ketentuan tentang Guru BK
Landasan legal yang secara langsung menyebutkan dan/atau terkait dengan
keberadaan, fungsi, tugas dan aspek-aspek kinerja konselor sebagai pendidik adalah:
1. Berdasarkan Permendikbud No 111 Tahun 2014 pasal 1 ayat 4 menyebutkan
“Guru Bimbingan dan Konseling adalah pendidik yang berkualifikasi akademik
minimal Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan dan Konselng dan
memiliki kompetensi di bidang Bimbingan dan Konseling”.
2. Permendikbud No 111 Tahun 2014 pasal 9 ayat 3 menyebutkan “Pada satuan
pendidikan yang mempunyai lebih dari satu Konselor atau Guru Bimbingan dan
Konseling kepada satuan pendidikan menugaskan seorang koordinator”.
3. Permendikbud No 111 Tahun 2014 pasal 3 menekankan bahwa “layananan
Bimbingan dan Konseling memiliki tujuan membantu Konseli mencapai
perkembangan optimal dan kemandirian secara utuh dalam aspek pribadi, belajar,
sosial, dan karir”.
4. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
khususnya pasal/ayat-ayat berkenaan dengan pendidikan, konselor sebagai
pendidik, persyaratan dan fungsi pendidik. Pada pasal 1 ayat 1, Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Untuk mencapai tujuan tersebut, tidak hanya
cukup dilakukan dengan pengajaran, namun harus disertai dengan pelayanan
konseling yang dilaksanakan oleh guru bimbingan dan konseling.
Kemudian pada ayat 6, dijelaskan bahwa Pendidik adalah tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Berdasarkan UU ini dapat dipahami bahwa pelaksana kegiatan Bimbingan dan
Konseling di sekolah adalah Konselor.
5. Peraturan Pemerintah No.74 Tahun 2008 tentang Guru, khususnya pasal/ayat-
ayat berkenaan dengan persyaratan tugas dan penghasilan konselor yang
disetarakan dengan guru profesional.
6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.24 Tahun 2007 tentang Standar
Prasarana dan Sarana, khususnya berkenaan dengan prasarana dan sarana
pelayanan konseling pada satuan pendidikan dasar dan menengah.
6

7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.27 Tahun 2008 tentang Standar


Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor yang seluruhnya mengatur
tentang konselor.
8. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Konseling untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah yang diterbitkan oleh Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) Pendidikan Jasmani
dan Bimbingan Konseling tahun 2008 yang mengacu pada Panduan
Pengembangan Diri dan menjadi arah dan subtansi pokok pelatihan nasional para
konselor.
Tugas dan Tanggung Jawab Guru BK
Guru BK tidak lepas dari tugas pokoknya yaitu guna terciptanya layanan
yang maksimal, diantaranya penyusunan program rencana pelayanan bimbingan dan
konseling. Langkah selanjutkannya adalah pelaksanaan setelah itu tentu harus adanya
evaluasi pelaksanaan bimbingan dan konseling. Untuk melaksanakan program
pelayanan yang baik tentunya setiap guru BK harus mengetahui tugas pokoknya.
Semua itu agar tidak terjadi penyelewengan atau kekacauan dalam pelaksanaan
bimbingan dan konseling di sekolah. Tugas dan tanggung jawab guru BK tercantum
dalam beberapa ketentuan perundangan yang berlaku. Di antaranya adalah:
1. Tugas Guru BK
a. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 16 Tahun 2009
Tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Rincian kegiatan
Guru Bimbingan dan Konseling dapat ditemukan dalam Pasal 13 Ayat 3,
sebagai berikut:
1) menyusun kurikulum bimbingan dan konseling.
2) menyusun silabus bimbingan dan konseling.
3) menyusun satuan layanan bimbingan dan konseling.
4) melaksanakan bimbingan dan konseling per semester.
5) menyusun alat ukur/lembar kerja program bimbingan dan konseling.
6) mengevaluasi proses dan hasil bimbingan dan konseling.
7) menganalisis hasil bimbingan dan konseling.
8) melaksanakan pembelajaran/perbaikan tindak lanjut bimbingan
dankonseling dengan memanfaatkan hasil evaluasi.
9) menjadi pengawas penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasilbelajar
tingkat sekolah dan nasional.
10) membimbing guru pemula dalam program induksi.
11) membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler proses pembelajaran.
12) melaksanakan pengembangan diri.
13) melaksanakan publikasi ilmiah.
14) membuat karya inovatif.
7

b. Tugas guru bimbingan dan konseling/konselor terkait dengan pengembangan


diri peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, dan
kepribadian peserta didik di sekolah/madrasah. Rinciannya sebagai berikut:
1) Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang
membantu peserta didik dalam memahami, menilai bakat dan minat.
2) Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu
peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan
kemampuan hubungan sosial dan industrial yang harmonis, dinamis,
berkeadilan dan bermartabat.
3) Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang
membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar untuk
mengikuti pendidikan sekolah/madrasah secara mandiri.
4) Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta
didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan
mengambil keputusan karir (Depdiknas, 2009).
2. Kewajiban Guru BK
a. Memberikan perhatian, pengarahan, pengendalian, dan pengawasan kepada
sekurang-kurangnya 150 (seratus lima puluh) peserta didik, yang dapat
dilaksanakan dalam bentuk pelayanan tatap muka terjadwal di kelas dan
layanan perseorangan atau kelompok bagi yang dianggap perlu dan yang
memerlukan. (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun
2008 tentang Guru, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.
16 Tahun 2009 Tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya).
b. Konteks tugas konselor berada dalam kawasan pelayanan yang bertujuan
mengembangkan potensi dan memandirikan konseli dalam pengambilan
keputusan dan pilihan untuk mewujudkan kehidupan yang produktif,
sejahtera, dan peduli kemaslahatan umum. Pelayanan dimaksud adalah
pelayanan bimbingan dan konseling. Konselor adalah pengampu pelayanan
ahli bimbingan dan konseling, terutama dalam jalur pendidikan formal dan
nonformal (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008
Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor).
Sedangkan menurut Dewa Ketut Sukardi (2003:139) unsur utama tugas
pokok guru BK itu meliputi:
1. Bidang bimbingan
a) Bimbingan Pribadi
b) Bimbingan Sosial
c) Bimbingan Belajar
d) Bimbingan Karier
2. Jenis layanan BK, yaitu meliputi layanan:
a) Orientasi
8

b) Informasi
c) Penempatan/ penyaluran
d) Pembelajaran
e) Konseling perorangan
f) Bimbingan Kelompok
g) Konseling kelompok
3. Jenis-jenis kegiatan pendukung BK:
a) Aplikasi Intrumentasi
b) Himpunan Data
c) Konfrensi Kasus
d) Kujungan Rumah
e) Alih Tangan Kasus
4. Tahap pelaksanaan program Bk
a) Persiapan( penyusunan) program BK
b) Pelaksanaan program BK
c) Evaluasi(hasil) program BK
d) Analisis hasil pelaksanaan BK
e) Tindak lanjut pelaksanaan BK
5. Jumlah siswa asuh yang menjadi tanggug jawab guru BK minimal untuk
memperoleh layanan adalah 150 orang siswa asuh, sedangkan kepala
sekolah yang berasal dari guru BK minimal 40 orang siswa asuh, dan wakil
kepala sekolah yang berasal dari guru BK minimal 75 orang siswa asuh.

Perubahan yang terus menerus terjadi dalam kehidupan, mendorong konselor


perlu mengembangkan awareness, pemahaman, dan penerapannya dalam perilaku
serta keinginan untuk belajar, dengan diikuti kemampuan untuk membantu peserta
didik memenuhi kebutuhan yang serupa. Konselor akan menjadi agen perubahan serta
pembelajar yang bersifat kontinyu. Layanan Bimbingan dan Konseling menjadi
sangat penting karena langsung berhubungan langsung dengan peserta didik
(Kurniawan, 2015).
Aplikasi Ketentutan tentang Guru BK
Aplikasi ketentuan guru BK dalam hal ini guru BK tergambar dengan jelas
dalam bentuk jenis layanan dan kegiatan pendukung. Menurut Prayitno (2012)
adapun jenis layanan dan kegiatan pendukung, yaitu:
1. Layanan
a. Layanan orientasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik memahami
lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah/madrasah dan obyek-obyek
yang dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta mempermudah dan
memperlancar peran peserta didik di lingkungan yang baru.
9

b. Layanan informasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima


dan memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir/jabatan, dan
pendidikan lanjutan.
c. Layanan penempatan dan penyaluran, yaitu layanan yang membantu
peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam
kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang,
dan kegiatan ekstra kurikuler.
d. Layanan penguasaan konten, yaitu layanan yang membantu peserta didik
menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan/atau kebiasaan yang
berguna dalam kehidupan di sekolah/madrasah, keluarga, industri dan
masyarakat.
e. Layanan konseling perorangan, yaitu layanan yang membantu peserta didik
dalam mengentaskan masalah pribadinya.
f. Layanan bimbingan kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik
dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan
belajar, karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta melakukan
kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok.
g. Layanan konseling kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik
dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika
kelompok.
h. Layanan konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau
pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang
perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta
didik.
i. Layanan mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik
menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antar mereka.
j. Layanan Advokasi, yaitu layanan yang membela hak seseorang yang
tercederai.
2. Kegiatan Pendukung
a. Aplikasi instrumentasi, yaitu kegiatan mengumpulkan data tentang diri
peserta didik dan lingkungannya, melalui aplikasi berbagai instrumen, baik
tes maupun nontes.
b. Himpunan data, yaitu kegiatan menghimpun data yang relevan dengan
pengembangan peserta didik, yang diselenggarakan secara berkelanjutan,
sistematis, komprehensif, terpadu dan bersifat rahasia.
c. Konferensi kasus, yaitu kegiatan membahas permasalahan peserta didik
dalam pertemuan khusus yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat
memberikan data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah
peserta didik, yang bersifat terbatas dan tertutup.
d. Kunjungan rumah, yaitu kegiatan memperoleh data, kemudahan dan
komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik melalui pertemuan
dengan orang tua atau keluarganya.
10

e. Tampilan kepustakaan, yaitu kegiatan menyediakan berbagai bahan pustaka


yang dapat digunakan peserta didik dalam pengembangan pribadi,
kemampuan sosial, kegiatan belajar, dan karir/jabatan.
f. Alih tangan kasus, yaitu kegiatan untuk memindahkan penanganan masalah
peserta didik ke pihak lain sesuai keahlian dan kewenangannya.
Masalah dan Solusi
1. Masalah
Tidak sesuainya beban kerja guru BK dengan kenyataan yang ada karna
jam pelayanan dihitung berdasarkan kelas, misalnya jika satu orang guru BK
bertanggung jawab atas 4 kelas, maka ia dihitung mengampu 16 jam, padahal jika
dijumlahkan siswa secara keseluruhan dari 4 kelas tersebut melebihi 150 orang
siswa.
1. Solusi
a. Menjalankan Permendikbud No 111 Tahun 2014 pasal 10 ayat 2 tentang 150
orang peserta didik diampu oleh 1 guru BK. Yaitu dengan melakukan
koordinasi dengan personil sekolah khususnya dengan kepala sekolah
mengenai BK.
b. Guru BK harus membuat skala prioritas mengenai layanan BK yang akan
dilaksanakan, sehingga program yang dirancang dapat dijalankan secara
optimal.

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa di dalam
pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah pemerintah
mengeluarkan beberapa peraturan, baik berdasarkan undang-undang atau peraturan
pemerintah, yaitu tentang penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolah. Dalam hal ini guru BK adalah guru yang mempunyai tugas, tanggungjawab,
wewenang, dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling terhadap
sejumlah peserta didik.
Peraturan pemerintah dan undang-undang juga mengeluarkan ketetapan tentang
guru BK, yaitu berdasarkan permendikbud No 111 tahun 2014, dan peraturan
pemerintah lainya. Di sekolah guru Bk tidak terlepas dari tugas pokok dan tanggung
jawabnya, yaitu agar mampu menciptakan layanan bimbingan dan konseling yang
maksimal. Baik dari penyusunan program, pelaksanaan program, sampai tindak lanjut
program dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling.
Selanjutnya, aplikasi ketentuan guru BK dalam hal ini tergambar jelas dalam
bentuk beberapa jenis layanan dan kegiatan pendukung yang dilaksanakan oleh guru
BK. Dalam pelaksanaannyapu pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak
terlepas dari permasalahan-permasalahan, seperti permasalahan tentang ketentuan
11

guru Bk, dimana yang seharusnya satu orang guru BK bertanggungjawab terhadap
150 orang peserta didik, namun dalam pelaksanaannya satu orang guru BK
bertanggung jawab terhadap lebih dari 150 orang peserta didik.
Dari permasalahan yang ada guru BK harus mampu mengentaskannya dengan
memberikan pelayanan yang optimal kepada peserta didik, baik itu dengan
kemampuan dalam memanajemen waktu yang lebih optimal agar peserta didik
memperoleh pelayanan yang maksimal.

KEPUSTAKAAN
Kurniawan, L. (2015). Pengembangan Program Layanan Bimbingan dan Konseling
Komprehensif di SMA. Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling, 1, 2443-
2202.
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 16 Tahun 2009 tentang
Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.24 Tahun 2007 tentang Standar
Prasarana dan Sarana.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.27 Tahun 2008 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor.
Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan.
Peraturan Pemerintah No.74 Tahun 2008.
Permendikbud No 111 Tahun 2014.
Permendiknas No.27 Tahun 2008 SKAKK tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Konselor.
Prayitno. 2012. Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling. Padang: UNP.
Riska Ahmad & Marwisni Hasan. 2002. Pengelolaan Program BK. Padang: BK FIP
UNP.
Undang-Undang No.14 Tahun 2005 Tentang Dosen dan Guru.
UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai