C.komunikasi Terapuetik Pada Penyakit TBC Dari Pra Interaksi Sampai Terminasi
C.komunikasi Terapuetik Pada Penyakit TBC Dari Pra Interaksi Sampai Terminasi
C.komunikasi Terapuetik Pada Penyakit TBC Dari Pra Interaksi Sampai Terminasi
SUBSCRIBE
"Komunikasi Terapeutik"
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak mungkin lepas dari berkomunikasi. Komunikasi merupakan
proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar manusia. Salah satu kajian ilmu komunikasi
adalah komunikasi kesehatan yang merupakan hubungan timbal balik antara tingkah laku manusia masa
lalu dan masa sekarang dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan perhatian pada
penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut atau partisipasi profesional dalam program-program yang
bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melalui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan
timbal balik melalui perubahan tingkah laku sehat ke arah yang diyakini akan meningkatkan kesehatan
yang lebih baik.
Pada profesi keperawatan, komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan metode utama dalam
mengimplementasikan proses keperawatan. Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan
kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang lebih besar (Abdalati, 1989). Oleh karena hal tersebut,
perawat membutuhkan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup kemampuan
intelektual, teknikal, dan interpersonal yang tercermin dari perilaku kasih sayang dan cinta dalam
berkomunikasi dengan orang lain (Johnson, 1989).
Seorang perawat penting sekali untuk menguasai kemampuan komunikasi terapeutik. Komunikasi
terapeutik jika dikuasai dengan baik oleh seorang perawat, maka ia akan lebih mudah menjalin
hubungan saling percaya dengan pasien. Tak hanya hal itu saja, dengan kemampuan komunikasi
terapeutik yang baik maka perawat dapat mengatasi masalah legal, memberikan kepuasan profesional
dalam pelayanan keperawatan, dan meningkatkan citra perawat.
Komunikasi yang baik dari seorang perawat, khususnya komunikasi terapeutik, dapat memberikan
kepercayaan diri pasien. Dalam hal ini ditekankan bahwa seorang perawat harus mampu berbicara
banyak serta bisa menunjukkan kesan low profile pada pasiennya. Dalam tulisan ini, kami membahas
mengenai komunikasi terapeutik yang meliputi pengertian, tahapan/fase-fase dalam komunikasi
terapeutik, serta tekniknya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Metode Penulisan
Penulis menggunakan metode studi pustaka, browsing internet, dan diskusi kelompok dalam penulisan
karya tulis.
E. Manfaat Penulisan
Ø Agar para mahasiswa keperawatan dan pembaca mengetahui serta memahami komunikasi terapeutik,
tahapan, dan macam-macam tekniknya.
Ø Membekali kami agar nantinya dapat menerapkan komunikasi terapeutik yang baik pada pasien.
F. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menjelaskan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan,
metode penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
Pada bab ini penulis menjelaskan tentang pengertian komunikasi terapeutik, tahapan dalam komunikasi
terapeutik, dan macam teknik komunikasi terapeutik.
Pada bab ini penulis menyajikan kasus narasi tahapan komunikasi terapeutik.
BAB IV PENUTUP
BAB II
TINJAUAN TEORI
Komunikasi terapeutik adalah hubungan interpersonal di mana perawat dan klien memperoleh
pengalaman belajar bersama serta memperbaiki pengalaman emosional klien yang negative (Stuart
Laraia, 2000). Sieh A., Louise K., dan Brenti, (1997) mengemukakan komunikasi terapeutik sebagai segala
bentuk komunikasi yang dirancang untuk meningkatkan kesejahteraan pasien atau menghilangkan
distress psikologis. Komunikasi terapeutik ditujukan dengan empati, rasa percaya, validasi, dan perhatian.
Pada tahap ini, perawat berkewajiban mengidentifikasi pasien mengenai kelebihan serta
kekurangannnya. Tahap yang harus dilakukan oleh seorang perawat adalah memahami keberadaan
dirinnya agar siap berintreraksi dengan pasien. Adapun tugas yang harus dilakukan oleh perawat dalam
tahap prainteraksi adalah :
b. Melakukan analisis terhadap kekuatan sekaligus kelemahan yang terdapat dalam diri sendiri.
Semisal, seorang perawat memiliki kekuatan dalam memulai pembicaraan dan sensitive terhadap
perasaan orang lain. Tentunya, keadaan ini bisa dimanfaatkan oleh seorang perawat guna memudahkan
dirinya dalam membuka pembicaraan sekaligus membina hubungan saling percaya dengan pasien.
c. Mengumpulkan data berkenen dengan pasien. Kegiatan tersebut berfungsi untuk mengetahui
informasi tentang pasien, sekaligus media guna memahami pasien. Paling tidak,seorang perawat bisa
mengetahui identitas pasien, yang bisa digunakan ketika hendak melangsungkan interaksi.
d. Merencanakan pertemuan pertama dengan pasien. Tentunya, sebelum bertemu, perawat sudah
merencanakan apa yang akan dilakukan, yaitu kapan, di mana,dan strategi yang hendak dilakukan dalam
pertemuan tersebut.
2. Tahap Perkenalan
Pada tahap ini, seseorang perawat harus mengawalinya dengan memperkenalkan diri kepada pasien.
Dengan demikian, seseorang perawat telah bersikap terbuka terhadap pasien. Diharapkan, hal itu
mampu membuat pasien terdorong pula untuk membuka dirinya. Adapun tujuan dari tahap perkenalan
adalah guna memvalidasi keakuratan data sekaligus rencan yang sudah dibuat. Berikut adalah tugas yang
harus dilakukan oleh seorang perawat dalam tahap perkenalan :
Rasa saling percaya dapat membantu keberhasilan dalam hubungan terapeutik. Sebab tanpa adannya
saling percaya maka keterbukaaan antara kedua belah pihak akan menjadi suatu hal yang mustahil
terjad. Dengan demikian penting bagi seorang perawat untuk senantiasa membina hubungan saling
percaya dengan pasien. Dalam hal ini perawat harus bersikap terbuka, jujur, menerima
apa adanya, menepati janji, dan menghargai pasien.
Keberadaan kontrak sangat penting guna menjamin kelangsungan interaksi antara perawat dengan
pasien. Saat merumuskan kontrak, seorang perawat harus menjelaskan mengenai peranannya supaya
pasien tidak salah paham terhadap kehadirannya. Tujuan dari penjelasan fungsi perawat adalah
menghindari harapan yang terlalu tinggi dari pasien karena menempatkannya sebagai dewa penolong
yang serba bisa dan serba tahu. Dalam merumuskan sebuah kontrak, perawat harus menegaskan bahwa
kehadirannya semata-mata membantu, sementara kekuatan dan keinginan untuk berubah tetap
sepenuhnya ada pada diri pasien.
Pada tahap ini, seorang perawat harus mendorong pasien guna mengekspresikan perasaannya. Salah
satu cara yang bisa dilakukan oleh seorang perawat dalm tahp ini adalah memberikan pertannyaan
terbuka sehingga bisa melakukan identifikasi terhadap masalah pasien. Efek lainnya adalah dihrapkan
pasien merasa terdorong untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya.
d. Merumuskan metode keperawatan bersama pasien. Pada dasarnya tanpa ada keterlibatan pasien
dalam keperawatan tujuan yang hendak dicapai mungkin menjadi sulit. Tujuan ini dirumuskan setelah
perawat melakukan identifikasi terhadap pasien.
Fase orientasi dilaksanakan pada setiap awal pertemuan. Tujuan dari fase orientasi adalah memvalidasi
keakuratan data mengenai rencana yang sebelumnnya sudah dibuat dan mengevaluasi hasil tindakan
yang sudah dilakukan.
3. Tahap Kerja
Dalam proses komunikasi terapeutik, tahap inti dari keseluruhan prosesnya adalah tahap kerja. Pada
tahap ini seorang perawat dan pasien bekerja sama mengatasi permasalahan yang ada. Perawat dituntut
memfungsikan kemampuannya dalam mendorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaannya perawat juga dituntut memiliki kepekaan dan tingkat analisis yang mempunyai kepekaan
dan tingkat analisis yang baik terhadap perubahan pasien.
Pada tahap kerja perawat harus melakukan active listening. Melalui active listening perawat membantu
pasien dalam mendefinisikan masalah yang sedang dihadapi sekaligus mencari solusi dan cara
mengatasinnya. Diharapkan perawat memiliki kemampuan dalam menyimpulkan kondisi pasien secara
tepat dan benar. Teknik menyimpulkan adalah satu bentuk usaha untuk memadukan dan menegaskan
hal-hal penting dalam percakapan sekaligus menyamakan pikiran dan ide dengan tujuan membantu
pasien.
4. Tahap Terminasi
Tahap terminasi ialah tahap akhir dari pertemuan antara perawat dan dengan pasien. Tahap terminasi
dipetakan menjadi dua, yaitu :
a. Terminasi sementara, yaitu dilakukan saat akhir dari setiap pertemuan dengan pasien.
b. Terminasi akhir, dilakukan saat perawat menyelesaikan proses keperawatan secara keseluruhan.
Pada tahap terminasi, terdapat beberapa tugas yang harus diperhatikan sekaligus diaplikasikan secara
sungguh-sungguh oleh perawat, yaitu :
a. Melakukan evaluasi terhadap pencapaian dari interaksi yang sudah dilaksanakan. Evaluasi ini juga
disebut sebagai evaluasi objektif, di mana dalam melakukan evaluasi, seorang perawat tidak
diperbolehkan menunjukkan kesan menguji kemampuan pasien. Akan tetapi, seorang perawat
menunjukkankesan sekedar mengulang atau menyimpulkan.
b. Melakukan evaluasi subjektif. Evaluasi subjektif dilakukan seusai melakukan interaksi, yaitu dengan
menanyakan perasaan pasien setelah melakukan interaksi, yaitu apakah interaksi yang dilakukan bisa
mengurangi kecemasan atau tidak ?
c. Menindaklanjuti interaksi yang sudah dilakukan. Tindakan tersebut bisa disebut sabagai pekerjaan
rumah bagi pasien. Tindak lanjut yang diberikan harus relevan dengan rencana interaksi berikutnya.
d. Membuat kontrak pertemuan selanjutnya. Kontrak pertemuan yang dibuat mencangkup tempat,
waktu, sekaligus tujuan dari interaksi yang hendak dilakukan.
Menurut (Stuart dan Sundeen, 1998) terdapat dua persyaratan mendasar dalam melakukan
komunikasi yang efektif dan penting untuk dipahami sekaligus dijadikan pegangan dasar bagi seorang
perawat sebelum melangkah ke pemahaman teknik komunikasi terapeutik, yaitu :
Ø Komunikasi harus ditujukan guna menjaga harga diri pemberi maupun penerima pesan.
Ø Komunikasi yang menciptakan saling pengertian harus didahulukan sebelum memberikan saran,
informasi, maupun masukan.
Dua persyaratan tersebut harus diperhatikan oleh perawat. dalam teknik komunikasi terapeutik,
yang penting untuk diperhatikan oleh perawat adalah tingkat pemahaman masing-masing pasien
tidaklah sama. Dengan demikian, maka dibutuhkan teknik komunikasi yang berbeda-beda pula. Maka
secaa substansia teknik komunikasi terapeutik hampir serupa, tetapi dalam pelaksanaanya bisa berbeda-
beda.
Berpijak pada pendapat Shives (1994),13 di sebutkan bahwa teknik komunikasi terapeutik
meliputi :
Hal yang dimaksud adalah memberikan perhatian terhada pesan verbal maupun non verbal yang
datang dari pasien guna menegaskan bahwa perawat bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya.
Adapun tekhnik melatih keterampilan mendengarkan dengan penuh keperhatian adalah:
b. Pertahankan kontak mata, sehingga asien merasa rileks dalam mengeluarkan segala keluh kesahnya
e. Anggukan kepala saat pasien membicarakan hal penting atau membutuhkan umpan balik
2. Menunjukkan penerimaan
Penting untuk ditegaskan, menerima bukan berarti menyetujui. Menerima yang dimaksut adalah
bersedia mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan maupun tidak setuju. Sebagai perawat,
tentu sudah menjadi bentuk keharusan untuk senantiasa menerima segala bentuk perilaku pasien.
Dengan demikian, seorang perawat dianjurkan untuk menghilangkan ekspresi wajah maupun gerakkan
tubuh yang menunjukkan tanda tidak setuju, semisal menggerutkan kening atau menggelengkkan
kepala.
Adapun beberapa teknik yang bisa dilakukkan oleh seorang perawat dalam hal ini adalah:
Tujuan dari seorang perawat dalam mengajukan pertanyaan terhadap pasien adalah guna memperoleh
informasi yang bersifat spesifi. Maka , akan menjai lebih baik apabila pertanyaan yang diajukan berkaitan
dengan topik yang sedang dibicarakan serta gunakan perkataan dalam konteks sosial budaya yang
melatari keberadaan diri pasien. Sebagai catatan, selama dalam pengkajian, ajukan pertanyakan yang
berurutan.
Salah satu cara efektif bagi perawat guna memberikan umpan balik terhadap pasien. Sehingga, pasien
mengetahui bahwa yang disampaikan perawat dimengerti dan berlanjut. Dalam hal ini perawat berhati-
hati karena daya tangkap pasien berbeda-beda. Mengulang bukan hanya menyampaikan ulang
pembicaraan, namun disertai rangkuman yang disimpulkan oleh perawat mengenai kondisi pasien.
5. Klarifikasi
Apabila saat melangsungkan komunikasi terjadi kesalahan, penting bagi seorang perawat untuk
menghentikan pembicaraan guna mengklarifikasi serta menyamakan persepsi. Sebab, keberadaan
informasi sangat penting dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien. Supaya pesan bisa
sampai dengan benar, seorang perawat harus memberikan contoh yang konkret dan mudah dimengerti
oleh pasien.
6. Memfokuskan
Komunikasi yang membias justru akan sulit dimengerti. Memfokuskan tujuan komunikasi merupakan
salah satu metode yang dapat dilakukan guna membatasi pembicaraan, sehingga mudah dimengerti oleh
pasien. Dalam hal ini, seorang perawat tidak boleh memutus pembicaraan pasien saat menyampaikan
keluhannya, terkeculi apabila pembicaraan tersebut melenceng dari tujuan.
Memberikan umpan balik kepada pasien dengan menyatakan hasil pengamatannya. Dalam hasil
pengamatan, perawat harus berkomunikasi dengan jelas dan akurat, sehingga perawat menjadi paham
mengenai kondisi yang diperlukan.
8. Menawarkan Informasi
Setelah menyampaikan hasil observasi, tambahkan dengan informasi mengenai tips yang bisa membuat
pasien percaya diri serta menumbuhkan kesadaran akan hidup sehat. Pemberian informasi berguna
untuk meningkatkan rasa percaya pasien terhadap perawat. Maka, apabila terdapat informasi yang
ditutupi oleh dokter, perawat harus melakukan klarifikasi terhadap alasan yang melatarinya.
9. Diam
Diam merupakan metode guna memberikan ruang atau kesempatan kepada perawat dan pasien dalam
mengorganisasi pikirannya. Metode diam membutuhkan ketrampilan dan ketepatan waktu. Diam dapat
membuat pasien berkomunikasi dengan dirinya sendiri dalam mengorganisasi pikiran dan memproses
informasi yang disampaikan perawat. diam sangat berguna bagi pasien saat harus mengambil keputusan.
10. Meringkas
Meringkas adalah pengulangan ide utama yang sudah dikomunikasikan secara singkat. Biasanya
dilakukan di fase terminasi.
Saat pasien belum siap berkumunikasi secara verbal dengan orang lain, perawat harus mengambil
inisiatif dengan memulai komunikasi yang bisa mencairkan suasana, seperti menawarkan bantuan.
Sehingga pasien menjadi rileks dalam menghadapi kenyataan yang terjadi, lalu menceritakan
permasalahannya pada perawat.
12. Refleksi
Menganjurkan pasien untuk mengemukakan ide dan perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri.
apabila pasien bertanya mengenai apa yang harus dikerjakan, perawat bisa menjawabnya dengan
berdiskusi dengan pasien guna menentukan tindakan bersama. Dengan demikian, perawat mencoba
menghargai pendapat pasien. Tindakan ini menunjukkan bahwa pasien memiliki hak untuk mengatur
dirinya sendiri, sehingga memunculkan pikiran bahwa dirinya merupakan manusia yang memiliki
kapasitas dan kemampuan.
BAB III
1. Tahap Pre-Interaksi
· Tujuan khusus adalah klien dapat memahami dan mandiri dalam rangka melaksanakan perawatan
luka.
Nadi: 74x/menit.
TD : 120/70 mmHg.
Saya siap berinteraksi dengan klien (Ny. Dina) dengan tindakan perawatan luka post operasi.
2. Tahap Orientasi
(Dialog)
Perawat : “Saya perawat Ratna, apakah benar ini dengan ibu Dina?”.
Perawat : “Ibu Dina, ibu lebih suka saya panggil apa ibu?”.
Perawat : “Baik ibu Dina, saya Ratna, hari ini saya yang akan merawat ibu dari pukul 07.00 -14.00
siang nanti Bu, jadi kalau ada masalah atau keluhan ibu dapat berbicara kepada saya, Bu”.
Perawat : “Baiklah, Ibu bagaimana keadaannya hari ini setelah operasi caesar kemarin?”.
Klien : “Alhamdulillah Suster, saya senang sekali dengan kelahiran anak pertama saya. Tapi saya
masih merasa lemas dan sulit bergerak”.
Perawat : “Alhamdulillah saya turut senang atas kelahiran anak pertama ibu, karena ibu
melahirkan anak pertama melalui caesar jadi wajar kalau ibu sulit bergerak karena ada luka operasi yg
masih rentan, selain lemas apakah yg ibu rasakan?”
Klien : “Oh begitu ya Suster. Tidak, hanya lemas dan sulit bergerak saja”
Perawat : “Baik Bu, sesuai dengan perjanjian kita kemarin, saya akan mengganti perban luka ibu,
supaya tidak terjadi infeksi dan supaya ibu bisa segara beraktivitas kembali”
3. Tahap kerja
(Dialog)
Klien :“Apakah perawatan luka ini penting, Sus? Dan berapa frekuensi penggantian perban,
Sus?
Perawat : “Iya Ibu, perawatan luka ini sangat penting karena jika luka kotor akan
menimbulkan infeksi dan dapat menyebabkan kematian, perban itu harus diganti minimal 1x sehari, Bu”
Perawat : “Oke ibu Dina, pertama maaf ibu bajunya sedikit saya singkapkan ya, Bu. Nanti jika
sudah di rumah atau saat ibu sudah merasa tidak nyaman, ibu atau dengan bantuan keluarga dapat
melakukan secara mandiri”
Perawat : “Sarung tangan, pinset, gunting, plester, kasa steril, cairan pembersih. Ibu dapat
menggunakan aquabides sudah ada yang menjual di apotek, Bu”
Perawat :“Pertama-tama kita buka balutan yang lama namun jangan memegang dengan tangan
telanjang, kita harus memakai sarung tangan, lalu kita bersihkan luka dengan aquabides yang dicelupkan
ke kasa dan dikeringkan dengan kasa kering”
Perawat :“Benar sekali ibu, setiap kali kita membersihkannya kita tukar dengan kasa yang baru
dan jangan lupa ibu kita harus membersihkan luka dari daerah yang bersih kedaerah yang kotor”
Perawat :“Lalu Bu, kita tutup luka dengan kasa steril, dan direkatkan dengan plester, lalu
ditutup dengan pakaian ibu kembali dan semua bekas balutan dibuang ketempat sampah medis”
4. Tahap terminasi
(Dialog)
Perawat : “Baik ibu Dina, perawatan lukanya sudah selesai dan ibu pun sudah mengerti
bagaimana cara melakukan perawatan luka. Sekarang bagaimana rasannya bu, apakah sudah lebih
nyaman bu sekarang?”
Klien : “Iya suster sudah lebih nyaman”
Perawat : “Baik ibu kalau begitu nanti jika sudah waktunya ibu mengganti perban, ibu bisa
dibantu dengan keluarga, atau biasa juga didampingi saya atau perawat lainnya”
Perawat : “Iyah ibu Dina. Apakah ada yang ingin ibu tanyakan?”
Klien : “Tidak, Sus. Saya rasa cukup dan saya sudah paham, Sus”
Ø Tahap Pra-Interaksi
· Seorang pasien bernama Mr. Bram, menderita sakit dirawat di rumah sakit 5 hari KU sadar, tensi
120/70 mmHg, nadi 88X/menit, suhu 37 derajat Celcius, badan kurus, sulit tidur, tidak mau makan sayur,
tidak mengerti menu makan 4 sehat 5 sempurna, suka merokok, pakaian tampak kusut, dan kurang
menjaga kebersihan.
· Perawat bernama Johns saat itu bertugas jaga di rumah sakit tempat pasien Bram dirawat ingin
menyampaikan pendidikan kesehatan terkait dgmasalah yang dihadapi pasien Bram
Ø Tahap Kerja
Pasien : “Saya merasakan kepala saya pusing mas, dan saya juga sulit untuk tidur,
Pasien :“Iya mas, kenapa ya saya merasa berat badan saya itu turun?”
Pasien : “Setiap hari saya merokok , saya tidak bisa lepas dari rokok.”
Perawat : "Kalau boleh saya sarankan, bapak tolong kurangi kebiasaan merokok bapak, karena
rokok sangat membahayakan bagi kesehatan bapak, karena didalam rokok banyak mengandung zat-zat
kimia yang berbahaya.”
Pasien : “Iya mas saya pernah mencoba untuk meninggalkan kebiasaan merokok tapi saya
tidak bisa, lidah saya tersa pait apabila sehari tidak merokok.”
Perawat : “Iya memang pak kebiasaan itu sangat sulit dihilangkan,tapi bapak bisa mengganti
kebiasaan tersebut dengan aktifitas yang lain selain merokok seperti membaca koran atau berolah raga.”
Perawat : “Oh iya pak apakah pada saat makan sehari-hari bapak kurang suka mengkonsumsi
sayuran, seperti wortel, bayam, kol dan lainnya?”
Pasien :”Iya mas saya tidak suka makan sayur-sayuran, apakah itu berpengaruh untuk berat
badan saya?”
Perawat : “Iya pak itu juga faktor yang mempengaruhi berat badan menjadi turun.Karena pada
sayuran terdapat gizi dan protein yang sangat dibutuhkan oleh tubuh dan sayuran sangat penting untuk
pertumbahan dan daya tubuh agar tetap stabil."
Pasien : “Makanan yang bergizi dan mempunyai prtoein seperti apa mas contohnya?”
Perawat : “Bapak harus mengkonsumsi sayur-sayuran, ikan laut, daging telur tahu tempe, untuk
lebih baiknya bapak juga saya sarankan untuk minum susu,apakah sudah jelas pak untuk penjelasan
saya?”
Pasien : “Iya mas sudah jelas kok, terima kasih atas saran-saranya mas.”
Perawat : “Dan disamping itu bapak juga harus menjaga kebersihan badan bapak dan lingkungan
sekitar bapak.”
Perawat : “Misalnya dalam hal pakaian yang bapak kenakan, setiap kita akan memakai pakaian,
lebih baik pakaian tersebut dicuci dengan bersih. Setelah itu anda setrika pak karena pakaian tersebut
kemungkinan besar terdapat kuman yang tersembunyi, dengan bapak menyetrika pakaian tersebut
kuman akan mati selain itu bapak pasti akan kelihatan rapi dan bersih, apakah bapak berniat untuk
melakukan hal tersebut?”
Pasien : “Iya Mas Insyalloh saya berniat untuk melakukan hal tersebut makasih ya mas atas
saran nya.”
Perawat : “Apakah masih ada keluhan atau hal yang ingin anda sampaikan pak?”
Ø Tahap Terminasi
Perawat : “Baiklah kalau memang sudah tidak ada keluhan lagi, saya akan melajutkan pekerjaan
saya yang lain dan jika bapak perlu bantuan anda cukup memencet tombol di sebelah anda maka saya
akan datang dan menyiapkan keperluan yang anda inginkan.”
Perawat : “Terima kasih juga atas waktunya, Pak. Silahkan bapak kembali beristirahat dan lekas
sembuh. Permisi, Pak.”
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ø Komunikasi terapeutik adalah komunikasi secara sadar yang dilakukan oleh seorang perawat untuk
kesembukan pasien.
· Membantu klien/pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta
dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila klien pecaya pada hal yang diperlukan.
· Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya.
· Fase prainteraksi
· Fase orientasi
· Fase kerja
· Fase terminasi
· Menunjukkan penerimaan
· Klarifikasi
· Focusing
· Diam
· Meringkas
· Memberi penguatan
· Menawarkan diri
· Refleksi
B. Saran
Dengan makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami pentingnya komunikasi terapeutik dalam
proses keperawatan. Khususnya bagi pembaca yang berprofesi sebagai seorang perawat atau tenaga
medis lainnya agar dapat berkomunikasi yang baik sehingga dapat menjalin kerjasama dengan pasien
dalam melakukan proses keperawatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan pasien serta
berkomunikasi dengan baik terhadap rekan kerja dan siapapun yang terdapat di lingkungan kerja.
Daftar Pustaka
Nasir et al. 2009. Komunikasi dalam Keperawatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.
article health
Comments
Anniversary VS Mensiversary
- February 03, 2017
Image
Anniversary VS Mensiversary
Hai guys.. ketemu lagi nih. Kali ini kita bakalan bahas tentang yang namanya anniversary. Pasti dong
kalian yang sudah menjalani hubungan pasti sudah akrab banget sama anniversary. Buat yang masih
jomblo alias belum ada gandengannya (red: pacar), tenang aja gak usah baper dulu sama anniversary ini.
Suatu saat kamu para jojoba (red: jomblo-jomblo bahagia) pasti bisa ngrasain kok anniversary ini, ya
kalau udah punya gandengan pastinya hahaha XD
BTW, anniversary ini sebenernya apa sih? Perlu gak sih anniversary itu dirayain? Seberapa penting
anniversary itu? Sebelum kita bahas itu kita bahas dulu asal kata anniversary itu. Okee? Karena kayaknya
masih banyak dari kita yang masih kurang paham atau mungkin salah kaprah tentang pengucapan
anniversary ini.
Yupp.. anniversary adalah suatu kata yang berasal dari bahasa latin yaitu annum dan versary. Nah, ini
penjelasannya, ‘annum’ artinya tahun dan ‘versary’ yang artinya titik balik. Jadi anniversary adalah
sebuah ucapa…
READ MORE
Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku
akan terjadi. Sebaliknya, hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas
terjadinya suatu perilaku. Menurut Skinner penguatan berarti memperkuat, penguatan dibagi menjadi
dua bagian yaitu : 1. Penguatan positifadalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons
meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk penguatan
positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala
untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb). 2.
Penguatan negatif,adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena
diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan
negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau m…
READ MORE
Image
READ MORE
Powered by Blogger
DENANDA AGNES
VISIT PROFILE
Archive
Labels
Report Abuse