Laporan Praktikum Biokimia Lipid
Laporan Praktikum Biokimia Lipid
Laporan Praktikum Biokimia Lipid
LIPID
Oleh :
1321820014
SERPONG
2019
I. Tujuan
Mengidentifikasi lemak yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari .
Uji penyabunan minyak meliputi 2 tahap, yakni safonifikasi minyak kelapa dan uji
sifat kesadahan. Pada percobaan hidrolisis minyak kelapa, digunakan NaOH untuk
menghidrolisis minyak kelapa dalam pelarut alkohol. Alkohol di sini berfungsi untuk
mempercepat reaksi hidrolisis. Reaksi positif ditandai dengan munculnya busa dan
lama-kelamaan alkohol akan menguap. Air sadah adalah air yang mengandung ion
Ca2+ atau Mg2+. Air sadah tidak berbahaya karena ion-ion tersebut dapat larut dalam
air. Akan tetapi dengan kadar Ca2+ yang tinggi akan menyebabkan air menjadi keruh.
Walaupun tidak berbahaya, air sadah dapat menyebabkan kerugian yaitu sabun
menjadi kurang berbuih. Hal ini terjadi karena ion Ca2+ atau Mg2+ dapat bereaksi
dengan sabun membentuk endapan. Contoh persamaan reaksinya adalah:
Dengan terbentuknya endapan, maka fungsi sabun sebagai pengikat kotoran menjadi
kurang atau bahkan tidak efektif. Sabun akan berbuih kembali setelah semua ion Ca 2+
atau Mg2+ yang terdapat dalam air mengendap. Lain halnya dengan detergen, deterjen
tidak bereaksi dengan ion Ca2+ atau Mg2+ sehingga deterjen tidak terpengaruh oleh air
sadah. Kerugian lainnya adalah air sadah dapat menyebabkan terbentuknya kerak
pada dasar ketel yang selalu digunakan untuk memanaskan air. Sehingga untuk
memanaskan air tersebut diperlukan pemanasan yang lebih lama. Hal ini merupakan
pemborosan energi. Timbulnya kerak pada pipa uap dapat menyebabkan
penyumbatan sehingga dapat menyebabkan pipa tersebut meledak.
Pada uji kolesterol, kelompok lipid seperti fosfolipid dan sterol merupakan
komponen penting yang terdapat dalam membran semua sel hidup. Kolesterol adalah
sterol utama yang banyak terdapat di alam. Untuk mengetahui adnaya sterol dan
kolesterol, dapat dilakukan uji kolesterol menggunakan reaksi warna. Salah satu di
antaranya ialah reaksi Liebermann Burchard. Uji ini positif bila reaksi menunjukkan
warna yang berubah dari merah, kemudian biru dan hijau. Warna hijau yang terjadi
sebanding dengan konsentrasi kolesterol dalam bahan.
Pada uji kristal kolesterol, Kolesterol terdapat pada hampir semua sel hewan
dan manusia. Pada tubuh manusia, kolesterol terdapat dalam darah, empedu, kelenjar
adrenalin bagian luar (adrenal cortex), dan jaringan syaraf. Jika kadar kolesterol
dalam darah terlalu tinggi, maka akan mengendap membentuk kristal. Endapan
membentuk kristal. Endapan kolesterol dapat menyebabkan penyempitan pembuluh
darah (arteriosclerosis) karena dindingnya menjadi tebal. Akibatnya, elastisitas
pembuluh darah menjadi berkurang, sehingga aliran darah terganggu. Kolesterol
dalam serum tidak terdapat bebas, melainkan berkonjugasi sebagai lipoproteida, yaitu
pembentuk protein yang terdiri atas 25% kolesterol dan 75% ester asam lemak tidak
jenuh (Yazid, 2006).
B. Bahan
1. Minyak kelapa
2. Lemak hewani
3. Virgin coconut oil
4. Alkohol netral 95%
5. Khlorofom
6. Eter
7. Natrium karbonat (NaCO3)0,5%
8. KOH beralkohol
9. Indikator PP
IV. Cara Kerja
a. Uji Daya Larut
b. Pengaruh Penambahan Natrium Karbonat
c. Penyabunan (saponifikasi)
1. Proses Penyabunan
tabung reaksi
+lemak hewan
+2ml air
+2ml KOH
2. Bilangan Penyabunan
erlenmeyer
+2ml palm oil
+50 alkohol 95%
+1 tetes indikator pp
hitung ml titrasi
d. Uji Ketidakjenuhan
tabung raksi
asam oleat asam stearat minyak kelapa margarin mentega lemak hewan
amati
amati
V. Data Pengamatan
a. Uji Daya Larut
Sampel A ( Minyak Sawit)
No Pelarut Hasil
1 Air Larut
2 Eter Larut
3 Alkohol Panas Tidak Larut
4 Alkohol Dingin Tidak Larut
5 Khlorofom Larut
No Pelarut Hasil
1 Air Tidak Larut
2 Eter Larut
3 Alkohol Panas Tidak Larut
4 Alkohol Dingin Tidak Larut
5 Khlorofom Larut
Terdapat dua fasa pada minyak kelapa, fasa 1 berwarna putih gading dan fasa 2
putih keruh yang menandakan terjadinya emulsi minyak dan air, banyak terdapat
busa yang membuktikan adanya reaksi saponofikasi.
c. Penyabunan
1. Proses Penyabunan :
Keadaan awal Tidak larut
Pemanasan 1 Mencair dan mengapung
Pemansan 2 + KOH + Alkohol Timbul buih setelah pengocokan
2. Bilangan Penyabunan
V Blangko = 0,1 ml
V Minyak kelapa = 0,4 ml
Bilangan Penyabunan = (V sampel – V blangko) x N KOH x 56,1 g/mol
Ml sampel
= (0,1 - 0,4) ml x 0,1 x 56,1 g/mol
2g
= 0,8415
d. Uji ketidak jenuhan
Pengamatan
No Sampel Keterengan
Awal Akhir
1 Minyak Sawit Bening Kekuningan Orange Cerah +
2 Lemak hewani Putih Tulang Putih Tulang Tidak ada perubahan
3 Margarin Kuning Cerah Kuning Cerah Tidak ada perubahan
4 Stereat Bening Merah Muda -
5 Oleat Cokelat Kemerahan Cokelat Kemerahan +
6 VCO Bening Peach -
Keterangan :
(-) : Merupakan golongan lemak jenuh
(+) : Merupakan golongan lemak tak jenuh
VI. Pembahasan
Lipid adalah sekelompok senyawa organic yang terdapat dalam tumbuhan,
hewan atau manusia dan memegang peranan penting dalam struktur dan fungsi sel.
Lipid adalah senyawa organik yang diperoleh dari proses dehidrogenasi endotermal
rangkaian hidrokarbon. Lipid bersifat amfifilik, artinya lipid mampu membentuk
struktur seperti vesikel, liposom, atau membran lain dalam lingkungan basah. Lipid
biologis seluruhnya atau sebagiannya berasal dari dua jenis subsatuan atau "blok
bangunan" biokimia: gugus ketoasil dan gugus isoprena. Dengan menggunakan
pendekatan ini, lipid dapat dibagi ke dalam delapan kategori: asam lemak,
gliserolipid, gliserofosfolipid, sfingolipid, sakarolipid, dan poliketida (diturunkan dari
kondensasi subsatuan ketoasil); serta lipid sterol dan lipid prenol (diturunkan dari
kondensasi subsatuan isoprena). Senyawa lipid tidak mempunyai rumus empiris
tertentu dan struktur yang serupa, tetapi terdiri atas beberapa golongan. Berbeda
dengan karbohidrat dan protein, lipid mempunyai sifat tidak larut dalam air, tetapi
larut dalam pelarut organic nonpolar seperti eter, kloroform, aseton dan benzene.
Berdasarkan sifat demikian, lipid dapat diperoleh dengan cara ekstraksi dari jaringan
hewan atau tumbuhan menggunakan eter atau pelarut nonpolar lainnya.
Pada praktikum kali ini dilakukan analisa baik secara kualitatif maupun
kuantitatif pada beberapa sampel minyak. Parameter yang diuji adalah daya kelarutan
berbagai jenis lipid, penambahan Natrium karbonat, bilangan penyabunan, serta
ketidakjenuhan.
Dalam percobaan daya larut sampel lemak minyak sebagai sampel A dan
lemak hewani sebagai sampel B yang dilarutkan dalam beberapa jenis pelarut. Pelarut
yang digunakan dimasukkan ke dalam tabung reaksi adalah alkohol dingin, alkohol
panas, khoroform, air dan eter. Setelah dilakukan pencampuran dalam tabung reaksi,
pada sampel A hanya pelarut air yang terlihat tidak larut. Sedangkan pada sampel B
larut pada pelarut eter dan khlorofom, sedikit larut dalam alcohol panas, dan tidak
larut pada air dan alcohol dingin. Sampel B tidak larut dalam alokohol dingin
mungkin disebabkan karena sampel yang bentuk padat, dan suhu pelarut lebih rendah
dari titk leleh sampel, walaupun pelarut bersifat semi polar. Sementara minyak atau
lemak yang larut dalam eter atau khlorofom terjadi karena keduanya merupakan
pelarut organik (nonpolar). Sedangkan pada pelarut polar seperti air dan alkohol,
sampel lemak hewan tidak dapat larut. (*Lampiran Uji Daya Larut)
Selanjutnya adalah uji pengamatan pada kertas saring dan ditetesi dengan
pelarut eter. Hasil yang didapat sesuai dengan gambar terlampir. (*Lampiran Uji Daya
Larut)
Dari hasil pengamatan sampel A (minyak sawit) dan sampel B (lemak hewan)
meninggalkan noda pada pelarut air, eter dan kloroform. Sedangkan menurut teori lemak
hewan hanya akan larut pada pelarut organik nonpolar yaitu eter dan kloroform.
Penyimpangan hasil ini kemungkinan terjadi karena ada serpihan kecil lemak hewan
yang terikut tertuang di atas kertas saring. Sementara untuk pelarut alkohol tidak
meninggalkan noda sama sekali karena alkohol bersifat semipolar.
Percobaan yang kedua adalah penambahan Natrium karbonat pada campuran minyak
nabati dan air. Natrium karbonat (juga dikenal sebagai mencuci soda atau soada abu),
Na2CO3 adalah garam natrium dari asam karbonat. Natrium karbonat merupakan salah
satu dari pelarut organik, tetapi bukan pelarut yang baik untuk lemak. 1 ml minyak
nabati dengan 3 ml air dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian dikocok. Hasilnya
adalah terlihat ada dua fasa terpisah yaitu fasa minyak di atas dan fasa air dibawah sesuai
gambar terlampir. (*Lampiran Na-karbonat)
Hal ini terjadi karena berat jenis minyak lebih kecil daripada air. Selain itu
minyak cendering bersifat nonpolar sedangkan air cenderung bersifat polar sehingga
keduanya tidak saling bercampur. Setelah ditambah dengan natrium karbonat, kemudian
dikocok terlihat campuran air dan minyak menjadi keruh. Ini membuktikan terjadinya
emulsi di antara keduanya oleh natrium karbonat. Natrium merupakan jenis alkali yang
jika ditambahkan ke dalam minyak akan terbentuk gliserol dan sabun. Sabun yang
terbentuk inilah yang mengemulsi minyak dan air karena sabun termasuk dwi polar dan
juga memiliki kemampuan menurunkan tegangan permukaan diantara keduanya
sehingga dapat mengemulsikan minyak dengan air.
Percobaan yang ketiga adalah reaksi saponifikasi atau penyabunan pada senyawa
lipida dengan sampel lemak hewan. Sabun adalah senyawa yang dihasilkan dari reaksi
antara asam lemak dengan alkali. Asam lemak ini terdapat di dalam minyak nabati dan
lemak hewan. Reaksi dari minyak nabati dan lemak hewan dengan alkali disebut dengan
reaksi saponifikasi. Sesendok lemak hewan ditambahkan dengan air dimasukkan ke
dalam tabung reaksi kemudian dipanaskan sampai berembun agar lemak mencair.
Setelah itu ditambahkan larutan KOH dan dipanaskan lagi hingga jernih. Larutan KOH
yang ditambahkan akan menghidrolisis lemak menjadi gliserin dan garam asam lemak
atau yang lebih akrab disebut dengan sabun. Hal ini sesuai dengan reaksi berikut :
Setelah itu tabung reaksi kemudian dikocok. Berdasarkan hasil pengamatan ketika
dikocok timbul buih yang menandakan terbentukya sabun dari hasil reaksi
saponifikasi ini. Hal ini sesuai dengan gambar pengamatan terlampir. (*Lampiran Uji
Penyabunan)
VII. Kesimpulan
1. Lemak cenderung larut pada pelarut nonpolar seperti eter dan khlorofom, tidak larut
dalam pelarut polar (air) dan juga pelarut semi polar alkohol tapi cenderung
membentuk emulsi.
2. Natrium karbonat merupakan senyawa basa kuat yang akan menyebabkan reaksi
penyabunan dan hidrolisis pada lemak menjadi garam asam lemak (sabun) yang dapat
mengemulsi minyak, air dan membentuk gelembung buih serta menghasilkan gliserol.
3. Bilangan penyabunan merupakan jumlah KOH atau basa kuat lainnya yang digunakan
untuk menyabunkan 1 ml minyak atau lemak dan berdasarkan perhitungan praktikum
bilangan penyabunan dari sampel minyak kelapa adalah 0,8415.
4. Lemak hewan dan asam stearat merupakan golongan lemak jenuh, minyak kelapa dan
asam oleat termasuk lemak tak jenuh, margarin mengandung sedikit ikatan rangkap
*( ) Lihat Lampiran
LAMPIRAN
Pemanasan I Pemanasan I
D. Penyabunan
(Saponifikasi) Proses
Penyabunan
Pemanasan I Pemanasan II
Bilangan Penyabunan
Sampel Blanko
E. Uji Ketidakjenuhan
Sebelum Sesudah
A. Uji Daya Larut
1. Bagaimana
hasilnya ? Jawab :
Minyak Sawit
Pelarut Hasil
Air Larut
Eter Larut
Alkohol Panas Tidak Larut
Alkohol Dingin Tidak Larut
Kloroform Larut
Lemak Hewan
Pelarut Hasil
Air Tidak Larut
Eter Larut
Alkohol Panas Tidak Larut
Alkohol Dingin Tidak Larut
Kloroform Larut
C. Penyabunan
Proses Penyabunan
1. Mengapa terbentuknya busa ?
Jawab : membentuk busa karena terjadi proses penyabunan. Fungsi
penambahan KOH pada proses saponifikasi adalah sebagai bahan
hidrolisis untuk pembentuk sabun kalium, sehingga terbentuk sabun
kalium dan gliserin.
D. Uji Ketidakjenuhan
1. Apakah yang menyebabkan perbedaan hasil setiap zat yang diperiksa ?
Jawab : Reaksi positif ketidakjenuhan asam lemak ditandai dengan
timbulnya warna awal lagi ketika iod Hubl diteteskan ke asam lemak.
Warna awal yang kembali pudar menandakan bahwa terdapat banyak
ikatan rangkap pada rantai hidrokarbon asam lemak. Berdasarkan hasil
percobaan yang dilakukan, minyak kelapa sawit, lemak hewan,
margarin dan asam oleat, terbukti mengandung asam lemak tidak
jenuh. Uji ini positif untuk lemak ataupun minyak yang memiliki asam
lemak tidak jenuh walaupun dalam jumlah sedikit. Sesuai dengan
literature asam stearate dan VCO termasuk asam lemak jenuh yang
mempunyai ikatan rangkap pada rantai hidrokarbonnya yang sehingga
hasilnya negatif.
DAFTAR PUSTAKA
Soerawidjaja,T., 2005, Mendorong Upaya Pemanfaatan dan Sosialisasi Biodiesel Secara Nasional,
Makalah disampaikan pada pertemuan duabulanan ke-3 LP3E KADIN Indonesia,Jakarta.
Sudarmadji, S., 2003, Analisa Bahan Makanan dan Pertanian, Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Winarno, F. G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.