Laporan Praktikum Biokimia Lipid

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

LIPID

Oleh :

Rizal Ainur Ichsan

1321820014

TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA

SERPONG

2019
I. Tujuan
Mengidentifikasi lemak yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari .

II. Dasar Teori

Lipid adalah sekelompok senyawa organic yang terdapat dalam tumbuhan,


hewan atau manusia dan memegang peranan penting dalam struktur dan fungsi sel.
Senyawa lipid tidak mempunyai rumus empiris tertentu dan struktur yang serupa,
tetapi terdiri atas beberapa golongan. Berbeda dengan karbohidrat dan protein, lipid
mempunyai sifat tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organic nonpolar
seperti eter, kloroform, aseton dan benzene. Berdasarkan sifat demikian, lipid dapat
diperoleh dengan cara ekstraksi dari jaringan hewan atau tumbuhan menggunakan eter
atau pelarut nonpolar lainnya.
Lipid merupakan komponen penting dalam membrane sel, termasuk
diantaranya fosfolipid, glikolipid, dan dalam sel hewan adalah kolesterol. Fosfolipid
mempunyai banyak kerangka gliserol( fosfogliserida) atau sfingosina (sfingomyelin).
Serebrosida mengandung glukosa dan galaktosa dan dengan kerangka sfingosina
termasuk dalam glikolipid. Kolesterol merupakan senyawa induk bagi steroid lain
yang disintesis dalam tubuh. Steroid tersebut adalah hormone-hormon yang penting
seperti hormone korteks adrenal serta hormone seks, vitamin D, dan asam empedu.
Lemak dan minyak merupakan bagian terbesar dan terpenting kelompok lipid,
yaitu sebagai komponen makanan utama bagi organism hidup. Lemak dan minyak
penting bagimanusia karena adanya sam-asam lemak esensial yang terkandung
didalamnya. Fungsinya dapat melarutkan vitamin A,D,E, dan K yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Kemudian, lemak dan minyak merupakan sumber
energy yang lebih efisien dibandingakan karbohidrat dan protein. Satu gram lemak
atau minyak dapat menghasilkan 9 kkal, sedangkan karbohidrat dan protein hanya
menghasilkan 4 kkal setiap gram..
Secara kimiawi, lemak dan minyak adalah trigliserida yang merupakan ester
dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Senyawa terbentuk dari hasil kondensasi
satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak.
Lipid dapat diklasifikasikan menjadi 3 golongan besar, yaitu:
1. Lipid sederhana : senyawa ester asam lemak dan berbagai alcohol. Contoh : lemak
atau minyak dan lilin (wax).
2.      Lipid kompleks (gabungan) : senyawa ester asam lemak yang mempunyai gugus
lain disamping alcohol dan asam lemak, misalnya krbohidrat atau protein. Contoh
fosfolipid, glikolipid dan lipoprotein.
3.      Derivat lipid : senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid. Contoh :
asam lemak, gliserol, aldehida lemak, keton, hodrokarbon, sterol, vitamin larut lemak
dan beberapa hormon.
Selain menurut penggolongan diatas berdasarkan sifat kimianya lipid dapat
pula dibedakan menjadi 2, yaitu lipid yang dapat disabunkan atau dapat dihidrolisis
dengan basa. Contohnya: lemak atau minyak, dan lipid yang tidak dapat disabunkan,
contohnya sterol dan terpena.
Asam lemak dapat dibentuk dari senyawa-senyawa yang mengandung karbon
seperti asetat, asetaldehid, dan etanol yang merupakan hasil respirasi tanaman. Asam
lemak dalam tanaman disintesis dalam keadaaan anaerob dengan bantuan bakteri
tertentu seperti Clostridium kluyver. Asam-asam lemak yang ditemukan dialam
umumnya merupakan asam-asam monokarboksilat dengan rantai yang tidak
bercabang dan mempunyai jumlah atom karbon genap. Asam lemak dialam dapat
dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
1.      Asam lemak jenuh : asam lemak yang tidak mempunyai ikatan rangkap.
Contoh : asam palmitat, asam stearat, dan asam kaprat. Sumber sebagian besar pada
lemak hewani.
2.      Asam lemak tidak jenuh : asam lemak yang mempunyai satu atau lebih ikatan
rangkap. Contoh : asam oleat, asam linoleat, dan asam linolenat. Sumber minyak
nabati pada biji-bijian atau kacang-kacangan.
Sifat fisikokimia lemak dan minyak berbeda satu sama lain, tergantung pada
sumbernya. Secara umum, bentuk trigliserida lemak dan minyak sama, tetapi
wujudnya berbeda. Dalam pengertian sehari-hari, disebut lemak jika berbentuk padat
pada suhu kamar dan disebut minyak jika berbentuk cair pada suhu kamar.
Trigliserida dapat berbentuk padat atau cair berhubungan dengan asam lemak
penyusunnya. Minyak nabati sebagian besar berbentuk cair karena mengandung
sejumlah asam lemak tidak jenuh seperti asam oleat, asam linoleat, dan asam
linolenat. Asam-asam lemak termasuk asam lemak essensial yang dapat mencegah
timbulnya gejala arteriosklerosis karena penyempitan pembuluh darah akibat
penumpukan kolesterol. Sebaliknya asam lemak hewani umumnya pada suhu kamar
berbentuk padat karena banyak mengandung asam lemak jenuh seperti asam stearat
dan asam palmitat. Asam lemak jenuh mempunyai titik lebur lebih tinggi daripada
asam lemak tidak jenuh.
Lemak dan minyak dapat mengalami ketengikan, karena dapat terhidrolisis
dan teroksidasi bila dibiarkan terlalu lama kontak dengan udara. Pada proses
hidrolisis, lemak atau minyak akan diubah menjadi asam lemak bebas dab gliserol.
Reaksi hidrolisis dapat mengakibatkan kerusakan lemak atau minyak karena terdapat
sejumlah air didalamnya, sehingga menimbulkan bau tengik. Reaksi demikian
dikatalisis oleh asam, basa, atau enzim tertentu seperti enzim lipase.
Lemak dan minyak yang teroksidasi akan membentuk peroksida dan
hidroperoksida yang dapat terurai menjadi aldehida, keton, dan asam-asam lemak
bebas. Hasil oksidasi tidak hanya mengakibatkan rasa bau yang tidak enak, tetapi
dapat pula menurunkan nilai gizi karena kerusakan vitamin dan asam-asam lemak
essensial dalam lemak. Reaksi oksidasi dipercepat dengan adanya cahaya, pemanasan
atau katalis logam seperti Cu, Fe, Co, dan Mn. Lemak dan minyak yang sangat tengik
mempunyai keasaman yang rendah. Proses ketengikan dapat dihambat salah satunya
dengan penambahan zat anti oksidan seperti vitamin E, vitamin C, polifenol dan
hidroquinon.
Pada uji kelarutan lipid, umumnya lemak dan minyak tidak larut dalam air,
tetapi sedikit larut dalam alkohol dan larut sempurna dalam pelarut organik seperti
eter, kloroform, aseton, benzene, atau pelarut nonpolar lainnya. Minyak dalam air
akan membentuk emulsi yang tidak stabil karenabila dibiarkan, maka kedua cairan
akan memisah menjadi dua lapisan. Sebaliknya, minyak dalam soda (Na2CO3) akan
membentuk emulsi yang stabil karena asam lemak yang bebas dalam larutan lemak
bereaksi dengan soda membentuk sabun. Sabun mempunyai daya aktif permukaan,
sehingga tetes-tetes minyak tersebar seluruhnya.
Pada uji pembentukan emulsi, dimana emulsi adalah dispersi atau suspensi
metastabil suatu cairan dalam cairan lain di mana keduanya tidak saling melarutkan.
Agar terbentuk emulsi yang stabil, diperlukan suatu zat pengemulsi yang disebut
emulsifier atau emulsifying agent, yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan
antara kedua fase cairan. Bahan emulsifier dapat berupaprotein, brom, sabun, atau
garam empedu. Daya kerja emulsifier terutama disebabkan oleh bentuk molekulnya
yang dapat terikat, baik pada minyak maupun air. Emulsifier akan membentuk lapisan
di sekeliling minyak sebagai akibat menurunnya tegangan permukaan dan diadsorpsi
melapisi butir-butir minyak, sehingga mengurangi kemungkinan bersatunya butir-
butir minyak satu sama lain.
Pada uji keasaman minyak, Minyak murni umumnya bersifat netral,
sedangkan minyak yang sudah tengik bersifat asam. Hal ini disebabkan minyak
mengalami hidrolisis dan oksidasi menghasilkan aldehida, keton, dan asam-aasm
lemak bebas. Proses ketengikan pada lemak atau minyak dapat dipercepat oleh adanya
cahaya, kelembaban, pemanasan, aksi mikroba, dan katalis logam tertentu, seperti Fe,
Ni, atau Mn. Sebaliknya, zat-zat yang dapat menghambat terjadinya proses
ketengikan disebut antioksidan, misalnya tokoferol (vitamin E), asam askorbat
(vitamin C), polifenol, hidroquinon, dan flavonoid (Yazid, 2006).
Pada uji sifat ketidakjenuhan minyak menyatakan adanya ikatan tak jenuh
dalam suatu lemak. Dimana reaksi yang terjadi adalah reaksi adisi oleh iodium.
Iodium akan memutus ikatan rangkap yang terdapat molekul zat, kemudian iodium
tersebut akan menggantikan posisi dari ikatan rangkap tersebut melalui reaksi adisi
sehingga jumlah ikatan rangkap dalam molekul zat akan berkurang atau menjadi tidak
ada sama sekali (jika semuanya teradisi oleh iodium). Dengan adanya reaksi ini, maka
warna larutan iodium akan hilang. Minyak mengandung triasil gliserol dengan 80-85
% asam lemak jenuh. Asam lemak utama yang terdapat dalam minyak adalah asam
laurat dan asam miristat (merupakan asam lemak dengan bobot molekul rendah dan
memiliki bilangan penyabunan yang tinggi). Selain itu, minyak kelapa juga
mengandung asam kaprilat, asam kaprat, dan asam oleat.Margarin merupakan salah
satu produk makanan konsumsi sehari-hari yang dibuat dengan menggunakan bahan
baku lemak nabati. Margarin dibuat melalui proses hidrogenasi asam lemak tak jenuh
yang bersumber dari tanaman. Margarin adalah emulsi air dalam minyak yang
berbentuk padat
Pada uji penyabunan, lemak dan minyak dapat terhidrolisis menjadi asam
lemak dan gliserol. Proses hidrolisis salah satunya bisa dilakukan dengan penambahan
basa kuat, seperti NaOH dan KOH, melalui pemanasan dan menghasilkan gliserol dan
sabun. Proses hidrolisis minyak oleh alkali disebut reaksi penyabunan atau
safonifikasi. Kata saponifikasi atau saponify berarti membuat sabun (Latin sapon, =
sabun dan –fy adalah akhiran yang berarti membuat). Bangsa Romawi kuno mulai
membuat sabun sejak 2300 tahun yang lalu dengan memanaskan campuran lemak
hewan dengan abu kayu. Pada abad 16 dan 17 di Eropa sabun hanya digunakan dalam
bidang pengobatan. Barulah menjelang abad 19 penggunaan sabun meluas. Sabun
dibuat dari proses saponifikasi lemak hewan (tallow) dan dari minyak. Gugus induk
lemak disebut fatty acids yang terdiri dari rantai hidrokarbon panjang (C-12 sampai
C-18) yang berikatan membentuk gugus karboksil. Asam lemak rantai pendek jarang
digunakan, karena menghasilkan sedikit busa. Reaksi saponifikasi adalah hidrolisis
suatu ester (asam lemak) dengan alkali kuat (NaOH, KOH) reaksi umumnya adalah:

Asam lemak + Alkali kuat + Kalor Gliserol + Sabun

Uji penyabunan minyak meliputi 2 tahap, yakni safonifikasi minyak kelapa dan uji
sifat kesadahan. Pada percobaan hidrolisis minyak kelapa, digunakan NaOH untuk
menghidrolisis minyak kelapa dalam pelarut alkohol. Alkohol di sini berfungsi untuk
mempercepat reaksi hidrolisis. Reaksi positif ditandai dengan munculnya busa dan
lama-kelamaan alkohol akan menguap. Air sadah adalah air yang mengandung ion
Ca2+ atau Mg2+. Air sadah tidak berbahaya karena ion-ion tersebut dapat larut dalam
air. Akan tetapi dengan kadar Ca2+ yang tinggi akan menyebabkan air menjadi keruh.
Walaupun tidak berbahaya, air sadah dapat menyebabkan kerugian yaitu sabun
menjadi kurang berbuih. Hal ini terjadi karena ion Ca2+ atau Mg2+ dapat bereaksi
dengan sabun membentuk endapan. Contoh persamaan reaksinya adalah:

Ca2+(aq) + 2RCOONa(aq) Ca(RCOO)2(s) + 2Na+(aq)

Dengan terbentuknya endapan, maka fungsi sabun sebagai pengikat kotoran menjadi
kurang atau bahkan tidak efektif. Sabun akan berbuih kembali setelah semua ion Ca 2+
atau Mg2+ yang terdapat dalam air mengendap. Lain halnya dengan detergen, deterjen
tidak bereaksi dengan ion Ca2+ atau Mg2+ sehingga deterjen tidak terpengaruh oleh air
sadah. Kerugian lainnya adalah air sadah dapat menyebabkan terbentuknya kerak
pada dasar ketel yang selalu digunakan untuk memanaskan air. Sehingga untuk
memanaskan air tersebut diperlukan pemanasan yang lebih lama. Hal ini merupakan
pemborosan energi. Timbulnya kerak pada pipa uap dapat menyebabkan
penyumbatan sehingga dapat menyebabkan pipa tersebut meledak.
Pada uji kolesterol, kelompok lipid seperti fosfolipid dan sterol merupakan
komponen penting yang terdapat dalam membran semua sel hidup. Kolesterol adalah
sterol utama yang banyak terdapat di alam. Untuk mengetahui adnaya sterol dan
kolesterol, dapat dilakukan uji kolesterol menggunakan reaksi warna. Salah satu di
antaranya ialah reaksi Liebermann Burchard. Uji ini positif bila reaksi menunjukkan
warna yang berubah dari merah, kemudian biru dan hijau. Warna hijau yang terjadi
sebanding dengan konsentrasi kolesterol dalam bahan.
Pada uji kristal kolesterol, Kolesterol terdapat pada hampir semua sel hewan
dan manusia. Pada tubuh manusia, kolesterol terdapat dalam darah, empedu, kelenjar
adrenalin bagian luar (adrenal cortex), dan jaringan syaraf. Jika kadar kolesterol
dalam darah terlalu tinggi, maka akan mengendap membentuk kristal. Endapan
membentuk kristal. Endapan kolesterol dapat menyebabkan penyempitan pembuluh
darah (arteriosclerosis) karena dindingnya menjadi tebal. Akibatnya, elastisitas
pembuluh darah menjadi berkurang, sehingga aliran darah terganggu. Kolesterol
dalam serum tidak terdapat bebas, melainkan berkonjugasi sebagai lipoproteida, yaitu
pembentuk protein yang terdiri atas 25% kolesterol dan 75% ester asam lemak tidak
jenuh (Yazid, 2006).

III. Alat dan Bahan


A. Alat
1. Pipet tetes
2. Kertas saring
3. Gelas ukur
4. Tabung reaksi
5. Gelas beker
6. Waterbaht
7. Buret

B. Bahan
1. Minyak kelapa
2. Lemak hewani
3. Virgin coconut oil
4. Alkohol netral 95%
5. Khlorofom
6. Eter
7. Natrium karbonat (NaCO3)0,5%
8. KOH beralkohol
9. Indikator PP
IV. Cara Kerja
a. Uji Daya Larut
b. Pengaruh Penambahan Natrium Karbonat
c. Penyabunan (saponifikasi)
1. Proses Penyabunan

tabung reaksi
+lemak hewan
+2ml air

panaskan sampai berembun

+2ml KOH

Panaskan sampai jernih

kocok, amati buih yang timbul

2. Bilangan Penyabunan

erlenmeyer
+2ml palm oil
+50 alkohol 95%
+1 tetes indikator pp

Titrasi KOH 0,1N

+2ml KOH, TAT pink

hitung ml titrasi
d. Uji Ketidakjenuhan

tabung raksi
asam oleat asam stearat minyak kelapa margarin mentega lemak hewan

ditambah cloroform 3ml

amati

2-3 tetes iod huble

amati

V. Data Pengamatan
a. Uji Daya Larut
Sampel A ( Minyak Sawit)

No Pelarut Hasil
1 Air Larut
2 Eter Larut
3 Alkohol Panas Tidak Larut
4 Alkohol Dingin Tidak Larut
5 Khlorofom Larut

Sampel B (Lemak Hewani)

No Pelarut Hasil
1 Air Tidak Larut
2 Eter Larut
3 Alkohol Panas Tidak Larut
4 Alkohol Dingin Tidak Larut
5 Khlorofom Larut

b. Pengaruh Penambahan Natrium Karbonat


Hasilnya :

Terdapat dua fasa pada minyak kelapa, fasa 1 berwarna putih gading dan fasa 2
putih keruh yang menandakan terjadinya emulsi minyak dan air, banyak terdapat
busa yang membuktikan adanya reaksi saponofikasi.

c. Penyabunan
1. Proses Penyabunan :
Keadaan awal  Tidak larut
Pemanasan 1  Mencair dan mengapung
Pemansan 2 + KOH + Alkohol  Timbul buih setelah pengocokan

2. Bilangan Penyabunan
V Blangko = 0,1 ml
V Minyak kelapa = 0,4 ml
Bilangan Penyabunan = (V sampel – V blangko) x N KOH x 56,1 g/mol
Ml sampel
= (0,1 - 0,4) ml x 0,1 x 56,1 g/mol
2g
= 0,8415
d. Uji ketidak jenuhan

Pengamatan
No Sampel Keterengan
Awal Akhir
1 Minyak Sawit Bening Kekuningan Orange Cerah +
2 Lemak hewani Putih Tulang Putih Tulang Tidak ada perubahan
3 Margarin Kuning Cerah Kuning Cerah Tidak ada perubahan
4 Stereat Bening Merah Muda -
5 Oleat Cokelat Kemerahan Cokelat Kemerahan +
6 VCO Bening Peach -
Keterangan :
(-) : Merupakan golongan lemak jenuh
(+) : Merupakan golongan lemak tak jenuh

VI. Pembahasan
Lipid adalah sekelompok senyawa organic yang terdapat dalam tumbuhan,
hewan atau manusia dan memegang peranan penting dalam struktur dan fungsi sel.
Lipid adalah senyawa organik yang diperoleh dari proses dehidrogenasi endotermal
rangkaian hidrokarbon. Lipid bersifat amfifilik, artinya lipid mampu membentuk
struktur seperti vesikel, liposom, atau membran lain dalam lingkungan basah. Lipid
biologis seluruhnya atau sebagiannya berasal dari dua jenis subsatuan atau "blok
bangunan" biokimia: gugus ketoasil dan gugus isoprena. Dengan menggunakan
pendekatan ini, lipid dapat dibagi ke dalam delapan kategori: asam lemak,
gliserolipid, gliserofosfolipid, sfingolipid, sakarolipid, dan poliketida (diturunkan dari
kondensasi subsatuan ketoasil); serta lipid sterol dan lipid prenol (diturunkan dari
kondensasi subsatuan isoprena). Senyawa lipid tidak mempunyai rumus empiris
tertentu dan struktur yang serupa, tetapi terdiri atas beberapa golongan. Berbeda
dengan karbohidrat dan protein, lipid mempunyai sifat tidak larut dalam air, tetapi
larut dalam pelarut organic nonpolar seperti eter, kloroform, aseton dan benzene.
Berdasarkan sifat demikian, lipid dapat diperoleh dengan cara ekstraksi dari jaringan
hewan atau tumbuhan menggunakan eter atau pelarut nonpolar lainnya.
Pada praktikum kali ini dilakukan analisa baik secara kualitatif maupun
kuantitatif pada beberapa sampel minyak. Parameter yang diuji adalah daya kelarutan
berbagai jenis lipid, penambahan Natrium karbonat, bilangan penyabunan, serta
ketidakjenuhan.
Dalam percobaan daya larut sampel lemak minyak sebagai sampel A dan
lemak hewani sebagai sampel B yang dilarutkan dalam beberapa jenis pelarut. Pelarut
yang digunakan dimasukkan ke dalam tabung reaksi adalah alkohol dingin, alkohol
panas, khoroform, air dan eter. Setelah dilakukan pencampuran dalam tabung reaksi,
pada sampel A hanya pelarut air yang terlihat tidak larut. Sedangkan pada sampel B
larut pada pelarut eter dan khlorofom, sedikit larut dalam alcohol panas, dan tidak
larut pada air dan alcohol dingin. Sampel B tidak larut dalam alokohol dingin
mungkin disebabkan karena sampel yang bentuk padat, dan suhu pelarut lebih rendah
dari titk leleh sampel, walaupun pelarut bersifat semi polar. Sementara minyak atau
lemak yang larut dalam eter atau khlorofom terjadi karena keduanya merupakan
pelarut organik (nonpolar). Sedangkan pada pelarut polar seperti air dan alkohol,
sampel lemak hewan tidak dapat larut. (*Lampiran Uji Daya Larut)

Selanjutnya adalah uji pengamatan pada kertas saring dan ditetesi dengan
pelarut eter. Hasil yang didapat sesuai dengan gambar terlampir. (*Lampiran Uji Daya
Larut)

Dari hasil pengamatan sampel A (minyak sawit) dan sampel B (lemak hewan)
meninggalkan noda pada pelarut air, eter dan kloroform. Sedangkan menurut teori lemak
hewan hanya akan larut pada pelarut organik nonpolar yaitu eter dan kloroform.
Penyimpangan hasil ini kemungkinan terjadi karena ada serpihan kecil lemak hewan
yang terikut tertuang di atas kertas saring. Sementara untuk pelarut alkohol tidak
meninggalkan noda sama sekali karena alkohol bersifat semipolar.
Percobaan yang kedua adalah penambahan Natrium karbonat pada campuran minyak
nabati dan air. Natrium karbonat (juga dikenal sebagai mencuci soda atau soada abu),
Na2CO3 adalah garam natrium dari asam karbonat. Natrium karbonat merupakan salah
satu dari pelarut organik, tetapi bukan pelarut yang baik untuk lemak. 1 ml minyak
nabati dengan 3 ml air dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian dikocok. Hasilnya
adalah terlihat ada dua fasa terpisah yaitu fasa minyak di atas dan fasa air dibawah sesuai
gambar terlampir. (*Lampiran Na-karbonat)

Hal ini terjadi karena berat jenis minyak lebih kecil daripada air. Selain itu
minyak cendering bersifat nonpolar sedangkan air cenderung bersifat polar sehingga
keduanya tidak saling bercampur. Setelah ditambah dengan natrium karbonat, kemudian
dikocok terlihat campuran air dan minyak menjadi keruh. Ini membuktikan terjadinya
emulsi di antara keduanya oleh natrium karbonat. Natrium merupakan jenis alkali yang
jika ditambahkan ke dalam minyak akan terbentuk gliserol dan sabun. Sabun yang
terbentuk inilah yang mengemulsi minyak dan air karena sabun termasuk dwi polar dan
juga memiliki kemampuan menurunkan tegangan permukaan diantara keduanya
sehingga dapat mengemulsikan minyak dengan air.

Percobaan yang ketiga adalah reaksi saponifikasi atau penyabunan pada senyawa
lipida dengan sampel lemak hewan. Sabun adalah senyawa yang dihasilkan dari reaksi
antara asam lemak dengan alkali. Asam lemak ini terdapat di dalam minyak nabati dan
lemak hewan. Reaksi dari minyak nabati dan lemak hewan dengan alkali disebut dengan
reaksi saponifikasi. Sesendok lemak hewan ditambahkan dengan air dimasukkan ke
dalam tabung reaksi kemudian dipanaskan sampai berembun agar lemak mencair.
Setelah itu ditambahkan larutan KOH dan dipanaskan lagi hingga jernih. Larutan KOH
yang ditambahkan akan menghidrolisis lemak menjadi gliserin dan garam asam lemak
atau yang lebih akrab disebut dengan sabun. Hal ini sesuai dengan reaksi berikut :
Setelah itu tabung reaksi kemudian dikocok. Berdasarkan hasil pengamatan ketika
dikocok timbul buih yang menandakan terbentukya sabun dari hasil reaksi
saponifikasi ini. Hal ini sesuai dengan gambar pengamatan terlampir. (*Lampiran Uji
Penyabunan)

Selanjutnya adalah percobaan mengenai penghitungan bilangan penyabunan.


Prinsip penghitungan bilangan penyabunan adalah menghitung jumlah KOH atau basa
kuat lainnya yang digunakan untuk menyabunkan 1 ml minyak atau lemak. Sebanyak
2 ml (+ 2 gr) sampel minyak nabati dimasukkan kedalam erlenmeyer ditambah 50ml
alkohol 95%. Fungsi penambahan alkohol ini adalah untuk melarutkan asam lemak
dan gliserol pada komponen minyak sehingga nantinya asam lemak akan lebih cepat
bereaksi dengan KOH ketika dilakukan titrasi. Selanjutnya adalah penambahan
indikator PP dan dilakukan titrasi dengan KOH 0,1N sampai TAT pink. KOH pada
saat titrasi akan bereaksi dengan asam lemak membentuk garam asam lemak sampai
KOH berlebih sehingga pH menjadi basa dan warna menjadi pink. Hal ini sesuai
dengan pengamatan terlampir. (*Lampiran Bilangan Penyabunan)
Hasil titrasinya nya adalah 0,4 ml KOH dan berdasarkan perhitungan bilangan
penyabunan dari sampel adalah 0,8415. Menurut literatur range untuk bilangan
penyabunan minyak nabati 196-206 (SNI-3741-1995) yaitu sehingga dapat dikatakan
bahwa sampel jauh dari literatur yang berlaku mungkin karena kesalahan dalam
proses atau dapat juga terjadi karena sampel sudah tidak bagus.
Selanjutnya adalah uji ketidakjenuhan minyak. Asam lemak tak jenuh, baik
yang bebas maupun yang terikat sebagai ester trigliserida bereaksi dengan halogen
pada ikatan – ikatan rangkapnya (addisi). Halogenisasi ini menyebabkan hilangnya
warna larutan halogen (iod atau brom). Karena derajat penyerapan halogen oleh
trigliserida sebanding dengan banyaknya ikatan rangkap pada asam lemak tak jenuh,
maka banyaknya halogen yang diserap dapat digunakan sebagai indeks derajat
keridakjenuhan. Pada praktikum dilakukan menggunakan 5 sampel yang berbeda dan
dengan 3 pelarut yang berbeda. Pada pengujian ketidakjenuhan dengan asam oleat
diketahui bahwa urutan tingkat kejenuhan dari yang tertinggi adalah lemak hewan,
margarin, minyak zaitun, minyak kelapa dan VCO. Pada margarin dihasilkan warna
lebih cerah (oranye) karena margarin merupakan bahan nabati, jadi ada kemungkinan
adanya kandungan karoten pada margarin yang menyebabkan warnanya menjadi
oranye. Tingkat kejenuhan dilihat dari warna yang dihasilkan bahwa jika semakin
pekat warna maka semakin jenuh.
Prinsip pengujiannya adalah lemak tak jenuh cenderung memiliki ikatan
rangkap yang mampu mereduksi iod huble yang memberi warna pink hingga lemak
tersebut kembali ke warna semula. Semakin cepat kembali, berarti semakin banyak
lemak tersebut memiliki ikatan rangkap. (*Lampiran Uji Ketidakjenuhan)
Pengujian diawali dengan melarutkan sampel pada
kloroform. Klorofom akan melarutkan lemak sehingga nantinya sampel lemak akan
lebih mudah bereaksi dengan iod huble apabila memang disinyalir memiliki ikatan
rangkap. Berdasarkan hasil pengamatan, minyak sawit diikuti oleat, merupakan
sampel yang paling cepat mengalami perubahan dari merah muda ke bening, sehingga
kedua sampel tersebut tergolong lipid tak jenuh. Sementara VCO dan asam stearat
sukar kembali ke warna asal, hal itu membuktikan bahwa sampel tersebut merupakan
golongan lipid jenuh. Pada sampel VCO yang merupakan minyak yang di proses
dengan cara di ekstraksi dari santan kelapa segar, hasil pengujiannya adalah psitif
yang artinya merupakan jenis lipd jenuh, hal ini mungkin disebakan sampel telah
terkontaminasi oleh jenis lipd jenuh seperti lemak hewani. Pada asam stereat,
penambahan tetes berlebih iod menimbulkan warna merah muda yang semakin jelas
yang menandakan keduanya jenuh dan tidak memiliki ikatan rangkap. Sedangakan
terdapat sampel yang tidak mengalami perubahan seperti lemak hewani dan margarin,
hal ini munkin terjadinkarena kesalahan saat melakukakan pengujian maupun bahan
atau sampel yang digunakan sudah rusak. Lemak hewani seharusnya merupakan lipid
jenuh,dan margarin mengandung sedikit ikatan rangkap.

VII. Kesimpulan
1. Lemak cenderung larut pada pelarut nonpolar seperti eter dan khlorofom, tidak larut
dalam pelarut polar (air) dan juga pelarut semi polar alkohol tapi cenderung
membentuk emulsi.
2. Natrium karbonat merupakan senyawa basa kuat yang akan menyebabkan reaksi
penyabunan dan hidrolisis pada lemak menjadi garam asam lemak (sabun) yang dapat
mengemulsi minyak, air dan membentuk gelembung buih serta menghasilkan gliserol.
3. Bilangan penyabunan merupakan jumlah KOH atau basa kuat lainnya yang digunakan
untuk menyabunkan 1 ml minyak atau lemak dan berdasarkan perhitungan praktikum
bilangan penyabunan dari sampel minyak kelapa adalah 0,8415.
4. Lemak hewan dan asam stearat merupakan golongan lemak jenuh, minyak kelapa dan
asam oleat termasuk lemak tak jenuh, margarin mengandung sedikit ikatan rangkap

*( ) Lihat Lampiran
LAMPIRAN

A. Uji Daya Larut

Sampel A Minyak kelapa sawit

Sampel B Lemak Hewan

B. Uji Pengaruh Penambahan Na-Karbonat


C. Penyabunan
(Saponifikasi) Proses
Penyabunan

Pemanasan I Pemanasan I

D. Penyabunan
(Saponifikasi) Proses
Penyabunan
Pemanasan I Pemanasan II

Bilangan Penyabunan

Sampel Blanko

E. Uji Ketidakjenuhan

Sebelum Sesudah
A. Uji Daya Larut
1. Bagaimana
hasilnya ? Jawab :
Minyak Sawit
Pelarut Hasil
Air Larut
Eter Larut
Alkohol Panas Tidak Larut
Alkohol Dingin Tidak Larut
Kloroform Larut

Lemak Hewan
Pelarut Hasil
Air Tidak Larut
Eter Larut
Alkohol Panas Tidak Larut
Alkohol Dingin Tidak Larut
Kloroform Larut

B. Pengaruh Penambahan Na-Karbonat


1. Apakah pengaruh Na-Karbonat terhadap daya larut minyak?
Jawab : Na-Karbonat berpengaruh sebagai pengadsorpsi atau penyerap
sehingga minyak yang mulanya tidak bercampur menjadi satu.

C. Penyabunan
Proses Penyabunan
1. Mengapa terbentuknya busa ?
Jawab : membentuk busa karena terjadi proses penyabunan. Fungsi
penambahan KOH pada proses saponifikasi adalah sebagai bahan
hidrolisis untuk pembentuk sabun kalium, sehingga terbentuk sabun
kalium dan gliserin.

D. Uji Ketidakjenuhan
1. Apakah yang menyebabkan perbedaan hasil setiap zat yang diperiksa ?
Jawab : Reaksi positif ketidakjenuhan asam lemak ditandai dengan
timbulnya warna awal lagi ketika iod Hubl diteteskan ke asam lemak.
Warna awal yang kembali pudar menandakan bahwa terdapat banyak
ikatan rangkap pada rantai hidrokarbon asam lemak. Berdasarkan hasil
percobaan yang dilakukan, minyak kelapa sawit, lemak hewan,
margarin dan asam oleat, terbukti mengandung asam lemak tidak
jenuh. Uji ini positif untuk lemak ataupun minyak yang memiliki asam
lemak tidak jenuh walaupun dalam jumlah sedikit. Sesuai dengan
literature asam stearate dan VCO termasuk asam lemak jenuh yang
mempunyai ikatan rangkap pada rantai hidrokarbonnya yang sehingga
hasilnya negatif.
DAFTAR PUSTAKA

Ami, harris . 2015 . Laporan Akhir Praktikum Biokimia Umum Lipid .


https://amyharriest50.wordpress.com/2015/11/27/laporan-akhir-praktikum-biokimia-umum-
lipid/

Asrul . 2013 . Laporan Lipid . http://asrultoosilajara.blogspot.co.id/2013/12/laporan-


lipid.html
Anonim. 2013. Biokimia Part Lipid. Dalam
http://sahabat-ilmu-kita.blogspot.com/2013/11/biokimia-part-lipid.html. diakses pada 22
September 2014
Anonim. tt. Reaksi Saponifikasi Pada proses Pembuatan Sabun. Dalam
http://yprawira.wordpress.com/reaksi-saponifikasi-pada-proses-pembuatan-sabun/. Diakses
pada 22 September 2014
Lasinrangaditia. Tt. Biokimia. Dalam
http://lasinrangaditia.blogspot.com/search/label/Biokimia. diakses pada 23 September 2014
Lehninger, Albert L.1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga
Putrawan. 2013. Lipid. Dalam
http://putrawan-bachriul999.blogspot.com/2013/08/lipid.html. diakses pada 23 September
2014
Yazid,Estien. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia. Yogyakarta: ANDI
Agoes, G., 2008, Pengembangan Sediaan Farmasi Edisi Revisi dan Perluasan, Penerbit ITB, Bandung

Bernasconi.dkk.1995. Teknologi Kimia Bagian 2. Diterjemahkan oleh Lienda Handojo. Jakarta: PT


Pradnya Paramita.
Harun, N.,2006, Penuntun praktikum kimia sawit,Universitas Jambi, Jambi

Khopkar, S, M, 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Diterjemahkan oleh A. Saptorahardjo.


Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Lamsihar,G., 2007, Laporan Penelitian Saponifikasi,USU, Medan.

Rohman, Abdul. 2013. Analisis Komponen Makanan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Soerawidjaja,T., 2005, Mendorong Upaya Pemanfaatan dan Sosialisasi Biodiesel Secara Nasional,
Makalah disampaikan pada pertemuan duabulanan ke-3 LP3E KADIN Indonesia,Jakarta.

Sudarmadji, S., 2003, Analisa Bahan Makanan dan Pertanian, Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Winarno, F. G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Yazid, E.,2005, Kimia Fisika untuk Paramedis, PenerbitAndi, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai