SCREENING
SCREENING
SCREENING
''SCREENING''
Disusun Oleh :
Ahmad Samudi
Khoirahman
Nadia Aufa
Yetri Muliza
Dosen Pengampu :
Ns.Sumandar S.Kep, M.kep
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang berkat rahmat serta hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Surveilans Epidemiologi’’
Kami juga menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kekurangan, maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun guna
perbaikan yang akan datang. Semoga laporan yang telah di buat ini mendatangkan manfaat bagi semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................i
Daftar isi.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................1
1.3Tujuan Masalahan.................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
1.Pengertian Screning.................................................................................2
2.Tujuan Screning .....................................................................................2
3.Manfaat Screning....................................................................................3
4.Jenis Screning..........................................................................................3
5.Kriteria Screning......................................................................................4
6.Uji Screning............................................................................................5
7. CONTOH SKRINING...........................................................................9
BAB II PENUTUP
1.Kesimpulan.............................................................................................10
2.Saran.......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Screening berkembang dengan pesat dan diterima secara luas dalam praktek kesehatan.
Skrining juga merupakan bentuk pencegahan sekunder. Bentuk skrining dapat berupa konseling
tentang gaya hidup masyarakat (Hackl, dkk. 2012).
Screening atau penyaringan merupakan suatu tes yang sederhana dan relatif murah, dapat
diterapkan pada populasi tertentu yang relatif sehat. Program skrining sangat dibutuhkan karena
adanya isu yang mendasari penemuan gejala penyakit secara dini akan lebih baik dibandingkan
dalam waktu yang lama, pencegahan sebelum terjadinya penyakit akan lebih baik dibandingkan
dengan sudah terjadinya penyakit serta pencegahan memerlukan biaya yang relatif ringan
sehingga diagnosis lengkap kepada orang yang mempunyai faktor resiko tinggi dan pengobatan
kepada penderita dapat dilakukan secara dini (Noor, 2008).
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian screening.
2. Untuk mengetahui tujuan screening
3. Untuk mengetahui manfaat screening
4. Untuk mengetahui jenis-jenis screening
5. Untuk mengetahui criteria screening
6. Untuk mengetahui uji screening
7. Untuk mengetahui vaiditas dan reabilitas screening
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SCREENING
Sumber yang lain menyatakan bahwa penyaringan adalah suatu usaha mendeteksi
atau menemukan penderita penyakit tertentu yang tanpa gejala (tidak tampak) dalam suatu
masyarakat atau penduduk tertentu melalui tes atau pemeriksaan secara singkat dan sederhana
untuk dapat memisahkan mereka yang betul-betul sehat terhadap mereka yang kemungkinan
besar menderita, yang selanjutnya diproses melalui diagnosis pasti dan pengobatan (Noor, 2008).
B. TUJUAN SCREENING
Menurut Morton (2009), tujuan screening adalah mencegah penyakit atau akibat penyakit
dengan mengidentifikasi individu-individu pada suatu titik dalam riwayat alamiah ketika proses
penyakit dapat diubah melalui intervensi. Bustan (2006) memiliki pendapat yang berbeda
mengenai tujuan dilakukannya skrining yaitu :
1. Mendapatkan mereka yang menderita sedini mungkin sehingga dapat dengan segera
memperoleh pengobatan,
2. Mencegah meluasnya penyakit dalam masyarakat,
3. Mendidik dan membiasakan masyarakat untuk memeriksakan diri sedini mungkin,
4. Mendidik dan memberikan gambaran kepada petugas kesehatan tentang sifat penyakit
dan selalu waspada melakukan pengamatan terhadap gejala dini,
5. Mendapatkan keterangan epidemiologis yang berguna bagi klinisi dan peneliti.
2
C. MANFAAT PELAKSANAAN SCREENING
Tes ini dapat dilakukan dengan biaya yang relatif murah serta dapat dilaksanakan secara
sangat efektif. Disamping itu, dengan tes ini kita dapat juga lebih cepat memperoleh keterangan
tentang sifat dan situasi penyakit dalam masyarakat untuk usaha penanggulangan. Pelaksanaan
screening ini cukup sederhana dan relatif mudah serta mempunyai sifat fleksibilitas yang cukup
dalam penerapannya.
Hasil tes ini cukup baik dan dapat dipercaya selama pelaksanaannya tetap memperhatikan
beberapa nilai berikut :
Reliabilitas
Validitas
Kekuatan tes berdasarkan nilai sensitivitas dan spesifisitasnya
D. JENIS-JENIS SCREENING
Macam skrining dibagi berdasarkan sasaran atau populasi yang akan di skrining yaitu sebagai
berikut:
1. Mass screening
2. Selective screening
Populasi tertentu menjadi sasaran dari jenis skrining ini, dengan target populasi
berdasarkan pada risiko tertentu. Tujuan selective screening pada kelompok risiko tinggi
untuk mengurangi dampak negatif dari skrining. Contohnya, Pap’s smear skrining pada
wanita usia > 40 tahun untuk mendeteksi Ca Cervix, atau mammography skrining untuk
wanita yang punya riwayat keluarga menderita Ca.
Jenis skrining yang hanya dilakukan untuk satu penyakit. Misalnya, skrining terhadap
penderita penyakit TBC, jadi lebih tertuju pada satu jenis penyakit.
3
Case finding adalah upaya dokter atau tenagga kesehatan untuk menyelidiki suatu
kelainan yang tidak berhubungan dengan kelompok pasien yang datang untuk kepentingan
pemeriksaan kesehatan. Penderita yang datang dengan keluhan diare kemudian dilakukan
pemeriksaan terhadap mamografi atau rongen torax,
5. Multiphasic screening
Pemeriksaan skrining untuk beberapa penyakit pada satu kunjungan waktu tertentu. Jenis
skrining ini sangat sederhana, mudah dan murah serta diterima secara luas dengan berbagai
tujuan seperti pada evaluasi kesehatan dan asuransi. Sebagai contoh adalah pemeriksaan
kanker disertai dengan pemeriksaan tekanan darah, gula darah dan kolesterol.
4
9. Biaya yang digunakan dalam melaksanakan tes screening sampai pada titik akhir
pemeriksaan harus seimbang dengan risiko biaya tanpa melakukan tes tersebut.
10. Harus dimungkinkan untuk diadakan pemantauan atau follow up terhadap penyakit
tersebut serta penemuan penderita secara berkesinambungan dapat dilaksanakan.
F. UJI SCREENING
Tes ini merupakan salah satu cara yang digunakan dalam epidemiologi untuk mengetahui
prevelensi suatu penyakit yang tidak dapat di diagnosis atau keadaan ketika angka kesakitan
tinggi pada suatu individu atau masyarakat berisiko tinggi serta pada keadaan yang kritis dan
serius yang memerlukan penanganan segara. Namun dengan demikian masih harus dilengkapi
dengan pemeriksaaan lain untuk menentukan diagnosis definit (Chandra, 2009).
5
Untuk keberhasilan suatu program skrining, ketersediaan tes skrining juga diperlukan
selain juga harus memiliki kriteria penyakit yang cocok untuk di skrining. Tes skrining
seharusnya juga tidak mahal, mudah dilaksanakan dan memberikan ketidaknyamanan yang
minimal pada pasien. Dan juga hasil skrining haruslah valid dan konsisten (Sarwani, 2007).
a. Validitas
Validitas adalah derajat yang menunjukkan dimana suatu tes mengukur apa yang hendak
diukur (Sukardi, 2013). Sedangkan menurut Saifuddin Azwar (2014) bahwa validitas
mengacu sejauh mana akurasi suatu tes atau skala dalam menjalankan fungsi pengukurannya.
Sedangkan validitas dalam skrining adalah kemampuan dari suatu alat untuk membedakan
antara orang yang sakit dan orang yang tidak sakit. Validitas mempunyai dua komponen
yaitu :
Sensitivitas
Kemampuan yang dimiliki oleh alat ukur untuk menunjukan secara tepat individu-
individu yang menderita penyakit atau besarnya probabilitas seseorang yang sakit akan
memberikan hasil tes positif pada tes diagnostik tersebut. Sensitivitas merupakan true
positive rate (TPR) dari suatu tes diagnostik
Spesifisitas
Kemampuan yang dimiliki oleh alat ukur untuk menunjukan secara tepat individu-
individu yang tidak menderita sakit. Besarnya probabilitas seseorang yang tidak
sakit atau sehat akan memberikan hasil tes negatif pada tes diagnostik. Sensitivitas
merupakan true negative rate (TNR) dari suatu tes diagnostik.
True positive, yang menunjuk pada banyaknya kasus yang benar-benar menderita
penyakit dengan hasil tes positif pula.
False positive, yang menunjukkan pada banyaknya kasus yang sebenarnya tidak sakit
tetapi test menunjukkan hasil yang positif.
True negative, menunjukkan pada banyaknya kasus yang tidak sakit dengan hasil test
yang negatif pula.
6
False negative, yang menunjuk pada banyaknya kasus yang sebenarnya menderita
penyakit tetapi hasil test negatif.
2. Reliabilitas
Stabilitas reagen dan alat ukur sangat penting karena makin stabil reagen dan alat ukur,
makin konsisten hasil pemeriksaan. Oleh karena itu, sebelum digunakan hendaknya kedua
hasil tersebut ditera atau diuji ulang ketepatannya.
Kondisi fisik, psikis, stadium penyakit atau penyakit dalam masa tunas. Misalnya lelah,
kurang tidur, marah, sedih, gembira, penyakit yang berat, penyakit dalam masa
tunas. Umumnya, variasi ini sulit diukur terutama faktor psikis.
c. Reliabilitas pemeriksa.
1) Variasi interna, merupakan variasi yang terjadi pada hasil pemeriksaan yang dilakukan
berulang-ulang oleh orang yang sama.
2) Variasi eksterna, merupakan variasi yang terjadi bila satu sediaan dilakukan pemeriksaan
oleh beberapa orang. Upaya untuk mengurangi berbagai variasi diatas dapat dilakukan
dengan mengadakan:
Standarisasi reagen dan alat ukur.
Latihan intensif pemeriksa.
Penentuan kriteria yang jelas.
7
Penerangan kepada orang yang diperiksa.
Pemeriksaan dilakukan dengan cepat.
G. CONTOH SKRINING
1. Mammografi untuk Ca mammae
Kanker payudara merupakan salah satu penyakit kanker yang paling banyak
menyebabkan kematian pada penderitanya. Di Indonesia, kanker payudara menempati urutan
kedua penyebab kematian tertinggi perempuan Indonesia (Primartha dan Fathiyah, 2013).
8
dari serviks dan porsio untuk melihat adanya perubahan atau keganasan pada epitel serviks
atau porsio (displasia) sebagai tanda awal keganasan serviks atau prakanker (Rasjidi,
Irwanto, Sulistyanto, 2008).
Pap smear merupakan metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim dan
kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Pap Smear merupakan tes yang aman dan murah
serta telah di pakai bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi
pada sel leher rahim (Diananda, 2009). Menurut Dalimartha 2004, pemeriksaan ini mudah
dikerjakan, cepat, dan tidak sakit, serta bisa dilakukan setiap saat, kecuali pada saat haid.
Salah satu pintu masuk untuk mendeteksi infeksi HIV adalah melalui kegiatan konseling
dan tes HIV. Kegiatan ini terbukti sangatlah bernilai tinggi dalam pelayanan kesehatan dan
dukungan yang dibutuhkan dan memungkinkan intervensi yang aman dan efektif terutama
dalam pencegahan penularan dari ibu ke anak (Anonim, 2012).
Konseling dan tes HIV tersedia dalam berbagai situasi dengan menggunakan pendekatan
sukarela (VCT= Voluntary Counseling Test). Sasaran kegiatan VCT adalah masyarakat yang
ingin mengetahui status HIV/AIDS dan mencegah penularan, masyarakat yang berperilaku
risiko tinggi seperti sering berganti pasangan dan pengguna narkoba jarum suntik. Kegiatan
VCT didahului oleh konseling pra tes dan diakhiri konseling pasca tes (WHO-UNAIDS,
2009).
9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Diharapkan bagi pembaca makalah ini dapat menambah pengetahuan dan diharapkan untuk
menambahkan hal-hal yang kurang dari makalah ini.
10
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2007. Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta :
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta :
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Hackl, Franz., Martin Halla, Michael Hummer, Gerald J. Pruckner. 2012. “The Effectiveness of
Health Screening”.
Kusuma H. W. 2004. Atasi Kanker Dengan Tanaman Obat. Jakarta : PT Niaga Swadaya.
Metodologi Penelitian Kebidanan: Panduan Penulisan Protokol dan Laporan Prof. Dr. Buchari
Lapau, dr. MPH.2015
Riani, Emy, Agus Triwinarto dan Rasumawati. 2009. Buku Ajar Epidemiologi dalam Kebidanan.
Jakarta : CV. Trans Info Media
Sulistiani, Karlina dkk. 2012. Pelaksanaan Kegiatan Skrinning/Deteksi Aktif Kasus PTM yang
Dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Bogor. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.
Verani MS. (2000) "Exercise Perfusion Testing in The Diagnosis of Coronary Heart Disease".
12