SCREENING

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

EPIDEMIOLOGI

''SCREENING''

Disusun Oleh :

Ahmad Samudi

Khoirahman

Nadia Aufa

Yetri Muliza

Dosen Pengampu :
Ns.Sumandar S.Kep, M.kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AL-INSYIRAH PEKANBARU


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
T.A.2019/202
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang berkat rahmat serta hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Surveilans Epidemiologi’’

Kami juga menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kekurangan, maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun guna
perbaikan yang akan datang. Semoga laporan yang telah di buat ini mendatangkan manfaat bagi semua.

Pekanbaru, 25 November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................i
Daftar isi.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................1
1.3Tujuan Masalahan.................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
1.Pengertian Screning.................................................................................2
2.Tujuan Screning .....................................................................................2
3.Manfaat Screning....................................................................................3
4.Jenis Screning..........................................................................................3
5.Kriteria Screning......................................................................................4

6.Uji Screning............................................................................................5
7. CONTOH SKRINING...........................................................................9
BAB II PENUTUP
1.Kesimpulan.............................................................................................10
2.Saran.......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Screening berkembang dengan pesat dan diterima secara luas dalam praktek kesehatan.
Skrining juga merupakan bentuk pencegahan sekunder. Bentuk skrining dapat berupa konseling
tentang gaya hidup masyarakat (Hackl, dkk. 2012).

Screening atau penyaringan merupakan suatu tes yang sederhana dan relatif murah, dapat
diterapkan pada populasi tertentu yang relatif sehat. Program skrining sangat dibutuhkan karena
adanya isu yang mendasari penemuan gejala penyakit secara dini akan lebih baik dibandingkan
dalam waktu yang lama, pencegahan sebelum terjadinya penyakit akan lebih baik dibandingkan
dengan sudah terjadinya penyakit serta pencegahan memerlukan biaya yang relatif ringan
sehingga diagnosis lengkap kepada orang yang mempunyai faktor resiko tinggi dan pengobatan
kepada penderita dapat dilakukan secara dini (Noor, 2008).

Upaya skrining dapat dilakukan pada penyakit tidak menular yang merupakan penyebab


kematian terbanyak di Indonesia. Prevalensi penyakit tidak menular cenderung meningkat dan
sebagian besar masyarakat umumnya datang ke fasilitas pelayanan kesehatan sudah dalam fase
lanjut. Riset kesehatan dasar tahun 2007 menunjukan sekitar 70% penyakit tidak menular belum
terdiagnosa petugas kesehatan. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2007) menunjukkan
penyebab kematian telah terjadi pergeseran dari penyakit menular ke Penyakit Tidak Menular.
Penyakit menular menyumbang 28,1% kematian sedangkan Penyakit Tidak Menular sebagai
penyumbang terbesar penyebab kematian terbesar (59,5%).

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian screening.
2. Untuk mengetahui tujuan screening
3. Untuk mengetahui manfaat screening
4. Untuk mengetahui jenis-jenis screening
5. Untuk mengetahui criteria screening
6. Untuk mengetahui uji screening
7. Untuk mengetahui vaiditas dan reabilitas screening

1
BAB II

PEMBAHASAN

A.  PENGERTIAN SCREENING

Menurut WHO pengertian screening adalah upaya pengenalan penyakit atau kelainan yang


belum diketahui dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat secara
cepat membedakan orang yang tampak sehat benar-benar sehat dengan orang yang tampak sehat
tetapi sesungguhnya menderita kelainan. Skrining adalah pemeriksaan orang-orang asimptometik
untuk mengklasifikasikan mereka dalam kategori yang diperkirakan mengidap atau diperkirakan
tidak mengidap penyakit yang menjadi objek skrining (Sulistiani, 2012).

Sumber yang lain menyatakan bahwa penyaringan adalah suatu usaha mendeteksi 
atau menemukan penderita penyakit tertentu yang tanpa gejala (tidak tampak) dalam suatu
masyarakat atau penduduk tertentu melalui tes atau pemeriksaan secara singkat dan sederhana
untuk dapat memisahkan mereka yang betul-betul sehat terhadap mereka yang kemungkinan
besar menderita, yang selanjutnya diproses melalui diagnosis pasti dan pengobatan (Noor, 2008).

B. TUJUAN SCREENING

Menurut Morton (2009), tujuan screening adalah mencegah penyakit atau akibat penyakit
dengan mengidentifikasi individu-individu pada suatu titik dalam riwayat alamiah ketika proses
penyakit dapat diubah melalui intervensi. Bustan (2006) memiliki pendapat yang berbeda
mengenai tujuan dilakukannya skrining yaitu :

1. Mendapatkan mereka yang menderita sedini mungkin sehingga dapat dengan segera
memperoleh pengobatan,
2. Mencegah meluasnya penyakit dalam masyarakat,
3. Mendidik dan membiasakan masyarakat untuk memeriksakan diri sedini mungkin,
4. Mendidik dan memberikan gambaran kepada petugas kesehatan tentang sifat penyakit
dan selalu waspada melakukan pengamatan terhadap gejala dini,
5. Mendapatkan keterangan epidemiologis yang berguna bagi klinisi dan peneliti.

2
C. MANFAAT PELAKSANAAN SCREENING
Tes ini dapat dilakukan dengan biaya yang relatif murah serta dapat dilaksanakan secara
sangat efektif. Disamping itu, dengan tes ini kita dapat juga lebih cepat memperoleh keterangan
tentang sifat dan situasi penyakit dalam masyarakat untuk usaha penanggulangan. Pelaksanaan
screening ini cukup sederhana dan relatif mudah serta mempunyai sifat fleksibilitas yang cukup
dalam penerapannya.
Hasil tes ini cukup baik dan dapat dipercaya selama pelaksanaannya tetap memperhatikan
beberapa nilai berikut :
 Reliabilitas
 Validitas
Kekuatan tes berdasarkan nilai sensitivitas dan spesifisitasnya

D. JENIS-JENIS SCREENING

Macam skrining dibagi berdasarkan sasaran atau populasi yang akan di skrining yaitu sebagai
berikut:

1. Mass screening

Skrining yang dilakukan pada seluruh populasi. Misalnya, mass X-ray survey atau blood


pressure skrining pada seluruh masyarakat yang berkunjung pada pelayanan kesehatan.

2. Selective screening

Populasi tertentu menjadi sasaran dari jenis skrining ini, dengan target populasi
berdasarkan pada risiko tertentu. Tujuan selective screening pada kelompok risiko tinggi
untuk mengurangi dampak negatif dari skrining. Contohnya, Pap’s smear skrining pada
wanita usia > 40 tahun untuk mendeteksi Ca Cervix, atau mammography skrining untuk
wanita yang punya riwayat keluarga menderita Ca.

3. Single disease screening

Jenis skrining yang hanya dilakukan untuk satu penyakit. Misalnya, skrining terhadap
penderita penyakit TBC, jadi lebih tertuju pada satu jenis penyakit.

4. Case finding screening

3
Case finding adalah upaya dokter atau tenagga kesehatan untuk menyelidiki suatu
kelainan yang tidak berhubungan dengan kelompok pasien yang datang untuk kepentingan
pemeriksaan kesehatan. Penderita yang datang dengan keluhan diare kemudian dilakukan
pemeriksaan terhadap mamografi atau rongen torax,

5. Multiphasic screening

Pemeriksaan skrining untuk beberapa penyakit pada satu kunjungan waktu tertentu. Jenis
skrining ini sangat sederhana, mudah dan murah serta diterima secara luas dengan berbagai
tujuan seperti pada evaluasi kesehatan dan asuransi. Sebagai contoh adalah pemeriksaan
kanker disertai dengan pemeriksaan tekanan darah, gula darah dan kolesterol.

E. KRITERIA DALAM MENYUSUN PROGRAM SCREENING


Untuk dapat menyusun suatu program screening diharuskan memenuhi beberapa kriteria atau
ketentuan – ketentuan khusus yang merupakan persyaratan suatu tes screening.
1. Penyakit yang dituju harus merupakan masalah kesehatan yang berarti dalam
masyarakat dan dapat mengancam derajat kesehatan masyarakat tersebut.
2. Tersedianya obat yang potensial dan memungkinkan pengobatan bagi mereka yang
dinyatakan menderita penyakit yang mengalami tes. Keadaan penyediaan obat dan
keterjangkauan biaya dapat mempengaruhi tingkat atau kekuatan tes yang dipilih.
3. Tersedianya fasilitas dan biaya untuk diagnosis pasti bagi mereka yang dinyatakan
positif serta tersedianya biaya pengobatan bagi mereka yang dinyatakan positif melalui
diagnosis klinik.
4. Tes screening terutama ditujukan terutama pada penyakit yang masa latennya cukup
lama dan dapat diketahui melalui pemeriksaan atau tes khusus.
5. Tes screening dilakukan bila memenuhi syarat untuk tingkat sensitivitas dan
spesifitasnya.
6. Semua bentuk atau teknis dan cara pemeriksaan dalam tes screening harus dapat
diterima oleh masyarakat secara umum.
7. Sifat perjalanan penyakit yang akan dilakukan tes harus diketahui dengan pasti.
8. Adanya suatu nilai standar yang telah disepakati bersama tentang mereka yang
dinyatakan menderita penyakit tersebut.

4
9. Biaya yang digunakan dalam melaksanakan tes screening sampai pada titik akhir
pemeriksaan harus seimbang dengan risiko biaya tanpa melakukan tes tersebut.
10. Harus dimungkinkan untuk diadakan pemantauan atau follow up terhadap penyakit
tersebut serta penemuan penderita secara berkesinambungan dapat dilaksanakan.

Secara garis besar kriteria penyusunan program screening meliputi:


1. Sifat Penyakit
 Serius
 Prevalensi tinggi pada tahap praklinik
 Periode yg panjang diantara tanda – tanda pertama sampai timbulnya penyakit
2. Uji Diagnostik
 Sensitif dan Spesifik
 Sederhana dan Murah
 Aman dan Dapat Diterima
 Reliable
 Fasilitas adekwat
3. Diagnosis dan Pengobatan
 Efektif dan dapat diterima
 Pengobatan g aman telah tersedia.

F. UJI SCREENING

Tes ini merupakan salah satu cara yang digunakan dalam epidemiologi untuk mengetahui
prevelensi suatu penyakit yang tidak dapat di diagnosis atau keadaan ketika angka kesakitan
tinggi pada suatu individu atau masyarakat berisiko tinggi serta pada keadaan yang kritis dan
serius yang memerlukan penanganan segara. Namun dengan demikian masih harus dilengkapi
dengan pemeriksaaan lain untuk menentukan diagnosis definit (Chandra, 2009).

1.  Karakteristik uji screening

5
Untuk keberhasilan suatu program skrining, ketersediaan tes skrining juga diperlukan
selain juga harus memiliki kriteria penyakit yang cocok untuk di skrining. Tes skrining
seharusnya juga tidak mahal, mudah dilaksanakan dan memberikan ketidaknyamanan yang
minimal pada pasien. Dan juga hasil skrining haruslah valid dan konsisten (Sarwani, 2007).

a. Validitas

Validitas adalah derajat yang menunjukkan dimana suatu tes mengukur apa yang hendak
diukur (Sukardi, 2013). Sedangkan menurut Saifuddin Azwar (2014) bahwa validitas
mengacu sejauh mana akurasi suatu tes atau skala dalam menjalankan fungsi pengukurannya.
Sedangkan validitas dalam skrining adalah kemampuan dari suatu alat untuk membedakan
antara orang yang sakit dan orang yang tidak sakit. Validitas mempunyai dua komponen
yaitu :

 Sensitivitas

Kemampuan yang dimiliki oleh alat ukur untuk menunjukan secara tepat individu-
individu yang menderita penyakit atau besarnya probabilitas seseorang yang sakit akan
memberikan hasil tes positif pada tes diagnostik tersebut. Sensitivitas merupakan true
positive rate (TPR) dari suatu tes diagnostik

 Spesifisitas

Kemampuan yang dimiliki oleh alat ukur untuk menunjukan secara tepat individu-
individu yang tidak menderita sakit. Besarnya probabilitas seseorang yang tidak
sakit atau sehat akan memberikan hasil tes negatif  pada tes  diagnostik. Sensitivitas
merupakan true negative rate (TNR) dari suatu tes diagnostik.

Sensitivitas dan spesifisitas merupakan komponen ukuran dalam     validitas, selain itu


terdapat pula ukuran-ukuran lain dalam validitas yaitu :   

 True positive, yang menunjuk  pada  banyaknya  kasus yang benar-benar  menderita
penyakit  dengan  hasil tes positif pula.
 False positive, yang menunjukkan  pada  banyaknya  kasus yang sebenarnya  tidak  sakit
tetapi test menunjukkan hasil yang positif.
 True negative, menunjukkan pada banyaknya kasus yang tidak sakit dengan hasil test
yang negatif pula.

6
 False negative, yang menunjuk  pada  banyaknya  kasus yang sebenarnya  menderita 
penyakit  tetapi hasil test negatif.

2. Reliabilitas

Groth-Marnat (2008) mendefinisikan reliabilitas suatu test merujuk pada derajat


stabilitas, konsistensi, daya prediksi, dan akurasi. Ia melihat seberapa skor yang diperoleh
seseorang itu akan menjadi sama jika orang itu diperiksa ulang dengan tes yang sama pada
kesempatan berbeda. Reliabilitas skrining adalah ukuran konsistensi berdasarkan orang dan
waktu. Menurut Budiarto (2003) reliabilitas ini dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut.

a. Reliabilitas alat yang dapat ditimbulkan oleh:


1) Stabilitas reagen
2) Stabilitas alat ukur yang digunakan

Stabilitas reagen dan alat ukur sangat penting karena makin stabil reagen dan alat ukur,
makin konsisten hasil pemeriksaan. Oleh karena itu, sebelum digunakan hendaknya kedua
hasil tersebut ditera atau diuji ulang ketepatannya.

b. Reliabilitas orang yang diperiksa.

Kondisi fisik, psikis, stadium penyakit atau penyakit dalam masa tunas. Misalnya lelah,
kurang tidur, marah, sedih, gembira, penyakit yang berat, penyakit dalam masa
tunas. Umumnya, variasi ini sulit diukur terutama faktor psikis.

c. Reliabilitas pemeriksa.

Variasi pemeriksa dapat berupa:

1) Variasi interna, merupakan variasi yang terjadi pada hasil pemeriksaan yang dilakukan
berulang-ulang oleh orang yang sama.
2) Variasi eksterna, merupakan variasi yang terjadi bila satu sediaan dilakukan pemeriksaan
oleh beberapa orang. Upaya untuk mengurangi berbagai variasi diatas dapat dilakukan
dengan mengadakan:
 Standarisasi reagen dan alat ukur.
 Latihan intensif pemeriksa.
 Penentuan kriteria yang jelas.

7
  Penerangan kepada orang yang diperiksa.
 Pemeriksaan dilakukan dengan cepat.

Pengukuran yang telah dilakukan memiliki empat kemungkinan pada  hasil


pengukurannya yaitu:

 Tepat & teliti (valid – reliabel): good precision & good accuracy.


 Teliti tapi tidak tepat (valid tapi tidak reliabel): good accuracy & poor precision
 Tidak teliti tapi tepat (tidak valid tapi reliabel): poor accuracy & good precision.
 Tidak teliti & tidak tepat (tidak valid & tidak reliabel): poor accuracy &
poor  precision.Tidak teliti = tidak valid = Bias.

G. CONTOH SKRINING
1. Mammografi untuk Ca mammae

Kanker payudara merupakan salah satu penyakit kanker yang paling banyak
menyebabkan kematian pada penderitanya. Di Indonesia, kanker payudara menempati urutan
kedua penyebab kematian tertinggi perempuan Indonesia (Primartha dan Fathiyah, 2013).

Salah satu metode pemeriksaan kanker payudara adalah mammografi.  Mammografi 


merupakan metode skrining kanker payudara yang dapat mengidentifikasi kanker beberapa
tahun sebelum gejala-gejala fisik penyakit tersebut muncul (Keles dan Yafuz,
2011). Mammografi adalah pemeriksaan radiologi khusus menggunakan sinar- X dosis
rendah untuk mendeteksi kelainan pada payudara seperti benjolan yang dapat dirasakan
(Putra, et al., 2009).

2. Pap Smear untuk Ca cervix

Kanker leher rahim (kanker serviks) merupakan penyakit keganasan ginekologik yang


menimbulkan masalah dalam kesehatan kaum wanita terutama di negara berkembang.
Kanker ini mulai ditemukan di usia 25- 34 tahun dan puncaknya pada usia 45- 54 tahun
(Kusuma, 2004). Pemeriksaan pap smear dilakukan untuk mendeteksi perubahan– perubahan
prakanker yang mungkin terjadi pada serviks. Uji ini bisa dilakukan pada semua wanita yang
berusia antara 20- 64 tahun (Indrawati, 2009). Tes pap smear adalah pemeriksaan sitologi

8
dari serviks dan porsio untuk melihat adanya perubahan atau keganasan pada epitel serviks
atau porsio (displasia) sebagai tanda awal keganasan serviks atau prakanker (Rasjidi,
Irwanto, Sulistyanto, 2008).

Pap smear merupakan metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim dan
kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Pap Smear merupakan tes yang aman dan murah
serta telah di pakai bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi
pada sel leher rahim (Diananda, 2009). Menurut Dalimartha 2004, pemeriksaan ini mudah
dikerjakan, cepat, dan tidak sakit, serta bisa dilakukan setiap saat, kecuali pada saat haid.

3. VCT untuk HIV/AIDS

Salah satu pintu masuk untuk mendeteksi infeksi HIV adalah melalui kegiatan konseling
dan tes HIV. Kegiatan ini terbukti sangatlah bernilai tinggi dalam pelayanan kesehatan dan
dukungan yang dibutuhkan dan memungkinkan intervensi yang aman dan efektif terutama
dalam pencegahan penularan dari ibu ke anak (Anonim, 2012).

Konseling dan tes HIV tersedia dalam berbagai situasi dengan menggunakan pendekatan
sukarela (VCT= Voluntary Counseling Test). Sasaran kegiatan VCT adalah masyarakat yang
ingin mengetahui status HIV/AIDS dan mencegah penularan, masyarakat yang berperilaku
risiko tinggi seperti sering berganti pasangan dan pengguna narkoba jarum suntik. Kegiatan
VCT didahului oleh konseling pra tes dan diakhiri konseling pasca tes (WHO-UNAIDS,
2009).

9
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Screening merupakan upaya pengenalan penyakit atau kelainan yang belum diketahui


dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat secara cepat membedakan
orang yang tampak sehat benar-benar sehat dengan orang yang tampak sehat tetapi
sesungguhnya menderita kelainan.Skrining bertujuan untuk medeteksi penyakit sedini mungkin
sehingga dapat menurunkan angka kesakitan, dan kematian, serta meningkatkan kulaitas
hidup.Syarat skrining antara lain, masalah kesehatan tersebut merupakan masalah kesehatan
yang berarti dengan kata lain mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat secara luas,
tersedianya obat yang potensial untuk menyembuhkan penyakit tersebut, tersedia fasilitas dan
biaya untuk diagnosis pasti, adanya standar yang telah disepakati, dimungkinkan untuk
dilakukan pemantauan kepada individu yang positif terkena suatu penyakit. Jenis-jenis
skrining dibagi berdasarkan sasaran atau populasi yang akan di skrining.Validitas dalam skrining
adalah kemampuan dari suatu alat untuk membedakan antara orang yang sakit dan orang yang
tidak sakit. Sedangkan  reabilitas dalam skrining merupakan ukuran konsistensi berdasarkan
orang dan waktu.

B. SARAN

Diharapkan bagi pembaca makalah ini dapat menambah pengetahuan dan diharapkan untuk
menambahkan hal-hal yang kurang dari makalah ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

A.Keles & U. Yafuz. 2011. “Expert system based on neuro-fuzzyrules for diagnosis breast


cancer”. 

Anonim. 2012. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia. Available at : 

Azwar S. 2014. Psikologi Inteligensi. Yogyakarta

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2007. Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta :
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta :
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Budiarto dan Anggraeni. 2003. Pengantar Epidemiologi Edisi 2. Jakarta : EGC

Bustan, M.N.2006 . Pengantar Epidemiologi. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Chandra, Budiman. 2009. Ilmu Pencegahan Kedokteran Komunitas. Jakarta : EGC

Dalimartha S. 2004. Deteksi Dini Kanker dan Simplisia Anti Kanker. Jakarta: Penebar Swadya.

Gary Growth, Marnat.2009. Handbook of Psychological


Assessment. Yogyakarta : PustakaPelajar

Hackl, Franz., Martin Halla, Michael Hummer, Gerald J. Pruckner. 2012. “The Effectiveness of
Health Screening”. 

Indrawati M. 2009. Bahaya Kanker bagi Wanita dan Pria Cetakan


Pertama. Jakarta : Pendidikan Untuk Kehidupan.

Kusuma H. W. 2004. Atasi Kanker Dengan Tanaman Obat. Jakarta : PT Niaga Swadaya.

Metodologi Penelitian Kebidanan: Panduan Penulisan Protokol dan Laporan  Prof. Dr. Buchari
Lapau, dr. MPH.2015

Morton, Richard. 2009. Panduan Studi Epidemiologi dan Biostatistik. Jakarta: EGC.


11
Noor, Nur Nasry. 2008. Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Primartha, R dan Fathiyah, N. 2013. “Sistem Pakar Fuzzy untuk Diagnosis Kanker Payudara


Menggunakan Metode Madani”

Putra. D K, Santoso. I, Zahra A.A. 2009. Identifikasi Kanker Pada Citra Mammografi


Menggunakan Metode Wavelet Haar. Jurusan Teknik elektro : Universitas Diponegoro

Rasjidi, I.Irwanto, Y. Sulistyanto, H. 2008. Modalitas Deteksi Dini Kanker Serviks. Jakarta :


Sagung Seto.

Riani, Emy, Agus Triwinarto dan Rasumawati. 2009. Buku Ajar Epidemiologi dalam Kebidanan.
Jakarta : CV. Trans Info Media

Sarwani, Dwi. 2007. Dasar Epidemiologi. Purwokerto: UNSOED PRESS.

Sukardi, 2009. Metodologi penelitian pendidikan: kompetensi dan praktiknya

Sulistiani, Karlina dkk. 2012. Pelaksanaan Kegiatan Skrinning/Deteksi Aktif Kasus PTM yang
Dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Bogor. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.

Verani MS. (2000) "Exercise Perfusion Testing in The Diagnosis of Coronary Heart Disease".

WHO-UNAIDS. 2009. Guidelines for Using HIV Testing Technologies in


Surveillabce; Selection, Evaluation and Im

12

Anda mungkin juga menyukai