Makalah Acne Vulgaris
Makalah Acne Vulgaris
Makalah Acne Vulgaris
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Acne merupakan salah satu penyakit kulit yang sering dijumpai pada
semua usia dan grup etnik. Walaupun bukan digolongkan sebagai penyakit yang
menyebabkan terjadinya scar pada wajah yang permanen. Tidak kurang dari 15-
30% penderita acne memerlukan perawatan medis karena keparahan dan kondisi
klinisnya, 2-7% di antaranya mengalami scars post acne yang bertahan lama.1
remaja dan melibatkan unit pilosebasea pada kulit. Pada kebanyakan kasus,
gambaran klinis acne bersifat polimorfik dengan gambaran lesi yang bervariasi,
terdiri dari komedo, papul, pustul, nodul dan sekuele berupa scars hipertrofik
akibat lesi aktif tersebut. Di Amerika Serikat sendiri, tercatat lebih dari 17 juta
penduduk yang menderita akne setiap tahunnya, dimana 75% sampai 95%
Hingga saat ini etiologi utama acne masih belum diketahui sepenuhnya,
1
berkontribusi sebagai patogenenesis acne. Keempat teori tersebut adalah
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
(paling sering mengenai folikel kelenjar sebasea) yang ditandai dengan adanya
komedo, papul, pustul, nodul dan kista pada tempat predileksinya, yaitu wajah,
sampai ke-15 kehamilan yang berasal dari penonjolan folikel rambut. Pada saat
terbentuk sempurna, kelenjar ini akan bersatu dengan folikel rambut melalui duktus
dimana sebum yang dihasilkan akan mengalir melalui canalis folikuler menuju
permukaan kulit. Glandula sebasea memliki dua jenis lobus, yaitu unilobular dan
multilobular dengan ukuran yang bervariasi walaupun pada individu yang sama dan
pada area anatomi yang sama. Ukuran dan kepadatan glandula sebasea yang paling
besar terdapat pada wajah dan kulit kepala, dan rambut yang berada pada area
tersebut merupakan rambut yang tipis. Keseluruhan struktur ini lebih sering disebut
3
Gambar 1 : Kelenjar Sebasea
Sumber : Webster and Rawling, 2007
dikenal dengan sekresi holokrin. Tahapan pada proses ini dibuktikan secara
histologi dari kelenjar sebasea. Sel terluar yang berada dalam membran basalis
berukuran kecil, berinti dan tidak mengandung droplet lipid. Lapisan ini terdiri dari
sel yang tidak memiliki fungsi sekresi lipid. Pada saat sel tersebut berpindah pada
bagian tengah kelenjar, sel ini mulai memproduksi lipid dan terakumulasi sebagai
droplet. Sel akan mengalami distensi karena berisi droplet lipid dan struktur
subseluler serta nukleus menghilang. Pada saat sel mencapai duktus sebaseous, sel
ini akan mengalami disintegrasi dan mengeluarkan isinya. Hanya lipid netral yang
4
mencapai permukaan kulit, sedangkan protein, asam nukleat, dan membran
fosfolipid dicerna dan didaur ulang kembali selama proses disintegrasi sel.2
Komposisi sebum yang disekresikan dari glandula sebasea yaitu terdiri dari
skualen, kolesterol, kolesterol ester, wax ester dan trigliserida. Selama perjalanan
trigliserida sehingga lipid yang mencapai permukaan kulit mengandung asam lemak
menurun pada anak-anak usia 2 sampai 6 tahun. Sekitar usia 7 tahun, sekresi sebum
mulai meningkat dan berlanjut sampai usia remaja. Pada usia 20 tahun, terjadi
penurunan sekitar 23% per dekade pada pria dan 32% pada wanita.2
Etiologi pasti acne masih belum diketahui sepenuhnya, akan tetapi faktor
penyebab utama acne bekerja saling mempengaruhi dan diperantarai oleh faktor
genetik dan aktivitas hormonal. Walaupun demikian, telah diidentifikasi empat teori
5
Gambar 2 : Faktor-faktor yang terlibat dalam Patogenesis acne
Sumber : Webster dan Rawling, 2007
longgar berubah menjadi lebih padat dan terdapat granul lamellar dan keratohialin
infundibulum folikuler. Pada bagian ini terjadi proses keratinisasi yang normal
seperti yang terjadi pada permukaan kulit. Pada penderita acne, keratinosit matur
(black head/open comedone) jika pori-porinya terbuka dan komedo putih (white
6
Pori yang tersumbat ini merupakan sumber nutrisi bagi bakteri sehingga P.
acnes menuju ke pori tersebut. Pada keadaan ini sistem imun mengenali adanya
bakteri yang memakan sebum, sehingga terjadilah respon imun dengan melepaskan
awal pada acne masih belum teridentifikasi secara jelas, namun ada beberapa
folikel, produksi IL-1 oleh folikel, dan efek dari androgen sebagai faktor utama
semakin rendah konsentrasi asam linoleat maka kecepatan sekresi sebum pada akan
semakin tinggi, sehingga hal ini menyebabkan defisiensi lokalisata asam lemak
7
esensial pada epitel folikuler. Defisiensi ini kemudian bertanggungjawab terhadap
memperparah acne.2,3
ini dibuktikan oleh Guy dkk. jika segmen infrainfundibulum folikel manusia
pada duktus kelenjar sebasea dan acroinfundibulum yang terlihat pada acne.
Androgen yang paling berperan penting adalah testosteron dan produk reduksi akhir
testosteron.1,2
8
Pada wanita, peningkatan luteinizing hormon (LH) yang berperan pada
sekresi sebum yang lebih tinggi akan menstimulasi atau memperparah acne,
permukaan kulit melalui pori-pori folikel rambut. Sekresi sebum oleh kelenjar
sebasea ini diatur secara hormonal. Kelenjar sebasea terletak pada seluruh
permukaan tubuh, namun jumlah kelenjar yang terbanyak didapatkan pada wajah,
acne karena sekresi sebum pada rentang usia ini sangat rendah.
9
Salah satu komponen sebum yaitu trigliserida, berperan penting pada
patogenesis acne. Flora normal folikel sebasea yaitu P. acnes akan memecah
trigliserida menjadi asam lemak bebas dengan bantuan enzim lipase yang dihasilkan
oleh bakteri tersebut. Asam lemak bebas ini akan menyebabkan terjadinya lebih
banyak kolonisasi P. acnes, memicu inflamasi dan selain itu juga bersifat
komedogenik.1,2
merupakan flora normal predominan pada wajah orang dewasa dengan ataupun
penyebab awal terjadinya perubahan flora normal pada unit pilosebaseus sehingga
lipase yang berperan dalam pemecahan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan
pada keadaan ini akan dihasilkan mediator proinflamasi berupa interleukin 1 dan
tumor necrosis factor TNFα. Asam lemak bebas dan mediator proinflamasi
lainnya, seperti hialuronidase dan protease juga memegang peranan pada proses
inflamasi.
10
4. Inflamasi 5,6
Kerusakan jaringan kulit dapat disebabkan akibat dari enzim bakteri yang memiliki
sifat degradasi, dan mempengaruhi integritas sel epidermis kulit dan fungsi barier
dinding folikuler folikel sebaseus. Hal ini menyebabkan pelepasan sitokin pro
inflamasi oleh keratinosit yang berdekatan, yang akan berdifusi ke dermis dan
memicu inflamasi.
lesi acne dengan mengeluarkan faktor kemotaksis dengan berat molekul rendah,
yaitu dengan merangsang sekresi IL-6 dan IL-8 oleh folikular keratinosit dan
sekresi IL-1β, TNF-α, IL-8 dan IL-12 oleh sel monosit yang mengandung Toll-like
receptor (TLR).
Daerah predileksi utama acne yaitu pada wajah (99%), tetapi dapat terjadi
pula pada punggung (60%), dada (15%), dan bahu. Pada daerah ekstrimitas, lesi
paling banyak terjadi dekat dengan garis tengah tubuh (midline). Penyakit ini
ditandai dengan berbagai macam variasi lesi, dimana lesi acne dibagi menjadi dua
macam, yaitu lesi non-inflamasi dan inflamasi. Lesi non-inflamasi terdiri dari
mikrokomedo atau mikrocomedone yang merupakan lesi primer pada acne. Pada
11
mirokomedo terjadi pelebaran folikel rambut yang banyak mengandung sebum dan
P. acnes.2,7
komedo tertutup/white head. Komedo tertutup cenderung sulit terlihat dan untuk
mendeteksi komedo ini yaitu dengan cara meregangkan kulit. Komedo tertutup
terlihat pucat, papul kecil yang agak menonjol, tidak memiliki orificium yang
terihat secara klinis. Komedo tertutup merupakan prekursor potensial untuk lesi
inflamasi yang lebih besar, sehingga secara klinis lesi ini penting untuk
diperhatikan. Komedo yang bagian ujungnya terbuka pada permukaan kulit disebut
komedo terbuka/black head karena secara klinis tampak berwarna hitam pada
epidermis. Komedo terbuka terlihat sebagai lesi yang datar atau sedikit menonjol
Lesi inflamasi acne terdiri dari berupa papul (diameter ≤ 5 mm, lesi
inflamasi non pustular, berwarna pink, dan lunak), pustul (diameter ≤ 5mm, lesi
inflamasi pustular, lunak, biasanya berwarna merah pada dasarnya), nodul (diameter
1-4 cm, bulat, nyeri, lesi berlokasi di dalam dermis) dan kista (terletak lebih dalam,
lesi inflamasi pustular, nyeri dan dapat menyebabkan scars acne). Kista pada acne
yaitu berupa pseudokista karena tidak dilapisi oleh epitel tetapi menunjukkan
menjelaskan kasus yang berat dari acne inflamasi. Acne nodulokistik merupakan
12
nodul lunak yang berasal dari ruptur folikuler berulang dan re-enkapsulasi disertai
Sampai saat ini belum terdapat konsensus tunggal sistem grading acne yang
acne dengan sistem grading bertujuan untuk menilai beratnya derajat penyakit
sehingga bermanfaat untuk evaluasi awal, pemilihan agen terapeutik yang tepat dan
mengevaluasi hasil terapi. Terdapat beberapa sistem grading acne dan mayoritas
tipe dari global assessment of severity (mild, moderate, severe) yang menunjukkan
13
Pada tahun 1956, Pillsbury, Shelley dan Kligman mempublikasikan sistem
Grade 2 : komedo dengan pustul dan kista kecil terbatas hanya pada
wajah
Seiring dengan berjalanya waktu, sistem grading berkembang dan saat ini dikenal
menjadi kategori tunggal dari beratnya penyakit. Setiap kategori ditentukan baik
dengan repertoar fotografi yang sesuai dengan skala numerik atau teks deskriptif.
yang dominan, evaluasi ada tidaknya inflamasi, dan memperkirakan perluasan dari
Aliance pada tahun 2003 dengan tujuan untuk memberikan hasil terapi yang lebih
baik. Klasifikasi dasar ini dirancang untuk digunakan pada praktek klinis sehari-
14
hari. Untuk setiap derajat acne, dideskripsikan terapi pilihan pertama yang
Walaupun satu tipe lesi dapat menjadi predominan, diagnosis acne di tegakkan
dengan menemukan campuran lesi acne (komedo, papul, pustule, dan nodul) pada
menstruasi,dll). Pemeriksaan hormonal yang biasa diperiksa pada kasus ini yaitu,
II.7 Terapi
tersebut paling banyak berfokus pada pencegahan erupsi acne lebih lanjut
dibandingkan mengobati lesi yang ada. Karena alasan inilah umumnya terapi acne
15
Pada umumnya, terdapat lima prinsip utama dalam mencapai keberhasilan
Langkah ini merupakan langkah awal yang harus dilakukan pada terapi acne
Terapi acne vulgaris terdiri dari beberapa modalitas dan berkaitan dengan
prinsip yang disebutkan diatas. Terapi acne vulgaris mencakup terapi topikal,
16
1. Terapi topikal
a. Retinoid topikal
Retinod telah digunakan lebih dari 30 tahun pada terapi acne. Target dari
topikal retinoid yaitu mikrokomedo yang merupakan lesi awal pada acne. Retinoid
menyebutkan bahwa retinoid harus digunakan sebagai terapi lini pertama pada acne,
baik digunakan secara tunggal ataupun kombinasi, digunakan untuk terapi acne
inflamasi derajat ringan sampai sedang dan juga digunakan sebagai maintenance
terapi.2,10
lesi acne inflamasi dan non-inflamasi. Efek biologis dari retinoid diperantarai oleh
reseptor hormon nuclear [( retinoic acid reseptor (RAR)] dan retinoids X reseptor
(RXR) dengan 3 subtipe α, β, and γ, serta cytostolic binding protein. Ikatan retinoid
dengan reseptor nuklear tersebut mempengaruhi ekspresi gen yang berperan pada
17
(DifferinTM), tazaroten (TazoracTM), retinol dan retinaldehid. Dari sediaan-sediaan
tersebut, retinod topikal yang digunakan secara luas untuk terapi acne yaitu tretinoin
dan adapalene. Konsentrasi dan atau pembawa dari beberapa retinoid tertentu dapat
memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan dengan retinoid yang lain.3,10
baru yang dapat meningkatkan tolerabilitasnya. Salah satu produk yaitu Retin-A
MicroTM (0.1% gel) mengandung tretinoin yang berada didalam mikrosfer ko-
2). Setiap formulasi tersebut melepaskan tretinoin secara lambat ke dalam folikel
melalui permukaan kulit, sehingga dapat mengurangi efek samping berupa iritasi.
Efek samping yang sering ditemukan pada pemakaian retinoid topikal antara lain,
dermatitis iritan primer yang ditandai dengan eritem, rasa panas, kulit bersisik dan
hal ini sangat tergantung pada tipe kulit, sensitivitas dan formulasinya.10
b. Benzoil Peroksida
oleh dokter kulit dan sediaan utama yang banyak dijual bebas (over-the-
bagian dari famili peroksida organik yang terdiri dari grup benzoil yang bergabung
dengan grup peroksil. Benzoil peroksida tersedia dalam berbagai macam sediaan
(sabun wajah, gel, krim, losion) dan konsentrasi yang dipakai berkisar antara 2,5%-
18
10%. Stabilitas sediaan ini bergantung pada formulasinya, dimana bentuk gel secara
umum lebih stabil dan aktif. Sediaan gel dengan bahan dasar air jarang
menyebabkan iritasi dan lebih banyak digunakan dibandingkan dengan krim dan
lotion.2,10,11
komedolitik dan diindikasikan pada pasien acne derajat ringan sampai sedang.
Benzoil peroksida merupakan agen bakterisidal spectrum luas yang efektif karena
dapat mengurangi pemecahan trigliserida menjadi asam lemak bebas. Sediaan ini
dan hal ini harus dicegah. Benzoil peroksida tidak disarankan untuk dipakai secara
P.acnes diikuti dengan efek antiinflamasi karena semakin sedikit bakteri yang
19
menginduksi monosit untuk menghasilkan sitokin inflamasi seperti TNFα, IL-1β,
dan IL-8. Efek anti inflamasi ini dirasakan oleh pasien dengan berkurangnya
Selain efek anti bakteri dan efek antiinflamasi, benzoil peroksida juga
folikel sehingga aliran sebum menuju permukaan kulit kembali normal. Efek
samping benzoil peroksida berkaitan dengan konsentrasi yang dipakai, oleh karena
itu semakin tinggi konsentrasi tidak selalu efektif dan memberikan hasil yang
memuaskan. Efek samping berupa dermatitis kontak iritan dengan gejala kulit
c. Antibakterial Topikal
P. acnes. Selain itu antibiotik topikal juga memilki efek antiinflamasi. Banyak
kombinasi. Dua jenis antibiotik yang paling sering digunakan pada terapi acne
adalah eritromicin dan clindamicin. Kedua jenis antibiotik ini efektif untuk
mengobati acne inflamasi dalam bentuk topikal dengan atau tanpa kombinasi
dengan 1-4% zinc. Peningkatan insiden resistensi antibiotik juga penting untuk
terbaru menemukan bahwa 60% pasien acne mengalami resistensi antibiotik dari
20
strain P. acnes. Penggunaan kombinasi antibiotik topikal dengan benzoil peroksida
lain, eritema, kulit kering, kulit mengelupas, gatal dan sensasi panas, colitis
merupakan senyawa fenolik yang larut dalam lemak dan tergolong dalam β-hydroxy
acid (BHA) dimana grup OH berdekatan dengan grup karboksil. Konsentrasi yang
digunakan pada terapi akne sampai dengan 2%. Asam salisilat dapat penetrasi ke
dalam folikel dan mengeluarkan sumbatan komedo dari dinding folikel. Asam
salisilat dapat diaplikasikan pada kulit dengan formulasi yang bervariasi, mulai dari
larutan, scrub asam salisilat 2% dan juga peeling kimiawi dengan asam salisilat
21
Asam azelaik/azeleic acid
gadum sereal. Sediaan yang ada yaitu 10% - 20% azeleic acid krim topikal. Azeleic
acid efektif pada lesi acne inflamasi dan komedo. Pemakaian azeleic acid dua kali
sehari memberikan efek samping lokal yang lebih sedikit dibandingkan dengan
Sulfur
Terapi paling pertama yang digunakan pada akne sebelum benzoil peroksida
dan asam salisilat adalah sulfur. Mekanisme dari sulfur untuk mengobati acne
belum dipahami sepenuhnya, tetapi adanya interaksi antara sulfur dengan sistein
yang berada pada stratum korneum menyebabkan reduksi sulfur menjadi hidrogen
keratolitik oleh sulfur. Konsentrasi yang digunakan antara 3-8% dengan bau yang
Tea tree oil merupakan minyak herbal esensial yang paling sering digunakan
untuk terapi acne. Tea tree oil berasal dari pohon Australia Melaleuca alternifolia
terpineol, dan alpha-pinene. Sediaan 10% tea tree oil menunjukan aktivitas
22
Staphylococcus aureus tanpa adanya resistensi. Tea tree oil efektif untuk terapi acne
komedo dan lesi akne inflamasi. Efek samping tea tree oil lebih sedikit
memiliki aktivitas antiviral, antibakterial dan imunomodulator. Jika dipakai dua kali
sehari selama 12 minggu, sediaan ini efektif terhadap kedua lesi acne (inflamasi dan
efektivitasnya.10
Dapson gel 5%
dan aman sebagai monoterapi dan kombinasi dengan agen topikal lainnya pada
2. Terapi Sistemik
sedang sampai berat atau pada kegagalan serta intoleransi terhadap terapi topikal.
Saat ini pengunaan antibiotika broad spectrum digunakan secara luas pada terapi
23
acne. Tetrasiklin dan derivatnya masih menjadi lini pertama pada terapi acne.
untuk acne. Tetrasiklin dapat bekerja secara langsung dalam menekan jumlah P.
asam lemak bebas sedangkan asam lemak teresterifikasi meningkat. Dosis yang
dibutuhkan untuk memberikan efek penurunan asam lemak bebas dan keberhasilan
terapi acne yaitu berkisar antara 500 mg -1g/hari (tetrasiklin), 50–200 mg/hari
mg/hari) dan tablet minosiklin lepas lambat (1mg/kg/hari) telah digunakan baru-
baru ini dan dibuktikan efektif, tetapi dibutuhkan penelitian terkontrol lebih lanjut
ke depannya.
panjang dan dosis rendah sangat sedikit ditemukan. Efek samping yang paling
sering terjadi pada pemakaian antibiotik oral yaitu masalah gastrointestinal dan
candidiasis vaginal. Tetrasiklin tidak dianjurkan bagi ibu hamil dan anak kurang
dari 8 tahun, karena dapat menghambat pertumbuhan skeletal pada janin dan
deposit pada jaringan gigi yang sedang tumbuh sehingga terjadi pewarnaan coklat
24
kekuningan yang permanen. Satu-satunya antibiotik yang aman bagi ibu hamil dan
resistensi bakteri P. acnes baik penggunaan topikal maupun oral banyak terjadi
alternatif terapi tetrasiklin atau pada kasus yang tidak responsif terhadap tetrasiklin.
kulit dan membran mukosa, ditandai dengan pigmentasi berwarna hitam kebiruan
pada scars acne, palatum durum, alveolar ridge, dan anterior shin. Selain itu,
-like syndrome, dan serum sickness-like syundrome, tetapi efek samping tersebut
pada terapi acne, terutama pada pasien dengan derajat acne berat yang tidak
organisme gram negatif pada nares anterior dan menyebar pada kulit sekitarnya,
25
yang dapat menyebabkan terjadinya folikulitis. Dua lesi utama pada folikulitis yaitu
Proteus. Pada kasus ini dibutuhkan konfirmasi dengan kultur dan terapi antibiotik
diberikan sesuai dengan hasil tes sensitivitas. Ampicilin merupakan obat pilihannya.
Pasien yang tidak responsif terhadap antibiotik, harus diterapi dengan isotretinoin.
antibiotik meningkat dan paling sering terjadi pada eritromisin. Oleh karena itu,
Durasi dari terapi sebisa mungkin dibatasi. Durasi minimal terapi antibiotik
adalah 6-8 minggu, tetapi dapat diberikan sampai 12-18 minggu atau lebih
Di sarankan untuk memakai antibiotik yang sama untuk terapi berulang jika
Penggunaan terapi antibiotik oral dan topikal secara bersamaan tetapi secara
26
b. Terapi hormonal2,8,9
androgen. Tujuan dari terapi hormonal adalah “melawan” efek androgen pada
antiandrogen atau agen yang dapat menurunkan produksi androgen endogen oleh
hormone (GnRH) agonis. Terapi ini diperlukan bagi pasien wanita dengan
Kontrasepsi oral
tetapi efek samping berupa mual, kenaikan berat badan, flek, nyeri payudara,
amenorea dan melasma dapat terjadi. Efek anti-acne pada pemakaian kontasepsi
oral yaitu menurunkan kadar androgen melalui inhibisi luteinizing hormon (LH)
dan folikel stimulating hormon (FSH). Kombinasi antara norgestimate dengan etinil
27
estradiol (Ortho Tri-Cyclen), noretindron asetat dengan etinil estradiol (Estrostop),
dan drospirenon dengan etinil estradiol (Yaz) telah diakui oleh FDA.
Glukokortikoid
Kortikosteroid oral memiliki dua cara yang berbeda pada terapi acne.
bermanfaat bagi pasien dengan akne inflamasi yang berat. Kombinasi kortikosteroid
dengan estrogen telah digunakan untuk akne rekalsitrans pada wanita karena dapat
jangka waktunya.
Antiandrogen
yang diteliti dan efektif pada wanita penderita acne. Dosis tinggi lebih efektif
28
Spironolakton berfungsi baik sebagai androgen reseptor blocker juga
penurunan sekresi sebum dan perbaikan acne. Efek samping penggunaan sediaan ini
dan resiko feminisasi janin laki-laki. Untuk mengurangi resiko terhadap janin dan
pada terapi acne atau hirsutisme pada wanita. Dosis yang dipakai yaitu 250 mg dua
kali sehari dikombinasikan dengan kontrasepsi oral. Tes fungsi hati sebaiknya
dilakukan karena telah dilaporkan beberapa kasus hepatitis pada janin. Oleh karena
c. Isotretinoin2,8,9
berperan pada empat faktor yang terlibat pada patogenesis acne. Isotretinoin
diindikasikan untuk acne rekalsitrans nodular derajat berat, acne derajat sedang
sampai berat atau derajat yang lebih rendah yang menyebabkan terjadinya scar
(jaringan parut) fisik ataupun psikologis, dan acne yang tidak responsif terhadap
terapi konvensional.
29
Dosis isotretinoin yang direkomendasikan yaitu 0,5-2 mg/kg/hari dan
isotretinoin tidak absolut karena terapi dapat diperpanjang pada pasien yang belum
Dosis isotretinoin yang lebih rendah (0,5 mg/kg/hari atau kurang) dapat
diberikan pada jangka waktu lama dengan dosis kumulatif total dari 120 sampai150
mg/kg terutama bagi pasien yang menunjukkan adanya initial flare (pasien akne
derajat berat dengan lesi granulomatosa) pada awal pemberian isotretinoin. Pada
pasien ini sering diberikan pre-treatment dengan kortikosteroid oral 1-2 minggu
isotretinoin).
folikuler.
30
Isotretinoin oral bersifat teratogen yang poten dan memiliki beberapa efek
samping yang potensial, oleh karena itu obat ini harus diresepkan oleh dokter yang
memiliki pengetahuan mengenai cara pemberian yang benar dan monitoring selama
terapi. Efek samping yang ditimbulkan oleh isotretinoin mirip dengan yang terjadi
(cheilitis, xerosis, konjungtivitis, pruritus), system oftalmik, dan pada system syaraf
pusat. Hampir semua efek samping tersebut bersifat sementara dan hilang setelah
obat dihentikan.
kontrasepsi harus dimulai 1 bulan sebelum, selama dan 6 minggu setelah selesai
terapi. Tes laboratorium rutin yang dianjurkan untuk diperiksa yaitu kolesterol,
trigliserida, darah lengkap dan fungsi hepar. Hubungan sebab akibat antara
pemberian isotretinoin dengan efek psikiatri pada pasien yang mengkonsumsi obat
ini, seperti mood disorder, tentamina suicide dan depresi masih belum dapat
dibuktikan. Akan tetapi monitoring efek samping psikiatrik pada pasien diperlukan
selama terapi.
tatalaksana acne vulgaris. Guideline yang paling komprehensif dan logis terdapat
31
dalam algoritma terapi berdasarkan Global Alliance yang bertujuan untuk
Triamsinolon asetat 2,5-10 mg/mL sebanyak 0,05 - 0,25 mL per lesi, yang memiliki
3 minggu. Absorbsi steroid secara sistemik dapat terjadi dan menyebabkan supresi
kelenjar adrenal pada salah satu penelitian, sedangkan efek samping lokal dari
32
Pengelupasan kimiawi (chemical peeling)
stratum korneum, sementara agen peeling yang lebih dalam menyebabkan nekrosis
agen peeling sangat superfisial yang hanya mengelupaskan stratum korneum, tetapi
pascainflamasi dan superfisial scar acne. Agen pengelupasan kimiawi untuk terapi
acne, terdiri dari asam salisilat (BHA) dan asam glikolat dan asam lactic (AHA).
Terdapat perbedaan kimiawi antara asam salisilat dengan asam alfa hidroksi
(AHA). AHA merupakan agen peeling yang larut dalam air sedang asam salisilat
bersifat larut dalam lemak, sehingga asam salisilat dapat penetrasi unit pilosebaseus
dengan mudah. Walaupun AHA bersifat larut dalam air, tetapi bahan kimia ini
aman digunakan untuk semua tipe kulit menurut Fitzpatrick dan memiliki fungsi
rendah (0,5-3%), asam salisilat telah dibuktikan dapat mempercepat perbaikan pada
lesi inflamasi acne dan mengurangi pembentukan komedo. Pada praktek klinis,
konsentrasi yang digunakan antara 20%-30% selama lima menit diikuti dengan
33
netralisasi. Asam salisilat tidak diperbolehkan pada wanita hamil dan individu yang
tekstur kulit telah diperlihatkan pada pasien acne. Lebih jauh lagi AHA dapat
densitas dari kolagen. AHA terutama asam glikolat tidak menimbulkan toksisitas
sistemik tetapi kekurangannya yaitu asam ini dapat penetrasi lebih dalam sehingga
menimbulkan eritema.2,12
Faktor patogenik multipel yang terlibat pada acne, memberikan banyak target
potensial untuk terapi sinar dan laser. Walaupun penelitian dengan desain yang
baik, termasuk di dalamnya control, blinding dan randomisasi masih kurang, pasien
tertarik kepada teknologi berbasis sinar dan laser sebagai alternatif terapi standar
yang canggih untuk acne. Terapi sinar dan laser yang paling umum digunakan yaitu
terapi sinar biru dan sinar merah, pulse dye laser, dan fotodinamik terapi.12,13
(sinar biru dan merah) karena sinar ini menghasilkan senyawa fotoaktif yang
34
tampak. P.acnes menghasilkan coporfirin III secara spesifik, dimana coporfirin I
dan protoporfirin diproduksi pada konsentrasi yang rendah. Saat terpapar sinar
Kontroversial mengenai efek Pulse dye laser telah dipublikasikan. Dua dari tiga
penelitian gagal menunjukkan kontribusi yang signifikan dari terapi laser ini,
dengan satu penelitian menyebutkan laser sebagai monoterapi dan sebagai terapi
Diet
Hubungan antara diet dengan timbulya acne telah di teliti sejak tahun 1960
dan menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara diet dengan timbulnya acne.
Tetapi penelitian terbaru menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara diet dengan
terjadinya acne . Diet ini meliputi karbohidrat, asam lemak omega-3, vitamin A,
zinc produk susu, antioksidan dan iodin. Pola makanan yang tinggi lemak jenuh dan
acne. Sejak adanya bukti klinis,banyak informasi yang dapat kita berikan berkaitan
dengan diet sebagai faktor yang memperberat acne. Hal ini berasal dari kesimpulan
35
Pada masa lalu, acne dibagi menjadi beberapa subgrup minor berdasarkan
lesi predominannya, oleh karena itu terdapat istilah seperti, acne comedonal, acne
papular, dan acne pustular. Klasifikasi ini memiliki keterbatasan karena dengan
a. Neonatal acne
Erupsi acneiform yang terjadi pada bayi baru lahir. Sering terjadi pada
hidung dan daerah pipi. Adanya erupsi acne pada bayi baru lahir mungkin
Acne dapat sembuh sendiri walaupun tanpa terapi. Acne dapat mulai terjadi setelah
bayi dilahirkan dan bertahan sampai beberapa bulan yang disebut sebagai infantile
acne.
36
Acne ringan dapat disertai dengan eksoriasi yang luas. Linier scarring dapat
terjadi disebabkan karena dalamnya lesi tersebut. Karena acne tipe ini sering terjadi
pada wanita dewasa muda, nama tersebut (acne Excoriée des Jeunes Filles)
digunakan untuk menjelaskan kasus ini. Acne eksoriasi biasa sangat sulit untuk
c. Folikulitis steroid
kortikotropin. Acne tipe ini sangat jarang terjadi pada anak-anak tetapi dapat terjadi
pada orang dewasa dalam waktu 2 minggu awal setelah dimulai pemberian steroid.
Lesi yang sama dapat terjadi karena penggunaan topikal steroid pada wajah. Oleh
karena itu, topikal steroid tidak dianjurkan pada terapi acne, dan penggunaannya
pada wajah harus dibatasi. Tipe acne ini secara jelas berbeda dengan acne vulgaris
dari distribusi dan tipe lesinya. Semua lesi biasanya mengalami stadium yang sama
pada perkembangannya, terdiri dari pustul yang kecil dan papul kemerahan. Lesi
terutama terjadi pada batang tubuh, bahu, lengan atas dan jarang terjadi pada wajah.
Hiperpigmentasi pasca inflamasi dapat terjadi tetapi komedo, kista dan skar jarang
terjadi.
d. Halogen acne
37
Iodida dan bromida dapat merangsang erupsi acneiform mirip dengan
penampakan pada acne yang diinduksi oleh steroid. Acne ini terjadi karena
Acne yang mirip dengan steroid acne telah dilaporkan pada pasien setelah
f. Occupational acne
acne, termasuk derivat tar batu bara, cutting oil yang tidak dapat dilarutkan,
inflamasi seperti papul, pustul, nodul yang besar, kista dan komedo yang luas. Tar
acne sering disertai dengan hiperpigmentasi. Lesi dari acne industrial tidak hanya
terbatas pada wajah, tetapi sering terjadi pada area tubuh yang mengalami kontak
38
g. Tropical acne
Acne vulgaris dapat terjadi disertai dengan folikulitis berat pada individu
yang tinggal di daerah iklim tropis. Acne tropikal terutama terjadi pada ekstrimitas
dan bokong, terdiri dari beberapa nodul inflamasi yang besar dan luas dengan area
drainase multipel mirip dengan acne konglobata. Patogenesis acne tropikal masih
sering ditemui. Antibiotik sistemik harus diberikan dan yang lebih penting adalah
h. Acne Aestivalis
Acne dengan erupsi monomorfik ini terdiri dari lesi papular multipel,
seragam dan berwarna merah, disebabkan karena paparan sinar matahari. Acne
aestivalis biasa disebut dengan Mallorca acne karena acne ini terjadi pada
semua kasus terjadi pada wanita terutama usia 20-30 tahun. Lesi sering terjadi pada
bahu, lengan atas, leher dan dada. Secara histologi, lesi ini mirip dengan steroid
acne karena menunjukkan adanya destruksi folikuler fokal dengan infiltrasi netrofil.
i. Acne Cosmetica
39
Beberapa waktu yang lalu, telah ditemukan beberapa senyawa kosmetik
eksternal telinga kelinci dan kosmetik merupakan penyebab utama acne pada wanita
dewasa.
j. Pomade Acne
Pomade acne sering ditemukan pada wanita dan pria berkulit hitam.
Beberapa gel rambut yang dipakai pada kulit kepala juga dipakai pada dahi dan
menyebabkan perkembangan multipel komedo pada garis batas rambut. Lesi dapat
k. Acne Mechanica
40
Erupsi acneiform telah diteliti setelah trauma fisikal berulang pada kulit
seperti menggosok kulit. Acne ini dapat terjadi karena pakaian (ikat pinggang dan
tali) dan peralatan olah raga. Area yang paling sering terjadi acne tipe ini yaitu dahi
Acne dapat berhubungan dengan edema inflamasi yang khas pada sepertiga
area wajah. Edema ini tidak responsive terhadap dosis tinggi antibiotic oral, tetapi
m. Acne Conglobata
41
Acne conglobata merupakan tipe acne dengan inflamasi yang berat disertai
dengan komedo, nodul, abses dan sinus drainase. Penyembuhan terjadi dengan
gejala sisa berupa skar yang berat berupa keloid (skar hipertrofik). Tipe acne ini
bersifat variabel.
campuran dari komedo, papul, pustul, nodul, abses, dan skar pada
lengan atas, wajah dan paha. Lesi inflamasi berukuran besar, lunak
42
multipel. Penyembuhan terjadi dengan gejala sisa berupa skar
Karena lesi dapat terjadi pada region aksila dan inguinal, penyakit
43
Beberapa terapi yang sudah diterapkan yaitu terapi antibiotik dosis
dengan isotretinoin.
44
Gambar 9: Acne conglobata
n. Acne fulminan
Acne fulminan juga disebut sebagai acute febrile ulcerative acne. Acne tipe
ini ditandai dengan kemuculan tiba-tiba dan masif dari lesi inflamasi berkonsistensi
lunak pada punggung dan dada, cepat menjadi lesi ulseratif dan sembuh dengan
meninggalkan sisa berupa skar. Penyakit ini terutama terjadi pada laki-laki jarang
terjadi pada wajah. Pasien mengalami demam dengan leukosit antara 10.000 sampai
fulminan, antara lain onset dari acne fulminan lebih eksplosif, nodul dan komedo
45
polipori lebih sedikit, jarang mengenai wajah dan leher, terdapat lesi ulseratif dan
krusta serta gejala sistemik lebih banyak terjadi. Terapi steroid sistemik merupakan
terapi regimen yang dibutuhkan bersamaan dengan pemberian antibiotik oral dan
dengan acne fulminant. Untuk mencegah eksplosif flare dari acne, glukokortiokoid
beberapa minggu pertama selama terapi dengan isotretinoin. Dosis inisial dari
isotretinoin harus rendah dan dosis harian dari glukokortikoid harus diturunkan
secara perlahan.
46
BAB III
KESIMPULAN
Acne vulgaris merupakan penyakit kulit yang sering terjadi terutama pada
usia remaja, bersifat self limiting disease dan disebabkan oleh peradangan kronis
pada unit pilosebaseus pada kulit. Etiologi pasti dari acne sampai saat ini belum
diketahui secara pasti, karena akne merupakan penyakit dengan patogenesis yang
Gambaran klinik dari lesi acne pada umumnya bersifat polimorfik, terdiri
dari lesi non-inflamasi berupa komedo (white head dan black head) dan lesi
inflamasi berupa papul, pustul, nodul dan kista serta sekuele dari lesi aktif berupa
menemukan campuran lesi acne (komedo, papul, pustule, dan nodul) pada wajah,
dan melawan reaksi inflamasi. Terapi acne vulgaris meliputi terapi topikal, sistemik
47
dan regimen terapi lainnya sebagai terapi tambahan. Algoritma terapi acne yang
dipakai berdasarkan algoritma dari globall alliance karena dinilai paling logis dan
komprehensif.
48
49