Total Quality Management

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) MODEL

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas matakuliah


Manajemen Kualitas Konstruksi
Yang dbina oleh Dr. H. Isnandar, M.T.

Oleh:
Dwi Martha Rachmawati 170521626004

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Februari 2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam era industrialisasi yang kian kompetitif seperti pada era
sekarang, setiap pelaku bisnis yang ingin memenangkan kompetisi dalam
dunia industri akan melakukan berbagai cara salah satunya dengan
memberikan perhatian penuh pada aspek kualitas. Perhatian penuh terhadap
kualitas ini akan memberikan dampak positif terhadap bisnis yang dijalani
melalui dua cara: (1) dampak terhadap biaya produksi; (2) dampak terhadap
pendapatan.

Dampak terhadap biaya produksi terjadi melalui proses pembuatan


produk yang memiliki derajat konformansi (conformance) yang tinggi
terhadap standar-standar sehingga bebas dari tingkat kerusakan yang
mungkin. Dengan demikian proses produksi yang memperhatikan kualitas
akan menghasilkan produk berkualitas yang bebas dari kerusakan. Hal
tersebut berarti menghindarkan terjadinya pemborosan (waste) dan
inefisiensi sehingga ongkos produksi per unit akan menjadi rendah yang
pada saatnya akan membuat harga produk menjadi lebih kompetitif

Dampak terhadap peningkatan pendapatan terjadi melalui peningkatan


penjualan atas produk berkualitas yang berharga kompetitif. Produk-produk
berkualitas yang dibuat melalui suatu proses yang berkualitas akan memiliki
sejumlah keistimewaan yang mampu meningkatkan kepuasan konsumen
atas penggunaan produk tersebut. Pada umumnya konsumen
memaksimalkan utilitas (kepuasan relatif) dalam mengonsumsi produk,
jelas bahwa produk-produk berkualitas tinggi dengan tingkat harga
kompetitif (karena ongkos produksi per unit rendah) akan lebih diminati
konsumen. Hal tersebut akan meningkatkan penjualan dari produk-produk
tersebut yang berarti meningkat pula pangsa pasar (market share) hingga
pada akhirnya meningkatkan pendapatan perusahaan.

Pada industri konstruksi tepatnya, kualitas adalah salah satu tujuan


dan sekaligus indikator kesuksesan sebuah proyek konstruksi, terutama oleh
pemilik (owner) terhadap produk dan jasa layanan pelaksanaan konstruksi
(kontraktor). Pada konteks ini, mutu dianggap sebagai salah satu elemen
kunci dari metode dan teknik menajemen proyek konstruksi. Sebagai
konsekuensinya, system manajemen murtu harus diterapkan baik ditingkat
perusahaan (corporate level) maupun di proyek (project level).

Project Management Institute (PMI, 2000) menjelaskan bahwa


manajemen mutu proyek merupakan proses yang diperlukan untuk
meyakinkan bahwa proyek akan memenuhi harapan dan kebutuhan,
termasuk semua kegiatan dari semua fungsi manajemen yang menentukan
kebijakan, tujuan dan tanggung jawab mutu, dan mengimplementasikannya
sedemikian hingga seperti perencanaan mutu (quality planning), penjaminan
mutu (quality assurance), pengendalian mutu (quality control) dan
penyempurnaan mutu (quality improvement).

Total Quality Management (TQM) merupakan suatu konsep


manajemen modern yang berusaha memberikan respon secara tepat terhadap
setiap perubahan yang ada, baik yang didorong oleh kekuatan eksternal
maupun internal organisasi. Kehadiran TQM juga dikarenakan adanya
kekurangan atau kesalahan dalam menjalankan bisnis dengan menggunakan
pendekatan tradisional.

Pada kali ini penulis akan menjelaskan mengenai TQM model dari
Arthur R. Tenner dan Irving J Detoro dalam pencapaian kualitas
berdasarkan komponen-komponen yang menyertainya.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana bagan konsep TQM Model dari Arthur R. Tenner dan Irving
J Detoro?
2. Bagaimana komponen-komponen penyusun konsep dapat sebagai
pijakan menuju jualitas yang diharapkan?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas adapun tujuan yang diharapkan
sebagai berikut:
1. Mengetahui bagan konsep TQM Model dari Arthur R. Tenner dan Irving
J Detoro.
2. Mengetahui peran komponen-komponen penyusun konsep sebagai
pijakan menuju kualitas yang diharapkan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bagan Konsep TQM Model
Sebelum membahas mengenai TQM Model, akan lebih mudah apabila
kita ketahui terlebih dahulu mengenai beberapa definisi mengenai Total
Quality Management berikt,

Fandy Tjiptono & Anastasia Diana


Total Quality Management merupakan suatu pendekatan dalam
menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya
saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk,
jasa, manusia, dan lingkungannya.

Vincent Gaspersz
Pada dasarnya Manajemen Kualitas (Quality Management) atau
Manajemen Kualitas Terpadu (Total Quality Management =
TQM) didefinisikan sebagai suatu cara meningkatkan
performansi secara terus menerus (continuous performance
improvement) pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap
area fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan
semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia

Standart ISO 9000


Sistem manajemen kualitas (QMS) adalah struktur organisasi,
tanggung jawab, prosedur-prosedur, proses-proses, dan sumber-
sumber daya untuk penerapan manajemen kualitas.

Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa


Total Quality Management atau TQM merupakan strategi terstruktur
dalam upaya peningkatan kualitas secara berkelanjutan baik dalam hal
produk maupun jasa serta terhadap lingkungannya, dengan
keterlibatan seluruh struktur organisasi dan pelanggan, demi
terwujudnya kepuasan pelanggan itu sendiri.
Berikut salah satu bagan konsep baru TQM yang dikemukakan
oleh salah satu ahli yakni Arthur R. Tenner dan Irving J. Detoro
(1992).

Gambar 1. Bagan Konsep TQM (Tenner, 1992)

2.2 Penjelasan Bagan Konsep TQM Model


A. Unsur Pokok TQM
1) Leadership
Dalam prespektif TQM, kepemimpinan didasarkan pada filosofi
bahwa perbaikan metode dan proses kerja secara berkesinambungan
akan dapat memperbaiki kualitas, biaya, produktivitas, ROI (Return
On Investment), dan pada masanya juga meningkatkan daya saing.
Menurut Tjiptono (2002) Gaya kepemimpinan yang tepat dalam
konteks TQM adalah kepemimpinan partisipatif yang lebih tinggi
level/tingkatannya. Kepemimpinan partisipatidf ini sendiri juga
dikenal dengan kepemimpinan terbuka, bebas, atau nondirective.
Orang yang menganut pendekatan ini hanya sedikit memegang
kendali dalam proses pengambilan keputusan. Ia hanya menyajikan
informasi mengenai suatu permasalahan dan memberikan kesempatan
kepada anggota tim untuk mengembangkan strategi dan
pemecahannya. Tugas pemimpin di sini adalah mengarahkan tim
kepada pencapaian consensus. Asumsi yang mendasari gaya
kepemimpinan ini ialah adalah bahwa para kryawan akan lebih siap
menerima tanggung jawab terhadap solusi, tujuan dan strategi di
mana mereka diberdayakan untuk mengembangkannya.
Dalam pandangan tradisional kepemimpinan partisif meliputi
usaha mencari masukan dari karyawan, sedangkan dalam pandangan
TQM meliputi upaya mencari masukan dari karyawan yang
diberdayakan, mempertimbangkan masukan tersebut, dan bertindak
berdasarkan masukan tersebut. Jadi perbedaan mendasarnya adalah
pada pemberdayaan karyawan.
Agar kepemimpinan partisipatif model TQM dapat terwujud,
seorang manajer harus didukung oleh para bawahannya. Adapun
karakteristik yang harus dimiliki seorang manajer antaranya meliputi:
 Rasa tanggung jawab yang besar
 Disiplin pribadi
 Bersifat jujur
 Memiliki kredibilitas tinggi
 Menggunakan akal sehat (common sense), sehingga dapat
menentukan kapan bersifat fleksibel dan kapan bersifat
tegas
 Memiliki energy dan stamina
 Memegang teguh komitmen terhadap tujuan organisasi,
setiap orang yang bekerja dengannya, dan terhadap
pengembangan pribadi dan profesionalnya secara
berkesinambungan
 Setia dan tabah dalam menghadapi segala situasi, termasuk
situasi yang paling sulit.
2) Communication
Dalam segala jenis perusahaan, komunikasi memegang peran
penting dalam menunjang kelancaran segala aktivitas perusahaan.
Komunikasi berfungsi untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu untuk
pengendalian, motivasi, ekspresi perasaan, dan informasi.
Sumber: Robbins, S.P. (1991), Organizational Behavior: Concepts,
Controversies, and Applications, 5th ed. Englewood Cliffs, N.J.
:Prentice-Hall, Inc., p. 317.
Sarana komunikasi adalah saluran serta mekanisme yang
dipergunakan untuk menyalurkan tanda-tanda. Penerima menerima
tanda yang dikirimkan dan menerjemahkannya menjadi suatu yang
bermakna bagi dirinya. Apabila tanda tersebut membingungkan dan
tidak jelas, serta maknanya tidak sama lagi bagi penerima dan
pengirim berita, maka komunikasi yang dilakukan tidak berjalan.
Agar dapat efektif, sarana komunikasi mengenai kualitas dalam
sistem TQM antara lain meliputi:
 Pelatihan dan pengembangan para manajer dan karyawan
 Partisipasi setiap orang pada tiap level dalam membentuk
patok duga dan ukuran-ukuran kualitas proses
 Pemberdayaan para karyawan dengan mendelegasikan
dalam mengambil keputusan berkaitan dengan perbaikan
kualitas dalam bidang yang menjadi tanggung jawabnya.
3) Education & Training
Salah satu unsur paling fundamental dalam TQM adalah
pengembangan personil secara terus-menerus. Hal ini membutuhkan
pendidikan dan pelatihan. Pendidikan berbeda dengan pelatihan.
Pelatihan bersifat spesifik, praktis, dan segera. Spesifik pada konteks
kali ini artinya pelatihan berhubungan secara spesifik dengan
pekerjaan yang dilakukan. Sedangkan praktis dan segera adalah
bahwa apa yang telah dilatihkan dapat diaplikasikan dengan segera
sehingga materi yang diberikan harus bersifat praktis.
Pelatihan sendiri merupakan bagian dari pendidikan. Pendidikan
lebih bersifat filosofis dan teoritis.. Walaupun demikian, pendidikan
dan pelatihan memiliki tujuan yang sama, yaitu pembelajaran. Di
dalam pembelajaran terdapat pemahaman secara implisit. Melalui
pemahaman, karyawan dimungkinkan menjadi seorang innovator,
pengambil inisiatif, pemecah masalah yang kreatif, serta menjadi
karyawan yang efektif dan efisien dalam melakukan pekerjaannya.
4) Supportive structure
Kerjasama tim merupakan salah satu unsur fundamental dalam
TQM. Tim merupakan sekelompok orang yang memiliki tujuan
bersama. Faktor-faktor yang mendasari perlunya dibentuk sebuah
tim-tim tertentu dalam perusahaan adalah:
 Pemikiran dari dua orang atau lebihh cenderung lebih baik
daripada pemikiran satu orang saja
 Konsep sinergi [ 1+1 > 2 ], yaitu bahwa hasil keseluruhan
(tim) jauh lebih baik dari pada jumlah bagiannya (anggota
individual)
 Anggota tim dapat saling mengenal dan saling percaya,
sehingga mereka dapat saling membantu
 Kerja sama tim dapat menyebabkan komunikasi terbina
dengan baik.
5) Measurement
Sistem pengukuran kinerja dapat bermanfaat bagi para
pemakainya apabila hasilnya dapat menyediakan umpanbalik yang
bisa membantu anggota organisasi dalam usaha untuk melakukan
perbaikan kinerja lebih lanjut. Horngren dan Foster (1991:7)
berpendapat, sistem pengukuran kinerja memiliki peran lain
selain berperan dalam pengendalian dan memberikan umpan balik
pada proses perencanaan dan pengambilan keputusan, yaitu:
1. Memberikan kemudahan para manajer mengawasi
jalannya bisnis mereka dan mengetahui aspek-aspek bisnis
yang mungkin membutuhkan bantuan.
2. Peranan kedua sistem pengukuran kinerja adalah suatu alat
komunikasi.
3. Peranan ketiga adalah bahwa sistem pengukuran
kinerja sebagai dasar sistem penghargaan perusahaan
6) Reward & Recognition
Pada dasarnya kinerja yang tinggi tergantung pada program
pemberian insentif jika dihubungkan dengan pekerjaan yang
mendukung, meliputi penilaian kinerja, informasi yang merata, dan
keamanan kerja. Pemberian insentif merupakan pemotivasian yang
lebih kuat bagi karyawan untuk meningkatkan kualitas
kinerjanya. Penghargaan yang diberikan oleh perusahaan sangat
memperngaruhi produktivitas dan tendensi para karyawan untuk
tetap bersama organisasi atau mencari pekerjaan lain.
Penghargaan (kompensasi) menurut Siswanto dalam Halim, dkk
(2009:223) merupakan imbalan jasa yang diberikan perusahaan
kepada tenaga kerja karena telah memberikan sumbangan tenanga
dan pikiran demi kemajuan dan kontinuitas perusahaan dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan baik dalam jangka
pendek maupun jangka panjang
B. Komponen TQM
1) Customer Fokus
Pada hakikatnya tujuan bisnis adalah untuk menciptakan dan
mempertahankan para pelanggan. Dalam pendekatan TQM, kualitas
ditentukan oleh pelanggan. Karena pelanggan adalah orang yang
menerima hasil pekerjaan seseorang atau organisasi, maka hanyalah
mereka yang dapat menentukan kualitasnya seperti apa dan
bagaimana kebutuhan mereka.
Kunci untuk membentuk focus pada pelanggan adalah
menempatkan karyawan untuk berhubungan dengan pelanggan dan
memberdayakan mereka untuk mengambil tindakan yang diperlukan
dalam rangka memuaskan para pelanggan.
2) Process Improvement
Proses merupakan serangkaian kegiatan yang dimulakan pada
penerimaan INPUT dari supplier (baik internal maupun eksternal)
dan mentransformasikannya menjadi sebuah OUTPUT yang
ditujukan terhadap pelanggan (baik internal maupun eksternal).
Proses ini memegang salah satu peran penting dalam kegiatan
perbaikan kualitas. Proses yang terstruktur dan jelas akan
memudahkan berjalannya suatu kegiatan perbaikan.
3) Total Involvement
Karyawan merupakan sumber daya perusahaan yang penting
dalam mencapai tujuan yang direncanakannya. Oleh karena itu,
keterlibatan karyawan secara keseluruhan dapat mendukung
perusahaan dalam melakukan peningkatan proses dan kualitas yang
berkesinambungan yang kemudian menghasilkan produk dan layanan
yang terbaik untuk pelanggannya. Dalam pemberdayaan karyawan,
diperlukan pelatihan dan peningkatan terhadap keterampilan
karyawan dalam mengerjakan tugasnya.
4) Continuous Improvement
Continuous improvement adalah usaha-usaha berkelanjutan
yang dilakukan untuk mengembangkan dan memperbaiki produk,
pelayanan, ataupun proses. Usaha-usaha tersebut bertujuan untuk
mencari dan mendapatkan “bentuk terbaik” dari improvement yang
dihasilkan, yang memberikan solusi terbaik bagi masalah yang ada,
yang hasilnya akan terus bertahan dan bahkan berkembang menjadi
lebih baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai