Latbeng Igd
Latbeng Igd
Latbeng Igd
Halaman
SAMPUL DALAM .......................................................................................... i
x
BAB II . TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 8
xi
2.7.1 Perbandingan Biaya ............................................................ 38
xii
4.8 Instrumen Penelitian .................................................................... 46
LAMPIRAN .................................................................................................... 74
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 5.1 – Kurva ROC perbandingan skor SOFA dan qSOFA ................. 57
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.6 – Variabel skor MexSOFA & Pengaruh terhadap mortalitas ......... 32
Tabel 2.7 – Variabel skor mSOFA & pengaruh terhadap mortalitas .............. 32
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xvi
DAFTAR SINGKATAN
xvii
qSOFA : quick - Sequential Organ Failure Assessment/Sepsis related
Failure Assessment
α : Alpha
β : Betha
xviii
ABSTRAK
xix
ABSTRACT
Background: The need and availability of bed in intensive care are frequently not
equal. Likewise, the health care financing systems will require effective and
efficient care. So, it is necessary to priorities based on the prediction of outcome.
Various scoring system has been used to estimate mortality rates. SOFA score is
now used routinely to estimate mortality rates. qSOFA score as a new and simpler
scoring system is often questioned for its validity and is commonly used in patients
with sepsis. The purpose of this study was to assess that qSOFA validity is equal
with SOFA as the predictor of mortality, both in patients with sepsis and nonsepsis.
Methods: This study is a diagnostic test with a retrospective design. Samples were
taken from the medical records of patients treated at ICU of Sanglah General
Hospital, from July 2015 to December 2016. Patients who had complete data were
taken as the samples. With the total population sampling techniques, 192 patients
have met the criteria as the samples. The data collected is then performed a
descriptive statistical analysis, and by the ROC curve to determine the area under
the ROC curve (AuROC). The cutoff points will also be determined and will
conclude the sensitivity and specificity of each score.
Results: From the 192 patients, the cutoff point for the SOFA and qSOFA are 11
and 2. While the AuROC value from SOFA and qSOFA are 0.9307 and 0.9241,
with p = 0.7037.
Conclusion: In this study, we can conclude that the validity of qSOFA is equal to
SOFA, both in sepsis and non-sepsis. So for reasons of efficiency and effectiveness,
qSOFA can be used to replace SOFA score in predicting mortality in ICU.
xx
BAB I
PENDAHULUAN
Pada era kedokteran modern saat ini, ilmu kedokteran sudah berkembang
pesat sekali. Perkembangan ilmu kedokteran tersebut juga didukung dengan adanya
berbagai alat canggih dan kemampuan sumber daya manusia yang terus meningkat.
hidup tingkat lanjut kini telah dapat diberikan di ruang perawatan intensif sehingga
dapat meningkatkan angka harapan hidup serta menurunkan angka mortalitas pada
pasien kritis. Berbagai tindakan intervensi medis yang sulit dan beresiko tinggi juga
kini dapat dilakukan dengan dukungan perawatan di ruang intensif. Namun hal
intensif.
yang akan dirawat di ruang intensif sangatlah perlu untuk dilaksanakan, baik
berdasarkan prognosis, tindakan yang akan diperlukan, hingga perkiraan lama dan
berbasis asuransi yang kini telah banyak diterapkan, yang mana efisiensi biaya
menjadi suatu hal yang sangat penting tanpa mengesampingkan perawatan yang
1
2
intensif. Keempat prioritas tersebut didasari oleh kondisi pasien, di mana pasien
dengan prioritas 1 yang memiliki kondisi yang buruk dan tidak stabil sehingga
dengan prioritas 4 yang sangat baik dan stabil atau yang terlalu sakit sehingga tidak
prioritas untuk menentukan pasien yang akan dirawat di ruang terapi intensif (RTI).
menentukan kriteria prioritas tersebut, idealnya juga harus bisa menjawab prognosa
dari perawatan di RTI yang akan dijalani oleh pasien. Sehingga penentuan kriteria
prioritas yang didasari dengan penentuan kondisi prognosa pasien akan jauh lebih
baik.
mortalitas serta harapan hidup dari pasien yang akan dirawat di RTI. Dan dari
untuk digunakan, bisa diterapkan dengan cepat oleh tenaga medis, serta tidak
memerlukan biaya besar. Sistem skoring yang lazim digunakan adalah APACHE II
3
(Acute Physiologis and Chronic Health Evaluation II), APACHE III, APACHE IV,
SAPS II (Simplified Acute Physiological Score II), SOFA Score (Sequential Organ
Failure Assessment ). MPM II (Mortality Probability Model II), dan kini juga
of Critical Care Medicine (ESCCM) pada tahun 1994, dan sudah digunakan secara
luas sebagai sebuah sistem untuk menilai status mortalitas pasien di RTI. Secara
mendasar, sistem skoring SOFA sendiri menilai 6 parameter sistem organ yang
berbeda secara terpisah (Acharya, Pradhan dan Marhatta, 2007). SOFA mengambil
klinis untuk penilaiannya (GCS dan kebutuhan vasopressor). Namun dengan sistem
SOFA itu juga dinilai masih kurang praktis dan masih ada beberapa parameter
penilaian yang sulit didapatkan (PaO2, bilirubin, dan Glasgow Coma Scale)
(Minne, Abu-Hanna dan de Jonge, 2008). Saat ini di RSUP Sanglah, sistem
prioritas dan skoring SOFA menjadi standar dalam penentuan kriteria masuk ke
Pada awal tahun 2016, kriteria baru sebagai usaha untuk memudahkan
dalam menentukan angka mortalitas mulai digunakan secara luas. Kriteria skoring
yang disebut quick-SOFA (qSOFA) telah mulai digunakan secara luas seiring
cepat dan intervensi bisa segera dilakukan, sehingga diharapkan dapat mengurangi
angka mortalitas secara umum (Wang dkk, 2016). Hal tersebut didukung dengan
koagulasi, ginjal, dan hepar tidak memberikan korelasi yang bermakna terhadap
mortalitas. Pada uji multivariat dengan regresi logistik didapatkan pengaruh pada
masing masing sub variabel dari SOFA dimana didapatkan komponen neurologi,
meningkatkan angka mortalitas hingga 1,79 kali. Setiap peningkatan 1 poin pada
sub variabel kardiovaskular akan meningkatkan angka mortalitas hingga 2,05 kali
dan setiap peningkatan 1 poin pada sub variabel neurologi akan meningkatkan
angka mortalitas hingga 3,57 kali (Taofik, Senapathi dan Wiryana, 2015)
sebanding dengan SOFA dengan pengukuran parameter yang lebih praktis dan
perbandingan validasi qSOFA dan SOFA dengan sampel yang lebih homogen yaitu
jumlah rujukan untuk perawatan di RTI. Penggunaan sistem prioritas dan skoring
penilaian skala prioritas yang valid dan reliable untuk dapat mengoptimalkan
penggunaan ruangan di RTI. Di sisi lain sistem prioritas yang digunakan saat ini di
RSUP Sanglah masih belum sepenuhnya efektif dan efisien untuk diterapkan secara
parameter penilaian yang lebih sedikit dan lebih mudah sehingga dapat memberikan
efektifitas dan efisiensi penggunaan yang sama baiknya. Sehingga penulis ingin
membuat pengujian validitas dari sistem skoring qSOFA yang didasari dengan
lebih mudah didapatkan, rutin dilakukan, dengan nilai prediktif yang tinggi.
RSUP Sanglah ?
6
Sanglah.
perawatan intensif
serta lebih efisien dalam melakukan prediksi mortalitas pasien yang dirawat