Konduktivitas Panas

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

I.

TUJUAN PERCOBAAN

1. Memahami peristiwa perpindahan panas secara konduksi serta


parameter-parameter yang mempengaruhinya
2. Menentukan konduktivitas panas bahan isolasi
II. DASAR TEORI
Konduktivitas adalah suatu besaran dari bahan yang menunjukkan
kemampuan suatu benda dalam menghantarkan panas ke benda yang
lainnya. Sehingga konduktivitas itu sering disebut pula sebagai
keterhantaran panas (Sears dan Zemansky, 1982 : 373). Sedangkan
konduktivitas panas adalah kuantitas atau jumlah panas yang yang
ditransmisikan karena satuan suhu gradien dalam satuan waktu yang
stabil dalam arah normal ke permukaan satuan luas benda (Sears dan
Zemansky, 1991 : 375). Selain itu, konduktivitas panas mampu
menunjukkan tergolong sebagai apakah benda penghantar tersebut.
Sehingga konduktivitas panas atau termal itu dapat dinyatakan dalam
persamaan sebagai berikut:

∆Q ∆T
H= =kA
∆t ∆x

Keterangan:

H : laju aliran panas (J/s atau watt)

K : nilai konduktivitas termal (J/m s K atau W/m K)

A : luas penampang (m2)

∆T : perubahan suhu (K)

∆x : panjang material (m)


Sehingga dari persamaan rumus tersebut dapat dihitung laju
kalor atau panas yang mengalir dan dapat ditentukan nilai konduktivitas
panas atau termal berdasarkan tabel berikut:

Bahan K (W/m C)


Perak 410
Tembaga 385
Aluminium 202
Nikel 93
Besi 73
Baja Karbon 48

Berbicara mengenai konduktivitas panas erat kaitannya dengan


proses perpindahan panas. Perpindahan panas itu sendiri merupakan ilmu
yang mempelajari perpindahan energi dalam bentuk panas, yang terjadi
karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material. Dalam proses
perpindahan energi tersebut tentu ada kecepatan perpindahan panas yang
terjadi, atau yang lebih dikenal dengan laju perpindahan panas. Maka ilmu
perpindahan panas juga merupakan ilmu untuk meramalkan laju
perpindahan panas yang terjadi pada kondisi - kondisi tertentu. Ini pun
selaras dengan temuan dari seorang fisikawan yang bernama James
Prescott Joule pada abad ke – 18 yaitu pada percobaan yang mempelajari
cara memanaskan air dalam sebuah wadah yang disentuhkan dengan nyala
api atau sumber listrik. Berdasarkan percobaan tersebut, Joule
menyimpulkan bahwa panas atau kalor itu mengalir karena adanya
perbedaan suhu. Sehingga panas itu mengalir dari suhu yang tinggi ke
suhu yang rendah. Proses perpindahan panas itu akan berhenti saat telah
mencapai keseimbangan termal. Secara umum proses perpindahan panas
itu dibedakan menjadi 3 mekanisme yaitu:

1. Perpindahan panas secara konveksi


Perpindahan kalor secara konveksi adalah proses
perpindahan kalor yang mengalir dari daerah yang
bertemperatur tinggi ke daerah yang bertemperatur rendah
dalam suatu medium (cair dan gas) atau antara medium-medium
yang berlainan sehingga terjadi pertukaran energi dan
momentum yang diikuti oleh perpindahan zat perantaranya
(Bueche, 1985 : 395). Perpindahan secara konveksi pun dapat
terjadi karena adanya perbedaan massa jenis dalam zat tersebut dan
gerakan massa molekul dari satu tempat ke tempat lain yang diikuti
dengan perpindahan partikel-partikel zatnya. Jika partikel
berpindah dan mengakibatkan kalor merambat, terjadilah konveksi.
Contoh perpindahan panas secara konveksi adalah gerakan balon
udara dan gerakan naik turun ketika air dipanaskan.

2. Perpindahan panas secara konduksi


Perpindahan kalor secara konduksi adalah proses
perpindahan yang terjadi bila panas atau kalor yang ditransfer tidak
diikuti dengan perpindahan panas massa dari bendanya. Proses
konduksi pun diakibatkan adanya tumbukan antar molekul
penyusunnya tanpa disertai perpindahan dari zat perantarannya.
Perpindahan panas secara konduksi biasanya terjadi pada
benda padat logam, karena berkaitan erat dengan daya hantar kalor
suatu zat. Artinya suatu zat yang daya hantarnya lebih tinggi akan
cepat menghantarkan panas daripada suatu zat yang memiliki daya
hantar rendah. Sehingga berdasarkan daya hantar itu, benda dapat
digolongkan menjadi tiga, yaitu:
 Konduktor : adalah bahan yang memiliki daya hantar
panas yang sangat baik.
 Isolator : adalah bahan yang memiliki daya hantar
panas yang kurang baik.
 Semikonduktor : adalah bahan yang memiliki setengan daya
hantar panas yang baik dan setengah daya
hantar yang buruk.
Proses perpindahan panas dapat dinyatakan dengan persamaan
berikut :

Q ∆T
H= =kA
t L

∆T
Q=kAt
L

Keterangan:
H = kalor yang merambat per satuan waktu (J/s atau watt)
K = koefisien konduksi termal zat (J/m s K atau W/m K)
A = luas penampang batang (m2)
L = panjang batang (m)
Q = banyaknya kalor (joule)
T = perubahan suhu (K)
t = selang waktu (sekon)

3. Perpindahan Panas Secara Radiasi


Radiasi adalah perpindahan kalor atau panas tanpa adanya zat
perantara. Perpindahan kalor secara radiasi tidak membutuhkan zat
perantara. Jumlah radiasi kalor yang diserap ataupun dipancarkan
oleh suatu benda bergantung pada warna benda. Benda-benda
berwarna gelap merupakan penyerap sekaligus pemancar kalor
yang baik, sementara itu benda-benda yang berwarna terang
merupakan penyerap dan pemancar kalor yang buruk. Hal ini dapat
terlihat dari gambar proses radiasi yang terjadi berikut :
Dengan demikian perpindahan panas itu dapat melalui
berbagai medium perantaranya yaitu zat cair, padat, maupun gas
sehingga konduktivitas panas tersebut dapat diukur.

III. CARA KERJA DAN ALAT

 Alat dan Bahan yang dibutuhkan


1. Statif percobaan konduktivitas
2. Ketel uap yang berhubungan dengan plat atas
3. Kompor listrik
4. Stop Watch
5. Termometer (2 buah)
6. Mikrometer
7. Jangka sorong
8. Ketel air panas
9. Bahan uji (mika dan kaca)
10. Plat bawah kuningan
11. Timbangan digital
 Cara Kerja
1. Menimbang plat bawah kuningan dengan timbangan
digital.
2. Mencatat kalor jenis plat bawah kuningan dari tabel yang
tersedia.
3. Mengukur diameter dan tebal bahan uji (kaca dan mika)
dengan menggunakan jangka sorong dan mikrometer
sekrup.
4. Meletakkan plat bawah kuningan pada statif percobaan
konduktivitas serta memasang thermometer (T2) pada
tempatnya.
5. Meletakkan bahan uji di atas plat bawah kuningan dan
Mengusahakan suhu keduanya sama yaitu pada suhu
kamar yang konstan dan mencatat suhu sebagai T20.
6. Mengisi ketel air dengan air sampai mencapai batas air
yang ada di ketel kemudian panaskan dengan
menggunakan kompor listrik dengan menggunakan daya
600 W sampai mendidih dan suhunya tidak naik lagi.
7. Mengalirkan uap dari ketel air panas melalui selang ke
ketel uap yang berhubungan dengan plat atas lalu
mencatat suhunya sebagai T1.
8. Mengatur daya listrik pada kompor menjadi 300W setelah
suhu T1 tercapai dan tidak naik lagi.
9. Meletakkan plat atas yang merupakan satu kesatuan
dengan ketel uap di atas bahan uji
10. Menekan stopwatch dan catat waktu untuk pengukuran
waktu t pada setiap kenaikkan 1C. Lakukan secara
kontinu sampai mencapai keadaan di mana suhunya
hamper konstan (sampai tepat 55C untuk kaca dan mika)
11. Melakukan langkah di atas dengan menggunakan bahan
uji yang berbeda dengan terlebih dahulu mendinginkan
kembali plat bawah.
IV. DATA HASIL PENGUKURAN

Massa plat bawah kuningan : m  0,9446 kg


Kalor jenis kuningan :
c=0,094 kal/ g ℃
c=393,296 joule/kg K
Bahan uji :
1. Mika
Tebal : x  4,93  10-3 m
2. Kaca
Tebal : x  4,74  10-3 m
Suhu awal  suhu kamar : T20 = 299 K
Suhu plat atas T1 = 364,3 K
Konversi Satuan :
1m
x=4,93 mm× =0,00493 m
1000 m
T 1=91,3 ℃ +273=364,3 K
1 kg
m kuningan=944,60 gram× =0,9446 kg
1000 g

Tabel Hasil Pengukuran


Bahan uji 1 : Mika
Diameter (m)
d1 d2 d3
0,1115 m 0,114 m 0, 1145 m

T2 (K) t (s)
300 0
301 34,58
302 69,68
303 103,02
304 137,33
305 174,3
306 211,99
307 252,24
308 292,61
309 334,86
310 377,23
311 421,55
312 469,21
313 519,49
314 573,14
315 624,46
316 693,27
317 758,71
318 820,08
319 887,24
320 957,18
321 1031,93
322 1115,27
T2 (K) t (s)
323 1207,02
300 0
324 1308,14
301 10,24
325 1423,46
302 20,89
326 1539,68
303 28,36
327 1660,36
304 35,93
328 1813
305 44,71
306 53,36
307 62,58 Bahan uji 2 : Kaca
308 Diameter
70,96 (m)
d1
309 d2
81,36 d3
0,1125
310 m 0,114
89,68 m 0, 112 m
311 99,43
312 113,39
313 119,46
314 128,93
315 138,96
316 151,61
317 163,61
318 174,74
319 185,68
320 197,83
321 210,33
322 223,8
323 297,33
324 251,93
325 268,8
326 283,27
327 296,43
328 312,11
V. ANALISA DATA

Bahan uji 1 : Mika

Diameter (m)
d1 d2 d3 d́
0,1115 m 0,114 m 0, 1145 m 0,113 m

Konversi satuan :

1m
d 1=11,15 cm× =0,1115 m
100 cm

d́=
∑ di = 0,1115 m+ 0,114 m+0,1145 m = 0,34 =0,113 m
n 3 3

Analisa Grafik

( T 1−T 2 )
Sumbu X : −ln
(T 1−T o2 )

Sumbu Y : t

Xn Yn XnYn Xn2
0 0 0 0
0,0156743 34,58 0,542017366 0,00024568
0,03159821 69,68 2,201762956 0,00099845
0,04777979 103,02 4,922273791 0,00228291
0,06422753 137,33 8,820366353 0,00412518
0,08095033 174,3 14,10964169 0,00655296
0,09795754 211,99 20,76601846 0,00959568
0,11525901 252,24 29,07293206 0,01328464
0,1328651 292,61 38,87765577 0,01765313
0,15078672 334,86 50,49244197 0,02273664
0,1690354 377,23 63,76522557 0,02857297
0,1876233 421,55 79,09260215 0,0352025
0,20656326 469,21 96,92154731 0,04266838
0,22586888 519,49 117,336624 0,05101675
0,24555455 573,14 140,7371372 0,06029704
0,26563555 624,46 165,8787757 0,07056225
0,28612807 693,27 198,3640075 0,08186927
0,30704934 758,71 232,9614015 0,09427929
0,32841767 820,08 269,3287629 0,10785817
0,3502526 887,24 310,7581157 0,12267688
0,37257495 957,18 356,6212947 0,1388121
0,395407 1031,93 408,0323416 0,15634669
0,41877255 1115,27 467,0444565 0,17537044
0,44269713 1207,02 534,3442914 0,19598075
0,46720816 1308,14 611,1736854 0,21828347
0,49233511 1423,46 700,8193391 0,24239386
0,51810974 1539,68 797,7231969 0,2684377
0,5445663 1660,36 904,1761095 0,29655246
0,57174189 1813 1036,568047 0,32688879
Σ Xn=7,53263997 ΣYn=19811,03 Σ XnYn=7661,452071 Σ Xn2=2,79154502

Contoh perhitungan:

( T 1−T 2)
X n=−ln
(T 1−T 2o )

( 91,3−27 )
X 1 =−ln
( 91,3−27 )

X 1 = −ln 1

X1 = 0

A =
∑ Xn2 . ∑ Yn−∑ Xn . ∑ Xn. Yn
N . ∑ Xn2 −¿ ¿ ¿

(2,79154502)(19811,03)– (7,53263997)(7661,452071)
=
(29) ( 2,79154502 )−(7,53263997)2
= −99,42

N . ∑ Xn . Yn−∑ Xn . ∑ Yn
B =
N . ∑ Xn2−¿ ¿

= ¿¿

= 3012,8

Persamaan Garis :

y=a+bx

( T 1−T 2 )
t=a−b ln
(T 1−T o2 )

t=−99,42+3012,8 x

Grafik hubungan waktu terhadap -ln[(T1-T2)/(T1-T20)] pada mika

2000
1800
1600
f(x) = 3012.82 x − 99.43
1400 R² = 0.98
1200
1000
800
600
400
200
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
mc x
K=
1
B( π d́ 2)
4
0,9446. ( 393,296 ) . ( 0,00 493 )
K=
1
( 3012,8 ) ( 3,14 ) . ( 0,113 )2
4
joule m
K=0,061
sK

Bahan uji 2 : Kaca

Diameter (m)
d1 d2 d3 d́
0,1125 m 0,114 m 0, 112 m 0,1128 m

d́=
∑ di = 0,1125 m+0,114 m+ 0,112 m = 0,3385 =0,1128 m
n 3 3

Konversi satuan :

1m
d 1=11,25 cm× =0,1125 m
100 cm

Analisa Grafik

( T 1−T 2 )
Sumbu X : −ln
(T 1−T o2 )

Sumbu Y : t

Xn Yn XnYn Xn2
0 0 0 0
0,0156743 10,24 0,160504853 0,00024568
0,03159821 20,89 0,660086512 0,00099845
0,04777979 28,36 1,355034796 0,00228291
0,06422753 35,93 2,307695063 0,00412518
0,08095033 44,71 3,619289041 0,00655296
0,09795754 53,36 5,227014222 0,00959568
0,11525901 62,58 7,212908691 0,01328464
0,1328651 70,96 9,428107219 0,01765313
0,15078672 81,36 12,26800776 0,02273664
0,1690354 89,68 15,15909506 0,02857297
0,1876233 99,43 18,65538473 0,0352025
0,20656326 113,39 23,42220807 0,04266838
0,22586888 119,46 26,98229629 0,05101675
0,24555455 128,93 31,65934866 0,06029704
0,26563555 138,96 36,91271606 0,07056225
0,28612807 151,61 43,37987678 0,08186927
0,30704934 163,61 50,23634182 0,09427929
0,32841767 174,74 57,38770368 0,10785817
0,3502526 185,68 65,03490254 0,12267688
0,37257495 197,83 73,70650319 0,1388121
0,395407 210,33 83,16595352 0,15634669
0,41877255 223,8 93,72129561 0,17537044
0,44269713 237,33 105,0653102 0,19598075
0,46720816 251,93 117,7037523 0,21828347
0,49233511 268,8 132,3396782 0,24239386
0,51810974 283,27 146,7649446 0,2684377
0,5445663 296,43 161,4257897 0,29655246
0,57174189 312,11 178,4463613 0,32688879
Σ XnYn=¿1503,4081
Σ Xn=7,53263997 ΣYn=4055,71 Σ Xn2=2,79154502
1

Contoh perhitungan:

( T 1−T 2)
X n=−ln
(T 1−T 2o )

( 91,3−27 )
X 1 =−ln
( 91,3−27 )

X 1 = −ln 1
X1 = 0

∑ Xn2 . ∑ Yn−∑ Xn . ∑ Xn. Yn


A =
N . ∑ Xn2 −¿ ¿ ¿

(2,79154502)(4055,71) – (7,53263997)(1503,40811)
=
(29) (2,79154502 ) −(7,53263997)2

= −0,1212

N . ∑ Xn . Yn−∑ Xn . ∑ Yn
B =
N . ∑ Xn2−¿ ¿

= ¿¿

= 538,88

Persamaan Garis :

y=a+bx

( T 1−T 2 )
t=a−b ln
(T 1−T o2 )

t=−0,1212+538,88 x
Grafik hubungan waktu terhadap -ln[(T1-T2)/(T1-T20)] pada kaca
350

300 f(x) = 538.88 x − 0.12

250

200

150

100

50

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7

mc x
K=
1
B( π d́ 2)
4
(0,9446) ( 393,296 ) . ( 0,00 474 )
K=
1
( 538,88 ) (3,14 ) . ( 0,1128 )2
4
joule m
K=0,327
sK
VI. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini, praktikan melakukan percobaan tentang
konduktivitas panas yang bertujuan untuk mempelajari perpindahan panas
secara konduksi serta parameter-parameter yang mempengaruhinya dan
juga untuk menentukan nilai konduktivitas panas dari bahan isolasi.
Untuk memperoleh tujuan tersebut dilakukan pengukuran waktu untuk
setiap kenaikan suhu 1C pada 2 jenis bahan yang berbeda yaitu mika dan
kaca. Setelah itu dapat diperoleh persamaan grafik dimana sumbu x

( T 1−T 2 )
sebagai nilai −ln dan sumbu y sebagai fungsi waktu. Sehingga
(T 1−T o2 )
didapatkan persamaan grafik untuk mika sebesar t=−99,42+3012,8 x
dan untuk kaca sebesar t=−0,1212+538,88 x. Melalui persamaan grafik
tersebut didapatkan nilai konduktivitas dari bahan uji mika dan kaca

joule m joule m
masing-masing sebesar 0,061 dan 0,327 . Sehingga dapat
sK sK
terlihat bahwa bahan uji kaca adalah bahan penghantar panas yang lebih
baik karena nilai K lebih besar dari bahan uji mika. Dengan
membandingkan garis regresi dengan titik-titik percobaan dapat
disimpulkan bahwa titik-titik tersebut hampir mendekati garis regresi
yang artinya hasil percobaan memiliki akurasi yang cukup besar.
Sedangkan titik-titik yang mungkin berada di luar garis regresi
kemungkinan disebabkan oleh kesalahan sistematik seperti alat-alat yang
tidak dikalibrasi. Di dalam grafik ini pun terdapat garis lurus atau garis
regresi yang menunjukkan kenaikan suhu berbanding lurus dengan
pertambahan waktunya. Sehingga semakin besar suhu maka semakin
besar pula waktu yang diperlukan untuk menaikkan suhu tiap 10C.

Hasil yang kami dapatkan tersebut apabila dibandingkan dengan teori


maka didapatkan kesesuaian dimana suhu akan berpindah jika terdapat
perbedaan suhu di antara kedua benda. Selain itu berdasarkan teori bahan
uji yang berbahan isolator sulit untuk menghantarkan panas. Di mana
dalam hal ini mika merupakan salah satu jenis isolator, sehingga sesuai
dengan hasil percobaan dimana kaca memiliki nilai konduktivitas yang
lebih besar jika dibandingkan mika karena kaca lebih mudah
menghantarkan panas. Kemudahan kaca dalam menghantarkan panas ini
disebabkan oleh nilai konduktivitas kaca yang besar. Hal yang
mempengaruhi nilai konduktivitas suatu bahan itu adalah bahan uji itu
sendiri. Terlihat dari perbedaan konduktivitas antara mika dan kaca.
Sedangkan yang mempengaruhi laju konduktivitas adalah luas
permukaan bahan (diameter bahan), nilai konduktivitas bahan, perbedaan
suhu, dan ketebalan suatu bahan.

VII. KESIMPULAN
1. Peristiwa perpindahan panas secara konduksi adalah perpindahan
panas melalui zat penghantar tanpa disertai perpindahan bagian zat
itu dan perpindahan panas tersebut dapat berlangsung jika terdapat
perbedaan suhu. Parameter yang mempengaruhi laju alir
perpindahan panas secara konduksi adalah nilai konduktivitas
bahan, luas permukaan bahan (diameter bahan), perbedaan suhu,
dan ketebalan bahan uji.
joule m
2. Nilai konduktivitas mika : 0,061
sK
joule m
Nilai Konduktivitas kaca : 0,327
sK
VIII. DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai