Evaluasi RDTR Kurang
Evaluasi RDTR Kurang
Evaluasi RDTR Kurang
Bag. B
Pendekatan &
Metodologi
P
endekatan &
Metodologi
1. Tanggapan Konsultan
2. Saran Konsultan
2. Fasilitas Pendukung
Fasilitas Kendaraan
Peralatan Lapangan
Camera Digital
Dokumentasi Dokumentasi kegiatan
Handycam
C. URAIAN PPENDEKATAN &METODOLOGI PELAKSANAAN
PEKERJAAN
1. Pendekatan Umum
a. Dasar Pertimbangan
Oleh karena itu, kegiatan penyusunan rencana tata ruang dalam bentuk
RDTR Kawasan Perkotaan Kabupaten Pegunungan Arfak diharapkan
mampu memenuhi dinamika perkembangan kawasan, sehingga
memerlukan pengkajian serta penelahan yang mendalam yang
mengarah pada pembangunan yang berkelanjutan (suistainable
development) dan kelestarian lingkungan, berkeadilan dan transparansi
menuju terwujudnya tujuan yang diharapkan.
b. Dasar Hukum
1) Maksud
2) Tujuan
Mengevaluasi kesesuaian
pemanfaatan ruang terhadap rencana detail tata ruang
Mengevaluasi jenis penyimpangan
pemanfaatan ruang terhadap rencana detail tata ruang
Sebagai penilaian sistematis pada
aspek pemanfaatan dan pengendalian ruang;
3) Sasaran
2) Manfaat RDTR
e. Azas Perencanaan
g. Pengertian RDTR
RDTR berlaku dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun dan ditinjau
kembali setiap 5 (lima) tahun. Peninjauan kembali RDTR dapat
dilakukan lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun jika:
i. Wilayah Perencanaan
a. Pendekatan Dasar
3) Kelestarian Lingkungan
KETINGGIAN DPL
> AMBANG ≤ AMBANG
KEMIRINGAN LAHAN
> AMBANG ≤ AMBANG
KAW
TAMBANG KAW KAW HIJAU, KAW
KAW LINDUNG KAW & PERTA- REKREASI & OR COMER- KANTOR PEM, PERMU-
DARAT AIR PERKEBUN NIAN LUAR SIIL INDUSTRI FASOS & FASUM KIMAN
Gambar 2.3. Pendekatan Sistem Penyusunan RDTR
c. Pendekatan Pelaksanaan
Pelaksanaan oleh
Pelaku Keterlibatan Dalam Perencanaan Pemerintah,
Swasta,
Masyarakat Forum Forum Masyarakat
Stakeholder Stakeholder Perangkat
s s Rencana Pengendalia
Analisis & Penyusunan Rencana
disepakati Pelaksanaan
Indikasi
Program si disepakati
Pemerintah Arahan Program
Pemerintah Pemerintah
5) Pendekatan Participatory
Pendekatan participatori digunakan untuk memperoleh urutan
prioritas pengembangan dan masukan-masukan dari berbagai
stakeholders untuk melengkapi peta potensi yang sudah
dihasilkan. Selain melalui penyebaran kuesioner dan wawancara,
pendekatanparticipatory ini juga dilakukan dengan melaui
pembahasan-pembahasan/seminar-seminar untuk mengkaji
lebih lanjut hasil analisis yang dibuat.Pertimbangan
menggunakan participatory approach adalah, bahwa saat ini
pemaksaan kehendak dan perencanaan dari atas sudah tidak
relevan lagi.Di era reformasi ini perlu melibatkan berbagai pihak
dalam setiap kegiatan pembangunan.Manfaat penggunaan
pendekatan tersebut adalah untuk meminimalkan konflik
berbagai kepentingan yang berarti juga mendapatkan hasil akhir
yang menguntungkan untuk semua pihak. Keuntungan lainnya
yang akan diperoleh adalah jaminan kelancaran implementasi
hasil kajian ini di kemudian hari.
Kebijakan dan praktek yang terjadi dalam penataan ruang kota, zoning
dan pembangunan kota selama ini belum dapat memecahkan fenomena
di atas secara efisien, dan tampaknya diperlukan upaya yang cukup
besar untuk dapat memperoleh penyelesaian permasalahan
pembangunan kota yang sesungguhnya. Pertumbuhan ekonomi di
kawasan Asia akan sangat tergantung pada pengaturan kawasan
perkotaan yang efisien dan produktif untuk mengatur proses urbanisasi,
yang memiliki isyu utama penyediaan kesempatan kerja, pengadaan
rumah dan mengembangkan prasarana (Van Huyck, 2007). Jelas dalam
hal ini terlihat bahwa perencanaan pemanfaatan ruang kota harus
berjalan seiring dengan manajemen lahan, untuk mencapai efisiensi
pemanfaatan ruang kota atau kawasan.
Kemitraan pemerintah -
swasta - masyarakat FORUM PERKOTAAN
Dokumen PIPP
1. Program Investasi pemb.
Identifikasi Proyek dan
perkotaan jangka menengah
Kegiatan Strategis ITERASI
ROLL OVER
TAHUNAN
Sub. Program
PENDEKATAN PROGRAM
*)
Rencana Strategis Pembangunan Perkotaan adalah :
Arahan Kebijaksanaan
Pengembangan Penduduk
Evaluasi Kinerja Kota
- Laju pertumbuhan penduduk
5 tahun terakhir
Arahan Distribusi Penduduk - Laju pertumbuhan perekonomian
Evaluasi Rencana Tata Ruang kota
- Kesesuaian Land Use dengan - Pergeseran :
Rencana * pola migrasi
- Kecenderungan arah Revisi * lokasi kerja
perkembangan fisik kota Rencana Pemanfaatan Ruang * aksesibilitas
- Revisi Rencana Kota/Kawasan Perencanaan * pemanfaatan SDA
REVI SI
Rencana Struktur Kota Rencana sistem transportasi
Rencana Pengaturan Land Rencana sistem prasarana
Coverage sarana
Arahan ketinggian bangunan Rencana sistem jaringan
Rencana penanganan utilitas
lingkungan kota Rencana pengembangan
Pemanfaatan Air Baku
Rencana Sektor dan
Kawasan Strategis
identifikasi lokasi
RDTR
Manajemen lahan untuk mendukung keterlaksanaan rencana PDPP Kecamatan
Pengelolaan tanah terlantar Pembangunan rumah sewa KASIBA/LISIBA Tapa
Penyerobotan tanah Pembangunan rumah susun Peremajaan Kawasan Kabupaten
pemerintah Pembangunan infrastruktur
Nasionalisasi tanah Bank Tanah
Land Readjustment
c. Kerangka Berfikir
kependudukan
ANALISA lahan perkotaan
sarana PERKIRAAN
sarana & prasarana
sosial-ekonomi KEBUTUHAN
ekonomi perkotaan
PERUMUSAN
RENCANA Pedoman
DETAIL Pengendalian
Rencana
Blok
rencana distribusi
kawasan budidaya penduduk
kawasan lindung perkotaan
a. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan, beberapa hal yang akan dilakukan konsultan
sebagai berikut :
Pemahaman substansi RDTR yang
akan di implementasikan dan dilaksanakan sesuai kerangka acuan
yang telah ditetapkan.
Persiapan literatur dan referensi
sebagai bahan melaksanakan pekerjaan
Persiapan peta dasar yang menjadi
acuan kegiatan perencanaan.
Pembuatan model-model untuk
pengumpulan data di lapangan.
Persiapan personil
Persiapan bahan dan peralatan
Penyusunan program survey.
Persiapan mobilisasi
c. Tahap Kompilasi
Semua data dan informasi yang telah diperoleh dari hasil kegiatan
pengumpulan data dan survai kemudian di kompilasi. Pada dasarnya
kegiatan kompilasi data ini dilakukan dengan cara mentabulasi dan
mengsistematisasi data-data tersebut dengan menggunakan cara
komputerisasi. Hasil dari kegiatan ini adalah tersusunnya data dan
informasi yang telah diperoleh sehingga mudah untuk dianalisis.
Hasil dari kegiatan ini adalah tersusunnya data dan informasi yang
telah diperoleh sehingga akan mempermudah pelaksanaan tahapan
selanjutnya yaitu tahap analisis. Penyusunan data itu sendiri akan
dibagi atas dua bagian. Bagian pertama adalah data dan informasi
mengenai kondisi regional (kondisi makro) dan bagian kedua adalah
data dan informasi mengenai kondisi lokal Kawasan Kawasan
Perkotaan Kabupaten Pegunungan Arfaktersebut (kondisi mikro).
1) Model Prediktif
Metode proyeksi penduduk dilakukan dengan menggunakan
formula kondisi keadaan sekarang dengan kondisi yang akan
terjadi pada masa yang akan datang dengan mengolah, mengkaji
dan menganalisis faktor-faktor yang dominan pada waktu keadaan
tertentu.
2) Model untuk Memperkirakan Kebutuhan Ruang
Model standar yang dapat dipergunakan untuk memperkirakan
kebutuhan ruang, diantaranya :
3) Model-model Standar Indonesia :
Pedoman Standar Lingk. Permukiman Kota (DPMB, Dep. PU)
Peraturan Geometrik Jalan Raya dan Jembatan (Depart. PU)
Pedoman Standar Pemb. Perumahan Sederhana (DPMB, DPU).
4) Model-model standar Referensi Asing :
Site Planning Standar, Joseph de Chiara
Urban Design Criteria, Joseph de Chiara
Dimana:
Gi-j = Besaran pergeseran relatif
K = Konstanta grafitasi
Di = Dimensi aktivitas Zone I
Dj = Dimensi aktivitas zone j
dij = jarak antara i – j
x = Konstanta jarak
2) Drainase
Peningkatan dan pembuatan saluran – saluran drainase buatan
(Artificial Drainage) dibangun dengan arah aliran menuju ke
saluran alami (Natural Drainage). Kebutuhan drainase suatu
kawasan tergantung dari beberapa faktor, antara lain Kebutuhan
drainase suatu kawasan tergantung dari beberapa faktor, antara
lain Daerah Tangkapan Air Hujan (Catchment Area), besarnya air
bisa terserap ke dalam tanah (kapasitas infiltrasi tanah) dan
besarnya air yang menguap (evaporasi). Kapasitas infiltrasi kecuali
tergantung oleh jenis tanah, tergantung pula oleh tata guna lahan
yang ada.Makin luas kawasan terbangun makin kecil kapasitas
infiltrasi tanah. Air yang tidak terserap dan tidak menguap akan
terjadi aliran permukaan (Run-Off) yang sewaktu-waktu bisa
menjadi genangan. Kelancaran air hujan pada tahap-tahap awal
ditentukan oleh saluran-saluran tersier, oleh karena itu
perencanaan drainase direncanakan dengan sistem dan pola yang
baik serta perawatan saluran harus rutin dilakukan.
3) Air Bersih
Standar kebutuhan air bersih merupakan acuan dalam
memperkirakan tingkat kebutuhan air bersih masing-masing
daerah pelayanan. Standart yang digunakan dalam parameter
perencanaan mengikuti satuan daerah pelayanan.
Debit Maksimum
Debit maksimum merupakan debit harian maksimum, debit
maksimum dipengaruhi oleh fluktuasi pemakaian air bersih
setiap aktifitas setiap hari dan kebiasaan menggunakan re-
servoir di tiap-tiap aktivitas. Besarnya dihitung berdasarkan
debit rata-rata dikalikan dengan faktor maksimum pemakaian
untuk setiap aktivitas. Nilai faktor maksimum besarnya (1,1 -
1,5), faktor maksimum ini akan bergerak menurun mendekati
angka 1,1 apabila disetiap aktivitas menyediakan resevoir
individu.
Debit Puncak
Debit puncak merupakan debit terbesar selama pemakaian air
dalam 24 jam. Debit puncak dipengaruhi oleh fluktuasi
pemakaian air/aktifitas/jam. Besarnya debit puncak adalah
besarnya debit rata-rata dikalikan dengan faktor puncak.
a.
b. Qpuncak = Faktor puncak X Q rata-rata
4) Persampahan
Kriteria dasar perencanaan untuk perhitungan generasi
(peningkatan) sampah adalah sebagai berikut :
Kota Metro/Besar = 3,25 lt/orang
Kota Sedang = 2,75 - 3,25 lt/orang
Kota Kecil = 2,5 - 2,75 lt/orang
Desa = 2,5 lt/orang
Kriteria Desain untuk menghitung proyeksi prasarana dan sarana
persampahan adalah sebagai berikut :
Bin 70 liter untuk jalan umum
Gerobak 1 m3 200 KK / unit
Transfer Depo type II 2.000 KK / unit
TPS 150 KK / unit
Dump Truk Volume 6 – 8 m3 1.600 – 2.000 KK / unit
Laju Timbunan
No Zona Satuan
Sampah
1 Permukiman 0,0792 m3/ha/hari
2 Fasilitas sosial 0,2184 m3/ha/hari
3 Perdagangan / komersial 3,7600 m3/ha/hari
4 Open space / ruang terbuka 0,1312 m3/ha/hari
5 Perkantoran 1,5200 m3/ha/hari
6 Pergudangan 1,0625 m3/ha/hari
7 Industri / perbengkelan 0,1000 m3/ha/hari
5) Sanitasi
Sistem pengelolaan limbah di lakukan dengan sistem on site dan off
site sanitation.Konsep penanganan air limbah (shallow sewer,
modullar, komunal, individual) dengan IPAL dan IPLT.Dalam studi
tersebut belum memberikan justifikasi sistem yang paling
optimum. Adapun kelebihan dan kekurangan masing-masing
sistem adalah sebagai berikut :
Sistem Pembuangan Air Limbah Setempat (On Site)
Keuntungan :
Biaya awal rendah
Tidak memerlukan teknologi tinggi
Sistem pemeliharaannya rendah
Masing-masing rumah tangga dapat
mengerjakannya
Lumpur limbahnya (yang lebih labil) dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk
Kerugian :
Biasanya yang dioleh hanya air limbah yang
berasal dari toilet, sedangkan air limbah lain (mandi cuci)
dialirkan ke saluran air hujan
Diperlukan lahan yang luas untuk bidang
peresapannya, bilamana air buangan mandi dan cuci
dialirkan ke sistem pembuangan limbah ini
Hanya dapat diterapkan untuk daerah yang
daya serap dan muka air tanahnya tidak tinggi
Dapat menimbulkan pencemaran bagi sumber
air yang tidak memenuhi standart jarak minimum dari bidang
resapannya
Pada sistem pembuangan limbah terpusat sangat cocok diterapkan
pada daerah dengan kepadatan penduduk lebih dari 600 jiwa/ha.
Dengan demikian untuk daerah dengan kepadatan tinggi
seharusnya tidak lagi menggunakan sistem pembuangan air limbah
setempat ( on site ).
Sistem pembuangan air limbah terpusat terdiri dari jaringan pipa
bawah tanah (sewerage), instalasi pengolahan air limbah (sewerage
treatment plant) dan bangunan-bangunan penunjang. Di dalam
sistem pembuangan air limah terpusat ini terdiri dari 2 golongan :
Sistem terpusat, suatu sistem dimana air
limbah disalurkan terpisah dari saluran air hujan
Sistem Kolektif, air buangan dari rumah
penduduk, bangunan komersial dan dialirkan melalui saluran
tertutup yang disebut saluran tersier. Kemudian air limbah dari
beberapa saluran tersier dikumpulkan ke saluran sekunder dan
kemudian dialirkan ke saluran primer (saluran induk) untuk
kemudian ke instansi pengolahan air limbah (Sewerage
Treatment Plant)
Cara lain untuk menampung dan membawa air limbah dengan
vakum (gerobak, mobil/trailer penyedot tinja). Selanjutnya dibawa
ke IPLT atau tempat khusus yang diperuntukkan keperluan
tersebut.Operasionalnya dapat dikelola oleh pemerintah atau
pemerintah bekerjasama dengan swasta.
6) Telepon
Untuk mendukung program pengembangan kawasan, maka perlu
ditingkatkan sistem telekomunikasi di daerah tersebut.Dengan
adanya pengembangan sistem SST (Satuan Sambungan Telepon)
menjadi STO (Sentral Telepon Otomat) dapat menambah kapasitas
pelayanan telekomunikasi oleh Telkom. Untuk menghitung
perkiraan kebutuhan fasilitas telepon, diasumsi :
1 sambungan telepon dengan penduduk
pendukung 10 jiwa
1 sambungan pelayanan umum dengan
penduduk pendukung 100 jiwa
Pengembangan jaringan telepon disesuaikan dengan arah
perkembangan kota dan rencana pemanfaatan lahan kota yang
telah ditetapkan.
7) Listrik
Untuk memenuhi kekurangan daya listrik perlu adanya
peningkatan layanan PLN dengan menambah jaringan. Dengan
terpenuhinya pelayanan listrik untuk tiap – tiap rumah, maka
aktivitas masyarakat akan berjalan dengan lebih optimal. Agar
pemenuhan kebutuhan listrik dapat terlayani, perlu adanya
penambahan jumlah trafo dan tiang listrik baik disekitar jalan
maupun di tiap – tiap rumah.Disamping itu pula untuk memelihara
penerangan terhadap fasilitas – fasilitas umum, perlu ditingkatkan
kesadaran masyarakat sekitarnya untuk tidak merusak lampu –
lampu penerangan. Kriteria dalam menentukan besarnya
kebutuhan listrik untuk masing – masing kegiatan meliputi :
Domestik :
Perumahan besar = 1.300 watt
Perumahan sedang = 900 watt
Perumahan kecil = 450 watt
Non Domestik :
Perdagangan / perkantoran = 25 %
domestik
Kegiatan sosial / pelayanan umum = 25
% domestik
Penerangan jalan = 10 % domestik
Kehilangan energi / transmisi = 10 %
total energi
2) Distribution Quotient
Metode ini digunakan untuk mengukur derajat konsentrasi suatu
aktivitas ekonomi pada suatu sub wilayah. Distribution Quotient
(DQ) dihitung dengan membagi persentase jumlah aktivitas
ekonomi dengan persentase luas sub wilayah:
Y
DQ =
X
Makin tinggi nilai DQ makin relatif terkonsentrasi aktivitas atau
karakteristik sosial ekonomi pada suatu sub wilayah.
3) Dekonsentrasi
Pengukuran ini bertujuan untuk melihat apakah suatu
aktivitas/karakteristik cenderung terkonsentrasi pada suatu sub
wilayah atau tersebar ke seluruh wilayah dalam kurun waktu
tertentu. Pengukuran dilakukan dengan mengurangkan nilai index
konsentrasi pada suatu waktu (C2) dengan index konsentrasi pada
waktu sebelumnya (C1).
D = C2 – C1
4) Asosiasi
Metoda ini digunakan untuk melihat keterkaitan antara dua
aktivitas atau karakteristik sosial ekonomi pada suatu wilayah.
Pengukuran asosiasi antara dua aktivitas dilakukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
n
∑ (Xi - Y I)
i=1
L = 100 -
Uj - mj - r j
Dimana:
Xi = Persentase jumlah aktivitas pertama pada sub wilayah i
Yi = Persentase jumlah aktivitas kedua pada subwilayah i
n = Jumlah sub wilayah
7. Mekanisme Pelaporan
Sistem pelaporan pekerjaan Evaluasi RDTR Kawasan Perkotaan
Kabupaten Pegunungan Arfak, meliputi :
a. Laporan Materi Teknis
Laporan berisikan tanggapan pelaksana terhadap TOR/KAK dan
rencana kerja yang akan dilaksanakan konsultan. Muatan laporan
merupakan penyampaian rencana kerja dan tahapan pelaksanaan
pekerjaan. Laporan ini dicetak sebanyak 10 Buku pada kertas ukuran
A4 dicetak berwarna dan soft cover.
Laporan berisikan data-data hasil kompilasi dan analisis, yang
digunakan untuk Evaluasi RDTR Kawasan Perkotaan Kabupaten
Pegunungan Arfak. Laporan ini dicetak sebanyak pada kertas ukuran
A4 dicetak berwarna dengan kertas lux dan soft cover.