Kestabilan Bawah Tanah
Kestabilan Bawah Tanah
Kestabilan Bawah Tanah
FAISAL SARIRA
093 2017 0214
C5
MAKASSAR
2020
1
METODE TAMBANG BAWAH TANAH
2
Dengan semua pekerjaan yang dilakukan di bawah tanah dengan panjang terowongan yang
mencapai ribuan meter, maka diperlukan usaha khusus untuk mengalirkan udara ke semua
sudut terowongan. Pekerjaan ini menjadi tugas tim ventilasi tambang.
Selain mensuplai jumlah oksigen yang cukup, ventilasi juga mesti memastikan agar
semua udara kotor hasil pembuangan alat-alat diesel dan gas beracun yang ditimbulkan oleh
peledakan bisa segera dibuang keluar. Untuk memaksa agar udara mengalir ke terowongan,
digunakanlah fan (kipas) raksasa dengan berbagai ukuran dan teknik pemasangan.
Untuk menjaga kestabilan terowongan diperlukan pula penyangga-penyangga
terowongan. Berbagai metode penyanggaan (ground support) telah dikembangkan.
Penyanggaan yang optimal akan mendukung kelangsungan kinerja dan juga keselamatan
semua pekerja.
3
D. Ruang Lingkup Tambang Bawah Tanah
Jenis-jenis pekerjaan pada tambang bawah anah antara lain:
1. Penyiapan sarana dan prasarana di permukaan
2. Penyiapan sarana dan pekerjaan bawah tanah, meliputi
a. pembuatan jalan masuk utama (main acces pada primary development)
b. pembuatan lubang-lubang sekunder dan tersier (secondary development dan
tertiary development)
3. Kegiatan eksploitasi: breaking (loosening) dengan pemboran dan peledakan,
pemuatan(loading), pengangkutan (hauling, tranporting)
4. Penanganan dan operasi pendukung: penyanggaan, penerangan, ventilasi, penirisan,
keselamatan kerja, dll).
4
F. Jalan Masuk Tambang Bawah Tanah
Tambang bawah tanah mengacu pada metode pengambilan bahan mineral yang
dilakukan dengan membuat terowongan menuju lokasi mineral tersebut.
Berbagai macam logam bisa diambil melalui metode ini seperti emas, tembaga, seng,
nikel, dan timbal.
Karena letak cadangan yang umumnya berada jauh dibawah tanah, jalan masuk perlu
dibuat untuk mencapai lokasi cadangan. Jalan masuk dapat dibedakan menjadi beberapa:
Ramp, jalan masuk ini berbentuk spiral atau melingkar mulai dari permukaan tanah
menuju kedalaman yang dimaksud. Ramp biasanya digunakan untuk jalan kendaraan
atau alat-alat berat menuju dan dari bawah tanah.
Shaft, yang berupa lubang tegak (vertikal) yang digali dari permukaan menuju
cadangan mineral. Shaft ini kemudian dipasangi semacam lift yang dapat difungsikan
mengangkut orang, alat, atau bijih.
Adit, yaitu terowongan mendatar (horisontal) yang umumnya dibuat disisi bukit atau
pegunungan menuju ke lokasi bijih.
5
1. Open Stope Methodes
Open Stope Methodes adalah sistem tambang bawah tanah dengan ciri-ciri :
Sedikit memakai penyangga, atau hampir tidak tidak ada.
Umumnya merupakan cara penambangan sederhana, atau tradisional.
Bisa menggunakan buruh-buruh yang tidak terlatih.
Cocok untuk endapan bijih dengan ciri-ciri:
Endapan bijih dan batuan induk relatif keras, sehingga tidak mudah runtuh.
Endapan bijih memiliki kemiringan lapisan (dip) lebih dari 70o.
Ukuran bijih tidak terlalu besar.
Tebal endapan bijih kurang dari 5 m.
Antara batuan induk dan bijih mudah dibedakan atau terlihat jelas.
Sedangkan metode Open Stope Methode sendiri dibedakan menjadi:
Gophering Coyoting
Glory Hole Methode
Shrinkage Stoping
Sublevel Stoping
Berdasarkan pembagian di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Gophering Coyoting
6
Tanpa perencanaan rinci, karena dalam penambangnya hanya mengikuti arah
endapan.
b. Glory Hole Methode
Metode Glory Hole Methode merupakan sistem penambangan dengan cara bebas
membuat lubang bukaan, dikarenakan baik batuan induk maupun endapan bijih relatif
kuat. mempunyai ciri-ciri:
Metode ini cocok untuk endapan yang sempit atau relatif sedikit.
Lebar endapan antara 1 – 5 m, tetapi dengan arah memanjang ke bawah
berbentuk bulat atau elips.
Endapan bijih dan batuan induk kuat.
c. Shrinkage Stoping
7
Penambangan tidak selektif.
Bukan merupakan endapan Sulfida (Fe), karena endapan Sulfida harus dengan
metode selektif mining, hal ini guna menghindari pengaruhnya pada asam
tambang.
d. Sublevel Stoping
Sublevel Stoping adalah penambangan bawah tanah dengan cara membuat level-
level, kemudian dibagi menjadi sublevel-sublevel. Sedangkan syarat-syaratnya
sebagai berikut:
Ketebalan cebakan antara 1 – 20 m.
Kemiringan lereng sebaiknya lebih dari 30o.
Baik endapan bijih dan batuan induk harus kuat dan keras.
Batas endapan bijih dan batuan induk harus kuat dan tidak ada retak-retak ketika
dilakukan penambangan. Hal ini diperlukan agar tidak terjadi dilusi atau
pencampuran dua material. Dalam hal ini pencampuran endapan bijih dengan
batuan induk.
Penyebaran kadar bijih sebaiknya homogen.
2. Supported Stope Methode
Supported Stope Methode adalah metode penambangan bawah tanah yang
menggunakan penyangga dalam proses penambangannya. Secara umum ciri-ciri
Supported Stope Methode antara lain:
Cocok untuk endapan bijih serta batuan induk yang lunak.
Cara penambangannya secara sistematis.
8
Supported Stope Methode dibedakan menjadi:
a. Shrink and Fill Stoping
9
Sebaiknya untuk endapan vein, kemiringannya harus lebih dari 45 o. Dan untuk
endapan yang bukan vein kurang dari 45o
Endapan bijih keras, tapi batuan induknya lunak.
Endapan bijih bernilai tinggi baik kadar maupun harganya.
c. Square Set Stoping
Pada dasarnya, sistem penambangan ini dengan cara membuat penyangga yang
lebih sistematis, dimana penyangganya berbentuk ruang (tiga dimensi). Baik berupa
kubus ataupun balok. Penyangganya sendiri dapat berupa kayu maupun besi.
Ciri-ciri Square Set Stoping antara lain:
Ongkos penyangganya sangat mahal.
Kemiringan endapan lebih dari 45o
Ketebalan bijih minimal 3,5 m.
Baik endapan bijih maupun batuan induk mudah runtuh.
Endapan tidak perlu memiliki batasan yang jelas antara endapan bijih dan batuan
induknya.
d. Stull Stoping
10
Sistem penambangan ini merupakan sistem penambangan yang memasang
penyangga dari footwall ke hanging wall. Stull sendiri berarti kayu, sehingga pada
sistem penambangan ini penyangganya menggunakan kayu.
Ciri-ciri sistem penambangan ini antara lain:
Bijih cukup kuat, sehingga tidak perlu langsung disangga, tapi batuan induk
mudah pecah menjadi bongkahan-bongkahan.
Kemiringan endapan bijih tidak terlalu berpengaruh.
Ketebalan endapan bijih antara 1 – 5 m.
Bijih harus bernilai tinggi.
Recovery harus tinggi dan looses factor harus rendah, mengingat biaya yang
dibutuhkan untuk penyangga sangat mahal.
3. Caving method
12
Sub Level Caving merupakan suatu cara penambangan yang mirip top slicing
tetapi penambangan dari sub level, artinya penambangan dari atas ke bawah dan setiap
penambangan pada suatu level dilakukan lateral atau meliputi seluruh ketebalan bijih.
Endapan bijih antara dua sub level ditambang dengan cara diruntuhkan atau
diambrukkan. Suata tumpukan bekas penyangga (timber mat) akan dibentuk di bagian
atas dari ambrukan, sehingga akan memisahkan endapan bijih yang pecah dari lapisan
penutup di atasnya.
Metode ini cocok untuk endapan-endapan bijih yang memiliki sifat sebagai
berikut :
Bentuk endapan tidak homogen.
Kekuatan batuan samping lemah dan dapat pecah menjadi bongkahan-
bongkahan dan akan menjadi penyangga batuan terhadap timber
dibawahnya.
Kekuatan bijih lemah tetapi batuan dapat bertahan untuk tidak runtuh
selama beberapa waktu bengan penyanggahan biasa walaupun tetap akan
runtuh bila penyanggahan ini diambil.
Sub Level Caving merupakan salah satu metode penambangan untuk tambang
bawah tanah yang berproduksi besar, tetapi cukup berbahaya. Umumnya kecelakaan
yang terjadi adalah tertimpa penyangga.
Keuntungan Sub Level Caving :
Cara penambangannya agak murah
Tidak ada pillar yang ditinggalkan
Kemungkinan terjadinya kebakaran kecil, karena penggunaan penyangga
kayu sedikit, kecuali pada endapan-endapan sulfida.
Ventilasi agak lebih baik dibandingkan dengan top slicing.
Bias mengadakan pencampuran dengan memilih penambangan dari
berbagai lombong yang berbeda kadarnya.
Pekerjaan persiapan sebagian besar dilakukan pada badan bijih, sehingga
sekaligus dapat berproduksi.
Kerugian Sub Level Caving :
13
Sukar untuk mengadakan tambang pilih (selektif mining), karena tak dapat
ditambang bagian demi bagian
Perolehan tambang tidak terlalu tinggi
Dillution sering terjadi sampai 10%. Bila dillution harus rendah maka
mining recoverynya juga menurun.
Merupakan cara penambangan yang kurang luwes karena terlalu banyak
syarat yang harus dipenuhi dan tidak mudah diubah ke metode lain.
H. Penyanggaan Dalam Tambang
Penyangga dalam tambang bawah tanah dibedakan menjadi dua, antara lain:
1. Penyangga Alamiah
Penyangga alamiah adalah penyangga yang menggunakan material yang berada atau
dihasilkan dari proses penambangan itu sendiri. Penyangga alamiah dibagi menjadi:
Endapan bijih yang ditinggalkan atau tidak ditambang.
Endapan bijih kadar rendah. Setelah dinilai tidak ekonomis, endapan bijih ini
ditinggalkan sebagai penyangga.
Waste ( batuan samping ), atau mineral lain yang tidak ditambang.
2. Penyangga Buatan (Artificial Support)
Artificial support adalah penyangga buatan yang dimasukan ke dalam tamang bawah
tanah, agar tidak runtuh. Bahan penyangga buatan ini disebut juga Material Filling, dapat
berupa tailing, pasir, tanah, semen, baja, kayu, maupun baut batuan.
Cara pemasangan penyangga dibedakan menjadi:
Raise set merupakan cara pemasangan penyangga dari bawah ke atas.
Lead set merupakan cara pemasangan penyangga maju, searah dengan penambangan
endapan bijih.
Corner set merupakan cara pemasangna penyangga ke arah samping atau juga
menyudut.
14
Endapan bijih dalam sebuah cebakan relatif berbeda kadarnya pada masing-masing
bagiannya.
Drift adalah lubang bukaan yang menghubungkan antar level secara vertical.
Dillution adalah batuan yang tidak bisa tidak-ikut tertambang bersama bijih dan
mengurangi kadar bijih.
Raise adalah lubang bukaan horizontal yang berfungsi sebagai jalan keluar-masuk
pekerja dan juga mengeluarkan endapan bijih.
Level adalah lubang bukaan yang bertingkat-tingkat.
Waste adalah sisa-sisa penggalian pada tambang bawah tanah yang tidak bermanfaat
yang diperoleh pada saat underground development (persiapan penambangan bawah
tanah).
Barren rock adalah batuan yang tidak mengandung logam atau bagian dari bijih yang
mempunyai kadar bijih sangat kecil.
Mining recovery adalah perbandingan antara bijih yang dapat ditambang dengan bijih
yang ada didalam perhitungan eksplorasi, yang dinyatakan dalam persen
Losses adalah kehilangan bijih pada penambangan bawah tanah karena keterbatasan
atau kendala inheren pada metode yang diterapkan
Permissible explossive adalah bahan peledak yang menghasilkan gas-gas tidak
beracun, dan dikhususkan pemakaiannya pada tambang bawah tanah.
Smoke adalah gas-gas yang tidak beracun sebagai hasil reaksi kimia bahan peledak
yang meledak, terdiri dari gas-gas H2O, CO2, dan N2 bebas
Fumes adalah gas-gas yang beracun sebagai hasil reaksi kimia bahan peledak yang
meledak, terdiri dari gas-gas CO dan NOX.
15
menyulitkan bila ditambang dengan sistim tambang terbuka karena setiap tambang
terbuka dibatasi oleh besaran Stripping Ratio.
2) Berkurangnya mobilitas peralatan mekanik pada tambang terbuka apabila
penambangan semakin dalam
3) Pengetatan dan pembatasan mengenai masalah-masalah lingkungan, dimana tambang
terbuka akan memberikan dampak lingkungan yang lebih besar dibandingkan tambang
bawah tanah.
4) Pengembangkan teknologi baru dalam peralatan Tambang Bawah Tanah, khususnya
dalam hal teknik penggalian dan peralatan penambangan yang kontinyu, serta sistim
konstruksi penyangga dan perkuatan yang semakin baik.
Catatan:
16
Rate of Return (ROR) secara umum diartikan sebagai tingkat pengembalian modal
yang dinyatakan dalam prosen. Investasi dinyatakan menguntungkan apabila mempunyai ROR
diatas tingkat bunga bank saat itu.
Cut-off grade:
1. Kadar rata-rata minimum suatu logam yang terdapat dalam bijih supaya dapat
ditambang secara menguntungkan berdasarkan ekonomi dan teknologi saat itu
maupun lingkungan.
2. Kadar minimum suatu logam yang terdapat dalam bijih supaya dapat ditambang
secara menguntungkan berdasarkan ekonomi dan teknologi saat itu maupun
lingkungan.
Stripping Ratio (SR) adalah perbandingan antara volume over burden (tanah penutup)
dalam Bank Cubic Meter (BCM) yang harus digali untuk dapat menambang satu ton bijih.
Pada tambang terbuka, penggalian yang semakin dalam akan menghasilkan nilai SR yang
semakin besar.
Satu round adalah urut-urutan atau siklus eksploitasi tambang bawah tanah yang terdiri
dari kegiatan pemboran dan pengisian bahan peledak, peledakan, smoke clearing, roof
controlling, scalling, supporting, loading, hauling.
Metode room and pillar pada batubara dahulu kala menjadi metode utama, tetapi saat
ini sudah ditinggalkan, karena:
1. berkembangnya teknologi penyanggaan
2. nilai batubara yang semakin meningkat
3. semakin berkurangnya endapan batubara
4. meningkatnya kebutuhan batubara.
17
PERBEDAAN PELEDAKAN UNDERGROUND
18
Pola ini lubang tembaknya di desain menyudut pada bidang mendatar. Cut diledakkan
maka batuan disekitarnya akan terpisah, lalu lubang easer dan trimmer akan memperbesar
lubang cut membentuk geometri terowongan. Cut ini sesuai untuk digunakan pada batuan
perlapisan.
c. V-Cut
Pola ini diatur pada tiap dua lubang membentuk V. sebuah cut terdiri dari 2 hingga 3
pasang V, dimana masing – masing V pada posisi horizontal. Lubang tembak cut biasanya
di desain membentuk sudut 60o terhadap permukaan terowongan.
d. Pyramid Cut
Pola ini terdiri dari 4 buah lubang tembak yang saling berpapasan pada satu titik tengah
terowongan. Tetapi khusus batuan keras, dapat ditambah hingga 6 buah.
e. Burn Cut
Pola ini berbeda dengan pola yang sebelumnya, perbedaannya berada pada posisi lubang
cut. Pada burn cut lubang cut di desain sejajar satu sama lain dan tegak lurus terhadap
permukaan terowongan. Lalu pada lubang cut tidak diisi dengan bahan peledak, dan
lubang cut yang kosong dapat lebih dari satu dan berukuran lebih besar dari lubang cut
yang diisi bahan peledak.
19
C. Pola Peledakan Pada Surface
Peranan pola peledakan pada tambang terbuka sangat penting mengingat area peledakan pada
tambang terbuka atau quarry yang cukup luas, maka jangan sampai urutan peledakannya tidak logis.
Urutan peledakan yang tidak logis dapat disebabkan oleh penentuan waktu delay yang terlalu dekat,
penentuan urutan ledaknya salah, dimensi geometri peledakan tidak tepat, dan bahkan bahan peledak
yang kurang atau tidak sesuai dengan perhitungan.
Ada beberapa kemungkinan untuk patokan dasar penentuan pola peledakan pada tambang
terbuka, diantaranya sebagai berikut :
a. Peledakan delay antar baris;
b. Peledakan delay antar beberapa lubang;
c. Dan peledakan delay antar lubang.
Keadaan retakan di lapangan cukup besar pengaruhnya terhadap penentuan pola pemboran dan
peledakan yang pelaksanaannya diatur melalui perbandingan spasi (S) dan burden (B). Beberapa
contoh kemungkinan perbedaan pola peledakan dan kondisi di lapangan sebagai berikut :
1) Jika keadaan antar retakan hampir tegak lurus maka sebaiknya S = 1,41 B
Gambar 1
Peledakan Pojok Dengan Pola Staggered dan Sistem Inisiasi Echelon Serta Keadaan antar retakan 90o
2) Jika keadaan antar retakan mendekati 60 o maka sebaiknya S = 1,15 B dan menerapkan jenjang
waktu long delay.
20
Gambar 2
Peledakan Pojok Dengan Pola Staggered dan Sistem Inisiasi Echelon Serta Keadaan antar retakan 60o
3) Jika peledakan dikerjakan bersamaan antar baris, maka ratio antara spasi dan burden (S/B)
dengan pola bujur sangkar (square pattern).
Gambar 3
Peledakan Pojok Antar Baris Dengan Pola Bujur Sangkar Dan Sistem Inisiasi Echelon
Ganbar 4
Peledakan Pojok Antar Baris Dengan Pola Staggered
4) Jika peledakan dilakukan pada bidang bebas yang memanjang maka sistem inisiasi dan S/B
diatur seperti gambar berikut.
21
Gambar 5
Peledakan Pada Bidang Bebas Memanjang Dengan Pola V-cut Bujur Sangkar dan Waktu Tunda Close-
interval (Chevron)
Gambar 6
Peledakan Pada Bidang Bebas Memanjang Dengan Pola V-cut Persegi Panjang Dan Waktu Tunda Bebas
22
DAFTAR PUSTAKA
http://dynosidiq.blogspot.com/p/tambang-bawah-tanah.html
http://infotambang.com/tambang-bawah-tanah-ii-p331-86.htm
http://rizkimartarozi.blogspot.com/2011/03/metode-tambang-bawah-tanah.html
http://waiiand-miner.blogspot.com/2012/06/tambang-bawah-tanah.html
http://www.najibpanjah.com/2011/02/tambang-bawah-tanah-underground-mine.html
Anonim. 2014. “Pola Peledakan Pada Tambang Terbuka”.
http://www.realminers.
com/2014/07/pola-peledakan-pada-tambang-bawah-tanah.html. Diakses pada tanggal 2
Oktober 2016.
Anonim. 2011. “Peledakan Tambang”
http://tambangunsri.blogspot.co.id/2011/05/
peledakan-tambang.html. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2016.
Risejet, Rachmat. 2013. “Metode Peledakan Tambang Bawah Tanah”.
http://rachmat
risejet.blogspot.co.id/2013/11/metode-peledakan-tambang-bawah-tanah.html. Diakses
pada tanggal 2 Oktober 2016.
23