IDENTIFIKASI Dactylogyrus Sp. PADA IKAN MAS (Cyprinus Carpio) DI BALAI UJI STANDAR KARANTINA IKAN (BUSKIPM) JAKARTA

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN MAGANG

IDENTIFIKASI Dactylogyrus sp. PADA IKAN MAS (Cyprinus Carpio)


DI BALAI UJI STANDAR KARANTINA IKAN (BUSKIPM)
JAKARTA

Oleh:
Shafira Rahmania
B0A017001

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PROGRAM STUDI D-III PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN
PURWOKERTO

2019
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN MAGANG

Judul Magang : Identifikasi Dactylogyrus sp Pada Ikan Mas (Cyprinus


carpio) di Balai Uji dan Standar Karantina Ikan
(BUSKIPM) Jakarta
Alamat Tempat Magang : Jl. Raya Mabes Hankam No.26, RT.2/RW.5,Setu,
Kecamatan Cipayung, Kota Jakarta Timur, Daerah
Khusus Ibu Kota Jakarta 13980

Identitas Peserta Magang : Nama : Shafira Rahmania


NIM : B0A017001

Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya
Pada Program Studi D-III Biologi
Bidang Kepeminatan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan,
Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Disetujui dan disahkan

Pada tanggal 14 Agustus 2019

Dosen Pembimbing, Pembimbing Lapangan,

Drs. Sugiarto, M.Si Tatik Sumirah, A.Md


NIP. 19600303198703 1 004 NIP. 19811206 200312 2002
Mengetahui

Wakil Dekan Bidang Akademik Koordinator Program Studi


Fakultas Biologi Unsoed, D-III Biologi-PSDP

Dr. Hendro Pramono, M.S. Drs. Sugiarto, M.Si.


NIP. 19590722 198601 1 001 NIP. 19600303 198703 1 004

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas dapat
diselesaikannya kegiatan magang berjudul:“ Identifikasi Dactylogyrus sp Pada
Ikan Mas (Cyprinus carpio) di Balai Uji dan Standar Karantina Ikan
(BUSKIPM) Jakarta Timur” yang dilaksanakan selama 30 hari dari 17 Juli – 16
Agustus 2019 di BUSKIPM Jakarta Timur.
Dengan selesainya Kegiatan Magang ini, penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. Hendro Pramono, M.S. selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas
Biologi.
2. Drs. Sugiarto, M.Si. selaku Ketua Program Studi D-III Pengelolaan Sumberdaya
Perikanan yang telah memberikan ijin pelaksanaan magang dan selaku dosen
pembimbing magang yang telah memberikan arahan dan masukan serta saran
dalam penyusunan laporan magang.
3. Ibu Dr. Ir. Woro Nur Endang, M.P selaku Kepala BUSKIPM yang telah
memberikan ijin dalam pelaksanaan Magang.
4. Ibu Tatik Sumirah,A.Md selaku pembimbing magang yang telah memberikan
arahan dan masukan serta saran dalam penyusunan laporan magang.
5. Drs. Carmudi,M.Si selaku pembimbing akademik yang telah memberi dukungan,
masukan dan dorongan moral maupun spritual.
6. Ibu dan Bapak yang telah memberikan dorongan Moral maupun Spiritual.
7. Teman-teman seperjuangan Magang khususnya Aisyah, Delli, Ijul dan Alif.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan magang ini.
Semoga Laporan Magang ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membutuhkan informasi tentang Identifikasi Dactylogyrus sp. Pada Ikan Mas
(Cyprinus carpio) di BUSKIPM Jakarta Timur.

Purwokerto, 9 Agustus 2019

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................ii
LAPORAN MAGANG.............................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................iv
DAFTAR TABEL.....................................................................................v
DAFTAR GAMBAR...............................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................vii
RINGKASAN........................................................................................viii
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Ruang Lingkup...................................................................................2
C. Gambaran Umum Perusahaan/Institusi/Unit Usaha...........................2
BAB II. PELAKSANAAN.......................................................................5
A. Bentuk Kegiatan.......................................................................................5
B. Prosedur Kerja........................................................................................6
C. Hasil dan pembahasan Magang................................................................7
BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN................................................26
A. Kesimpulan.......................................................................................26
B. Saran.................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................27
Lampiran 3. Lokasi dan Daerah Praktek.......................................................1

iv
DAFTAR TABEL

Halaman
10

v
DAFTAR GAMBAR

Halaman
6
6

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
5
4

vii
RINGKASAN

Ikan mas adalah salah satu jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan
banyak dibudidayakan karena mempunyai daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi
lingkungan dan makanan yang tersedia. Namun, disisi lain, letak geografis Indonesia
yang berada di perairan tropis menjadikan ikan rentan terhadap pertumbuhan agen
pathogen seperti parasit. Parasit adalah organisme yang hidupnya tergantung pada
organisme lain dan memiliki hubungan timbal balik dengan organisme yang
ditumpanginya. Salah satu parasit yang menyerang Ikan Mas (C.carpio) adalah
Dactylogyrus sp. Dactylogyrus sp. merupakan parasit yang sering menyerang pada
bagian luar tubuh ikan seperti insang dan lendir. Tujuan dari kegiatan magang ini
adalah untuk mengidentifikasi Dactylogyrus sp pada Ikan Mas (C.Carpio) di
BUSKIPM Jakarta. Kegiatan magang yang dilakukan adalah nekropsi ikan dengan
mengambil lendir dan insang yang dilakukan pada jam 08.00-15.00, kemudian
sampel di identifikasi menggunakan mikroskop binokuler.

Kata kunci : Ikan Mas(Cyprinus carpio), Parasit, Dactylogyrus sp.

viii
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ikan merupakan bagian dari kekayaan keanekaragaman hayati di Indonesia.


Sebagai bagian dari kekayaan alam, ikan banyak dimanfaatkan oleh manusia.
Setiap tahunnya, tingkat komsumsi ikan sebagai sumber protein pun terus
meningkat. Selain itu, masyarakat juga memanfaatkan ikan hias dan ikan
komsumsi sebagai salah satu sumber ekonomi. Namun, disisi lain, letak geografis
Indonesia yang berada di perairan tropis menjadikan ikan rentan terhadap
pertumbuhan agen pathogen seperti parasit. Menurut Noble and Noble (1989)
Parasit adalah organisme yang hidupnya tergantung pada organisme lain dan
memiliki hubungan timbal balik dengan organisme yang ditumpanginya.
Organisme tempat parasit hidup dinamakan inang yang berperan sebagai tempat
nutrien, tempat hidup dan tinggal.
Parasit pada ikan adalah parasit yang hidup di tubuh ikan dan menjadikan
ikan sebagai inang. Berdasarkan lingkungannya parasit dibedakan menjadi
ektoparasit dan endoparasit. Menurut Anisa (2017), endoparasit adalah parasit
yang menginfeksi bagian dalam tubuh ikan, baik organ, maupun jaringan otot.
Menurut Pujiastuti (2015) endoparasit merupakan parasit yang ditemukan pada
organ bagian dalam inang. Ektoparasit merupakan yaitu parasit yang hidup pada
permukaan tubuh inang seperti lendir dan insang. Beberapa golongan parasit yang
bersifat ektoparasit antara lain adalah ciliata, beberapa flagellata, monogenea,
copepod, isopod, branchiuran dan lintah. Golongan parasit yang masuk kelompok
endoparasit antara lain adalah digenea, cestoda, nematoda, acantocephala,
coccidia, microsporidia, dan amoeba (Anshary, 2008). Umumnya ikan-ikan yang
hidup di alam dapat terinfeksi oleh berbagai jenis parasit cacing-cacingan seperti
Monogenea, Digenea, Nematoda dan Acanthocepala. Monogenea umumnya
ektoparasit dan jarang bersifat endoparasit. Hal ini sesuai dengan pendapat Kabata
(1985), bahwa monogenea salah satu parasit yang sebagian besar menyerang
bagian luar tubuh ikan (ektoparasit), jarang menyerang bagian dalam tubuh ikan
(endoparasit) biasanya menyerang kulit dan insang. Salah satu spesies dari kelas

1
monogenea yang paling sering muncul pada ikan air tawar adalah Dactylogyrus sp.
dan Gyrodactylus sp. (Rukyani, 1991).
Ikan Mas (Cyprinus carpio) merupakan salah satu jenis ikan air tawar asli
Indonesia yang memiliki nilai komsumsi yang tinggi, dengan harga yang ekonomis
dan sudah tersebar diseluruh Indonesia. Ikan Mas (Cyprinus carpio) , dewasa ini
masih menduduki peringkat atas untuk ikan komsumsi. Selain menjadi primadona
ikan komsumsi, Ikan Mas (Cyprinus carpio) pun memiliki sistem budidaya yang
cukup mudah. Namun, dibalik mudahnya dalam membudidayakan Ikan Mas
(Cyprinus carpio) , terdapat kendala yang sering dijumpai. Salah satunya adalah
serangan parasit yang menyerang Ikan Mas (Cyprinus carpio) sehingga Ikan Mas
(Cyprinus carpio) menjadi sakit. Serangan parasit itu salah satunya disebabkan
oleh Dactylogyrus sp.
Dactylogyrus sp merupakan parasit yang sering menyerang pada bagian luar
tubuh ikan seperti insang dan lendir. Parasit ini selama hidupnya berada pada
tubuh ikan dan hanya akan meninggalkan inangnya apabila inangnya mati,
kemudian ratusan larva Dactylogyrus sp menetas dan mencari inang baru. Dampak
infeksi Dactylogyrus sp yang cukup berbahaya adalah menyerang pada insang
dengan menggunakan kaitnya yang menyebabkan warna filamen insang sedikit
pucat. Pendarahan terjadi seiring dengan terjadinya kerusakan dan kehancuran
Lamella insang dan darah menggumpal sehingga proses respirasi terganggu
(Scholz, 1999).

B. Ruang Lingkup

Magang ini dilaksanakan di Balai Uji Standar Karantina Ikan, Pengendalian


Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Jakarta Timur dilakukan dengan mengikuti
keseluruhan kegiatan yang dilaksanakan di Laboratorium nekropsi dan uji parasit.
Aktivitas selama magang dapat dilihat pada logbook yang disajikan pada
lampiran 1. Objek yang diobservasi meliputi Identifikasi Dactylogyrus sp. Pada
Ikan Mas (Cyprinus carpio). Pengambilan data dilakukan menggunakan metode
konvensional dengan melakukan nekropsi (pembedahan), preparasi sampel, isolasi
parasite (dengan metode scrapping dan metode mount) , pewarnaan dengan
semichon’s acetic carmine (untuk kelas cacing) , dan identifikasi menggunakan
buku Hoffman serta berpartisipasi aktif dalam kegiatan di dalam Laboratorium
nekropsi dan uji parasite guna menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan.

2
C. Gambaran Umum Perusahaan/Institusi/Unit Usaha

1. Sejarah Berdirinya BUSKIPMKHP Jakarta


Balai uji standar karantina ikan diresmikan pada tanggal 1 Februari 2005
dengan nama terdahulu Balai uji Standar karantina ikan (BUSKI) berdasarkan
keputusan menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP33/MEN/2004 tertanggal 30
Juli 2004. BUSKI merupakan organisasi setingkat eselon 3a yang terdiri dari
Kepala Balai, Kasubbag Tata Usaha, dan Kepala Seksi Pelayanan Teknis.
Pembentukan BUSKI dimaksudkan untuk meningkatkan daya guna dan hasi guna
pelaksanaan pengujian standar karantina ikan dengan tugas melaksanakan
pengujian yang diperlukan dalam penyiapan bahan penyusunan pengembangan
teknik dan metoda serta standar uji laboratorium karantina ikan. Selain itu BUSKI
juga diharapkan dapat berfungsi sebagai tempat pelatihan bagi petugas
laboratorium lingkup UPT Pusat Karantina Ikan dan penghasil produk/bahan
diagnosa penyakit ikan.
Seiring dengan pesatnya perkembangan mobilitas perikanan serta tuntutan
pasar (market) terhadap jaminan mutu serta keamanan produk yang akan
dipasarkan, khususnya pada produk-produk perikanan yang merupakan salah satu
andalan pasar ekspor Indonesia, melalui Peraturan Presiden Nomor 24 tahun 2010
dibentuklah Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil
Perikanan (BKIPM). Menindaklanjuti Peraturan Presiden tersebut dan dalam
rangka optimalisasi pelaksanaan tugas dan fungsi karantina ikan, pengendalian
mutu, dan kemanan hasil perikanan, maka Kementerian Kelautan dan Perikanan
menerbitkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor :
PER.25/MEN/2011 tanggal 26 September 2011 tentang Organisasi dan Tata kerja
Unit Pelaksana Teknis Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil
Perikanan.
Sejak diterbitkannya peraturan tersebut Balai Uji Standar Karantina Ikan
(BUSKI) berubah menjadi Balai Uji Standar Karantina Ikan, Pengendalian Mutu,
dan Keamanan Hasil Perikanan (BUSKIPM). Perubahan tersebut diikuti dengan
perubahan Struktur Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Visi dan Misi, dengan
struktural Kepala Balai, Kasubbag Tata Usaha, Kasie Pengujian HPI/HPIK dan
Kasie Bimtek dan Informasi.

3
A. Tujuan dan Manfaat
Kegiatan magang ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui prosedur sebelum mengidetifikasi parasit
2. Mengidentifikasi Dactylogyrus sp. Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio) di
BUSKIPM Jakarta Timur.

Kegiatan magang ini dapat diharapkan:


1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan menambah wawasan
mengenai Identifikasi Dactylogyrus sp. Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio).

4
BAB II. PELAKSANAAN

A. Bentuk Kegiatan

Bentuk kegiatan magang yang dilaksanakan diantaranya adalah melakukan


nekropsi atau pembedahan, mengamati parasit Dactylogyrus sp. , mengisolasi
parasit, partisipasi aktif, pengambilan data Identifikasi Dactylogyrus sp. Di tempat
magang. Kegiatan magang dimulai dari tanggal 17 Juli 2019 sampai 16 Agustus
2019, di Balai Uji Standar Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan
Hasil Perikanan, Jakarta Timur. Kegiatan magang dilaksanakan pada pukul 07.00
– 15.00 WIB dengan dibimbing oleh para pegawai Balai uji Standar Karantina
Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan (BUSKIPM) Jakarta
Timur. Hal ini bertujuan agar mahasiswa magang dapat melaksanakan dan
mengetahui kegiatan di Laboratorium Nekropsi dan Uji Parasit sesuai dengan
standar operasional prosedur (SOP) yang digunakan di BUSKIPM.

Gambar 2.1 Laboratorium BUSKIPM

Gambar 2.2 Laboratorium Nekropsi dan Uji Parasit

5
Gambar 2.3 Laboratorium Nekropsi bagian dalam-1

Gambar 2.4 Laboratorium Nekropsi bagian dalam-2


B. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang digunakan dalam kegiatan magang kali ini adalah
partisipasi aktif dengan mengikuti seluruh kegiatan sesuatu SOP yang terdapat di
Balai Uji Standar Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil
Perikanan, Jakarta Timur. Pada kali ini terdapat 18 ekor Ikan Mas (Cyprinus
carpio) yang di amati. Adapun langkah-langakah yang dilakukan dalam kerja
praktek ini dalah sebagai berikut :
1). Persiapan Alat dan Bahan
a). Sterilisasi alat dan bahan set alat bedah (dissecting set )
b). Pembuatan NaCl fisiologis 0,85%
2). Preparasi Sampel
a). Persiapan sampel yang akan di uji
3). Pengisolasian parasit
a). Metode scrapping ( untuk mengambil lendir )
b). Metode mount ( untuk daerah insang)
4). Pewarnaan
a). Pewarnaan semichon’s acetic carmine ( untuk kelas monogea)

6
5). Identifikasi Parasit
a). Identifikasi dengan buku Hoffman
b). Identifikasi melalui jurnal dan sumber pustaka

C. Hasil dan pembahasan Magang

1. Persiapan Alat dan Bahan

Sebelum memulai nekropsi atau pembedahan pada Ikan Mas (C.carpio)


disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu. Alat-alat yang digunakan pada
kegiatan kali ini adalah Mikroskop (binokuler dan trinokuler) , computer, lemari
asam, dissecting set (alat bedah), pipet tetes, objek glass, cover glass, petridish,
talenan, masker, sarung tangan, jas laboratorium, timbangan digital, penggaris,
alat tulis, buku identifikasi Hoffman, Worksheet pemeriksaan.

Tabel 2.1 Alat-alat penelitian

No. Nama Gambar


1. Mikroskop binokuler

2. Mikroskop trinokuler

7
3. Alat bedah / Dissecting set

4. Pipet tetes

5. Objek glass dan cover


glass

6. Talenan / Alas

7. Jas laboratorium

8
8. Sarung Tangan dan
Masker

8. Timbangan digital

9. Buku identifikasi Hoffman

10. Petridish

11. Lemari Asam

Bahan-bahan yang digunakan pada kegiatan kali ini adalah Ikan mas
(Cyprinus carpio), alcohol 70%, larutan NaCL Fisiologis, larutan semichon’s
acetic carmine ( untuk kelas monogea), alcohol bertingkat ( Alkohol
35%,50%,70%,80%, 95 %), entellen, label, tissue, akuades.

Tabel 2.2 Bahan-bahan penelitian

9
No. Nama Gambar
1. Ikan Mas (Cyprinus carpio)

2. Larutan NaCl Fisiologis

3. Larutan Semichon’s acetic


carmine

4. Alkohol bertingkat
a. Alkohol 35 %

10
b. Alkohol 50 %

c. Alkohol 70 %

d. Alkohol 80 %

e. Alkohol 95 %

11
5. Entellen

6. Akuades

2. Pembuatan larutan NaCl Fisiologis

Larutan NaCl Fisiologis berfungsi sebagai larutan pengencer, agar lendir

yang diambil pada tubuh ikan tidak terlalu pekat atau kental. Hal ini sesuai

dengan Nofiyanti (2017), dimana NaCl 0,85% merupakan garam fisiologis

dimana garam fisiologis merupakan larutan fisiologis yang digunakan untuk

mengencerkan. Garam fisiologis atau phsiologi (pz) biasanya digunakan untuk

pengganti aquades saat pengenceran, untuk larutan infus, untuk pengencer dan

12
pengawetan suatu zat. Larutan pengencer terdiri dari dua yaitu, larutan NaCl

fisiologis 0,85% dan ASW (Artifical Sea Water). Namun, penggunaan Nacl

Fisiologis 0,85% lebih mudah dikarenakan pembuatan dan persiapan serta

harganya yang ekonomis. Hal ini sesuai dengan pustaka Nurjanna (2010), Selain

ASW jenis pelarut atau larutan pengencer yang sering digunakan adalah larutan

garam fisiologis (NaCl 0,85%). Dalam penyiapannya larutan garam fisiologis

jauh lebih mudah dan sederhana, selain itu lebih ekonomis dibanding ASW.

Pembuatan larutan garam fisiologis dibuat sesuai buku Prosedur Pembuatan

Larutan Laboratorium Parasit BUSKIPM Jakarta Timur. NaCl atau sodium

clorida sebanyak 0,85-0,9 gram ditimbang di timbangan analitik, dan dimasukan

akuades sebanyak 100 mL. Lalu homogenkan NaCl dan akuades menggunakan

hot plate. Setelah selesai tuang larutan ke dalam botol larutan NaCl fisiologis.

Gambar 2.5 NaCl atau Sodium Chloride

Gambar 2.6 Proses penimbangan NaCl

13
3. Persiapan Media

Persiapan media dilakukan agar pada saat proses pengerjaan tidak

berantakan dan semua media atau bahan sudah tersusun rapi. Persiapan media

pada proses nekropsi adalah dengan menyediakan Petridish yang sudah di tuang

larutan NaCl fisiologis 0,85% dan sudah diberi label.

Gambar 2.7 Penuangan NaCl Fisiologis 0,85% pada petridish

4. Pemeriksaan fisik atau gejala klinis

Sebelum Ikan memasuki prosedur nekropsi atau pembedahan, Ikan terlebih

dahulu di periksa bagian luarnya. Hal ini dinamakan pengamatan gejala klinis

atau pengamatan fisik, karena caranya mengamati fisik pada sampel.

Pengamatan fisik merupakan proses untuk memeriksa tubuh untuk menemukan

tanda klinis penyakit (Primer,2011). Sampel Ikan Mas yang di identifikasi

memiliki gejala klinis seperti badan memiliki ulcer (luka), dan insang yang

geripis serta memiliki warna merah tua. Pada prosedur ini, dilakukan

penimbangan berat dan panjang dari sampel dengan menggunakan penggaris dan

timbangan digital. Lalu, di catat hasilnya.

14
Gambar 2.8 Tempat untuk mengukur dan menimbang sampel

Gambar 2.9 Penampakan insang yang geripis

5. Nekropsi

Nekropsi atau pembedahan pada hewan merupakan analogi atau pengandaian

dari autopsi pada manusia. Nekropsi bertujuan untuk melakukan pemeriksaan

yang cepat serta tepat dalam menetapkan diagnosa pada beberapa penyakit atau

kematian dari seekor hewan. Biasanya untuk melengkapi hasil diagnosa yang

akurat harus ditunjang dengan hasil pemeriksaan dari beberapa laboratorium

penunjang, seperti bakteriologi, virology, parasitologi, patologi klinik, toksilogi

dan sebagainya. Nekropsi atau pemeriksaan post-mortem dilakukan bila

ditemukan adanya permintaan klien, terdapat tanda-tanda yang jelas ikan akan

sakit atau diketahui adanya peningkatan jumlah kematian pada suatu spesies.

Pemeriksaan nekropsi terhadap spesimen yang hampir mati atau sudah mati

merupakan hal yang penting dalam mendiagnosis penyakit ikan. Pemeriksaan

15
tubuh ikan baik eksternal maupun internal haruslah tepat karena hal tersebut

merupakan dasar analisis nekropsi ikan. Pemeriksaan eksternal dan internal yang

cermat namun, harus mengikuti riwayat terperinci dan penilaian klinis

(Reimschuessel,1988). Pada Nekropsi kali ini, hanya dilakukan dibagian luar

seperti insang dan lendir, karena ektoparasit seperti Dactylogyrus sp. berada di

Insang. Hal ini didukung dari pustaka Scholz (1999), Dactylogyrus sp

merupakan parasit yang sering menyerang pada bagian luar tubuh ikan seperti

insang dan lendir .

Gambar 2.10 Proses nekropsi

6. Pemisahan Organ target

Setelah nekropsi dilakukan, pisahkan organ target seperti insang dan lendir,

lalu dimasukkan ke dalam petridish yang sudah di isi NaCl Fisiologis. Fungsi

nya agar lendir tidak terlalu kental atau pekat karena fungsi NaCl fisiologis

adalah sebagai pengencer. Setelah organ target dibersihkan di dalam NaCl

fisiologis, dilakukan pengamatan.

16
Gambar 2.11 Insang dan lendir yang sudah di encerkan oleh NaCl
fisiologis

7. Pemeriksaan Ektoparasit
Pemeriksaan ektoparasit dilakukan dengan metode pengerokan
(scrapping) pada permukaan tubuh, sirip dan metode mount untuk insang.
Sampel Ikan mas dimatikan dengan cara menusukkan jarum tepat pada
bagian medulla oblongata . Kemudian diambil organ tubuh khususnya pada
bagian yang terdapat ektoparasit salah satunya adalah insang.
a.) Pemeriksaan Insang
Pemeriksaan Insang dengan cara menggunting operkulum sehingga
lembaran insang terlihat jelas. Lembaran insang diambil, kemudian
setiap lembar diletakkan di petridish yang telah ditetesi larutan NaCl
fisiologis, lalu di amati di bawah mikroskop binokuler.
b.) Pemeriksaan mukus atau lendir
Pemeriksaan mukus atau lendir, setelah ikan mas mati, tubuhnya akan
mengeluarkan lendir. Lendir yang terdapat dipermukaan tubuhnya
dikerok dari kepala ke arah ekor, kemudian dimasukkan ke dalam
larutan NaCl fisiologis, lalu diperiksa di bawah lensa mikroskop.

Lendir
insang

Gambar 2.12 lendir dan insang yang sudah di dinginkan di kulkas

17
8. Pembuatan preparat parasit
Proses pembuatan preparat parasit pertama kali adalah objek glass di
tetesi larutan insang atau lendir . Lalu di amati di bawah mikroskop.
Pewarnaan monogenea seperti Dactylogyrus sp. menurut buku panduan
pewarnaan parasit ikan di BUSKIPM tahun 2011 adalah menggunakan
semichon’s acetic carmine. Pewarnaan parasit dilakukan di dalam lemari
asam. Menurut Redhana (2013),fungsi lemari ini sangat penting. Misalnya
melangsungkan reaksi-reaksi yang menghasilkan gas atau uap yang
berbahaya. Parasit difiksasi dengan alkohol 70% selama 5- 10 menit,
kemudian ditetes dengan semichon’s acetic carmine selama 30 menit, lalu
preparat dihidrasi menggunakan alkohol bertingkat yaitu alkohol 35%,
alkohol 50%, alkohol 70%, alkohol 80% dan alkohol 95%. Kemudian
preparat diclearing menggunakan Xylol, terakhir preparat ditutup
menggunakan entellan dan preparat siap diidentifikasi.

Gambar 2.13 Proses pengamatan parasit target di mikroskop binokuler

Gambar 2.14 Proses fiksasi menggunakan alcohol 70%

18
Gambar 2.15 Proses pewarnaan preparat di dalam lemari asam

9. Identifikasi
Pengamatan parasit dilakukan dengan menggunakan mikroskop trinokuler dan
Identifikasi parasit menggunakan buku Hoffman. Parasit yang ditemukan,
memiliki ciri-ciri seperti terdapat sepasang eyespot, faring di bawah mata, usus
yang tidak jelas , memiliki haptor yang didalamnya terdapat sepasang anchor.
Menurut buku Hoffman (1958), ciri-ciri diatas merupakan ciri ciri dari
Dactylogyrus sp. Hal tersebut sesuai dengan pustaka Gusrina (2008),bagian
posterior tubuh cacing terdapat haptor (opisthaptor) sebagai alat penempel. Haptor
atau yang sering juga disebut sebagai posterior sucker tidak memiliki struktur
tegumen tetapi memiliki 1-2 pasang kait besar dan 14 kait marginal yang terdapat
pada bagian posterior. Kepala Dactylogyrus sp. terdiri dari 4 lobus dengan 2
pasang mata yang terletak di daerah pharynx.

Gambar 2.16 Proses identifikasi Dactylogyrus menggunakan


mikroskop trinokuler

19
9.1 Morfologi Ikan Mas (Cyprinus carpio)
Spesies ikan mas (Cyprinus carpio) masuk dalam genus cyprinus dari
famili cyprinidae. Ikan mas mempunyai ciri-ciri badan memanjang, sedikit
pipih ke samping. Mulut terletak diujung tengah (terminal), mempunyai
sungut dua pasang, sirip punggung dengan jari-jari keras berjumlah 17-22
serta sirip dada dengan jumlah 15 jari-jari keras. Letak permulaan sirip
punggung ini berseberangan dengan permulaan sirip perut yang hanya ada
satu dengan jumlah jari-jari keras antara 7-9. Ikan mas mempunyai sisik
yang relatif besar dengan tipe cycloid, garis rusuk yang lengkap pada
pertengahan sirip ekor dengan jumlah antara 35-39 (Saanin,1984).

Gambar 2.17 Ikan Mas (Cyprinus carpio)


Menurut Khairuman dan Subenda (2002), klasifikasi ikan mas adalah
sebagai berikut:
Phyllum : Chordata
Classis : Osteichthyes
Ordo : Cypriniformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Species : Cyprinus carpio
Morfologi Tubuh ikan mas (Cyprinus carpio) dilengkapi dengan
sirip. Sirip punggung (dorsal) berukuran relatif panjang dengan bagian
belakang berjari-jari keras dan sirip terakhir yaitu sirip ketiga dan keempat,
bergerigi. Letak antara sirip punggung dan perut berseberangan. Sirip pada
pectoral terletak dibelakang tutup insang (operculum). Sisik ikan mas
berukuran relatif lebih besar dan digolongkan kedalam tipe sisik sikloid
linea lateralis (gurat sisi), terletak dipertengahan tubuh, melintang dari

20
tutup insang sampai keujung belakang pangkal ekor. Pharynreal teeth (gigi
kerongkongan) terdiri dari tiga baris yang berbentuk gigi geraham
(Suseno, 2003).

9.2 Deskripsi Target


Dactylogyrus sp. (Gambar 2.17 ) merupakan parasit yang penting
pada ikan air tawar dan ikan air laut. Hidup di insang, tergolong
Monogenea, punya kaki paku dan beracetabulum. Parasit yang matang
melekat pada insang dan bertelur disana. Dactylogyrus sp. merupakan
cacing Trematoda dari sub-kelas Monogenea. Spesies tersebut berparasit
pada hewan air berdarah dingin atau pada ikan, amfibi, reptil, kadang-
kadang pada invertebrate air. Distribusinya luas, memiliki siklus hidup
langsung dan merupakan parasit eksternal pada insang, sirip, dan rongga
mulut. Parasit ini selama hidupnya berada pada tubuh ikan dan hanya akan
meninggalkan inangnya apabila inangnya mati, kemudian ratusan larva
Dactylogyrus sp. yang baru menetas akan mencari inang baru. Gejala yang
dapat diamati pada ikan yang terinfeksi parasit Dactylogyrus sp. adalah
frekuensi pernafasan ikan meningkat,Ikan kehilangan keseimbangan untuk
berenang, kulit banyak mengeluarkan lendir ,warna tubuh pucat dan sirip
-siripnya menguncup (Mas’ud,2011).

Gambar 2.17 Dactylogyrus sp. pada perbesaran 10x


Penyakit yang disebabkan oleh parasit Dactylogyrus sp. adalah
Dactylogylosis atau Gill Flukes dengan gejala klinis insang ikan rusak,
luka, perdarahan, sirip ikan menguncup, kadang terjadi kerontokan pada
sirip ekor, kulit berlendir, dan berwarna pucat. Irawan (2004)
menyebutkan bahwa ikan yang terserang Dactylogyrus sp. biasanya kurus,

21
berenang tersendat-sendat, operkulum tidak dapat menutup dengan
sempurna karena insangnya rusak, dan kulit ikan terlihat kusam.

Gambar 2.18 Insang dan sirip geripis


Intensitas reproduksi dan infeksi memuncak pada musim panas. Telur
pada umumnya memliki operkulum dan filamen disalah satu ujungnya
yang berfungsi untuk melekatkan telur pada hospes atau benda lain. Larva
(oncomiridium) mempunyai silia dan eye spot lebih dari satu. Larva akan
berenang dan menempel pada tubuh hospes kemudian menjadi dewasa di
hospes (Kabata, 1985).
Menurut Kabata (1985) klasifikasi Dactylogyrus sp. adalah sebagai
berikut:
Phylum : Vermes
Class : Monogenea
Ordo : Dactylogyridea
Famili : Dactylogyridae
Genus : Dactylogyrus
Spesies : Dactylogyrus sp.

22
Dactylogyrus sp. menginfeksi insang semua jenis ikan air tawar
terutama ukuran benih. Dactylogyrus sp. termasuk cacing tingkat rendah
(trematoda) yang digolongkan dalam filum Platyhelminthes, ordo
Monogenea, dan famili Dactylogyridae. Bagian posterior tubuh cacing
terdapat haptor (opisthaptor) sebagai alat penempel. Haptor atau yang
sering juga disebut sebagai posterior sucker tidak memiliki struktur
tegumen tetapi memiliki 1-2 pasang kait besar dan 14 kait marginal yang
terdapat pada bagian posterior. Kepala Dactylogyrus sp. terdiri dari 4 lobus
dengan 2 pasang mata yang terletak di daerah pharynx (Gusrina 2008).
Perpindahan cacing dari ikan ke ikan dapat terjadi melalui kontak
langsung. Parasit mempunyai siklus hidup secara langsung atau hidup
tanpa inang antara. Cacing dewasa bersifat haemaprodit, yaitu masing-
masing memiliki 2 alat reproduksi (jantan dan betina). Dactylogyrus sp.
juga bersifat ovipar. Telur dilepaskan ke dalam air kemudian menetas
menjadi larva dan berkembang sebelum menemukan inang baru.

eyespot

faring

Gambar 2.18 Kepala Dactylogyrus sp. perbesaran 40x

Gambar 2.19 Badan Dactylogyrus sp. perbesaran 40x

23
haptor

Anchor

Gambar 2.20 Ekor Dactylogyrus sp. perbesaran 40x

Dactylogyrus sp. dimasukkan kelompok monogenea karena memiliki siklus


hidup langsung, tanpa memerlukan inang perantara. Memiliki tahap perkembangan
sebagai berikut : telur - larva – dewasa (Schaperclaus, 1992).

Gambar 2.21 Siklus hidup Dactylogyrus sp. (Mas’ud,2011)

Menurut Afrianto (1992), parasit Dactylogyrus sp. memiliki empat fase


dalam siklus hidupnya yaitu :
1. Fase Parasites yaitu saat parasit berada dalam tubuh ikan dan berkembang
menjadi dewasa.
2. Fase Pre – Cyste yaitu setelah cukup dewasa dan melepaskan diri dari
tubuh inang serta mencari tempat untuk melekat diri. Apabila pada fase
ini parasit tidak segera menemukan inang maka parasit akan mati.
3. Fase Cyste yaitu setelah la menemukan tempat menempel dan
membentuk kista serta membelah diri dalam kista. Pada fase ini terjadi
perbanyakan jumlah individu.

24
4. Fase Post - Cyste yaitu setelah keluar dari kista dan siap menginfeksi
ikan.

Menurut Abbas (1995), perkembangan cacing Dactylogyrus sp. dapat


dicegah dengan meningkatkan kualitas air, memberikan pakan yang cukup
dan bermutu baik, menggunakan peralatan yang bersih, dan melakukan
pengendapan serta penyaringan air yang masuk ke dalam kolam.

9.3 Hasil
Terdapat 18 sampel Ikan Mas (C.carpio) yang di identifikasi.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di bawah mikroskop,
ditemukan ektoparasit pada Ikan Mas (C.carpio) yang berasal dari kelas
monogenea yaitu 81 buah. Diambil 8 sampel untuk di identifikasi . Setelah
di identifikasi menggunakan buku Hoffman dan di dapatkan bahwa
monogea tersebut adalah sesuai dengan objek target yaitu Dactylogyrus sp.

D. Kendala kerja dan pemecahannya


Pada saat pertama kali mengidentifikasi, terdapat beberapa kendala yaitu
sumber pustaka yaitu Buku Hoffman (1958) yang berbahasa Inggris. Bahasanya
yang terlalu kompleks, sehingga harus sabar dalam mengartikan satu persatu kata.
Selain itu, pada saat pertama kali mendapatkan sampel, sulit untuk menemukan
parasit target dikarenakan belum adanya pemahaman yang lebih terhadap parasit
target. Pemecahan permasalahannya adalah membaca pustaka yang banyak untuk
lebih memahami apa itu Dactylogyrus sp.

25
BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat pada praktek magang ini adalah dalam


identifikasi Dactylogyrus pada Ikan Mas (Cyprinus carpio) di BUSKIPM
adalah :
1. Dalam melakukan Identifikasi terdapat prosedur yang harus dilakukan
terlebih dahulu yaitu persiapan alat dan bahan, pembuatan larutan NaCl
fisiologis, persiapan media, pemeriksaan fisik atau gejala klinis, nekropsi,
pemisahan organ target, pemeriksaan ektoparasit, pembuatan preparat
parasite, dan identifikasi.
2. Dalam mengidentifikasi Dactylogyrus sp. terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan seperti bentuk haptor untuk menentukan subclass, jumlah
mata atau eye spot, kantung embrio, dan jumlah anchor untuk menetukan
famili dari parasit itu. Dari 8 sampel yang di identifikasi, keseluruhannya
merupakan parasit dari kelas monogenea yaitu Dactylogyrus sp.

B. Saran

Saran yang dapat saya berikan adalah agar kegiatan di BUSKIPM


lebih kondusif , dan peserta magang diberikan arahan yang jelas.
Kemudian pada saat proses nekropsi harus lebih hati-hati dan mengerjakan
seluruh kegiatan magang sesuai dengan prosedur kerja.

26
DAFTAR PUSTAKA

Abbas Siregar,Djarijah. 1995. Penyakit Ikan dan Cara Pengendaliannya. Kanisius :


Yogyakarta.
Afrianto, E dan Liviawaty, E. 1992. Pengendalian Hama & Penyakit Ikan. Kanisius.
Yogyakarta. 89 p.
Anisah, N., Rokhmani, R., & Riwidiharso, E. (2017). Intensitas dan Variasi
Morfometrik Trichodina sp. pada Benih Ikan Gurami (Osphronemus
gouramy Lacepede) Pendederan I yang Dijual di Pasar Ikan Purwonegoro
Kabupaten Banjarnegara. Majalah Ilmiah Biologi BIOSFERA: A
Scientific Journal, 33(3), 134-141.
Anshary. 2008. Tingkat Infeksi Parasit Pada Ikan Mas Koi (Cyprinus carpio) Pada
Beberapa Lokasi Budidaya Ikan Hias di Makassar dan Gowa. Jaringan
Sains dan Teknologi. 8 (2) : 139-147
Hoffman GL. 1967. Parasites of North American Freshwater Fishes. University of
California Press. London, England. 467 pp. Gusrina (2008
Irawan. 2004. Budidaya Ikan Air Tawar: Ikan Gurame, Ikan Nila. Yogyakarta.
Kanisius.
Kabata Z. 1985. Parasites and Diseases of Fish Cultured in the Tropic. London :
Taylor dan Prancis.
Mas’ud, F. (2011). Prevalensi dan Derajat Infeksi Dactylogyrus sp. pada Insang
Benih Bandeng (Chanos chanos) di Tambak Tradisional, Kecamatan
Glagah, Kabupaten Lamongan [Prevalence and Infection Level of
Dactylogyrus sp. on Gill of Milkfish Juvenile (Chanos chanos) in
Traditional Pond, Glagah Subdistrict, Lamongan Residence]. Jurnal
Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 3(1), 27-40.
Noble, E. R. & Noble, G. A. 1989. Parasitologi Biologi Parasit Hewan. Edisi
Kelima. UGM. Press. Yogyakarta.
Nofiyanti, I. (2017). Perbedaan hasil pemeriksaan laju endap darah metode manual
dan automatic (Doctoral dissertation, Muhammadiyah University of
Semarang).
Nurjanna, N., & Fajrihanif, A. (2010). PENENTUAN BAKTERI SULFAT
REDUCING BACTERIA (SRB) DAN SULFUR OXIDAZING
BACTERIA (SOB) DENGAN MENGGUNAKAN PELARUT YANG
BERBEDA. Media Akuakultur, 5(1), 47-50.
Primer, C. (2011). Emergency Medicine Clerkship Primer
Pujiastuti, N. (2015). Identifikasi dan prevalensi ektoparasit pada ikan konsumsi di
balai benih ikan Siwarak (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG).
Reimschuessel, R., May, E. B., Bennett, R. O., & Lipsky, M. M. (1988). Necropsy
examination of fish. Veterinary Clinics of North America: Small Animal
Practice, 18(2), 427-433.
Rukyani. 1991. Tingkat Infeksi Ektoparasit Proozoa Pada Benih Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) di Balai Benih Ikan (BBI) Pandak dan
Sidabowa, Kabupaten Banyumas. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Purwokerto.
Saanin, 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Volume I dan II. Bina Rupa
Aksara. Jakarta

27
Scholz, T. 1999. Parasites in Cultured and Feral Fish. Veterinary Parasitology 84
317-335.
Suseno. 2003. Efektivitas Penggunaan Probiotik air untuk menghindari infestasi
Argulus sp. pada Ikan Mas. Program Kegiatan Mahasiswa. Surabaya :
Universitas Airlangga.

28
Lampran 1. Logbook/Kegiatan Magang

LOGBOOK/CATATAN KEGIATAN MAGANG


DI BALAI UJI STANDAR KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL
PERIKANAN JAKARTA
Cipayung, 17 Juli s/d 16 Agustus 2019

No Hari Tanggal Waktu Bentuk Kegiatan Pelaksanaan Kendala dalam Cara Mengatasi
Kegiatan Kegiatan

1 Rabu 17 Juli 2019 07.00- Perkenalan dan Mendengarkan, Banyak hal baru yang Berkonsultasi dengan
15.00 Tutorial Magang mencatat dan belum diperoleh dalam tutor dan browsing dari
memahami kegiatan kuliah perlu dipelajari internet
magang yang akan
dilaksanakan
2 Kamis 18 Juli 2019 07.00- Membeli ikan sampel, Mempelajari alat dan Banyak alat baru yang Berkonsultasi dengan
15.00 melakukan nekropsi, bahan untuk belum pernah petugas yang melayani
menyuci petridish. nekropsi mengoperasikan cara pengoperasian alat

3 Jum’at 19 Juli 2019 07.00- Identifikasi, study Mengamati di Kesulitan pada saat Berkonsultasi dengan
15.30 literatur, Mikroskop terkait mencari parasit target petugas yang berada di
parasit target lab serta berlatih
menidentifikasi parasit
target

1
4 Senin 22 Juli 2019 07.00- Jalan sehat, Membeli Melakukan nekropsi Tidak ada kesulitan pada Berkonsultasi dengan
15.00 sampel, Nekropsi sample ikan mas saat nekropsi petugas yang berada di
lab

5 Selasa 23 Juli 2019 07.00- Identifikasi, study Melakukan Masih kesulitan pada saat Berkonsultasi dengan
15.00 literatur, pemisahan identifikasi parasit memisahkan parasit petugas yang berada di
parasit target target serta target dari lendir-lendir lab serta berlatih cara
memisahkan parasit saat pengamatan memisahkan parasit
target dari lendir target dengan benda
lendir. yang lain.

6 Rabu 24 Juli 2019 07.00- Nekropsi, Identifikasi, Melakukan Nekropsi Kesulitan pada saat Berkonsultasi serta
15.00 membuat larutan NaCl sampel ikan mas dan memisahkan parasit berlatih memisahkan
fisiologis melakukan target dengan lendir parasit target dengan
identifikasi parasit benda yang lain
target

7 Kamis 25 Juli 2019 07.00- Identifikasi parasit Melakukan Masih kesulitan pada saat Berlatih memisahkan
15.00 target identifikasi parasit memisahkan parasit parasit target dengan

2
target dan pemisahan target benda yang lain
parasit target
8 Jumat 26 Juli 2019 07.00- Pewarnaan parasit Melakukan Masih kesulitan dengan Membaca buku
15.30 target pewarnaan parasit jangka waktu saat pedoman serta
target Trichodina sp. pewarnaan berkonsultasi dengan
menggunakan pengawas yang berada
larutan Giemsa dan di lab
pemberian Entellen
9 Senin 29 Juli 2019 07.00- Pewarnaan parasit Melakukan Masih kesulitan dengan Berkonsultasi dengan
15.00 target pewarnaan parasit jangka waktu saat pembimbing lapangan
target Trichodina sp. pewarnaan dan mempelajari buku
menggunakan pedoman yang sudah
larutan Giemsa dan disediakan
pemberian Entellen

10 Selasa 30 Juli 2019 07.00- Pewarnaan parasit Melakukan Kesulitan dalam Berkonsultasi dengan
15.00 target identifikasi parasit menggunakan alat pembimbing lapangan
dengan mikroskop trinokuler
menggunakan
mikroskop trinokuler

11 Rabu 31 Juli 2019 07.00- Identifikasi parasit Melakukan Tidak ada kesulitan Berkonsultasi dengan

3
15.00 target identifikasi parasit dalam menggunakan alat pembimbing lapangan
target dengan
menggunakan
mikroskop trinokuler
12 Kamis 1 Agustus 07.00- Identifikasi parasit Melakukan Tidak ada kesulitan Berkonsultasi dengan
2019 15.00 target identifikasi parasit dalam menggunakan alat pembimbing lapangan
target dengan
menggunakan
mikroskop trinokuler

13 Jumat 2 Agustus 07.00- Identifikasi parasit Gambar parasit Ada kesulitan pada saat Berkonsultasi dengan
2019 15.30 target target di samakan menerjemahkan ke dalam pembimbing lapangan
dengan buku Bahasa Indonesia-
Hoffman
14 Senin 5 Agustus 07.00- Sterilisasi atau Belajar Ada kesulitan pada saat Berkonsultasi dengan
2019 15.00 pemusnahan menggunakan membuka autoclave- pembimbing lapangan
autoclave dan
prosedur
pemusnahan

15 Selasa 6 Agustus 07.00- Pencucian media dan Pencucian media , Tidak ada- Berkonsultasi dengan
2019 15.00 penulisan laporan mulai menyusun pembimbing lapangan
laporan
16 Rabu 7 Agustus 07.00- Membantu Menyiapkan media Tidak ada kesulitan Berkonsultasi dengan
uji biokim untuk pembimbing lapangan

4
2019 15.00 menyiapkan media anak bakteri,
17 Kamis 8 Agustus 07.00- Membuat Media TSA Membuat media Suhu pada saat di Berkonsultasi dengan
2019 15.00 3% TSA 3% bersama hotplate terlalu tinggi pembimbing lapangan
anak bakteri
18 Jumat 9 Agustus 07.00- Berkonsultasi Membersihkan lab Tidak ada kesulitan Berkonsultasi dengan
2019 15.30 Laporan, parasite, pembimbing lapangan
membersihkan lab berkonsultasi perihal
parasit laporan magang
19 Senin 12 Agustus 07.00- Membantu Membantu nekropsi Alat yang tersedia, ada Mengganti alat dengan
2019 15.00 menyiapkan keperluan sampel Ikan Mas beberapa yang tumpul, yang baru
nekropsi dari biomol sehingga mempersulit
proses nekropsi
20 Selasa 13 Agustus 07.00- Membuat Media Urea Membuat media urea Tidak ada kesulitan Tidak ada
2019 15.00 di ruang persiapan,
membungkus alat
untuk di oven
21 Rabu 14 Agustus 07.00- Menyiapkan alat Menyiapkan Tidak ada kesulitan Tidak ada
2019 15.00 untuk nekropsi keperluan untuk
nekropsi,
membersihkan
peralatan nekropsi.
22 Kamis 15 Agustus 07.00- Presentasi Hasil Presentasi hasil Tidak ada Tidak ada
2019 15.00 magang magang, dan
pemberian laporan

5
pada pembimbing
23 Jumat 16 Agustus 07.00- Pengumpulan semua Mengumpulkan Tidak ada Tidak ada
2019 15.30 berkas magang semua berkas
magang kepada
pihak balai
Jakarta, 15 Agustus 2019
Mengetahui,
Pembimbing Lapangan Magang Mahasiswa Magang

Tutik Sumirah, A.Md Shafira Rahmania


NIP. 19811206 200312 2002 NIM. B0A01701

6
Lampiran 3. Lokasi dan Daerah Praktek

Anda mungkin juga menyukai