MAKALAH PENGOLAHAN TANAH Ksuy

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENGOLAHAN TANAH

TANPA MERUSAK AGROEKOSISTEM

Kelompok :

1. Dinar Wijaya (20180210089)


2. Yoga Adhi Wijaya ( 20180210090)
3. Nintia Nasta Sagata Putri P. (20180210093)
4. Devita Fajri Ananda (20180210095)
5. Prisila Rozianthi (20180210097)
6. Ahmad Arya Mudawy (20180210099)
7. Cindy Novita Sari (20180210101)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2019
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pengolahan tanah adalah salah satu kegiatan persiapan lahan (Land
preparation) yang bertujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai untuk
pertumbuhan tanaman. Pengolahan tanah dapat memperbaiki daerah perakaran
tanaman, kelembaban dan aerasi tanah, mempercepat infiltrasi serta mengendalikan
tumbuhan pengganggu (Suripin, 2004 dalam Khory, 2014). Pengolahan tanah dapat
menentukan kesehatan pertumbuhan tanaman dan kerentanan tanaman terhadap agen
perusak biotik dan abiotic (Morris et al., 2010). Pengolahan tanah juga dapat
menghambat pertumbuhan populasi hama atau dapat membunuh secara langsung
hama yang hidup di dalam tanah atau mencegah hama dalam tanah yang dapat
mengganggu tanaman (Untung, 2013) serta dapat mengurangi sisa-sisa tanaman yang
dapat menjadi pengganggu (Prasetyo et al., 2014).
Agroekosistem merupakan sistem ekologi yang terdapat didalam lingkungan
pertanian yang biasanya merupakan sistem alami yang terjadi setelah dibentuk oleh
manusia. Ekosistem dapat terbagi menjadi komponen biotik dan komponen abiotic,
dalam agroekosistem juga demikian, dan antara komponen-komponen tersebut akan
menjalin interaksi satu sama lain yang apabila interaksi tersebut normal maka akan
terjadi sebuah keseimbangan ekosistem dan sebaliknya apabila tidak normal atau
salah satu diantara komponen tersebut jumlahnya melampaui batas (meledaknya
hama) maka interaksinya akan terganggu dan tidak akan seimbang.
Mengolah tanah berarti menempatkan bahan anorganik, organik,
mikroorganisme dan tumbuhan hidup pada posisi yang sesuai sehingga setiap
perputaran siklus menghasilkan sesuatu yang dapat dipanen dan sesuai dengan tujuan
awal penanamannya. Proses pengolahan tanah harus dilakukan sesuai dengan
kebutuhan agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dan memperolah hasil yang
kualitas serta kuantitasnya sesuai harapan.
B. Rumusan masalah
1. Apa saja bentuk pengolahan tanah?
2. Apa tujuan serta manfaat pengolahan tanah?
3. Bagimana cara pengolahan tanah yang tidak merusak agroekosistem ?
4. Bagaimana keterkaitan pengolahan tanah yang baik dengan meningkatnya
keragaman musuh alami dan penurunan populasi hama ?
C. Tujuan
Mengetahui pengolahan tanah yang tidak merusak agroekosistem sehingga
dapat meningkatkan keragaman musuh alami dan menurunkan populasi spesies hama
tanaman.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bentuk bentuk pengolahan tanah


1. Pengolahan Tanah Konvensional.
Pengolahan tanah secara konvensional atau pengolahan tanah sempurna
sebaiknya dilakukan setelah hujan mulai turun dengan mempertimbangkan kondisi
lengas tanah yang sesuai untuk pengolahan tanah atau dapat juga dilakukan sebelum
hujan turun. Pengolahan tanah dilakukan minimal 1 minggu sebelum tanam. Teknik
dalam pengolahan tanah sempurna(maksimum) adalah tanah yang akan diolah tidak
terlalu kering/basah sehingga mudah diolah menjadi gembur dengan cara melakukan
pembajakan tanah sebanyak 2 kali dengan kedalaman 12-20 cm, gulma dan sisa
tanaman dibenamkan, kemudian tanah digaru hingga rata. Tanah dibiarkan kering
angin selama 7-14 hari.
Tujuan pengolahan tanah secara sempurna adalah sebagai berikut :
(1) Memperbaiki tekstur dan struktur tanah,
(2) Memberantas gulma dan hama dalam tanah,
(3) Memperbaiki aerasi dan drainase tanah,
(4) Mendorong aktifitas mikroorganisme tanah,
(5) Membuang gas-gas beracun dari dalam tanah.
2. Pengolahan Tanah Konservasi.
Pengolahan Tanah Konservasi terdiri dari Olah Tanah Minimum (OTM), Olah
Tanah Strip (strip tillage) dan Tanpa Olah Tanah (TOT). Strategi penyiapan lahan
yang kini banyak menarik perhatian adalah penerapan pengurangan pengolahan tanah
atau Olah tanah konservasi (OTK). OTK dapat diartikan sebagai tindakan
pengurangan pengolahan tanah dan disertai dengan penggunaan mulsa. Olah tanah
konservasi merupakan penyiapan lahan yang menyisakan sisa tanaman di atas
permukaan tanah sebagai mulsa dengan tujuan untuk mengurangi erosi dan
penguapan air dari permukaan tanah. Olah tanah konservasi disebut juga sebagai
suatu cara pengolahan tanah yang bertujuan untuk menyiapkan lahan agar tanaman
dapat tumbuh dan berproduksi optimum, namum tetap memperhatikan aspek
konservasi tanah dan air.
Berikut adalah beberapa teknik Olah Tanah Konservasi (OTK) :
a. Olah Tanah Minimum (OTM).
OTM adalah cara penanaman yang dilakukan dengan mengurangi frekuensi
pengolahan. Pengolahan tanah dilakukan sekali dalam setahun atau sekali
dalam 2 tahun tergantung pada tingkat kepadatan tanahnya, dan sisa tanaman
disebarkan seluruhnya diatas permukaan tanah sebagai mulsa setelah
pengolahan tanah. Pada tanah-tanah yang cepat memadat seperti pada tanah
yang bertekstur berat, pengolahan tanah dapat dilakukan dalam sekali setahun,
sedangkan pada tanah-tanah yang bertekstur sedang dapat dilakukan sekali
dalam 2 tahun.
b. Olah Tanah Strip (strip tillage)
Olah Tanah Strip (OTS) adalah cara pengolahan tanah yang dilakukan hanya
pada strip-strip atau alur-alur yang akan ditanami, biasanya strip-strip tersebut
dibuat mengikuti kontur. Bagian lahan diantara 2 strip tidak terganggu/diolah.
Sisa tanaman disebar sebagai mulsa diantara 2 strip dan menyisakan zona
sekitar strip tanpa adanya mulsa.
c. Tanpa Olah Tanah (TOT)
TOT adalah cara penanaman yang tidak memerlukan penyiapan tanah, kecuali
membuka   lubang kecil menggunakan tongkat kayu yang diruncingkan bagian
bawahnya (tugal) untuk meletakkan benih.
B. Tujuan dan Manfaat pengolahan tanah
1. Tujuan pengolahan tanah
a. Menciptakan kondisi fisik, khemis, dan biologis tanah menjadi tanah
yang lebih baik
b. Membunuh gulma dan tanaman yang tidak diinginkan
c. Menempatkan sisa-sisa tanaman (seresah) pada tempat yang sesuai
agar dekomposisi berjalan dengan baik
d. Menurunkan laju erosi
e. Meratakan tanah untuk memudahkan pekerjaan di lapangan
f. Mencampur dan meratakan pupuk dengan tanah
g. Mempersiapkan pengaturan irigasi dan drainase
2. Manfaat Pengolahan Tanah
a. Memperbaiki sturktur tanah,pada tanah berat pengolahan tanah
hendaknya dilakukan dengan alat olah yang mampu merobah tanah
tersebut menjadi gembur
b. Pengolahan tanah dapat juga mendorong pertumbuhan mikro dan hara
tanaman
c. Mencengah hama dalam tanah yang dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman sesuai dengan kondisi/keadaan tanah
d. Mencengah pertumbuhan gulma yang dapat menggangu pertumbuhan
tanaman.
C. Pengolahan tanah yang tidak merusak agroekosistem
Pengolahan tanah yang baik yaitu secara konservasi dikarenakan apabila
menggunkan cara konvensional dampak positifnya hanya sementara dan dapat
berdampak negative terhadap produktivitas lahan dan tanaman. Menurut Utomo
(1999) dan Suwardjo et al. (1989), kerusakan lingkungan tanah di daerah tropika
basah termasuk Indonesia dapat disebabkan oleh ekosistem yang kondusif terhadap
degradasi tanah dan pengolahan tanah yang intensif. Penanaman tanaman secara terus
menerus tanpa menjaga kelestarian lingkungan tumbuh, terutama tanah, dapat
menyebabkan rusaknya fisik tanah dan biota yang terkandung dalam tanah serta
hilangnya unsur-unsur hara dalam tanah.
Pengolahan tanah yang baik dapat melihat dari struktur tanah, pH (kemasaman
tanah) dan zat hara tanah.
1. Perbaikan struktur tanah dapat dilakukan dengan membajak tanah dan
penggaruan.
2. Perbaikan pH tanah dilakukan dengan penambahan dolomit atau kapur
pertanian
3. Penambahan unsur hara yaitu dengan penambahan pupuk dasar yaitu pupuk
kandang atau SP-36
Terdapat tahapan pengolahan tanah yang tidak merusak ekosistem :
1. Pembersihan Lahan (Land Clearing)
Tanah yang akan ditanami harus bersih dari segala macam hama yang
akan mengganggu pertumbuhan tanaman. Pepohonan, gulma dan rerumputan
liar yang ada pada lahan tersebut harus kita bersihkan agar proses pengolahan
lahan selanjutnya dapat berjalan dengan lancar. Sangat bijak rasanya jika
gulma dan rerumputan tersebut kita gunakan sebagai pupuk kompos untuk
tanaman.
Pembersihan lahan ini bukan hanya ditujukan untuk gulma dan rumput
liar yang ada tapi juga untuk memperbaiki saluran air agar proses pengairan
nantinya berjalan optimal. Perbaikilah saluran air yang ada karena air juga
merupakan kebutuhan primer bagi tanaman. Untuk melakukan semua kegiatan
ini anda bisa menggunakan cangkul, linggis, atau alat pertanian tradisional
lainnnya atau bisa menggunakan alat pertanian modern jika memang ada.
2.    Penggemburan Lahan
Penggemburan lahan dengan cara pembajakan lahan adalah suatu
proses pengolahan tanah sebelum masa tanam. Hal ini dilakukan untuk
mengembalikan kesuburan tanah yang akan kita tanami. Pembajakan ini
dilakukan untuk memecah dan membalikkan tanah menjadi bongkahan-
bongkahan sehingga tanah tersebut lebih mudah untuk digemburkan.
Proses pembajakan dapat dilakukan dengan menggunakan traktor
tangan atau cangkul. Yaitu dengan membalikkkan tanah pada kedalaman 20-
50 cm tergantung dari jenis tanah yang ada pada lahan tersebut. Untuk lahan
berpasir bisa dibajak cukup pada kedalaman 20-30 cm. Sedangkan untuk tanah
yang tidak berpasir bisa dibajak pada kedalaman 30-50 cm. Pada tahap ini
lahan bisa dibentuk sesuai dengan tanaman yang akan anda tanam. Jika anda
akan menanam padi maka tanah cukup dibalikkan saja dan dibiarkan selama 3
hari sebelum digemburkan. Namun jika anda akan menanam sayur-sayuran
seperti cabai, tomat, atau lainnya anda bisa membentuk bedengan/gulutan
setengah jadi. Bedengan/gulutan setengah jadi ini didiamkan dahulu selama 3
hari sebelum digemburkan. Proses ini dilakukan agar terjadi proses
meniralisasi bahan-bahan organik sehingga tanah menjadi lebih gembur.
Pada proses ini bisa ditambahkan kapur pertanian (kaptan) atau kapur
dolomite untuk menetralkan tanah. Kebutuhan kapur pertanian disesuaikan
dengan kondisi keasaman tanah.
3. Penggaruan Tanah
Penggaruan tanah dilakukan untuk menghancurkan gumpalan-
gumpalan tanah menjadi remah dan halus agar tanah lebih mudah menyerap
dan menyebarkan nutrisinya secara merata. Penggaruan tanah bisa dilakukan
dengan menggunakan alat seadanya, seperti cangkul, dan lainnya. Pada proses
ini, tanah yang dihancurkan akan akan lebih mudah menerima nutrisi karena
tanah sudah dalam keadaan halus dan gembur.
          Akan lebih baik jika pada proses ini ditambahkan pupuk dasar kompos
atau kotoran hewan (kohe). Kotoran hewan sangat baik untuk meningkatkan
unsur hara dan mokroorganisme yang ada di dalam tanah. Mikroorganisme
yang ada dalam kotoran hewan sangat banyak bahkan bisa mencapai milyaran.
Mikroorganisme ini bekerja untuk mengurai nutrisi yang ada dalam tanah
menjadi struktur yang lebih kompleks sehingga akan mudah untuk diserap
oleh tanaman. Selain itu kotoran hewan juga mengandung banyak nutrisi yang
sangat bermanfaat bagi pertumbuhan, pembungaan, pembuahan, pertumbuhan
daun dan masa produktif tanaman. Jika kita tepat memberikan pupuk kotoran
hewan ini, maka kita akan takjub ketika melihat tanaman kita yang besar,
gemuk, hijau dan melimpah buahnya.
Selain itu kotoran hewan juga merupakan kategori pupuk organik yang
tidak meninggalkan residu bagi tanah. Dengan menggunakan pupuk organik
berarti kita telah membantu mengurangi radikal bebas dan pencemaran
lingkungan.

Menurut Thorne dan Thorne (1978) terdapat teknik pengelolaan lahan yang dapat
mengurangi terjadinya penurunan produktivitas lahan, yaitu

(1) vegetasi,
(2) pengembalian sisa tanaman,
(3) cara pengolahan tanah,
(4) pengaturan rotasi tanaman dan sistem tanam, dan
(5) pengurangan penggunaan alat mekanik

D. Keterkaitan pengolahan tanah yang tidak merusak agroekosistem dengan


meningkatnya keragaman musuh alami dan penurunan populasi dan spesies
hama tanaman.
Pengolahan tanah dapat berdampak terhadap adanya hama maupun musuh
alami. Pengolahan tanah yang tepat dapat menghambat perkembangan populasi hama
bahkan dapat mengurangi hama secara langsung di dalam tanah. Dalam pengolahan
tanah perlu diperhatian pula pengelolaan agroekosistem guna mengendalikan hama
dengan menciptakan keseimbangan antara musuh alami melalui peningkatan
keragaman hayati.
Penggunaan pengolahan tanah secara konservasi tidak menggunakan bahan
kimia, pestisida atau bahan lainya yang dapat membuat organisme-organisme serta
musuh alami yang berada di sekitar tanah mati. Musuh alami yang berad di sekitar
tanah dapat menghambat perkembangan hama dan dapat mepertahankan
agroekosistem.
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengolahan tanah yang baik atau yang tidak merusak ekosistem yaitu secara
konservasi, pengolahan secara konservasi disebut juga pengolahan tanah secara
tradisional dimana dalam proses pengolahannya tidak menggunakan bahan kimia.
Pengolahan tanah tanpa bahan kimia seperti pestisida, urea dan lainnya dapat
mempertahankan musuh alami yang berada di sekitar tanah dan di dalam tanah tetap
hidup. Musuh alami yang berad disekitar tanah maupun didalam tanah dapat
membentu menurunkan popolasi hama.
DAFTAR PUSTAKA

Asmaliyah , Abdul Hakim Lukman dan Nina Mindawati. 2016. PENGARUH TEKNIK
PERSIAPAN LAHAN TERHADAP SERANGAN HAMA PENYAKIT PADA
TEGAKAN BAMBANG LANANG.
file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/PERKEMBANGAN_SERANGAN_HAMA_D
AN_PENYAKIT_PADA_TANAM%20(1).pdf. Diakses pada 1 Oktober 2019.

Belajartani. 20117. Cegah Layu Sejak Dini dengan Pengolahan Lahan yang Baik.
https://belajartani.com/cegah-layu-sejak-dini-dengan-pengolahan-tanah-yang-baik/.
Diakses pada 1 Oktober 2019.

Budi. 2018. Jenis Pengolahan Tanah dan Lahan Pertanian. http://bulelengkap.go.id. Diakses
tanggal 28 September 2019.

Lisa. 2018. Pengolahan Tanah Lahan Pertanian.

https://8villages.com/full/petani/article/id/5b6afe11a06850f94fb02908.Diakses
tanggal 28 September 2019.

Morris, N.L., Miller, P.C.H., Orson, J.H., & FroudWilliams, R.J. (2010). The adoption of
noninversion tillage systems in the United Kingdom and the agronomic impact on
soil, crops and the environment-a review. Soil and Tillage Research, 108(1), 1-15.

NURINDAH. Pengelolaan Agroekosistem dalam Pengendalian Hama.


file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/PENGELOLAAN%20AGROEKOSISTEM
%20DALAM%20PENGENDALIAN%20HAMA.pdf. Diakses pada 29 September 2019.

Prasetyo, R.H., Nugroho, A., & Moenandir, J. (2014). Pengaruh sistem olah tanah dan
berbagai mulsa organik pada pertumbuhan dan hasil pertanian kedelai (Glycine max
(L.) Merr.) var. Grobogan. J.BDP., 1(6), 486-495.

Rosliani, R., N. Sumarni, dan I. Sulastrini. 2010. Pengaruh Cara Pengolahan Tanah dan
Tanaman Kacangkacangan sebagai Tanaman Penutup Tanah terhadap Kesuburan
Tanah dan Hasil Kubis di Dataran Tinggi.
https://media.neliti.com/media/publications/85668-ID-pengaruh-cara-pengolahan-
tanah-dan-tanam.pdf. Dikases pada 29 September 2019.

Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan. ANDI Offiset Yogyakarta.
Suwardjo,M., H. Suhardjo, dan S.H. Talauhu. 1989. Pengaruh Panjang Lereng dan Cara
Pengelolaan Lahan terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah. Pros. Penel.
Tanah. 6:375-382.

Thorne, D.W. and M.D. Thorne. 1978. Soil Water and Crop Production. AVI. Publishing
Company, Inc. West port. Connecticut. 141 p.

Untung, K. (2013). Pengantar pengelolaan hama terpadu (edisi kedua). Cetakan Keenam.
Gadjah Mada University Press.

Utomo, M. 1999. Teknologi Olah Tanah Konservasi Menuju Pertanian Berkelanjutan.


Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik. Palembang, 30 Oktober 1999.
Fakultas Pertanian, Universitas IBA Palembang. 16 Hlm.

Yata. 2019. Tujuan Pengolahan Tanah.

https://www.scribd.com/document/401779781/Tujuan-Pengolahan-Tanah. Diakses
tanggal 29 Sepetember 2019.

Anda mungkin juga menyukai