Strategi Pengembangan Nilai Keagamaan Pada AUD
Strategi Pengembangan Nilai Keagamaan Pada AUD
Strategi Pengembangan Nilai Keagamaan Pada AUD
PENDAHULUAN
Oleh karena itu pengembangan nilai agama dan moral dalam pendidikan anak
usia dini menjadi sangat penting dan diharapkan dapat berperan dalam membentuk
karakter bangsa yang bermoral dan bermartabat. Mayoritas penduduk Indonesia
beragama Islam. Islam telah mengajarkan nilai – nilai positif yang bermanfaat dalam
kehidupan bermasyarakat. Tetapi kondisi saat ini sangat memprihatinkan, dimana tanda
– tanda kehancuran suatu bangsa sudah terlihat pada bangsa Indonesia.
Menurut Dr. Thomas Lickona bahwa ada 10 tanda dari perilaku manusia yang
menunjukan arah kehancuran suatu bangsa, yaitu : (1)Meningkatnya kekerasan di
kalangan remaja, (2)Ketidak jujuran yang membudaya, (3)Semakin tingginya rasa tidak
hormat kepada orang tua, guru, dan figure pemimpin, (4)Pengaruh per group terhadap
tindakan kekerasan, (5)Meningkatnya kecurigaan dan kebencian, (6)Penggunaan
bahasa yang memburuk, (7)Penurunan etos kerja, (8)Menurunnya rasa tanggung jawab
individu dan warga Negara, (9)Meningginya perilaku merusak diri, (10)Semakin
kaburnya pedoman moral.
13
Melihat berbagai permasalahan yang ada pada bangsa ini, pendidikan anak usia
dini menjadi bagian penting yang sangat berperan dalam melakukan antisipasi dan
memberikan kontribusinya dalam menanamkan nilai – nilai agama dan moral pada
anakanak Indonesia. Penanaman nilai – nilai agama dan moral ini dapat dilakukan
dengan menanamkan karakter positif yang akan melekat pada diri seorang anak
sehingga anak akan tumbuh menjadi generasi yang beragama, beradab, bermoral dan
bermartabat. Beragama, bermoral, beradab dan bermartabat merupakan bagian dari
kecerdasan spiritual. Maka kecerdasan spiritual harus menjadi tujuan penting dalam
proses pengembangan nilai-nilai agama dan moral.
Pendidikan nilai agama dan moral pada anak usia dini menjadi sangat mendesak
dalam upaya untuk membangun masyarakat yang beragama, beradab, bermoral dan
bermartabat sesuai dengan nilai-nilai dalam ajaran agama Islam. Selain itu
pengembangan moral dan nilai agama juga sangat penting dalam perbaikan kondisi
suatu bangsa.
13
BAB II
TINJAUAN TEORI
Nilai merupakan suatu standar/kriteria benar dan salah yang diambil dari agama.
Jadi etika atau moral mengacu pada nilai – nilai agama karena kebenaran mutlak
selalu berlandaskan agama, pada kebenaran Tuhan. Pengembangan nilai – nilai agama
dan moral sangat terkait dengan penanaman perilaku karakter yang baik. Menurut
Wyne, karakter menunjuk pada dua pengertian, yaitu bagaimana seseorang
berperilaku dan bagaimana seseorang bertingkah laku sesuai dengan kaidah moral
yang berdasar atas nilai – nilai agama. Seseorang dikatakan berkarakter baik jika
mampu bertingkah laku sesuai dengan nilai – nilai agama dan moral.
Kata moral berasal dari kata mores (bahasa latin) yang berarti tata cara dalam
kehidupan atau adat istiadat. Menurut Hidayat, moral berarti ukuran – ukuran yang
menetukan benar atau salah. Jadi pengertian moral mengacu pada aturan – aturan
umun mengenai benar – salah, baik – buruk yang berlaku di masyarakat secara luas.
Hubungan antara akhlak dengan moral tidak dapat dipisahkan, dimana moral
berarti keadaan batin yang menentukan perilaku manusia dalam menentukan sikap,
tingkah laku, dan perbuatannya. Dalam agama Islam, moral dikenal dengan sebutan al
akhlaq al karimah, yaitu kesopanan yang tinggi yang merupakan pengejawantahan
(manifestasi) dari keyakinan terhadap baik dan buruk, pantas dan tidak pantas yang
tergambar dalam perbuatan lahir manusia (Karim, 2013: 20).
Nilai agama dan akhlak (moral) sangat penting bagi kehidupan suatu bangsa.
Dalam dunia pendidikan, pembinaan akhlak merupakan salah satu fungsi untuk
memperbaiki kehidupan bangsa, selain itu perlu juga adanya pengembangan ilmu.
Bangsa Indonesia meyakini bahwa kedua fungsi itu terjalin dengan eratnya. Apabila
fungsi akhlak atau moral diabaikan, terjadi pemujaan pada ilmu pengetahuan secara
berlebihan dan manusia akan menjurus pada individualistis dan egoistis, yang
akhirnya akan menimbulkan pertarungan di antara sesamanya.
13
Sebaliknya, apabila pendidikan hanya mementingkan akhlak, akan timbul
kemacetan kreasi yang menyebabkan kehidupan yang statis, tanpa kemajuan, maka
moral yang harus dijunjung tinggi adalah moral Islam yaitu moral yang dipancari oleh
dorongan ke-Islaman yang menilai manusia itu sebagai khalifah yang bertugas untuk
memakmurkan kehidupan di muka bumi. Kolaborasi antara ilmu dan akhlak menjadi
mutlak dalam rangka menciptakan generasi beragama, bermoral, beradab dan
bermartabat. Ilmu dikembangkan dengan dasar akhlak yang kuat agar membawa
kemanfaatan dan kebaikan.
13
menciptakan lingkungan sosial yang kondusif bagi perkembangan anak – anak
Indonesia.
Menurut Hamka, karakter adalah kualitas atau kekuatan mental dan moral,
akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang
membedakan dengan individu lain. Karakter sangat berpengaruh dalam diri seorang
anak. Oleh karena itu, karakter harus ditanamkan sejak dini agar menjadi kebiasaan
positif yang tertanam hingga anak tersebut tumbuh dewasa. Usia nol sampai lima
tahun adalah masa keemasan bagi otak anak. Di usia ini, otak anak berkembang pesat
dan mudah menerima rangsangan dari luar. Maka masa inilah dikenal sebagai golden
age (masa keemasan). Masa keemasan adalah masa dimana jalur belajar anak tentang
karekter, sikap, intelektual, emosi dan moral manusia dibentuk. Semakin bagus
kualitas pengasuhannya, berarti semakin banyak dan bagus jalur belajar yang dibentuk
otaknya.
Pendidikan karakter mengembangkan nilai – nilai etika inti yang sangat penting.
Nilai – nilai etika inti tersebut diantarnaya adalah kepedulian, kejujuran, keadilan,
tanggung jawab, dan rasa hormat terhadap diri dan orang lain bersama dengan
nilainilai kinerja pendukungnya, misalnya ketekunan, etos kerja yang tinggi, dan
kegigihan sebagai basis karakter yang baik.
Etika inti ini dapat ditanamkan dalam diri anak melalui berbagai bentuk
permainan yang menarik minat anak. Misalnya dengan bersama – sama
membersihkan ruang kelas. Kegiatan bersih – bersih akan mengenalkan pentingnya
kepedulian terhadap lingkungan sekolah. Selain itu anak dapat diajak untuk menanam
tanaman bersama. Dalam kegiatan menanam pohon ini, anak akan mengenal perlunya
mencintai lingkungan dengan menanam pohon dan merawatnya, sehingga muncul
kepedulian terhadap tumbuhan yang merupakan ciptaan tuhan.
13
2.2 Kecerdasan Spiritual
Tujuan dari pengembangan nilai – nilai agama dan moral salah satunya adalah
untuk mewujudkan generasi yang memiliki kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual
mempunyai cakupan yang luas. Kecerdasan spiritual tidak hanya terkait hubungan
manusia dan tuhan dalam bentuk ibadah sehari – hari saja, tetapi mencakup hubungan
sosial kemasyarakatan. Beragama, bermoral, beradab dan bermartabat merupakan
bagian dari kecerdasan spiritual.
Kecerdasan spiritual ini berhubungan dengan hati. Hati dapat megetahui hal –
hal yang tidak dapat diketahui oleh pikiran. Hati adalah sumber keberanian dan
semangat, integritas dan komitmen. Hati adalah sumber energi dan perasaan
mendalam yang menuntut kita belajar, menciptakan, kerjasama, memimpin, dan
melayani. Hati nurani akan menjadi pembimbing manusia terhadap apa yang harus
ditempuh dan apa yang harus diperbuat, artinya setiap manusia sebenarnya telah
memiliki sebuah radar hati sebagai pembimbingnya.
13
2.3 Teori – Teori Perkembangan Moral Dan Keagamaan
Kohlberg berpendapat seperti yang dikutip oleh Otib Satibi Hidayat (2008: 2.7),
bahwasanya perkembangan moral anak mengalami beberapa fase, yaitu :
13
2.4 Strategi Pengembangan Nilai Keagamaan Pada AUD
2.4.1 Menanamkan Rasa Cinta Kepada Allah SWT
Diantara cara membimbing anak menuju akidah yang benar adalah dengan
mendidik mereka untuk mencintai Allah. Pendidikan ini harus diberikan
sejak dini. Pada saat tersebut, mulailah mereka diperkenalkan kepada
makhluk – makhluk Allah (manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan) yang
terdekat disekitar mereka. Selain itu, juga perlu diupayakan adanya
keterikatan antara mereka dengan yang telah menciptakannya, pemilik
keagungan, pemberi nikmat, dan maha dermawan. Dengan bentuk seperti ini
anak pasti akan mencintai Allah. Rasa cinta kepada Allah beserta seluruh
ciptaannya dapat diperkenalkan pada anak usia dini melalui pembelajaran
saintifik.
13
Strategi pengembangan moral dan nilai agama tidak bisa
mengesampingkan pentingnya rasa aman bagi seorang anak. Rasa aman ini
akan berdampak juga dalam penyerapan nilai – nilai agama dan moral yang
diajarkan oleh orang tua maupaun guru di sekolah. Apabila anak merasa
aman dan nyaman di rumah maupun di sekolah maka anak tersebut akan
mudah menerima pembelajaran ataupun contoh – contoh positif yang
diberikan oleh orang tua atau oleh gurunya.
13
menumbuhkan rasa aman dan nyaman sehingga anak akan tumbuh menjadi
anak yang penuh kasih sayang. Hal ini akan berdampak pada tumbuhkan
cinta kasih terhadap teman atau saudaranya.
Dalam kegiatan meneliti dan mengamati ini anak dapat dibiarkan untuk
melakukan sesuatu sendiri, mengalami dan merasakan sendiri. Hal ini
dilakukan agar anak dapat belajar melalui pengalamannya sendiri dan belajar
dari kesalahannya agar tidak mengulanginya lagi. Kegiatan meneliti dan
mengamati ini menjadi salah satu strategi dalam menanamkan nilai – nilai
agama dan moral. Misalnya saja kegiatan mengamati tumbuhan atau
binatang.
13
2.4.5 Menyentuh dan mengaktifkan potensi berfikir anak
Strategi pengembangan nilai agama untuk anak usia dini dapat dilakukan
dengan menyentuh dan mengaktifkan potensi berfikir anak melalui cerita
atau dongeng. Anak sangat menyukai dongeng atau cerita yang dibacakan
oleh guru, orang tua atau orang terdekatnya. Dalam hal ini pilihlah cerita –
cerita yang berkaitan dengan cerita kenabian atau orang – orang sholeh.
Karena cerita tokoh – tokoh tersebut pasti terdapat nilai – nilai positif yang
bermanfaat untuk anak – anak.
13
2.4.7 Memberikan Teladan Yang Baik
Ada 3 strategi dalam pembentukan perilaku moral pada anak usia dini (Wantah,
2005: 109), yaitu :
13
mainan. Setelah itu anak bermain menggunakan mainan namun dilakukan
sendiri. Kemudian anak bermain bersama temannya bersama temannya namun
belum mengikuti aturan – aturan yang berlaku. Selanjutnya anak bermain
bersama dengan teman – temannya berdasarkan aturan yang berlaku.
3. Strategi Pembelajaran
Usaha pengembangan moral dan agama pada anak usia dini dapat
dilakukan dengan strategi pembelajaran. Pendidikan moral dapat disamakan
dengan pembelajaran nilai – nilai dan pengembangan watak yang diharapkan
dapat dimanifestasikan dalam diri dan perilaku seseorang seperti kejujuran,
keberanian, persahabatan, dan penghargaan (Wantah, 2005: 123).
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Sebagai pendidik, baik itu orang tua, guru maupun orang yang dewasa disekitar
anak, kita memiliki kewajiban untuk terus mengajarkan serta mengembangkan nilai –
nilai keagamaan pada anak usia dini. Sebelum mengembangkan nilai tersebut, kita
seharusnya memiliki modal berupa ilmu pengetahuan dan nilai moral yang baik untuk
bisa mengembangkannya pada anak. Karena anak mendapatkan sesuatu berawal dari
melihat, mengamati, berfikir, dan mencontoh apa yang dilihatnya. Selalu ingatkan
anak pada kegiatan – kegiatan yang bernilai keagamaan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Inawati A. 2017. Strategi pengembangan moral dan nilai agama pada anak usia dini.
Jurnal pendidikan anak,3,53-62.
Respatiningrum D. 2014. “Strategi pengembangan nilai – nilai moral dan agama pada
anak usia dini”. Fakultas tarbiyah. Sekolah tinggi agama islam negeri. Purwokerto.
https://sudrajatfitri.blogspot.com/2015/12/pengembangan-nilai-nilai-agama-pada-
aud.html
https://pg-paud.blogspot.com/2011/02/pengembangan-moral-dan-nilai-nilai.html
13