Strategi Pengembangan Nilai Keagamaan Pada AUD

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu upaya pelestarian moralitas yang sangat


berpengaruh dalam kehidupan suatu bangsa. Kehidupan suatu bangsa membutuhkan
pendidikan sebagai salah satu alat untuk mencetak generasi yang bermutu. Pendidikan
dalam hal ini tidak bisa terlepas dari peran pendidikan anak usia dini yang memberikan
bimbingan dan pengenalan mengenai nilai agama dan moral kepada anak sejak awal
masa pertumbuhan.

Pendidikan seharusnya mampu menghadirkan generasi yang bermoral dan


berkarakter kuat karena manusia sesungguhnya dapat dididik. Manusia adalah animal
seducandum. Artinya, manusia adalah binatang yang harus dan dapat dididik.
Aristoteles mengatakan, sebuah masyarakat yang budayanya tidak memperhatikan
pentingnya mendidik good habits (melakukan kebiasaan berbuat baik) akan menjadi
masyarakat yang terbiasa dengan hal buruk (Hidayat, 2015: 2.5).

Oleh karena itu pengembangan nilai agama dan moral dalam pendidikan anak
usia dini menjadi sangat penting dan diharapkan dapat berperan dalam membentuk
karakter bangsa yang bermoral dan bermartabat. Mayoritas penduduk Indonesia
beragama Islam. Islam telah mengajarkan nilai – nilai positif yang bermanfaat dalam
kehidupan bermasyarakat. Tetapi kondisi saat ini sangat memprihatinkan, dimana tanda
– tanda kehancuran suatu bangsa sudah terlihat pada bangsa Indonesia.

Menurut Dr. Thomas Lickona bahwa ada 10 tanda dari perilaku manusia yang
menunjukan arah kehancuran suatu bangsa, yaitu : (1)Meningkatnya kekerasan di
kalangan remaja, (2)Ketidak jujuran yang membudaya, (3)Semakin tingginya rasa tidak
hormat kepada orang tua, guru, dan figure pemimpin, (4)Pengaruh per group terhadap
tindakan kekerasan, (5)Meningkatnya kecurigaan dan kebencian, (6)Penggunaan
bahasa yang memburuk, (7)Penurunan etos kerja, (8)Menurunnya rasa tanggung jawab
individu dan warga Negara, (9)Meningginya perilaku merusak diri, (10)Semakin
kaburnya pedoman moral.

13
Melihat berbagai permasalahan yang ada pada bangsa ini, pendidikan anak usia
dini menjadi bagian penting yang sangat berperan dalam melakukan antisipasi dan
memberikan kontribusinya dalam menanamkan nilai – nilai agama dan moral pada
anakanak Indonesia. Penanaman nilai – nilai agama dan moral ini dapat dilakukan
dengan menanamkan karakter positif yang akan melekat pada diri seorang anak
sehingga anak akan tumbuh menjadi generasi yang beragama, beradab, bermoral dan
bermartabat. Beragama, bermoral, beradab dan bermartabat merupakan bagian dari
kecerdasan spiritual. Maka kecerdasan spiritual harus menjadi tujuan penting dalam
proses pengembangan nilai-nilai agama dan moral.

Pendidikan nilai agama dan moral pada anak usia dini menjadi sangat mendesak
dalam upaya untuk membangun masyarakat yang beragama, beradab, bermoral dan
bermartabat sesuai dengan nilai-nilai dalam ajaran agama Islam. Selain itu
pengembangan moral dan nilai agama juga sangat penting dalam perbaikan kondisi
suatu bangsa.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa itu strategi pengembangan nilai – nilai keagamaan pada anak usia dini?
2. Bagaimana strategi dalam pengembangan nilai – nilai keagamaan pada AUD?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk mengetahui maksud dari strategi pengembangan nilai – nilai keagamaan
pada anak usia dini
2. Untuk mengetahui strategi pengembangan nilai – nilai keagamaan pada AUD

13
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Moral, Nilai – Nilai Agama dan Karakter

Nilai merupakan suatu standar/kriteria benar dan salah yang diambil dari agama.
Jadi etika atau moral mengacu pada nilai – nilai agama karena kebenaran mutlak
selalu berlandaskan agama, pada kebenaran Tuhan. Pengembangan nilai – nilai agama
dan moral sangat terkait dengan penanaman perilaku karakter yang baik. Menurut
Wyne, karakter menunjuk pada dua pengertian, yaitu bagaimana seseorang
berperilaku dan bagaimana seseorang bertingkah laku sesuai dengan kaidah moral
yang berdasar atas nilai – nilai agama. Seseorang dikatakan berkarakter baik jika
mampu bertingkah laku sesuai dengan nilai – nilai agama dan moral.

Kata moral berasal dari kata mores (bahasa latin) yang berarti tata cara dalam
kehidupan atau adat istiadat. Menurut Hidayat, moral berarti ukuran – ukuran yang
menetukan benar atau salah. Jadi pengertian moral mengacu pada aturan – aturan
umun mengenai benar – salah, baik – buruk yang berlaku di masyarakat secara luas.

Hubungan antara akhlak dengan moral tidak dapat dipisahkan, dimana moral
berarti keadaan batin yang menentukan perilaku manusia dalam menentukan sikap,
tingkah laku, dan perbuatannya. Dalam agama Islam, moral dikenal dengan sebutan al
akhlaq al karimah, yaitu kesopanan yang tinggi yang merupakan pengejawantahan
(manifestasi) dari keyakinan terhadap baik dan buruk, pantas dan tidak pantas yang
tergambar dalam perbuatan lahir manusia (Karim, 2013: 20).

Nilai agama dan akhlak (moral) sangat penting bagi kehidupan suatu bangsa.
Dalam dunia pendidikan, pembinaan akhlak merupakan salah satu fungsi untuk
memperbaiki kehidupan bangsa, selain itu perlu juga adanya pengembangan ilmu.
Bangsa Indonesia meyakini bahwa kedua fungsi itu terjalin dengan eratnya. Apabila
fungsi akhlak atau moral diabaikan, terjadi pemujaan pada ilmu pengetahuan secara
berlebihan dan manusia akan menjurus pada individualistis dan egoistis, yang
akhirnya akan menimbulkan pertarungan di antara sesamanya.

13
Sebaliknya, apabila pendidikan hanya mementingkan akhlak, akan timbul
kemacetan kreasi yang menyebabkan kehidupan yang statis, tanpa kemajuan, maka
moral yang harus dijunjung tinggi adalah moral Islam yaitu moral yang dipancari oleh
dorongan ke-Islaman yang menilai manusia itu sebagai khalifah yang bertugas untuk
memakmurkan kehidupan di muka bumi. Kolaborasi antara ilmu dan akhlak menjadi
mutlak dalam rangka menciptakan generasi beragama, bermoral, beradab dan
bermartabat. Ilmu dikembangkan dengan dasar akhlak yang kuat agar membawa
kemanfaatan dan kebaikan.

Tujuan pendidikan salah satunya adalah untuk membentuk manusia yang


bermoral atau berakhlak mulia sesuai dengan ajaran Agama Islam. Pendidikan
memberikan peran dalam upaya pengembangan moral dan nilai-niai agama dalam
rangka menciptakan generasi yang beragama, beradab, bermoral dan bermartabat.
Tujuan pendidikan ini merupakan tugas bersama seluruh elemen bangsa.

Pembentukan karakter pada diri seorang anak didapatkan pada lingkungan


sekitarnya yaitu lingkungan keluarga, masyarakat dan lingkungan sekolah. Lingkunga
keluarga merupakan lingkungan terdekat yang dapat memberikan pengaruh pada
karakter seorang anak. Selain keluarga, lingkungan terdekat seperti tetangga atau
teman sebaya juga akan memberikan pengaruh yang sukup signifikan dalam
pengembangan moral seorang anak.

Pembentukan karakter dalam rangka pengembangan moralitas seorang anak


juga dipengaruhi oleh lingkungan sekolah. Sekolah merupakan lembaga pendidikan
yang memberikan pengenalan dan bimbingan mengenai nilai agama dan moral. Selain
itu seorang anak juga akan mendapatkan contoh atau role model yang diberikan oleh
gurunya melalui berbaga media pembelajaran. sehingga anak akan mendapatkan
gambaran dan contoh bagaimana harus bersikap sesuai dengan nilai-nilai agama dan
moral yang berlaku.

Tahapan perkembangan moral seorang anak sangat terkait dengan lingkungan


sosialnya. Pada usia tertentu seorang anak sangat tergantung dengan orang-orang
disekitarnya, sehingga pola pengasuhan yang baik akan berpengaruh dalam
penyerapan atau penerimaan nilai-nilai positif yang akan melekat dalam diri seorang
anak. Hal ini menyebabkan pentingnya seluruh elemen masyarakat dalam

13
menciptakan lingkungan sosial yang kondusif bagi perkembangan anak – anak
Indonesia.

Menurut Hamka, karakter adalah kualitas atau kekuatan mental dan moral,
akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang
membedakan dengan individu lain. Karakter sangat berpengaruh dalam diri seorang
anak. Oleh karena itu, karakter harus ditanamkan sejak dini agar menjadi kebiasaan
positif yang tertanam hingga anak tersebut tumbuh dewasa. Usia nol sampai lima
tahun adalah masa keemasan bagi otak anak. Di usia ini, otak anak berkembang pesat
dan mudah menerima rangsangan dari luar. Maka masa inilah dikenal sebagai golden
age (masa keemasan). Masa keemasan adalah masa dimana jalur belajar anak tentang
karekter, sikap, intelektual, emosi dan moral manusia dibentuk. Semakin bagus
kualitas pengasuhannya, berarti semakin banyak dan bagus jalur belajar yang dibentuk
otaknya.

Pendidikan karakter mengembangkan nilai – nilai etika inti yang sangat penting.
Nilai – nilai etika inti tersebut diantarnaya adalah kepedulian, kejujuran, keadilan,
tanggung jawab, dan rasa hormat terhadap diri dan orang lain bersama dengan
nilainilai kinerja pendukungnya, misalnya ketekunan, etos kerja yang tinggi, dan
kegigihan sebagai basis karakter yang baik.

Etika inti ini dapat ditanamkan dalam diri anak melalui berbagai bentuk
permainan yang menarik minat anak. Misalnya dengan bersama – sama
membersihkan ruang kelas. Kegiatan bersih – bersih akan mengenalkan pentingnya
kepedulian terhadap lingkungan sekolah. Selain itu anak dapat diajak untuk menanam
tanaman bersama. Dalam kegiatan menanam pohon ini, anak akan mengenal perlunya
mencintai lingkungan dengan menanam pohon dan merawatnya, sehingga muncul
kepedulian terhadap tumbuhan yang merupakan ciptaan tuhan.

Karakter yang baik mencakup pengertian, kepedulian dan tindakan berdasarkan


nilai – nilai etika inti. Karena itu, pendekatan holistic dalam pendidikan karakter
berupaya untuk mengembangkan keseluruhan aspek kognitif, emosional, dan perilaku
dari kehidupan moral. Seorang anak dapat memahami nilai – nilai inti melalui proses
pengamatan dari lingkungan terdekat. Mengamati perilaku orang tua, guru dan orang
– orang disekelilingnya merupakan salah satu proses pembelajaran bagi anak usia dini
dalam memahami nilai – nilai agama.

13
2.2 Kecerdasan Spiritual

Tujuan dari pengembangan nilai – nilai agama dan moral salah satunya adalah
untuk mewujudkan generasi yang memiliki kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual
mempunyai cakupan yang luas. Kecerdasan spiritual tidak hanya terkait hubungan
manusia dan tuhan dalam bentuk ibadah sehari – hari saja, tetapi mencakup hubungan
sosial kemasyarakatan. Beragama, bermoral, beradab dan bermartabat merupakan
bagian dari kecerdasan spiritual.

Kecerdasan spiritual ini berhubungan dengan hati. Hati dapat megetahui hal –
hal yang tidak dapat diketahui oleh pikiran. Hati adalah sumber keberanian dan
semangat, integritas dan komitmen. Hati adalah sumber energi dan perasaan
mendalam yang menuntut kita belajar, menciptakan, kerjasama, memimpin, dan
melayani. Hati nurani akan menjadi pembimbing manusia terhadap apa yang harus
ditempuh dan apa yang harus diperbuat, artinya setiap manusia sebenarnya telah
memiliki sebuah radar hati sebagai pembimbingnya.

Menghidupkan hati nurani anak dapat dilakukan dengan mengasah


kepekaannya. Kepekaan anak dapat dirangsang dengan kegiatan pengamatan terhadap
tumbuhan dan binatang. Dimana kita sebagai manusia harus selalu merawat dan
memberi makan agar tumbuhan dan binatang itu dapat tumbuh dengan baik. Selain itu
dapat melibatkan anak dengan kegiatan sosial seperti menjenguk teman yang sakit,
atau berkunjung ke panti asuhan. Kegiatan ini akan mengasah kepekaan hati seorang
anak.

13
2.3 Teori – Teori Perkembangan Moral Dan Keagamaan

Kohlberg berpendapat seperti yang dikutip oleh Otib Satibi Hidayat (2008: 2.7),
bahwasanya perkembangan moral anak mengalami beberapa fase, yaitu :

1. Penalaran Moral Prakonvensional, meliputi tahap :


a. Orientasi Hukuman dan Kepatuhan
Tahap ini didominasi oleh penalaran moral yang semata – mata
mengacu pada kepatuhan dan hukuman oleh figur yang berkuasa.

b. Orientasi Individualisme dan Orientasi Instrumental


Tahap ini acuan moral anak masih terhadap peristiwa – peristiwa
eksternal fisik, tetapi suatu tindakan dinilai benar jika berkaitan
dengan kejadian eksternal yang memuaskan kebutuhan – kebutuhan
dirinya dan kebutuhan orang yang sangat dekat hubungannya
dengan anak yang bersangkutan.
2. Penalaran Moral Konvensional, meliputi :
a. Tahap Orientasi Konformitas Interpersonal, yaitu tahap dimana anak
menjadi anak yang baik, mengikuti aturan untuk mengambil hati
orang lain dan untuk mempertahankan hubungan – hubungan yang
baik.
b. Tahap Orientasi Hukum dan Aturan, yaitu jika kelompok sosial
menerima peraturan yang sesuai untuk semua anggota kelompok.
3. Penalaran Moral Pascakonvensional (meliputi tahap orientasi kontrak sosial
dan tahap orientasi etis universal).

Dalam pandangan Kohlberg, tindakan moral atau perilaku moral seseorang


terkait dengan tingkat perkembangan intelegensi seseorang, dan tingkat intelegensi
seseorang terkait dengan kesadaran moralnya. Oleh karena itu, seseorang yang
mempunyai tingkat intelegensi tinggi, diandaikan tindakan atau tingkah laku
moralnya sesuai dengan pertimbangan moral yang tinggi pula.

13
2.4 Strategi Pengembangan Nilai Keagamaan Pada AUD
2.4.1 Menanamkan Rasa Cinta Kepada Allah SWT

Diantara cara membimbing anak menuju akidah yang benar adalah dengan
mendidik mereka untuk mencintai Allah. Pendidikan ini harus diberikan
sejak dini. Pada saat tersebut, mulailah mereka diperkenalkan kepada
makhluk – makhluk Allah (manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan) yang
terdekat disekitar mereka. Selain itu, juga perlu diupayakan adanya
keterikatan antara mereka dengan yang telah menciptakannya, pemilik
keagungan, pemberi nikmat, dan maha dermawan. Dengan bentuk seperti ini
anak pasti akan mencintai Allah. Rasa cinta kepada Allah beserta seluruh
ciptaannya dapat diperkenalkan pada anak usia dini melalui pembelajaran
saintifik.

Pembelajaran saintifik tersebut akan mengenalkan akan pada makhluk


ciptaan Allah sekaligus mengenalkan anak untuk mencintai ilmu
pengetahuan dengan proses mengamati. Menciptakan rasa cinta kepada Allah
juga diikuti oleh mencintai seluruh ciptaannya, termasuk mencintai orang
tua, keluarga, dan tetangga. Strategi penanaman nilai – nilai agama dengan
mencintai Allah dan segala ciptaannya akan menciptakan seorang anak yang
penuh cinta kasih, sehingga perkataan dan perbuatannya menjadi
menyenangkan dan tumbuh menjadi pribadi yang bermanfaat bagi
sesamanya.
2.4.2 Menciptakan Rasa Aman

Perasaan aman dan ketenangan adalah kebutuhan yang mendasar yang


selalu didambakan anak. Saat dia sakit dan menangis dia mengharapkan
ibunya bangun dan berjaga sepanjang malam untuk berada disampinynya,
memberikan kehangatan jika diinginkan. Kebutuhan akan rasa aman tidak
hanya dari lingkungan keluarga saja, tetapi sekolah beserta seluruh
aparaturnya dan lingkungan tempat tinggal juga memberikan pengaruh dalam
menciptakan rasa aman bagi seorang anak.

13
Strategi pengembangan moral dan nilai agama tidak bisa
mengesampingkan pentingnya rasa aman bagi seorang anak. Rasa aman ini
akan berdampak juga dalam penyerapan nilai – nilai agama dan moral yang
diajarkan oleh orang tua maupaun guru di sekolah. Apabila anak merasa
aman dan nyaman di rumah maupun di sekolah maka anak tersebut akan
mudah menerima pembelajaran ataupun contoh – contoh positif yang
diberikan oleh orang tua atau oleh gurunya.

Rasa aman berdampak pada proses pembelajaran yang dapat berjalan


dengan optimal, sehingga anak dapat berkembang pesat sesuai masa
pertumbuhannya. Misalnya saja dalam hal pengaturan waktu tidur. Seorang
anak membutuhkan tidur dalam keadaan tenang dan waktu lebih awal. Tidur
siang (kira-kira dari pukul 13.00 – 16.00). Jangan menghukum dengan
melarang tidur atau mengurangi waktu tidurnya. Jangan mengganggu
tidurnya dengan alasan apapun, karena hal ini akan berpengaruh pada
jantungnya. Jangan membangunkan anak supaya dia buang air, atau
membangunkannya ketika sang ayah baru datang atau membangunkannya
untuk memarahi atau menegurnya. Waktu tidur yang cukup tidak kurang dari
tujuh jam atau lebih dalam sehari semalam.

2.4.3 Mencium dan Membelai Anak

Mencium anak merupakan hal yang yang mampu memenuhi kebutuhan


akan rasa kasih sayang. Rasul SAW bersabda yang intinya agar
memperbanyak mencium anaknya, karena setiap ciuman adalah satu derajat
di surga dan jarak antara derajat satu dengan yang lain adalah lima ratus
tahun. Jika seseorang mencium anaknya, maka Allah akan menuliskan
untuknya satu kebaikan. Jika menggembirakan anaknya, maka pada hari
kiamat Allah akan menggembirakannya.

Jika mengajarkan Al – Quran maka pada hari kiamat ia akan diberi


pakaian dari cahaya sehingga wajah para penghuni surga menjadi terang dan
bercahaya. Begitu besar kebaikan yang akan kita dapatkan jika kita
memberikan ciuman pada seorang anak. Tidak hanya ciuman saja tetapi
belaian juga merupakan bentuk kasih sayang yang sangat diperlukan bagi
anak. Kebutuhan akan ciuman dan belaian bagi seorang anak akan

13
menumbuhkan rasa aman dan nyaman sehingga anak akan tumbuh menjadi
anak yang penuh kasih sayang. Hal ini akan berdampak pada tumbuhkan
cinta kasih terhadap teman atau saudaranya.

2.4.4 Meneliti dan mengamati

Anak memiliki kecenderungan alami untuk meneliti sehingga dia


mendapatkan pengetahuan, kemudian dia kembangkan berdasarkan
pengalaman dirinya. Tidak adanya pengalaman dalam beberapa hal dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan, karena adanya dorongan untuk selalu
mencoba.

Dalam kegiatan meneliti dan mengamati ini anak dapat dibiarkan untuk
melakukan sesuatu sendiri, mengalami dan merasakan sendiri. Hal ini
dilakukan agar anak dapat belajar melalui pengalamannya sendiri dan belajar
dari kesalahannya agar tidak mengulanginya lagi. Kegiatan meneliti dan
mengamati ini menjadi salah satu strategi dalam menanamkan nilai – nilai
agama dan moral. Misalnya saja kegiatan mengamati tumbuhan atau
binatang.

Kegiatan pengamatan ini bisa diikuti dengan penjelasan tentang ciptaan


tuhan. Mengenal adanya tuhan dengan proses pengamatan akan menjadi
kegiatan yang menyenangkan bagi seorang anak. Kegiatan ini juga bisa
dilakukan di luar kelas sehingga anak merasa nyaman dan senang dengan
lingkungan yang terbuka.

Pengamatan dalam upaya untuk menanamkan nilai – nilai agama dan


moral juga dapat dilakukan melalui media gambar – gambar tempat ibadah
dari beberapa agama yang berbeda. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan
memberikan penjelasan bahwa kita harus menghormati orang lain yang
berbeda agama. Selain itu kegiatan ini juga mengenalkan keberagaman dan
penerimaan terhadap perbedaan yang ada.

13
2.4.5 Menyentuh dan mengaktifkan potensi berfikir anak

Strategi pengembangan nilai agama untuk anak usia dini dapat dilakukan
dengan menyentuh dan mengaktifkan potensi berfikir anak melalui cerita
atau dongeng. Anak sangat menyukai dongeng atau cerita yang dibacakan
oleh guru, orang tua atau orang terdekatnya. Dalam hal ini pilihlah cerita –
cerita yang berkaitan dengan cerita kenabian atau orang – orang sholeh.
Karena cerita tokoh – tokoh tersebut pasti terdapat nilai – nilai positif yang
bermanfaat untuk anak – anak.

Cerita dapat membangkitkan kesadaran serta mempengaruhi jalan


pikiran, dan dapat menyumbangkan nilai – nilai positif dalam diri mereka.
Cerita atau dongeng akan meningkatkan daya imajinasi seorang anak. Anak
akan mengembangkan pikirannya ketika sedang dibacakan sebuah cerita.

2.4.6 Pendidikan Jasmani

Khusus mengenai pendidikan yang bersifat jasmani, Ibnu Sina


berpendapat hendaknya tujuan pendidikan tidak melupakan pembinaan fisik
dan segala sessuatu yang berkaitan dengannya, seperti olahraga, makan,
minum, tidur, dan menjaga kebersihan. Makan, minum, dan tidur merupakan
kebutuhan bagi seorang anak.

Kebutuhan ini dapat dipenuhi sekaligus dapat menanamkan nilai – nilai


agama. Misalnya saja ketika kegiatan makan bersama di rumah maupun di
sekolah, guru ataupun orangtua dapat mengarahkan anak untuk memulainya
dengan berdoa. Selain itu makananan yang kita makan juga merupakan
rezeki dari allah sehingga kita harus selalu bersyukur terhadap pemberian
Allah.

13
2.4.7 Memberikan Teladan Yang Baik

Strategi dalam penanaman nilai – nilai agama adalah dengan


memberikan keteladannan yang baik. Anak membutuhkan role model dalam
proses pengamatan atau proses perkembangannya. Teladan yang baik dapat
diperoleh melalui lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan sekitar
tempat tinggalnya. Ibnu Sina berpendapat bahwa seorang guru diharapkan
memiliki kompetensi keilmuan yang bagus, berkepribadian mulia, dan
kharismatik sehingga dihormati dan menjadi idola bagi anak didikya.

Guru menjadi tokoh panutan bagi seorang anak, sehingga selain


memperdalam tentang pendidikan anak, guru juga diharapkan untuk
mengasah kepribadiannya. Kepribadian yang diharapkan tentunya adalah
kepribadian yang sesuai dengan ajaran dan niai – nilai Islam. Salah satu yang
dapat dilakukan seorang guru dalam rangka mengasah kepribadiannya adalah
dengan mengasah hati untuk selalu mendoakan muridnya. Seorang guru
diharapkan selalu mendoakan kesuksesan muridnya.

Ada 3 strategi dalam pembentukan perilaku moral pada anak usia dini (Wantah,
2005: 109), yaitu :

1. Strategi Latihan dan Pembiasaan

Latihan dan pembiasaan merupakan strategi yang efektif untuk


membentuk perilaku tertentu pada anak – anak, termasuk perilaku moral.
Dengan latihan dan pembiasaan terbentuklah perilaku yang bersifat relatif
menetap. Misalnya, jika anak dibiasakan untuk menghormati anak yang lebih
tua atau orang dewasa lainnya, maka anak memiliki kebiasaan yang baik, yaitu
selalu menghormati kakaknya atau orang tuanya.

2. Strategi Aktivitas Bermain

Bermain merupakan aktivitas yang dilakukan oleh setiap anak dapat


digunakan dan dikelola untuk pengembangan perilaku moral pada anak.
Menurut hasil penelitian Piaget (dalam Wantah, 2005: 116), menunjukkan
bahwa perkembangan perilaku moral anak usia dini terjadi melalui kegiatan
bermain. Pada mulanya anak bermain sendiri tanpa dengan menggunakan

13
mainan. Setelah itu anak bermain menggunakan mainan namun dilakukan
sendiri. Kemudian anak bermain bersama temannya bersama temannya namun
belum mengikuti aturan – aturan yang berlaku. Selanjutnya anak bermain
bersama dengan teman – temannya berdasarkan aturan yang berlaku.

3. Strategi Pembelajaran

Usaha pengembangan moral dan agama pada anak usia dini dapat
dilakukan dengan strategi pembelajaran. Pendidikan moral dapat disamakan
dengan pembelajaran nilai – nilai dan pengembangan watak yang diharapkan
dapat dimanifestasikan dalam diri dan perilaku seseorang seperti kejujuran,
keberanian, persahabatan, dan penghargaan (Wantah, 2005: 123).

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Nilai – nilai keagamaan sudah seharusnya dikembangkan sejak dini. Melihat


keadaan zaman yang sangat dikhawatirkan pengaruhnya oleh pendidik baik orang tua
maupun guru di sekolah, nilai moral dan agama harus terus diajarkan dan
dikembangkan pada anak. Namun, guru dan orang tua juga harus memiliki contoh
teladan yang baik. Karena anak usia dini mulai belajar dengan cara mengamati
lingkungan apalagi orang terdekatnya. Strategi pengembangan nilai – nilai keagamaan
pada anak usia dini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Seperti mengembangkan
langsung pada kehidupan sehari – hari ataupun melalui pembelajaran di sekolah.
Diantara cara mengembangkan nilai keagamaan pada anak, yaitu dengan
menanamkan rasa cinta dan kasih kepada Allah SWT, menciptakan rasa aman dan
nyaman pada anak, menyentuh cara berfikir anak dengan menceritakan kisah – kisah
teladan para rasul yang memiliki nilai – nilai teladan yang baik, yang dapat dicontoh
oleh anak.

3.2 Saran

Sebagai pendidik, baik itu orang tua, guru maupun orang yang dewasa disekitar
anak, kita memiliki kewajiban untuk terus mengajarkan serta mengembangkan nilai –
nilai keagamaan pada anak usia dini. Sebelum mengembangkan nilai tersebut, kita
seharusnya memiliki modal berupa ilmu pengetahuan dan nilai moral yang baik untuk
bisa mengembangkannya pada anak. Karena anak mendapatkan sesuatu berawal dari
melihat, mengamati, berfikir, dan mencontoh apa yang dilihatnya. Selalu ingatkan
anak pada kegiatan – kegiatan yang bernilai keagamaan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Inawati A. 2017. Strategi pengembangan moral dan nilai agama pada anak usia dini.
Jurnal pendidikan anak,3,53-62.

Respatiningrum D. 2014. “Strategi pengembangan nilai – nilai moral dan agama pada
anak usia dini”. Fakultas tarbiyah. Sekolah tinggi agama islam negeri. Purwokerto.

https://sudrajatfitri.blogspot.com/2015/12/pengembangan-nilai-nilai-agama-pada-
aud.html

https://pg-paud.blogspot.com/2011/02/pengembangan-moral-dan-nilai-nilai.html

13

Anda mungkin juga menyukai