Analisis Kasus Jiwa Etak

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 28

Laporan Kasus

SKIZOFRENIA PARANOID

Disusun Oleh:
Dokter Muda Stase Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Periode 24 Februari 2020 – 30 Maret 2020

Anugerah Indah Mareta, S.Ked 04084821921030


Laras Andianti Putri, S.Ked 04084821921015
Ressvini Kanniah, S.Ked 04054822022208

Pembimbing: dr. Diaz Syauki Ikhsan, Sp.KJ

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA


RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020/2021
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Laporan Kasus:


SKIZOFRENIA PARANOID

Oleh:

Anugerah Indah Mareta, S.Ked 04084821921030


Laras Andianti Putri, S.Ked 04084821921015
Ressvini Kanniah, S.Ked 04054822022208

Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat menyelesaikan


Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya Palembang periode Periode 24 Februari 2020 – 30 Maret
2020.

Palembang, Maret 2020

dr. Diyaz Syauki Ikhsan, Sp.KJ

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan sukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ilmiah dengan judul
“SKIZOFRENIA PARANOID” untuk memenuhi tugas ilmiah yang merupakan
bagian dari sistem pembelajaran kepaniteraan klinik, khususnya di Departemen
Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Rumah Sakit
Ernaldi Bahar Palembang.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada
dr. Diyaz Syauki Ikhsan, Sp.KJ selaku pembimbing yang telah membantu
memberikan bimbingan dan masukan sehingga tugas ilmiah ini dapat selesai.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas ilmiah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan. Demikianlah penulisan tugas ilmiah
ini, semoga bermanfaat.

Palembang, Maret 2020

Tim Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI 1

BAB I STATUS PASIEN 2

BAB II ANALISIS KASUS 21

DAFTAR PUSTAKA 27
BAB I
STATUS PASIEN

1) IDENTIFIKASI PASIEN
Nama : Ny. M
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Suku/Bangsa : Sumatera selatan
Pendidikan : SMP (tamat)
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Islam
Alamat : Jl. Kemas Rindo Lorong Santai, Kertapati
Datang ke RS : Jumat, 21 Februari 2020
Cara ke RS : Diantar keluarga (saudara)
Tempat Pemeriksaan : Bangsal Cempaka RSUD Ernaldi Bahar

2) ANAMNESIS
A. AUTOANAMNESIS
a. Keluhan utama
Pasien di antar ke RS Ernaldi Bahar karena mengamuk.
b. Riwayat perjalanan penyakit
2 bulan yang lalu, pasien mulai mengalami perubahan perilaku.
Pasien mulai terlihat jarang mandi. Pasien hanya mandi jika disuruh.
Pasien juga malas ganti baju dan sering melamun. Pasien juga sering
menangis. Pasien mulai berubah perilakunya semenjak suami dipenjara
dan rumahnya kebakaran.
2 minggu yang lalu, keluhan semakin memberat. Pasien mulai
tampak gelisah. Pasien merasa ada yang orang ingin berbuat jahat terhadap
pasien. Pasien merasa sedih, dibohongi, dan dipermainkan oleh orang
sekitar. Pasien merasa cemas takut rumahnya terbakar. Pasien sering
terlihat berbicara sendiri, tertawa sendiri lalu tiba-tiba menangis.
1 minggu yang lalu, pasien makin mudah tersinggung, teriak-teriak
dan sering marah-marah pada orang sekitarnya. Pasien merasa kesal dan
bingung bagaimana meluapkan kekesalannya. Pasien sering membuang
barang-barang di rumah. Pasien juga menganggu orang sekitar. Pasien
mengeluh susah tidur. Pasien hanya tidur ketika merasa mengantuk. Pasien
sulit membedakan apakah hal yang dialaminya merupakan mimpi atau
tidak.
1 hari yang lalu pasien semakin gelisah. Pasien terlihat mau
melempar orang dengan batu. Pasien mengaku jarang mandi. Pasien mandi
ketika disuruh. Pasien juga mengaku jarang tidur. Pasien tidur hanya
ketika merasa butuh tidur. Pasien makan tapi sedikit. Pasien tidak mau
makan nasi. Pasien kemudian dibawa ke IGD RS Ernaldi Bahar dan
dirawat inap.

c. Riwayat penyakit dahulu


- Riwayat kejang : tidak ada
- Riwayat trauma : tidak ada
- Riwayat diabetes mellitus : tidak ada
- Riwayat hipertensi : tidak ada
- Riwayat asma : tidak ada
- Riwayat alergi : tidak ada

d. Riwayat pengobatan
- Pasien belum pernah berobat

e. Riwayat premorbid
- Lahir : lahir spontan, langsung menangis

- Bayi : tumbuh kembang baik


- Anak-anak : sosialisasi baik, memiliki banyak teman

- Remaja : sosialisasi baik, memiliki banyak teman

- Dewasa : sosialisasi baik, memiliki banyak teman

- Riwayat NAPZA : Tidak pernah konsumsi NAPZA


f. Riwayat keluarga *BELUM*
- Pasien merupakan anak Ketiga dari 4 bersaudara. Pasien memiliki 2
saudara laki –laki dan 1 saudara perempuan.
- Anggota keluarga dengan gangguan jiwa disangkal.

- Riwayat pada keluarga dengan keluhan yang sama disangkal.

- Riwayat sering berselisih pendapat dengen keluarga.

- Ayah kandung tidak memiliki riwayat penyakit apapun. Menurut


pasien, ayahnya sangat keras namun menyayangi dirinya.
- Ibu merupakan seorang ibu rumah tangga yang bekerja sebagai buruh,
ibunya sosok yang penyabar, penyayang, dan tidak pilih kasih terhadap
anak anaknya.

Keterangan:
: Pasien

: : Laki-laki
alam
: Perempuan
g. Riwayat pendidikan *BELUM* pasien lulus SMP
MI Qur’aniah 3 - Tamat dalam 6 tahun (2009)
- Prestasi akademik : tidak ada
- Ekstrakulikuler : mengaji
SMPN 6 - Tamat dalam 3 tahun (2012)
- Prestasi akademik : tidak ada
- Ekstrakulikuler : futsal
-Organisasi : tidak ada
SMA 15 - Tamat dalam 3 tahun (2015)
- Ekstrakulikuler : futsal, beladiri
(taekwondo)
- Organisasi : tidak ada
Bina Sriwijaya 8 ulu - Masuk dengan jalur beasiswa futsal
- Tidak tamat (alasan tidak fokus lagi)
Lain-lain :
Pasien mengaku memiliki banyak teman dan tidak ada satupun yang tidak
mengenalnya. Pasien tidak pernah bertengkar hebat dengan siapapun di
lingkungan sekolah.

h. Riwayat pekerjaan *BELUM*


- Pasien
i. Riwayat gaya hidup
- Pasien tidak mengonsumsi rokok, alkohol, napza

- Kegiatan pasien sehari-hari sebagai ibu rumah tangga yaitu


membersihkan rumah dan masak untuk anggota keluarga.

j. Riwayat perkawinan
- Pasien sudah menikah dan memilik 2 anak.
- Pasien sudah tidak bersama suami lagi tapi belum bercerai secara resmi.

k. Keadaan Sosial ekonomi *belum*


Pasien tinggal bersama orang tua di rumah milik pribadi bersama dengan
kedua saudaranya. Suasana di rumah tidak ada kejanggalan, namun
sering ada selisih pendapat antar anggota keluarga. Rumahnya
sederhana. Pendapatan yang didapatkan oleh ayah pasien tidak menentu.
Pasien termasuk sosial ekonomi menengah ke bawah.

l. Transkrip
28 Februari 2020
Interpretasi
Pemeriksa Pasien
(Psikopatologi)
“Selamat siang ibu M, “Pagi, dokter.” Ekspresi wajah sesuai
perkenalkan kami dokter muda Kontak mata adekuat
disini, apa kabarnya hari ini Kontak bicara adekuat
Bu?” (Tersenyum)
“Pak, kami izin tanya kondisi “iya”
ibu, boleh?”
“Nama ibu siapa?” “Saya M”
“Sekarang ibu lagi dimana?” “aku di rumah sakit Orientasi tempat cukup
Ernaldi Bahar”
"Ibu tinggal dimana?" "di Jl. Kemas Rindo Lorong Daya ingat baik
Santai itu nah. Di kertapati
dok aku nih tinggal"
“Ibu tau kenapa ibu dibawa “Aku tuh kemaren lagi Discriminative insight
kesini?" mandi di sungai kareno la buruk.
lamo dak mandi terus liat
sodara lanang aku Tego.
Dio nak nagkep aku karno
ujinyo aku nih gilo. Tego
nih nak ngelarang gawe
aku. Padahal kan aku nih
dak gilo”
“Apo yang ibu rasakan hari “La seneng dok tapi sering
ini?" teringat 2 anak aku di
rumah. Aku nak balek. Di
rumah tuh galak cemas
aku Cemas takut rumah
tebakar“
"Apa yang ibu cemaskan di "Aku cemas kalo ado Paranoid (+)
rumah?" wong yang nak jahat
dengan aku. Memang sih
wongnyo dak teliat tapi
aku ngeraso ado wong itu
tuh"
"Kalo semenjak di sini ibu "Sekarang nih la lega. Cak Halusinasi (+)
gimana keadaanya? lebih abis minum air zam-zam.
mending dari di rumah? Kan beda-beda wong tuh
men la minum itu. Ado
yang ngeraso manis lah,
pahit, atau cak minum air
kelapo"
"Kalo di rumah kemaren "Di rumah tuh gelisah.
emang gimana perasaan sama Aku tuh sedih, galak
keadaan ibu?" nangis, meraso dibohongi.
dipermainke. Katek bukti
tapi aku ngerasonyo cak
itu. Aku jugo kareno kesel
tuh jadi marah-marah
karena aku bingung
melampiaske biar dak
kesel lagi tuh cakmano.
"Sejak kapan ibu merasakan "La lamo, dok. La Orientasi waktu tidak
gelisah?" berabad-abad" tepat
“Ibu kemarin-kemarin ada “Katek. Dak ado dapet
yang bisik-bisik nggak?” bisik-bisikan. Cuman aku
tuh galak mimpi. Nah dak
tau ye mimpi atau bukan.
Aku cak jalan-jalan nah itu
tuh cak asli nian eh taunyo
kebangun”
“Tidurnya gimana bu?” “Jarang aku nih tedok.
Tedok tuh men ngantuk
bae”
“kalau makannya bu? Mau “ Makan kok. Makan men
nggak” laper. Dikit tapi memang
la lamo aku dak makan”
“Baiklah ibu, tanya jawabnyo “katek”
lah selesai. bapak ado yang nak
ditanyoi dak?”

29 Februari 2020
Pemeriksa Pasien Interpretasi
(Psikopatologi)
“Selamat pagi Ibu M, “Pagi, dokter.” Ekspresi wajah sesuai
perkenalkan kami dokter muda Kontak mata adekuat
disini, apa kabarnya hari ini
Bu?” (Tersenyum)
“Ibu, kami boleh tanya-tanya “iya”
mengenai kondisi Ibu ya”
“Nama Ibu siapa?” “Saya, M”
“Kalo ini siapa ibu?” “teman aku satu sel dok” Orientasi orang cukup.
(menunjuk teman di
sampingnya)
“Sekarang ibu lagi dimana?” “aku nih lagi di rs Ernaldi Orientasi tempat cukup
Bahar”
“ibu ingat siapa yang “Saudara aku Tego itu
membawa ibu keisni” nah”
“ibu ingat mengapa pertama “Kato Tejo ini aku nih Discriminative insight
kali ibu dibawa kesini?” gilo. Padahal idak” buruk.
“makannya bagaimana bu?” “Masih cak itu lah. Dikit-
dikit bae”
“kalau tidurnya bagaimana “La lumayan nyenyak
pak”? dok”
“Baiklah bu, tanya jawabnyo “Katek, dok"
lah selesai. ibu ado yang nak
ditanyoi dak?”
3) PEMERIKSAAN
A. STATUS INTERNUS
1) Keadaan Umum
Sensorium : Compos Mentis
Frekuensi nadi : 127 x/menit
Tekanan darah : 134/105 mmHg
Suhu : 360 C
Frekuensi napas : 20 x/menit

B. STATUS NEUROLOGIKUS
1) Urat syaraf kepala (panca indera) : tidak ada kelainan
2) Gejala rangsang meningeal : tidak ada kelainan
3) Mata:
Gerakan : baik ke segala arah
Persepsi mata : baik, diplopia tidak ada, visus normal
Pupil : bentuk bulat, sentral, isokor, Ø
3mm/3mm
Refleks cahaya : +/+
Refleks kornea : +/+
Pemeriksaan oftalmoskopi : tidak dilakukan

4) Motorik
Fungsi Motorik Lengan Tungkai
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Normal
Kekuatan
5/5
Tonus Eutonik Eutonik Eutonik Eutonik
Klonus - - - -
Refleks + + + +
fisiologis
Refleks - - - -
patologis
5) Sensibilitas : normal
6) Susunan syaraf vegetatif : tidak ada kelainan
7) Fungsi luhur : tidak ada kelainan
8) Kelainan khusus : tidak ada

C. STATUS PSIKIATRIKUS
KEADAAN UMUM
a. Sensorium : Compos Mentis terganggu
b. Perhatian : Atensi berkurang
c. Sikap : Tidak kooperatif
d. Inisiatif : Kurang
e. Tingkah laku motorik : Gelisah
f. Ekspresi fasial : Cenderung marah
g. Cara bicara : Lancar dan jelas
h. Kontak psikis : adekuat
i. Kontak fisik : adekuat
j. Kontak mata : adekuat
k. Kontak verbal : adekuat

KEADAAN KHUSUS (SPESIFIK)


a. Keadaan afektif
Afek : tidak sesuai
Mood : Disforik
b. Hidup emosi
Stabilitas : labil
Dalam-dangkal : normal
Pengendalian : tidak terkendali
Adekuat-Inadekuat : inadekuat
Echt-unecht : Echt
Skala diferensiasi : menyempit
Einfuhlung : bisa dirasakan
Arus emosi : normal

c. Keadaan dan fungsi intelektual


Daya ingat : baik
Daya konsentrasi : kurang baik
Orientasi orang/waktu/tempat : orientasi orang dan tempat baik.
Orientasi waktu salah
Luas pengetahuan umum : sulit dinilai
Discriminative judgement : terganggu
Discriminative insight : terganggu
Dugaan taraf intelegensi : sulit dinilai
Depersonalisasi dan derealisasi : tidak ada

d. Kelainan sensasi dan persepsi *belum lengkap*


Ilusi : tidak ada
Halusinasi : halusinasi pengecapan (+)

KEADAAN PROSES BERFIKIR


a. Arus pikiran
Flight of ideas : tidak ada
Asosiasi longgar : ada
Inkoherensi : tidak ada
Sirkumstansial : tidak ada
Tangensial : tidak ada
Terhalang (blocking) : tidak ada
Terhambat (inhibition) : tidak ada
Perseverasi : tidak ada
Verbigerasi : tidak ada

b. Isi Pikiran
Waham : ada
Pola Sentral : tidak ada
Fobia : tidak ada
Konfabulasi : ada
Perasaan inferior : tidak ada
Kecurigaan : ada
Rasa permusuhan : ada
Perasaan berdosa : tidak ada
Hipokondria : tidak ada
Ide bunuh diri : tidak ada
Ide melukai diri : tidak ada
Lain-lain : tidak ada

Pemilikan pikiran
Obsesi : tidak ada
Aliensi : tidak ada

c. Keadaan dorongan instinktual dan perbuatan


Hipobulia : tidak ada
Vagabondage : tidak ada
Stupor : tidak ada
Pyromania : tidak ada
Raptus/Impulsivitas : tidak ada
Mannerisme : tidak ada
Kegaduhan umum : ada
Autisme : tidak ada
Deviasi seksual : tidak ada
Logore : tidak ada
Ekopraksi : tidak ada
Mutisme : tidak ada
Ekolalia : tidak ada
Lain-lain : tidak ada

e. Kecemasan : ada

f. Dekorum
Kebersihan : Kurang
Cara berpakaian : Kurang
Sopan santun : Kurang

g. Reality testing ability : RTA terganggu

D. PEMERIKSAAN LAIN
a. Pemeriksaan radiologi/ CT scan : tidak dilakukan
b. Pemeriksaan darah rutin : tidak dilakukan
c. Pemeriksaan laboratorium : tidak dilakukan
d. Pemeriksaan urin : tidak dilakukan
e. Pemeriksaan LCS : tidak dilakukan

4) KESIMPULAN TEMUAN BERMAKNA


Pada status mentalis didapatkan:
1. Halusinasi
2. Asosiasi longgar
3. Waham
4. Kecurigaan
5. Rasa permusuhan
6. Kecemasan

5) FORMULASI DIAGNOSIS *belum*


Pendekatan diagnosis pada pasien dilakukan secara multiaksial dengan
merujuk pada DSM IV dan PPDGJ III seperti yang dideskripsikan sebagai
berikut.
Aksis I
Dari autoanamnesis dan alloanamnesis diketahui sejak 2 bulan SMRS,
pasien mulai mengalami perubahan perilaku semenjak suami dipenjara dan
rumahnya kebakaran. Pasien sering menangis dan melamun. Lalu semakin
lama pasien mulai mulai gelisah karena merasa ada orang yang ingin berubat
jahat terhadap pasien. Pasien kesal karena merasa dibohongi dan dipermainkan
oleh orang sekitar. Pasien juga merasa cemas karena takut rumahnya
kebakaran. Akhirnya pasien sering marah-marah, teriak-teriak dan mudah
tersinggung karena merasa bingung harus meluapkan kekesalannya
bagaimana. Pasien juga sering membuang barang-barang di rumah bahkan
mulai menganggu orang sekitar dengan melempar orang dengan batu.Pasien
jarang tidur. Menurut pasien, sulit untuk membedakan apakah hal yang
dilakukannya itu kenyataan atau hanya mimpi. Pasien merasa tidur ketika
ingin tidur saja. Pasien juga jarang mandi. Pasien mandi hanya ketika dipaksa
orang rumah. Pasien hanya makan sedikit makanannya dan tidak mau makan
nasi. Seluruh hasil pemeriksaan fisik masih dalam batas normal. Pemeriksaan
darah rutin belum dilakukan. Ini berarti kemungkinan gangguan mental
organik dapat disingkirkan. Pada status mentalis didapatkan adanya halusinasi,
asosiasi longgar, waham, kecurigaan, rasa permusuhan, dan kecemasan. Pada
kasus ini dapat dikatakan mengalami gangguan jiwa psikotik non organik.
Pasien memiliki beberapa gejala yang mengarah ke diagnosis Skizofrenia
paranoid. Merujuk pada DSM IV, Skizofrenia dapat ditegakkan dengan kriteria
diagnosis sebagai berikut.1
A. Gejala Karakteristik
Gejala Kunci: Dua atau lebih
gejala berikut yang muncul - Pasien meyakini
dalam satu bulan V dirinya sebagai
1) Waham (cukup satu bila biddadari kiriman
waham bizar) Allah untuk umat
manusia
2) Halusinasi (cukup satu bila
halusinasi komentar atau - Pasien mengatakan
diskusi) V perasaaanya lega seperti
setelah meminum air
zam-zam

3) Bicara terdisorganisasi (kacau)


4) Perilaku terdisorganisasi
(kacau) atau katatonik
5) Gejala negatif
V - Pasien memiliki respons
emosional yang
menumpuk (bukan karena
depresi)
B. Disfungsi Sosial/ Pekerjaan V - Pasien hanya mandi
Terdapat penurunan yang jelas ketika dipaksa dan
dalam fungsi sosial, pekerjaan, makan dengan sedikit
atau mengurus diri porsi (tidak mau
makan nasi)

C. Durasi 2 bulan SMRS pasien


Lama gangguan setidaknya enam menunjukaan gejala dan
bulan, dengan satu bulan perubahan prilaku yang
menunjukkan gejala yang jelas jelas
D. Gangguan mood dan V Terpenuhi
skizoafekstif
Kriteria untuk gangguan mood,
gangguan mental organik, dan
gangguan akibat zat tidak dipenuhi
E. Kondisi medis umum dan zat V Terpenuhi
Gangguan tersebut tidak disesabkan
efek fisiologis langsung suatu zat
(obat yang disalahgunakan atau obat
medis) atau kondisi medis umum
F. Hubungan dengan gangguan Pada pasien tidak
perkembangan pervasi ditemukan riwayat
Bila ada riwayat Autistic Disorder Autistic Disorder atau
atau gangguan PDD lainnya, gangguan PDD lainnya
diagnosa tambahan skizofrenia
hanya dibuat bila halusinasi atau
delusi yang menonjol, selama paling
tidak 1 bulan
KESAN:
Pada pasein di dapatkan tiga point dari gejala karakteristik (waham, halusinasi
dan gejala negatif) dan gejala lainnya yang memenuhi kriteria diagnostik
skizofrenia

 Kriteria tambahan sikzofrenia paranoid

Pedoman Diagnostik Terpenuhi/ Tidak


(PPDGJ-III) Terpenuhi
Halusinasi dan/atau waham harus menonjol
Halusinasi yang mengancam pasien Tidak terpenuhi
atau memberi perintah

Halusinasi pembau atau pengecap Terpenuhi

rasa, atau bersifat seksual, atau lain-

lain perasaan tubuh

Waham dapat berupa hampir setiap Terpenuhi

jenis, tetapi waham dikendalikan,

dipengaruhi, dan keyakinan di kejar-

kejar

Gangguan afektif
Tidak terpenuhi
Dorongan kehendak dan pembicaraan,

serta gejala katatonik secara relative

tidak nyata/ tidak menonjol

Tabel di atas menunjukkan pasien pada kasus memenuhi kriteria diagnosis


Skizofrenia paranoid (F20.0).

Aksis II
R 46.8 Diagnosis Aksis II Tertunda
Diagnosis pada aksis II belum dapat ditegakkan karena gejala pada
diagnosis aksis I masih menyamarkan (kemungkinan) gangguan kepribadian
yang dimiliki.

Aksis III
Tidak ada kelainan

Aksis IV
Masalah pendidikan, sosial dan ekonomi
Menurut saudaranya, suami pasien dipenjara lalu semenjak itu pasien menjadi
sering menangis. Rumah pasien juga terbakar jadi memiliki masalah ekonomi
Aksis V
Dilihat dari gejala yang menetap yang dimiliki pasien. Dengan demikian skala
GAF pada pasien ini adalah 40-31 .

6) DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid
Aksis II : Belum ada diagnosis
Aksis III : Tidak ada kelainan
Aksis IV : Masalah sosial dan ekonomi
Aksis V : GAF scale saat ini 40-31

7) DIAGNOSIS DIFFERENSIAL
F22. Gangguan Waham Menetap
F25 Gangguan Skizoafektif

8) TERAPI
a. Farmakologis
- Lodomer 1 amp IM
- Valdimex 1 amp IM
- Bisperidon 2 x 2 mg PO
- Merlopam 2 x 0,5 mg PO

b. Non- farmakologis
Suportif
- Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya.

- Memberi dukungan dan perhatian kepada pasien dan menjelaskan


kepada pasien agar pasien dapat memperbaiki hubungan
spasienialnya terhadap lingkungan.
- Mengisi waktu luang dengan kegemaran

- Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur.

Kognitif
- Menerangkan tentang gejala penyakit pasien yang timbul akibat cara
berpikir yang tidak benar, mengatasi perasaan, dan sikapnya terhadap
masalah yang dihadapi.
- Membantu pasien dalam memperbaiki persepsinya yang sebelumnya
palsu atau tidak benar sehingga pasien lambat-laun memahami bahwa
apa yang didengarnya merupakan halusinasi dan tidak nyata dalam
kehidupannya sehingga dapat memperbaiki hubungan spasienialnya
dengan keluarga maupun masyarakat.

Keluarga
- Memberikan pengertian kepada keluarga tentang penyakit pasien
sehingga diharapkan keluarga dapat membantu dan mendukung
kesembuhan pasien.

Religius *belum*
- Pada kasus, pasien cenderung meimiliki karakter

9) PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

10) FOLLOW-UP *belum*


Tanggal Follow-up
28 Februari S: atensi cukup, kontak mata (+) adekuat.
2020 O:
- Sens: Compos Mentis
- TD: 134/105 mmHg
- Nadi: 127 x/menit
- RR: 20 x/menit
- T: 36 C
- Status psikiatrikus: afek eutimik, halusinasi (+), waham
(-), emosi stabil, daya ingat baik, RTA terganggu
A: F20.0 Skizofrenia Paranoid
P: Risperidon PO (2 x 2 mg)
Lorazepam PO (1x0,5 mg)

29 Februari S: atensi cukup, kontak mata (+) adekuat. Pasien ingin cepat
2020 pulang
O:
- Sens: Compos Mentis
- TD: 120/80 mmHg
- Nadi: 80 x/menit
- RR: 20 x/menit
- T: 36,4 C
- Status psikiatrikus: afek eutimik, halusinasi (+), waham
(-), emosi stabil, daya ingat baik, RTA terganggu
A: F20.0 Skizofrenia Paranoid
P: Risperidon PO (2 x 2 mg)
Lorazepam PO (1x0,5 mg)

BAB II
ANALISIS KASUS

Ny. M. Perempuan ,35 tahun, datang dibawa oleh saudaranya ke IGD RS


Ernaldi Bahar Palembang pada tanggal 21 Januari 2020. Wawancara dan observasi
dilakukan pada hari jumat, 21 Januari 2020 pukul 10.30 WIB di IGD RS Ernaldi
Bahar Palembang. Wawancara yang dilakukan berupa autoanamnesis. Pemeriksa dan
pasien berhadapan dengan pasien duduk di kursi. Wawancara dilakukan dengan
menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Palembang.
Berdasarkan autoanamnesis diketahui sejak 2 bulan SMRS, mulai mengalami
perubahan perilaku. Pasien mulai terlihat jarang mandi. Pasien hanya mandi jika
disuruh. Pasien juga malas ganti baju dan sering melamun. Pasien juga sering
menangis. Pasien mulai berubah perilakunya semenjak suami dipenjara dan rumahnya
kebakaran. 2 minggu yang lalu, keluhan semakin memberat. Pasien mulai tampak
gelisah. Pasien merasa ada yang orang ingin berbuat jahat terhadap pasien. Pasien
merasa sedih, dibohongi, dan dipermainkan oleh orang sekitar. Pasien merasa cemas
takut rumahnya terbakar. Pasien sering terlihat berbicara sendiri, tertawa sendiri lalu
tiba-tiba menangis. 1 minggu yang lalu, pasien makin mudah tersinggung, teriak-
teriak dan sering marah-marah pada orang sekitarnya. Pasien merasa kesal dan
bingung bagaimana meluapkan kekesalannya. Pasien sering membuang barang-
barang di rumah. Pasien juga menganggu orang sekitar. Pasien mengeluh susah tidur.
Pasien hanya tidur ketika merasa mengantuk. Pasien sulit membedakan apakah hal
yang dialaminya merupakan mimpi atau tidak. 1 hari yang lalu pasien semakin
gelisah. Pasien terlihat mau melempar orang dengan batu. Pasien mengaku jarang
mandi. Pasien mandi ketika disuruh. Pasien juga mengaku jarang tidur. Pasien tidur
hanya ketika merasa butuh tidur. Pasien makan tapi sedikit. Pasien tidak mau makan
nasi. Pasien kemudian dibawa ke IGD RS Ernaldi Bahar dan dirawat inap.
Status internus dan neurologikus dalam batas normal. Pada status psikiatrikus,
keadaan umum ditemukan inisiatif kurang dan pasien cenderung marah. Pada keadaan
khusus, afek tidak sesuai dan disforik, emosi labil. Pada keadaan dan fungsi
intelektual, daya ingat baik dan daya konsentrasi kurang baik, discriminative
judgement dan insight terganggu. Kelainan sensasi dan persepsi ditemukan ada
halusinasi. Pada keadaan proses berpikir, ditemukan adanya kecemasan. Arus pikiran
tidak ditemukan ada Flight of ideas, isi pikiran ditemukan ada waham, konfabulasi,
kecurigaan, rasa pemusuhan, , pemilikan pikiran dalam batas normal, keadaan
dorongan instinktual dan perbuatan ditemukan ada kegaduhan umum. Dekorum cukup
dan RTA terganggu. Pemeriksaan lain tidak dilakukan pada pasien.
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM
IV) dan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi
ketiga (PPDGJ III) membagi gejala skizofrenia dalam kelompok-kelompok penting
yang dilampirkan pada formulasi diagnosis, dimana pasien pada kasus memenuhi
kriteria diagnosis Skizofrenia paranoid (F20.0).1
Teori epidemiologi skizofrenia paranoid sesuai dengan pasien pada kasus yang
berusia 35 tahun, dimana onset untuk wanita 25-35 tahun sedangkan laki laki 15
sampai 25 tahun Skizofrenia tipe paranoid terjadinya lebih awal pada laki-laki
dibandingkan perempuan.2
Diagnosis bandingnya meliputi gangguan waham menetap dan gangguan
skizoafektif. Gangguan waham menetap dapat disingkirkan karena pada pasien
didapatkan halusinasi dan gejala-gelaja skizofrenia yang sangat khas, dimana kedua
kriteria itu tidak boleh ada dalam penegakan diagnosis gangguan waham menetap.
Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif adanya
skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan atau
simultaneously, atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam episode
penyakit yang sama, pada pasien didapatkan gejala-gejala skizofrenia namun tidak
ditemukan gejala- gejala afektif.1
Tatalaksana farmakologis pada kasus skizofrenia yaitu obat antipsikotik, yang
dibagi menjadi :3
 Golongan tipikal (APG I) : Klorpromazin, Flufenazin, Tioridazin, Haloperidol
dan lain-lain
 Golongan atipikal (APG II) : Klozapin, Olanzapin, Risperidon, Quetapin,
Aripiprazol dan lain-lain
Antipsikotik atipikal dapat menimbulkan lebih sedikit efek samping neurologis
namun, lebih besar kemungkinan dalam menimbulkan efek samping metabolik,
(pertambahan berat badan, diabetes mellitus, atau sindroma metabolik).4
Penanggulangan memakai antipsikotik diusahakan sesegera mungkin, bila
memungkinkan secara klinik, karena eksaserbasi psikotik akut melibatkan distress.5
Pemilihan farmakoterapi untuk pasien pada kasus, yaitu olanzapine 1 x 10 mg (PO)
yang termasuk APG I.
Prognosis sizofrenia paranoid lebih baik dibandingkan tipe-tipe yang lain
karena mempunyai respon yang baik dalam pengobatan. Prognosis pasien ini baik
karena berdasarkan tabel prognosis awitan saat ini muda dan muncul di usia 22 tahun,
tidak ada perilaku menarik diri, sistem pendukung baik, gejala negatif ada, riwayat
sosial, pekerjaan, dan premorbid yang baik, riwayat melakukan penyerangan ada.6
Prognosis Baik Prognosis Buruk

Awitan lambat Awitan muda V


Ada faktor presipitasi V Tidak ada faktor presipitasi
yang jelas
Awitan akut V Awitan insidius
Riwayat sosial, seksual,
dan pekerjaan Riwayat sosial, seksual, dan
promorbid baik V pekerjaan pramorbid buruk
Gejala gangguan mood Perilaku autistik, menarik diri
(terutama gangguan
depresif)
Menikah Riwayat keluarga dengan
Riwayat keluarga skizofrenia
dengan gangguan mood Sistem pendukung buruk
Sistem pendukung baik V Gejala negatif V
Gejala positif V Tanda dan gejala neurologis
Riwayat trauma perinatal
Tanpa remisi dalam 3 tahun
Berulangkali relaps
Riwayat melakukan V
tindakan penyerangan

Penilaian diagnosis dinilai secara multiaksial menurut DSM V, yaitu:


Aksis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid
Aksis II : Tidak ada diagnosis
Aksis III : Tidak ada kelainan
Aksis IV : Masalah keluarga dan ekonomi
Aksis V : GAF scale saat ini 60 – 51

DAFTAR PUSTAKA

1. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku Ajar Psikiatri. Edisi ke-2.


Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2013.
2. Chisholm-Burns, M. A. et al. Pharmacotherapy Principles & Practice Fourth
Edition. New York: McGraw-Hill Education, 2016.
3. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma
Jaya, 2013.
4. Muttaqin H, Tiara M.N. Skizofrenia. Dalam: Kaplan HI, Saddock BC. Buku
Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2014; 147-56.
5. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry:
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. Edisi 11. Philadelphia: Lippicott
Wolters Kluwer, 2015.
6. Wells, et al. Pharmacotherapy Handbook 9th Edition. New York: McGraw-
Hill, 2015.

Anda mungkin juga menyukai