Askep Pra Sekolah, Sekolah, Remaja
Askep Pra Sekolah, Sekolah, Remaja
Askep Pra Sekolah, Sekolah, Remaja
Dosen Pengampu:
Ns. Evin Novianti SKp, M. Kep, Sp.Kep.J
Disusun oleh:
Nada Tasya Anggini 1810711056
Afdilla 1810711063
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang membahas
tentang “Asuhan Keperawatan sepanjang rentang kehidupan: Pra-Sekolah, Usia anak Sekolah
dan Remaja”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................3
A. Anak Pra-sekolah.................................................................................3
B. Kesiapan Peningkatan Perkembangan.................................................6
C. Tindakan Keperawatan Anak prasekolah............................................7
D. Asuhan Keperawatan Sejahtera pada anak prasekolah........................8
E. Anak Usia Sekolah.............................................................................10
F. Kesiapan Peningkatan Perkembangan................................................13
G. Tindakan Keperawatan Anak usia sekolah.........................................14
H. Keperawatan Jiwa Pada Remaja.........................................................19
I. Kesiapan Peningkatan Perkembangan................................................25
J. Tindakan Keperawatan Pada Remaja.................................................26
K. Diagnosa keperawatan sejahtera, perilaku dan intervensi terpilih......30
BAB III SIMPULAN DAN SARAN............................................................34
A. Simpulan.............................................................................................34
B. Saran...................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................35
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 TUJUAN
Makalah disusun guna memenuhi tugas mata kuliah keperawatan jiwa 1 serta untuk
mengetahui bagaimana proses Asuhan Keperawatan sepanjang rentang kehidupan: Pra-
Sekolah, Usia anak Sekolah dan Remaja.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pengkajian Kekuatan
Perkembangan Motorik
Periode ini adalah salah satu aktivitas intens dan eksplorasi dunia kontinu. Bila aktivitas dasar
motorik kasar dari duduk, berdiri dan berjalan dikuasai, anak berkembang maju untuk
gerakan yang lebih aktif meliputi berlari, melompat, melempar dan menangkap. Sejalan
dengan perkembangan aktivitas motorik kasar anak, koordinasi motorik halus juga diperoleh
atau diperbaiki.Keberhasilan menyusun potongan gambar, penempatan bera gam bentuk
kotak dalam bentuk lubang yang sesuai, penulisan dengan krayon yang tergesa-gesa, dan
membalik-balikan halaman buku ketika seseorang membaca cerita merupakan contoh peng
gunaan keterampilan motorik halus. Pertanyaan pengkajian yang mungkin ditanyakan
perawat pada dirinya atau pada orang lain meliputi:
Perkembangan Psikososial
Teori psikoanalisis menyatakan bahwa tingkat perkembangan kososial anak ditunjukkan pada
usia 1 hingga 3 tahun, dan anak belajar untuk mengendalikan kemampuan mereka untuk
menyembunyikan atau memperlihatkan. Tugas perkembangan autonomi berfokus pada usia
1-3 tahun dan mencakup dugaan pengendalian diri dan lingkungan seseorang (Erikson,
3
1963). Konflik dasar antara Kebutuhan untuk mandiri dan keinginan untuk tetap bergantung
terjadi selama waktu ini. Perkembangan fisik yang meningkat dan membolehkan latihan
berdandan juga merupakan metafora bagi perkembangan sosial dan kognitif yang terjadi
secara simultan. Dengan demikian, anak be Jajar untuk "mempertahankan" dan "melepaskan
dalam banyak bidang kehidupan. Karena anak belajar untuk mengekspresikan keinginan kata
tidak menjadi nyata pada kosakata mereka. Orang tua bisa menjadi jengkel pada sisi negatif
yang terlihat dalam kehi dupan anak. Untuk menguasai beberapa keamanan selama waktu
melepaskan" ini, anak terikat dalam perilaku ritual seperti nya nyian yang diulang,
melakukan tugas dengan cara yang sama, atau bermain dengan mainan tertentu. Pertanyaan
pengkajian bisa meliputi:
Apakah anak sudah memulai latihan berkemih dan sebaik apa per kembangan anak?
Jenis tingkah laku ritual apa yang ditunjukkan anak?
Apakah anak menunjukkan tingkah laku autonomi seperti mengatakan "tidak" atau
berlari dari pengasuh ketika dipanggil?
Menurut teori psikoanalitik, usia 3-6 tahun bergerak menuju tingkat falik dengan memulai
ketertarikan pada perbedaan jenis kelamin dalam mengidentifikasi orangtua dengan jenis
kelamin yang sama Menurut Erikson (1963), tugas psikososial untuk usia prasekolah adalah
membangun rasa inisiatif. Selama fase ini, anak mengeksplorasi dunia sepenuhnya. Imajinasi
menjadi aktif dan bermain kan peranan yang besar dalam kehidupan anak. Selain itu, anak
belajar memperoleh kepuasan tanpa berbenturan dengan hak orang lain. Kata hati menjadi
ada dan belajar kebenaran dari kesalahan adalah tugas utama. Kebanyakan pembelajaran
berasal dari penga laman dengan orang tua dan anggota keluarga. Beberapa perta nyaan
pengkajian yang mungkin digunakan perawat meliputi:
Perkembangan kognitif
Piaget (1975) menjelaskan perkembangan kognitif untuk anak usia 2-7 tahun pada fase
praoperasional. Istilah operasional menjelaskan kemampuan untuk memanipulasi objek yang
secara logis berhu bunga dengan objek lain. Fase ini dipisahkan menjadi dua tahapan:
prakonseptual (usia 2-4 tahun) dan pikiran intuitif (usia 4-7 tahun). Anak pada tahap
prakonseptual itu egosentrik dan menginter pretasi objek dan dunia menggunakan pandangan
pengalaman mereka sendiri. Mereka hanya dapat berhadapan dengan objek konkret,
mengabaikan hal-hal yang melebihi jangkauan yang dapat diobservasi. Ke arah akhir fase ini,
digunakan kemampuan untuk membuat hubungan sederhana antara ide-ide awal dan alasan
intuitif. Akan tetapi, pengukuran objek diperoleh hanya dari isyarat perseptual dan kesadaran
akan kesamaan di antara objek yang berukuran sama dengan beragam tinggi atau lebar adalah
tidak mungkin. Anak-anak juga mulai mengembangkan kesadaran sosial yang meliputi
4
pengakuan tentang sudut pandang orang lain. Perkembangan bahasa berjalan cepat dari umur
2-4 tahun. Anak anak suka mendengar dirinya sendiri berbicara. Sebelum usia 3 tahun,
kebanyakan bahasa berhubungan dengan diri, seperti "Saya ingin" "Saya mau." Alasan yang
berhubungan dengan objek ter tentu dan tidak ada jumlah pendorong akan menuju
generalisasi. Kadang-kadang sepanjang tahun kedua, anak mempunyai keter tarikan pada
"mengapa" benda bekerja. Bahasa terus berlanjut men jadi egosentrik sampai anak mencapai
usia sekolah. Respons bervariasi bergantung pada usia anak, tetapi beberapa pertanyaan
pengkajian yang dapat berguna meliputi :
Pembelajaran Peran
Pembelajaran peran merupakan bagian terkecil pada bagian ini karena anak melihat dunia
semata dari sudut pandang pribadinya. Melalui bermain, anak-anak mungkin mengimitasi
peran yang me reka lihat dari orang dewasa, tetapi mereka tidak memiliki konsep dari peran
yang terlibat. Pertanyaan pengkajian bisa meliputi:
Bermain
Fantasi dan imajinasi mendominasi permainan yang digunakan selama periode ini. Antara
usia 1 dan 3 tahun, anak-anak berpar tisipasi dalam permainan paralel yang melibatkan apa
pun yang ada di sekitar anak, tetapi tidak berinteraksi dengan mereka dalam bentuk sosial.
Selain itu, kebanyakan indera digunakan dalam aktivitas bermain dan membentuk fondasi di
mana anak mendasari dunia mereka. Penggunaan sentuhan, penciuman, penglihatan dan
pendengaran membantu anak membangun kemampuan motorik halus dan menyediakan
masukan sensorik yang berhubungan dengan dunia. imitasi dan imajinasi memudahkan
pembelajaran identitas dengan model keluarga ketika anak mempraktikkan apa yang di lihat
dalam kehidupan seha kehidupan sehari-hari. Penggunaan mainan yang mirip dengan yang
digunakan orang dewasa seperti mainan alat-alat dapur, truk dan pemotong rumput akan
memudahkan proses ini. Permainan menjadi pekerjaan anak ketika ia mencari sesuatu untuk
memahami dunia. Pertanyaan pengkajian bisa meliputi:
Indera apa yang digunakan ketika anak bermain? Apakah anak memiliki beragam
mainan untuk merangsang indra (seperti mainan yang berhubungan dengan musik)?
Kesempatan apa yang dimiliki anak untuk bermain dengan air, sidik jari dll.?
5
Dalam jenis permainan apa anak terlibat untuk mendorong perkem bangan
kemampuan berbahasa?
Fantasi jenis apa, anak terlibat selama bermain?
Apakah ia bermain secara teratur dengan anak-anak lain?
Bagaimana anak berinteraksi dengan temannya selama bermain?
Kesiapan peningkatan perkembangan anak usia Prasekolah adalah anak usia 3-4 tahun yang
mulai berinisiatif, memberi gagasan dan ide melakukan kegiatan sendiri, dengan tujuan
tertentu. Dukungan dan pujian akan mengembangkan konsep diri positif. Jika anak ke
sekolah tidak mampu mencapai perkembangan nya maka anak pra sekolah akan
mengembangkan rasa bersalah (Keliat, dkk, 2015.)
6
e. Mencoba hal baru dan pantang menyerah.
3. Afektif, klien:
a. Senang bermain dengan teman sebaya.
b. Mampu mengekspresikan rasa senang, sedih, marah secara wajar.
Tindakan Keperawatan
Tindakan pada anak pra-sekolah
7
b. Sesi 2: Stimulasi perkembangan aspek kognitif dan bahasa
c. Sesi 3: Stimulasi perkembangan aspek emosional dan kepribadian
d. Sesi 4: Stimulasi perkembangan aspek moral dan spiritual
e. Sesi 5: Stimulasi perkembangan aspek psikososial
f. Sesi 6: Monitoring dan evaluasi pengalaman dan manfaat latihan
Penelitian terkait terapi kelompok terapeutik anak pra-sekolah yang dilakukan oleh
Damayanti, Keliat, Hastono, dan Daulima (2010) menunjukkan bahwa terapi kelompok
terapeutik anak pra-sekolah mampu meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotor ibu
serta perkembangan inisiatif anak pra-sekolah: Setyaningsih dan Keliat (2012) menunjukkan
bahwa terapi kelompok terapeutik anak pra-sekolah mampu meningkatkan kemampuan ibu
dalam menstimulasi perkembangan anak pra-sekolah dan peningkatan kemampuan inisiatif
anak pra-sekolah; Ricky, Keliat, dan Gayatri (2013) menunjukkan bahwa terapi kelompok
terapeutik anak pra-sekolah mampu meningkatkan secara bermakna pencapaian aspek
perkembangan dan perkembangan inisiatif pada anak pra-sekolah; Reknoningsih,
Mustikasari, dan Wardani (2014) menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik anak pra-
sekolah mampu meningkatkan perkembangan inisiatif anak pra-sekolah dan kemampuan ibu
dalam melakukan stimulasi perkembangan; serta Khoirunnisa, Daulima, dan Mustikasari
(2017) menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik anak pra-sekolah mampu
meningkatkan perkembangan inisiatif anak pra-sekolah dan kemampuan ibu, serta
kemampuan kader kesehatan jiwa dalam melakukan stimulasi perkembangan anak pra-
sekolah.
8
Diskusikan cara utnuk
Belajar banyak cara mendisiplinkan dan
“memegang” dan mengatur batasan.
“melepaskan” spt meludah,
memegang dengan kuat, Dengarkan frustasi pengasuh
menjatuhkan, dll. dan bantu menyelesaikan
masalah cara menghadapi
Mengajak pengasuh anak yang negatif.
menjatuhkan dan
mengambilkan mainan
Interaksinya egosentrik.
Berpikir praoperasional Berhadapan dengan satu ide Mendiskusikan kemapuan
pada satu waktu tertentu. perseptual anak dengan
pengasuh.
Melihat benda konkret-tidak
melebihi apa yang dapat Jika anak rewel makan,
diobservasi. diskusikan cara untuk
memanipulasi jumlah
Dasarkan pertimbangan makanan atau cairan yang
pada apa yang dilihat, bukan membuat anak lebih siap
pada deduksi logis. untuk memakannya.
9
Memulai interaksi sosial Berpura-pura memasak, Diskusikan mainan yang
melalui imitasi menyapu lantai, menyetir sesuai usia anak dengan
mobil, dll. pengasuh.
Pengkajian Kekuatan
Bidang pengkajian umum yang sama seperti yang diuraikan dalam Bab 5 dan 6 akan
dipergunakan dalam bab ini, termasuk perkem bangan motorik, psikososial, kognitif dan
pembelajaran peran. Seperti sebelumnya diakui, jenis permainan yang melibatkan se orang
anak juga memberi petunjuk untuk perkembangan sosial. Pengkajian setiap bidang ini
memberi dasar untuk diagnosa keperawatan sejahtera. Dalam bab ini data spesifik sesuai
umur dan diagnosa keperawatan akan berlaku, meskipun semua perilaku penting yang
dikaitkan dengan berbagai tugas perkembangan tidak ditampilkan Seperti dalam bab-bab
sebelumnya, diagnosa keperawatan yang ditampilkan di sini berkaitan dengan bagian pertama
dari diagnosis (respons klien). Bagian kedua diagnosis (kondisi) bergantung pada khusus
faktor kontribusi yang akan diidentifikasi dalam situasi klien khusus.
Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik pada usia ini meluas sampai mempelajari cara bermain berbagai jenis
olahraga dan menekankan per kembangan keterampilan. Aktivitas motorik menjadi lebih
halus, lebih otomatis, dan lebih lancar daripada tahun sebelumnya. Anak tidak kikuk,
memiliki koordinasi yang diperlukan untuk terlibat dalam tim olahraga, dan dapat, pada
umumnya, mengakomodasi aktivitas fisik untuk memacu perkembangan. Anak ambil bagian
dalam aktivitas olahraga di dalam gedung. dapat mengKoordinasi mata-tangan berkembang
dan menjadi lebih halus selama periode ini. Anak-anak yang tidak menyukai olahraga
khususnya atletik, dapat mengembangkan hobi lain yang mening katkan aktivitas motorik
10
halus seperti menggunakan komputer, atau menyusun pesawat model, kereta api, dan
sejenisnya. Per tanyaan pengkajian yang berhubungan dengan perkembangan motorik
mungkin mencakup hal berikut:
Jenis aktivitas apakah yang diikuti oleh anak yang membutuhkan kelompok otot
besar?
Bagaimana perasaan anak tentang keterlibatan dalam olahraga?
Apakah anak berpartisipasi dalam setiap aktivitas yang membutuhkan koordinasi
mata-tangan yang halus? Seberapa mampukah anak me lakukan aktivitas ini?
Perkembangan Psikososial
Dalam istilah Freudian, periode perkembangan psikososial ini digambarkan sebagai periode
laten. Tenaga disalurkan ke dalam pembelajaran keterampilan tertentu, bermain aktif, dan
memperoleh Pengetahuan. Erikson (1963) menguraikan hal ini sebagai suatu masa untuk
perkembangan kerajinan. Pada usia ini, anak belajar untuk bekerja dengan orang lain,
hubungan sosial menjadi me- nonjol, dan terjadi rasa persaingan. Aturan-aturan dipelajari dan
anak menginginkan dan mengembangkan keberhasilan. Banyak pembelajaran terjadi melalui
guru dan teman sebaya daripada terutama melalui keluarga. Pertanyaan pengkajian yang
dapat diajukan perawat pada diri mereka sendiri, anak itu, atau keluarga anak meliputi:
Perkembangan Kognitif
Piaget (1975) menguraikan tahap ini sebagai masa operasional konkret. Proses berpikir
meningkat menjadi kompleks dan logis. Anak ini dapat memilah dan mengelola fakta-fakta.
Pemecahan masalah tetap konkret dan merefleksikan pengalaman anak itu sendiri. Akan
tetapi, pikiran menjadi kurang berpusat pada diri sendiri dan anak ini dapat
mempertimbangkan pandangan orang lain. Perawat dapat menggunakan pertanyaan berikut
untuk pengkajian:
Pembelajaran Peran
11
Proses pembelajaran untuk melakukan suatu peran dimulai pada usia ini. Pada tahun awal (6-
8), anak-anak mempelajari bahwa ada banyak perspektif selain yang mereka miliki. Akan
tetapi, mereka tetap tidak dapat membayangkan bagaimana orang lain berpikir atai
bagaimana mereka akan bereaksi. Pada tahun pertengahan (8- 10), anak-anak dapat
mengenali bahwa beragam pandangan dapat bertentangan dan dapat mempertimbangkan
pandangan orang lain. Pada tahun terakhir (10-12), anak-anak dapat mempertimbangkan dua
pandangan secara simultan dan dapat memperkirakan reaksi an berikut dapat digunakan:
orang lain terhadap suatu pandangan tertentu. Pertanyaan pengkajian berikut dapat digunakan
:
Bermain
Bermain sering dipusatkan pada olahraga dan permainan kompe titif Memang, bermain
menjadi peristiwa di mana diperoleh tempat interaksi sosial. Anak suka menemukan teman
baru, terlibat dalam aktivitas kelompok seperti pramuka atau pertemuan kelompok anak, dan
sering kali bermain dalam kelompok kecil berjenis ke lamin sama yang kohesif. Pertanyaan
pengkajian dapat menjadi:
Perubahan ada dalam kehidupan setiap orang. Meskipun kebanyakan peristiwa kehidupan
berikut tidak unik untuk anak usia sekolah Pencakupan bahan ini di dalam bab anak usia
sekolah tampak sesuai. Perubahan kehidupan yang membutuhkan adaptasi bagi anak dapat
terjadi bila orang tua pindah, perlunya membuat teman baru, negosiasi dengan sistem sekolah
baru, atau menempati rumah baru. Perubahan dalam struktur keluarga seperti perceraian
orang tua atau perkawinan kembali adalah umum pada budaya saat ini. Pengkajian
kemampuan anak untuk mengatasi perubahan ini ada lah suatu tugas yang utama perawat.
Jika setiap perubahan kehidupan ini terjadi, perawat dapat mempertimbangkan perta nyaan
pengkajian berikut ini:
12
Jenis interaksi apakah yang anak miliki dengan anggota keluarga baru?
Bagaimana penerimaan anak dengan anggota keluarga baru?
Perawatan anak yang dihospitalisasi meliputi usaha untuk mengu rangi regresi dalam tugas
perkembangan sebanyak mungkin Anak anak dengan penyakit akut atau kronik dapat
mengalami rawat inap (hospitalisasi) atau berhadapan dengan beragam pemberi pe rawatan
kesehatan. Semangat anak dengan kanker yang harus men jalani kemoterapi, perubahan citra
tubuh, dan prosedur yang me nyakitkan telah didokumentasikan oleh Hasse (1987).
Sebaliknya, anak yang dirawat inap harus berjuang untuk melawan ketakutan dengan jarum,
orang asing, dan perasaan terasing dan kesepian. Pertanyaan pengkajian untuk digunakan
dalam peristiwa ini meliputi:
13
c. Mempelajari pelajaran sekolah
d. Menyelesaikan tugas sekolah
e. Beradaptasi
f. Memiliki rasa bersahabat dan bersaing
g. Senang berkelompok
2. Psikomotor, anak mampu:
a. Mempertahankan kesehatan fisik
b. Melakukan kegiatan fisik sesuai usianya
c. Melakukan hobi
d. Menyelesaikan kegiatan rumah tangga yang sederhana
3. Afektif, anak mampu:
a. Mengekspresikan perasaan
b. Mengungkapkan kesalahan
c. Merasakan bahagia terhadap kebaikan yang pernah dilakukan
d. Merasakan kepuasan terhadap keberhasilan yang dicapai
Tindakan Keperawatan
Tindakan pada anak sekolah
Tindakan keperawatan ners:
1. Bantu anak mengembangkan kecerdasan: Mendiskusikan kelebihan dan kemampuan
anak, menjelaskan dan melatih keterampilan, memberi bacaan dan permainan yang
meningkatkan kemampuan, melibatkan anak dalam pekerjaan rumah tangga
sederhana, latih anak sesuai dengan pelajaran di sekolah dan kembangkan hobi yang
dimiliki anak.
2. Bantu anak mengenal dan memahami nilai moral: Terapkan nilai agama dan budaya
positif pada anak.
3. Latih anak mengembangkan keterampilan sosial: Beri waktu anak untuk bermain di
luar rumah bersama teman dan kelompoknya, motivasi anak untuk mengikuti
perlombaan untuk belajar bersaing dan bersahabat latih anak berinteraksi dengan
orang lain.
4. Latih kedisiplinan pada anak, bimbing anak saat menonton televisi, membaca buku
cerita, bermain gadget, dan menilai manfaatnya.
5. Ajarkan kebersihan diri.
6. Beri pujian pada setiap pencapaian anak.
14
2. Latih cara memfasilitasi anak sekolah untuk berkarya, produktif, kompeten, dan
berhasil dalam belajar
3. Ajarkan cara mendorong anak berkarya: mendiskusikan keberhasilan, jalan keluar
kegagalan, dampingi dan beri semangat, serta pujian
4. Ciptakan suasana keluarga yang mendukung anak berkarya dengan memberi motivasi
positif.
5. Latih keluarga mendampingi anak sekolah:
a. Belajar, mengerjakan tugas sekolah dengan gembira dan semangat
b. Memberi tugas rumah tangga yang disukai anak sekolah
c. Memfasilitasi bermain dengan kelompok sebaya
6. Menyepakati waktu penggunaan smartphone dan media sosial
7. Diskusikan tanda penyimpangan dan cara mengatasinya serta pelayanan kesehatan
Penelitian terkait terapi kelompok terapeutik anak sekolah yang dilakukan oleh Walter,
Keliat, Hastono, dan Susanti (2010) menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik anak
sekolah meningkatkan kemampuan kognitif, psikomotor, dan perkembangan berkarya pada
anak sekolah; Istiana, Keliat, dan Nuraini (2011) menunjukkan bahwa terapi kelompok
terapeutik anak sekolah meningkatkan perkembangan jiwa anak sekolah; Sunarto, Keliat, dan
Pujasari (2011) menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik sekolah meningkatkan
pengetahuan, psikomotor, dan perkembangan berkarya pada kelompok anak, orang tua dan
guru; Gowi dan Keliat (2012) menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik sekolah
meningkatkan perkembangan anak sekolah: Cleodora, Mustikasari, dan Gayatri (2016)
menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik sekolah meningkatkan self-efficacy anak
sekolah dalam menghadapi bencana gempa bumi dan tsunami: Kusumawati, Keliat, dan Putri
(2016) menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik sekolah meningkatkan perkembangan
anak sekolah; Susanti, Hamid, dan Putri (2016) menunjukkan bahwa terapi kelompok
terapeutik sekolah meningkatkan pencapaian tugas perkembangan berkarya pada anak usia
sekolah; Wetik, Mustikasari, dan Putri (2016) menunjukkan bahwa terapi kelompok
terapeutik sekolah meningkatkan perkembangan anak sekolah; Noviyanti, Keliat, dan
Mustikasari (2018) menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik sekolah meningkatkan
perkembangan berkarya dalam pencegahan perundungan; Nova, Keliat, dan Mustikasari
(2018) menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik sekolah meningkatkan perkembangan
berkarya anak sekolah dengan pemberdayaan pelaku rawat, guru, dan kader kesehatan.
15
Diagnosa keperawatan terpilih, perilaku dan intervensi : anak usia sekolah
Diagnosa Keperawatan
Sejahtera Perilaku anak usia sekolah Intervensi keperawatan
Melanjutkan pemghalusan Koordinasi mata-tangan Perkuat aktivitas fisik anak.
keterampilan motorik berkembang.
Beri kesempatan bagi anak
Menyukai aktivitas fisik spt untuk meningkatkan
berlari, melompat, koordinasi mata-tangan.
memanjat, dll.
Diskusikan aktivitas yang
Bnelajar keterampilan fisik sesuai-usia dengan
spt naik sepeda, meluncur, pengasuh dan atau anak.
dll.
16
Kesenangan dan kepuasan Mengungkapkan menikmati Perkuat kepuasaan anak.
terhadap keberhasilan aktivitas.
pribadi Diskusikan cara untuk
Menguraikan pencapaian menemukan kesempatan
pribadi. berhasil dengan anak dan
pengaush.
Menguasai keterampilan
baru. Dukung usaha anak untuk
belajar keterampilan baru.
Meningkatkan kemampuan Mulai menguraikan Sediakan anak mainan yang
untuk berpikir kompleks hubungan dengan benda- cocok untuk usianya yang
benda. mendorong berpikir
kompleks.
Mengenali bahwa perubahan
dalam bentuk tidak Perkuat pemikiran kompleks
menyebabkan perubahan isi. anak.
17
kooperatif kelompok. dengan kelompok.
18
lama. kedalam aktivitas.
Memulai adaptasi thd Menguraikan gejala Gali cara penyakit
penyakit kronik penyakit. mempengaruhi gaya hidup.
C. REMAJA
19
yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Stuart dan
Sundeen, 1995).
LANDASAN TEORETIS KEPERAWATAN JIWA PADA REMAJA
Menurut Wilson dan Kneisl (1988), dua teori yang menjadi dasar utama untuk memahami
tentang perkembangan remaja ialah teori perkembangan dan teori interaksi humanistik. Stuart
dan sundeen (1995) mengemukakan teori biologis, teori psikoanalisis, teori embangan
intelektual, teori budaya, dan teori multidimensional.
20
Masa remaja merupakan masa "belajar" untuk tumbuh dan berkembang dari anak menjadi
dewasa. Masa belajar ini disertai dengan tugas-tugas, yang dalam istilah psikologi dikenal
dengan istilah tugas perkembangan. Sama halnya dengan di sekolah, tugas perkembangan ini
juga harus diselesaikan oleh seorang remaja dengan baik dan tepat waktu untuk dapat naik ke
kelas berikutnya. Istilah tugas perkembangan digunakan untuk menggambarkan harapan
masyarakat terhadap suatu individu untuk melaksanakan tugas tertentu pada masa usia
tertentu sehingga individu itu dapat menyesuaikan diri dalam masyarakat. Setiap fase
perkembangan, yaitu sejak seorang bayi lahir, tumbuh menjadi dewasa sampai akhirnya mati,
mempunyai tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Misalnya, balita berusia dua
tahun diharapkan Sudah dapat berbicara dan berkomunikasi secara sederhana dengan Mang-
orang di sekelilingnya. Hal yang sama juga berlaku bagi remaja. Tugas-tugas perkembangan
yang harus diselesaikan oleh remaja tidak sedikit. tugas perkembangan seorang remaja adalah
sebagai berikut :
1. Menerima keadaan fisik dirinya sendiri dan menggunakan tubuhnya secara lebih
efektif. Walaupun kedengarannya sederhana dan mudah diucapkan, menerima
keadaan fisik diri sendiri sering kali menjadi masalah yang cukup besar bagi remaja.
Banyak di antara kita yang sulit menerima kenyataan bahwa kita berkulit gelap atau
tidak tinggi dan langsing teman sebaya. Perasaan tidak puas ini kemudian membuat
kita selalu dilanda perasaan minder sehingga malas bergaul apalagi pergi ke pesta.
Perasaan ini menutupi kenyataan, misalnya bahwa kita sebetulnya punya sepasang
mata yang indah. Untuk mengatasi hal ini, sebaiknya fokuskan perhatian ke kelebihan
kita dan jadikan itu sebagai daya tarik. Selain itu, hilangkan dari pikiran apa yang
selama ini selalu ditanamkan oleh lingkungan kita, bahwa cewek harus cantik, putih,
tinggi, dan langsing untuk dapat disebut sebagai cewek sejati, sedangkan cowok harus
berbadan kekar, berbulu, dan bersuara dalam untuk bisa dikatakan jantan. Apabila
remaja memang tidak mempunyai gen untuk dapat berpenampilan seperti itu, mereka
cenderung gelisah dan tidak puas dengan dirinya sehingga lupa bahwa mereka punya
banyak potensi diri.
2. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya.
Usaha untuk mencapai kemandirian emosional bisa membuat remaja melawan
keinginan atau bertentangan pendapat dengan orang tuanya. Dengan ciri khas remaja
yang penuh gejolak dan emosional, pertentangan pendapat ini sering kali membuat
remaja menjadi pemberontak di rumah. Apabila masalah ini tidak terselesaikan,
terutama apabila orangtua bersikap otoriter, remaja cenderung untuk mencari jalan
keluar di luar rumah, yaitu dengan cara bergabung dengan teman-teman sebaya yang
senasib. Sebetulnya, curhat dengan teman sebaya tidak ada salahnya, selama teman
sebaya itu bisa membantu mendapatkan solusi yang baik. Namun, sering kali karena
yang dihadapi adalah remaja seusia ng punya masalah yang kurang lebih sama dan
sama-sama belum berhasil mengerjakan tugas perkembangan yang sama, bisa jadi
solusi yang ditawarkan kurang bijaksana. Karena itu, kita perlu selalu ingat bahwa
untuk melepaskan diri secara emosional dari orangtua pun, bisa dilakukan dengan
meminta dukungan orangtua ataupun orang dewasa yang ada di sekitar kita. Tentunya
21
bukan dengan cara meminta mereka untuk memecahkan masalah kita, tapi lebih
kepada memahami keinginan kita untuk dipahami sebagai individu yang beranjak
dewasa dan tidak ingin terlalu tergantung lagu kepada mereka.
3. Mencapai suatu hubungan dan pergaulan yang lebih matang antara lawan jenis yang
sebaya sehingga remaja akan mampu bergaul secara baik dengan kedua jenis kelamin,
baik laki-laki maupun perempuan. Kemampuan untuk mencapai tugas perkembangan
ini juga dipengaruhi oleh banyaknya interaksi yang dialami seorang remaja dengan
orang-orang dari kedua jenis kelamin. Tapi, hal ini sama sekali tidak berarti bahwa
seseorang bersekolah di sekolah khusus cowok atau khusus cewek, kemampuannya
untuk bergaul secara matang dengan jenis kelamin lain akan terganggu karena
pergaulan tidak terbatas di sekolah saja. Ketika pulang, di rumah dan di lingkungan
sekitar juga terdapat kenalan pria dan wanita. Kemampuan untuk berinteraksi dengan
seimbang itu hanya dapat terganggu apabila seseorang memang menciptakan batasan
untuk bergaul.
4. Dapat menjalankan peran sosial maskulin dan feminin. Peran sosial yang dimaksud di
sini adalah seperti yang diharapkan masyarakat, dan bergeser sesuai dengan peralihan
zaman. Apabila pada zaman dahulu secara sosial dianggap baik bila laki-laki mencari
nafkah diluar rumah sedangkan perempuan mengurus rumah tangga, dengan
timbulnya kesadaran akan kesetaraan gender sekarang ini tidak harus demikian.
Sehingga yang paling penting untuk dipahami adalah sebagai anggota dari satu jenis
kelamin, kita jangan sampai kemu dian merasa berhak untuk mensubordinasi atau
memperlakukan anggota jenis kelamin lain secara buruk atau semena-mena, baik di
publik (masyarakat) maupun domestik (rumah tangga).
22
untuk bergaul dengan sesama maupun lawan jenis, diharapkan pergaulan ini akan
dapat membawa ke langkah selanjutnya yaitu untuk memilih pasangan hidup yang
sesuai dan mulai mempersiapkan diri membentuk keluarga.
8. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan un tuk berperilaku
sesuai dengan norma yang ada di masyarakat. Ke keberhasilan remaja melaksanakan
tugas perkembangan ini ditandai dengan, misalnya, kesuksesannya meredam serta
mengendalikan gejolak emosi maupun seksualnya sehingga dapat hidup sesuai
dengan norma dan etika yang berlaku. Untuk dapat memperoleh konsep diri yang
memegang seperangkat nilai ini, remaja dapat me miliki role model atau seseorang
yang dijadikan tokoh idola yang tingkah lakunya kemudian diteladani (Stuart dan
Sundeen, 1995).
Tugas-tugas perkembangan ini harus dicapai sebelum seorang remaja melangkah ke tahapan
perkembangan selanjutnya. Apabila remaja tadi gagal dalam memenuhi tugas
perkembangannya secara tepat waktu, maka ia akan sulit untuk memenuhi tugas
perkembangan fase selanjutnya. Atau apabila ia gagal melaksanakan tugas perkembangannya
pada waktu yang tepat, maka ia akan mengalami kesulitan untuk menyelesaikannya di waktu
yang lain atau melaksanakan tugas perkembangan pada tahapan yang lebih lanjut.
Banyak alasan mengapa masa remaja menjadi sorotan yang dak lekang waktu. Psikologi
sendiri memandang periode ini sebagai periode yang penuh gejolak dengan menamakannya
period of storm and stress . Arnett menarik tiga tantangan tipikal yang secara general biasa
dihadapi oleh remaja; (1) konflik dengan orangtua, (2) perubahan mood yang cepat, dan (3)
perilaku berisiko (dalam Laugesen, 2003). Peran teman sebaya yang mulai menggeser peran
orangtua sebagai kelompok referensi tidak jarang membuat tegang hubungan remaja dan
orang tua.
Teman sebaya menjadi ukuran bahkan pedoman dalam remaja bersikap dan berperilaku.
Meskipun demikian, studi Stenberg menemukan bahwa teman sebaya memang memiliki
peran yang penting bagi remaja, namun pengaruh teman sebaya cenderung pada hal-hal yang
berhubungan dengan gaya berpakaian, musik dan sebagainya. Sementara untuk nilai nilai
fundamental, remaja cenderung tetap mengacu pada nilai yang dipegang orangtua termasuk
dalam pemilihan teman sebaya, biasanya juga mereka yang memiliki nilai-nilai sejenis
(dalam Perkins, 2000). Benarkah demikian? Agaknya para orangtua harus berbesar hati dan
membuka diri agar tidak tertipu oleh model rambut, model pakaian,musik yang berdebum di
kamar remaja, juga gaya bahasa yang tidak jarang membuat telinga terasa penuh.
Kedekatanlah yang bisa membuka mata dan hati untuk melihat lebih jernih nilai-nilai yang
sebenarnya dipegang remaja. Bukankah penemuan Stenberg menjadi angin segar dan harapan
23
yang menggembirakan di mana orangtua atau keluarga tetap menjadi model utama. Hanya
penampilan tentu tidak selalu sama, era digital bukankah membawa berjuta pilihan? Tidak
hanya bagi remaja, tetapi juga orangtua. Mood yang naik turun juga sering terdengar dari
celetukan remaja. "Bete niiih." Ada dua mekanisme di mana mood mempengaruhi memori
kita: (1) mood-dependent memory, suatu informasi atau realita yang menimbulkan mood
tertentu, atau (2) mood congruence effects, kecenderungan untuk menyimpan atau mengingat
informasi positif kala mood sedang baik, dan sebaliknya informasi negatif lebih tertangkap
atau diingat ketika mood sedang jelek (Byrne & Baron, 2000). Bisa dibayangkan bagaimana
perubahan mood yang cepat pada remaja terkait dengan kecemasan yang mungkin terbentuk.
Laugesen (2003) dalam studinya tentang empat model kognitif yang digagas oleh Dugas,
Gagnon, Ladouceur, dan Freeston (1998) menemukan bahwa empat model kognitif tersebut
efektif bagi pencegahan dan perlakuan terhadap kecemasan pada remaja. Kecemasan
merupakan fenomena kognitif, fokus pada hasil negatif, dan ketidakjelasan hasil di depan.
Hal ini didasari dari definisi Vasey & Daleiden (dalam Laugesen, 2003) berikut: "Worry in
childhood and adolescence has been defined as primarily an anticipatory cognitive process
involving repetitive, primarily verbal thoughts related to possible threatening outcomes and
their potential consequences.
Empat model kognitif itu ialah:
1. tidak toleran (intoleransi) terhadap ketidakpastian,
2. keyakinan positif tentang kecemasan,
3. orientasi negatif terhadap masalah,
4. penghindaran kognitif.
Pengkajian Kekuatan
Perkembangan Psikososial
Dalam istilah psikoanalitik, fase genital terjadi selama masa remaja dan merupakan sumber
utama ketegangan seksual. Tenaga difokuskan pada hubungan dengan teman lama dan baru.
Pengalaman dengan hubungan ini memberi persiapan untuk perkawinan. Rasa identitas
(Erikson, 1963) pasti dikembangkan Masa remaja adalah suatu masa peralihan yang
24
melibatkan perubahan fisik dan biologis nyata. Perjuangan konsep diri dan citra tubuh
(bagaimana sese orang tampak bagi orang lain, khususnya sebaya) dan kebutuhan untuk
mengembangkan beberapa rencana hidup mengontribusi peralihan di dalam diri ini.
Kebutuhan untuk hubungan yang intim adalah kuat dan percaya kepada persetujuan sebaya
adalah do minan. Keputusan tentang pilihan pekerjaan juga terjadi selama waktu ini.
Pertanyaan pengkajian yang perawat dapat tanyakan kepada mereka sendiri, klien, atau orang
lain di lingkungan klien meliputi:
Perkembangan Kognitif
Remaja dapat berpikir secara abstrak. Berpikir menjadi lebih flek sibel (tidak kaku) dan
adaptable (dapat disesuaikan). Akibatnya, remaja dapat mengambil kesimpulan dari
pengamatan, membuat hipotesis, dan mengujinya. Piaget (1975) menyebutnya sebagai ta hap
operasi formal. Pertanyaan pengkajian dapat meliputi:
Pembelajaran Peran
Kesadaran tentang dampak sosial dari peran membuat remaja mempertimbangkan peran-
peran yang dipandang dari sudut peran sosial. Adat sosial dari kelompok sebaya mempunyai
pengaruh utama pada remaja, seringkali menimbulkan keisengan dan peri laku khas pada satu
kelompok tertentu. Mereka yang tidak cocok dengan adat sosial dikeluarkan dari kelompok
itu. Sebagai per siapan untuk perkawinan, hubungan sosial menjadi lebih intim dan seringkali
berubah dari interaksi kelompok ke suatu hubungan dengan satu individu. Minat waktu luang
berada pada rentang dari minat di dalam kelompok sebaya yang sejenis sampai kepada ke
kelompok yang mencakup kedua jenis. Pertanyaan pengkajian dapat mencakup:
keisengan atau perilaku sosial jenis apakah yang ditiru remaja itu dari kelompok
sebayanya?
Hubungan sosial apa yang dimiliki remaja itu? Dengan orang lain sesama jenis?
Dengan anggota yang berlawanan jenis?
25
Apakah mayoritas hubungan dengan satu anggota yang berlawanan jenis, dengan
kelompok sebaya, atau dengan anggota sesama jenis?
Bagaimana waktu luangnya dihabiskan? Hobi apakah yang dimiliki remaja itu?
Kesiapan peningkatan perkembangan remaja adalah remaja usia 12-18 tahun Perkembangan
kemampuan psikososial remaja dalam mencapai identitas di meliputi peran, tujuan pribadi,
keunikan, dan ciri khas diri. Persahabatan dan setia kawan berkembang pada usia remaja.
Bila hal ini tidak tercapai maka remaja akan mengalami kebingungan peran yang berdampak
pada rapuhnya kepribadian sehingga akan terjadi gangguan konsep diri (Keliat, dkk., 2015).
Tindakan Keperawatan
Tindakan pada remaja
Tindakan keperawatan ners
26
1. Diskusikan kemampuan, karya dan prestasi yang positif dan yang kurang Berikan
pujian dan diskusikan cara mempertahankan dan meningkatkannya.
2. Diskusikan identitas diri yang dimiliki secara fisik, psikologis (kebahagiaan, cita-cita,
prestasi) dan sosial (keluarga, sahabat).
3. Diskusikan norma dan peraturan yang berlaku dalam keluarga, sekolah, dan tempat
umum.
4. Diskusikan bahaya pergaulan bebas, narkoba, bullying gadget dan cara-cara
menghindarinya.
5. Motivasi mengembangkan hal-hal positif dalam kehidupan sebagai identitas diri
remaja.
6. Berikan pujian pada tiap keberhasilan yang diraih remaja.
Penelitian terkait terapi kelompok terapeutik remaja yang dilakukan oleh Bahari, Keliat,
Gayatri, dan Daulima (2010) menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik remaja
meningkatkan perkembangan identitas diri remaja; Dinarwiyata, Mustikasari, dan Setiawan
27
(2014) menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik remaja mampu mengendalikan emosi
marah pada remaja; Fernandes, Keliat, dan Daulima (2014) menunjukkan bahwa terapi
kelompok terapeutik remaja meningkatkan kemampuan remaja dalam menstimulasi aspek
perkembangan identitas diri; serta Hasanah, Hamid, dan Daulima (2015) menunjukkan bahwa
terapi kelompok terapeutik remaja meningkatkan aspek dan tugas perkembangan identitas
diri remaja.
Sebagaimana halnya dengan asuhan keperawatan jiwa pada proses keperawatan pada anak
remaja, proses keperawaratan juga diterapkan dalam asuhan keperawatan bagi remaja.
1. Pengkajian
Pengumpulan data tentang status kesehatan remaja meliputi observasi dan interpretasi pola
perilaku, yang mencakup informasi sebagai berikut :
a). Pertumbuhan dan perkembangan
b). Keadaan biofisik (penyakit, kecelakaan)
c). Keadaan emosi (status mental, termasuk proses berpikir dan pikiran tentang bunuh diri
atau membunuh orang lain)
d) Latar belakang sosial budaya, ekonomi, agama
e) Penampilan kegiatan kehidupan sehari-hari (rumah, sekolah)
f). Pola penyelesaian masalah (pertahanan ego seperti denial, acting out, menarik diri)
g) Pola interaksi (keluarga, teman sebaya)
h) Persepsi remaja tentang dan kepuasan terhadap keadaan kesehatannya.
i). Tujuan kesehatan remaja
j). Lingkungan (fisik, emosi, ekologi)
k).Sumber materi dan narasumber yang tersedia bagi remaja (sahabat, sekolah, dan
keterlibatannya dalam kegiatan di masyarakat).
Data yang dikumpulkan mencakup semua aspek kehidupan remaja baik pada Masa lalu
maupun sekarang yang diperoleh dari remaja itu sendiri ri, keluarganya, atau orang lain.
Permasalahan yang biasanya dihadapi oleh remaja berkaitan dengan citra diri, identitas diri,
kemandirian, sek sualitas, peran sosial, dan perilaku seksual yang menimbulkan perilaku
adaptif dan maladaptif. Dalam berkomunikasi dengan remaja, perawat harus mengerti
bahwa :
1. Perasaan dan konflik cenderung diekspresikan melalui perilaku kasar daripada secara
verbal
2. Remaja mempunyai bahasa mereka sendiri
3. Kata-kata kotor sering diucapkan oleh remaja, terutama remaja yang sangat terganggu
4. Banyak data yang dapat diperoleh hanya dengan mengamati perilaku remaja, cara
berpakaian, dan lingkungannya.
Perawat yang mempelajari keterampilan wawancara dan menunggu nakan pesan nonverbal
dapat memanfaatkan keterampilannya dalam berkomunikasi dengan remaja secara wajar.
Dalam usahanya menye suaikan diri dengan perubahan fisik yang pesat, remaja mengalami
ketegangan karena konflik antara kebutuhan akan rasa tergantung dan keinginan untuk
28
mandiri. Menurut para remaja, kemandirian berarti melepaskan diri dari kendali orang tua,
tanpa menyadari bahwa ke mandirian terjadi melalui suatu proses belajar yang terjadi secara
bertahap.
Masalah utama yang biasa dialami remaja berkaitan dengan perilaku seksual, keinginan untuk
bunuh diri, keinginan untuk lari dari rumah, perilaku antisosial, perilaku mengancam,
keterlibatan dengan obat terlarang, hypochondriasis, masalah uang/makan, dan takut sekolah.
Untuk mencegah kesan remaja memihak kepada orangtuanya,
Tinjauan terhadap rencana asuhan keperawatan perlu dilakukan secara berkala untuk
memperbarui situasi, catatan perkembangan, dan mempertimbangkan masalah baru. Sangat
penting untuk mengkaji dan mengevaluasi proses keperawatan pada remaja. Implementasi
kegiatan perawat meliputi:
a. Pendidikan pada remaja dan orang tua, perawat adalah tenaga kesehatan yang paling tepat
untuk memberikan informasi menge nai kesehatan berkaitan dengan penggunaan obat
terlarang, masalah seks, pencegahan bunuh diri, dan tindakan kejahatan, begitu pula
informasi mengenai fungsi emosi yang sehat. Dengan mengetahui perilaku remaja dan
memahami konflik yang dialami mereka, orang tua, guru, dan masyarakat akan lebih suportif
dalam menghadap remaja, bahkan dapat membantu mengembangkan fungsi mandiri remaja.
Dengan meningkatkan kemandirian remaja dan mengu rangi pertentangan kekuasaan antara
remaja dan orang tua mereka, akan menimbulkan perubahan hubungan yang positif.
b. Terapi keluarga, terapi keluarga khususnya diperlukan bagi remaja dengan gangguan
kronis dalam interaksi keluarga yang mengakibatkan gangguan perkembangan pada remaja.
Oleh karena itu, perawat perlu mengkaji tingkat fungsi keluarga dan perbedaan yang terdapat
di dalamnya untuk menentukan cara terbaik bagi perawat berinteraksi dan membantu
keluarga. Pertemuan pertama antara keluarga dengan terapis. Kemudian pertemuan
selanjutnya, remaja dengan terapis. Pada akhirnya saat semua telah jelas, maka keluarga
dipertemukan dengan remaja.
C. Terapi kelompok, terapi kelompok memanfaatkan kecenderungan remaja untuk mendapat
dukungan dari teman sebaya. Konflik antara keinginan untuk mandiri dan tetap tergantung
serta konflik ber kaitan dengan tokoh otoriter.
d. Terapi individu, terapi individu dilakukan oleh perawat spesialis jiwa yang berpengalaman
dan mendapat pendidikan formal yang memadai. Terapi individu terdiri atas terapi perilaku
dan terapi penghayatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan perawat ketika ber komunikasi
dengan remaja antara lain penggunaan teknik berdiam diri, menjaga kerahasiaan, negativistic,
resistent, berdebat, sikap menguji perawat, membawa teman untuk terapi, dan minta perha
tian khusus.
a. Remaja yang Bekerja, perkembangan pengetahuan remaja yang normal sangat dibutuhkan
untuk membedakan antara tingkah laku pada usia yang diharapkan dan respon yang
29
maladaptif. Ketika sepakat dengan remaja, sebaiknya perawat mengawali pertemuan
langsung dengan remaja. Sebagian besar remaja menunjukkan bah wa perawat akan
bekerjasama dengan orangtua. Pertemuan kelu arga dapat digunakan untuk diagnosa evaluasi,
menolong keterbu kaan saat interaksi dengan keluarga, dan sangat membantu untuk
membangun dukungan keluarga.
b. Pendidikan Kesehatan, perawat jiwa mempunyai posisi yang sangat penting untuk
mendidik remaja, keluarga, dan masyarakat. Informasi kesehatan dasar yang harus diberikan
seperti obat obatan terlarang, seks dan kontrasepsi, pencegahan bunuh diri. dan pencegahan
kekerasan. Perawat dapat memberikan informasi tentang fungsi kesehatan emosional. Melalui
pendidikan keluarga dan masyarakat tentang tingkah laku remaja yang normal dan dengan
interpretasi yang mendasari konflik, orangtua, pengajar, dan anggota masyarakat lainnya
disiapkan menjadi lebih baik untuk mendukung remaja dan mengembalikan fungsi kesehatan
mandiri.
c. Komunikasi dengan Remaja, ada beberapa poin penting yang ha rus diperhatikan saat
berkomunikasi dengan remaja, yaitu:
1) Silence/diam, diam atau mendengarkan seringkali efektif untukorang dewasa, tetapi
menakutkan bagi remaja, terutama saat memulai treatment atau evaluasi. Kecemasan ini
seringkali refleksi dari perasaan remaja tentang empati dan identitas diri yang rendah. Secara
singkat, diam dapat kreatif dan produktif ketika remaja menolak di-treatment, ketika remaja
sanggup toleransi tanpa kecemasan, yang mengindikasikan pertumbuhan dalam rasa percaya
diri dan menerima perasaannya.
2) Confidentiality/kerahasiaan, kerahasiaan ditekankan untuk be berapa, terutama untuk
remaja yang takut bila perawat melapor kan ke orangtuanya. Perawat berjanji untuk tidak
mengatakan apapun kepada orangtua apabila tidak diizinkan, terkecuali saat perawat
membutuhkan kontak dengan orangtua jika remaja me nyatakan keinginan bunuh diri atau
yang berhubungan dengan pembunuhan atau penggunaan obat terlarang.
3) Negativism, perasaan negatif seringkali diekspresikan remaja, terutama pada permulaan
karena mereka takut akan damna yang muncul dari treatment.
4) Resistance Perlawanan, seringkali remaja mulai menguin perawat untuk melihat apakah
mereka menjadi figure authoritarian Remaja yang suka melawan dapat menyangkal
membutuhkan terapi atau pertolongan. Apabila remaja tampak cemas, sangat baik memberi
dukungan dan simpati., tunjukkan bahwa perawat tertarik untuk mengetahui remaja dan
kemudian berdiskusi saat kondisi netral atau stabil.
5) Arguing/Menentang, remaja selalu menentang dan mereka jarang mengakui/mendengar
pendapat orang. Apabila per awat mengakui memiliki area ketidaktahuan, sangat baik un tuk
remaja, dimana mereka takut membutuhkan untuk menjadi lebih baik.
6) Testing, remaja membutuhkan dan menginginkan batas. Mereka bingung dan tidak dapat
membuat batas untuk dirinya sendiri. Mereka mencoba melalui trial and error untuk
menemukan konsep diri.
7) Dreams and artistic creations, remaja seringkali kreatif dan sangat pandai belajar dari
pelajaran mereka di tempat bekerja.Selama diskusinya relevan, dapat menjadi sumber yang
baik un tuk mengeksplorasi perasaan mereka.
30
8) Bringing friends, remaja yang membawa teman ke pertemuan dapat menghindari terapi.
Ada beberapa keuntungan sharing pengalaman dengan peer group, sejak kecemasannya
berkurang.
D.Keadaan memalukan saat terapi, keadaan memalukan ini dapat terjadi di beberapa usia
kelompok, tetapi lebih menonjol pada remaja ja terutama selama fase awal terapi.
E. Permintaan untuk lebih diperhatikan, beberapa remaja dapat mengembangkan
ketergantungan kepada terapis. Fokusnya untuk mengeksplorasi perasaan empati, deprivasi,
dan incompleteness bahwa mereka bertanggung jawab atas permintaan.
F. Orangtua Remaja, jika kelompok atau treatment individu sangat selektif untuk remaja,
perawat tetap harus mengomunikasikannya dengan keluarga. Orang tua tidak dapat
membantu treatment jika mereka tidak mengerti dan tidak mengetahuinya. Perawat dapat
bekerja dengan orangtua tanpa membuka rahasia. Tidak semua orangtua membutuhkan
treatment. Ini sangat menolong bagi orang
Diagnosa keperawatan
sejahtera Perilaku remaja Intervensi keperawatan
Memulai rasa identitas Menyesuaikan diri dengan Jelaskan kebutuhan untuk
pribadi norma kelompok sebaya; identitas pribadi kepada
tidak sesuai dengan norma pengasuh.
orang dewasa.
Bantu remaja menyatakan
Menemukan dukungan di nilai pribadi.
dalam kelompok sebaya.
Dorong remaja untuk
Mencoba perilaku baru mengkaji nilai pribadi
dengan kelompok sebaya. dibanding dengan nilai
kelompok sebaya.
Meningkatkan minat pada Mulai mendiskusikan Gali harapan dengan remaja.
lawan jenis perilaku anggota yang
berlawanan jenis. Sarankan pada remaja
situasi dimana berkencan
Menguraikan harapan dapat dimulai di lingkungan
hubungan dengan sebaya yang aman.
yang berlawanan jenis.
31
dll. seksualitas dan reproduksi
dengan remaja.
Perasaan seksual.
Memulai perumusan tujuan Menguraikan kekuatan dan Gali minat pekerjaan
okupasional kelemahan diri snediri, yang remaja.
mengarah pada minat thd
pekerjaan tertentu. Sediakan remaja sumber
tentang pekerjaan tertentu.
Mencari sumber untuk
belajar lebih banyak tentang Perkuat perkembangan
pekerjaan. tujuan pribadi remaja.
32
dan juga saat ini. remaja.
33
BAB III
PENUTUP
Setelah menguraikan berbagai hal asuhan keperawatan mulai dari pengkajian perencanaan,
palaksanaan dan evaluasi maka penulis dapat memberikan kesimpulan dan saran.
A. Kesimpulan
Dengan adanya pengkajian maka dapat pula dilakukan pengumpulan data, kemidian
data tersebut dianalisa dan dikelompokan untuk menegakan diagnosa keperawatan
Perencanaan merupakan penyusunan rencana tindakan sesuai masalah yang
ditemukan pada saat melakukan pengkajian. Rencana tindakan dilakukan unutk mengurangi
gejala dan keluhan pada pasien dan dapat memberikan rasa aman dan nyaman.
Implementasi adallah pelaksanaan t8indakan keperawatan secara nyata pada pasien,
dengan perencanaan yang telah dibuat.
Evaluasi keperawatan dilakukan sejauh mana criteria dan tujuan yang telah dapat
dicapai. Adanya kerjasama keluarga, perawat dan tenaga medis lainnya ternyata tindakan
keperawtan dapat dilakukan dengan utjuan dan criteria yang ada pada perencanaan dapat
dicapai.
B. Saran
Kepada teman – teman apabila melakukan perawatan keluarga dapat berpedoman
pada proses keperawatan. Dengan memeperhatikan aspek bio, psiko, dan spiritual.
34
DAFTAR PUSTAKA
Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa( Teori dan Aplikasi). Yogyakarta: Andi.
Stolte, M. Karen. 2003. Diagnosa Keperawatan Sejahtera (Weallness. Nursing Diagnosis). Jakarta :
EGC.
35