Laporan Cangkok 1

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

Media Sains

telusuri

APR

22

Laporan Praktikum Pencangkokan

UNIVERSITAS JEMBER

FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

LABORATORIUM PRODUKSI TANAMAN

LAPORAN PRAKTIKUM

NAMA : MOHAMMAD ARDLI WIJAYA

NIM : 111510501039

GOL / KELOMPOK : KAMIS / 2

ANGGOTA : 1. WIDYA ALVIANI (111510501018)

2. ROFIK NURATUS S. (111510501020)

3. PRETTY A.A (111510501025)

4. ERIN FIQRIYATUL H. (111510501054)

5. SRIANI NUGRAWATI (111510501058)

6. PURWANDHITO R.A (111510501064)

JUDUL ACARA : PEMBIAKAN VEGETATIF DENGAN CARA MENCANGKOK (AIR LAYERAGE)

TANGGAL PRAKTIKUM : 15 MARET 2012

TANGGAL PENYERAHAN : 19 APRIL 2012


ASISTEN : 1. DEDY EKO S.

2. FRENGKY HERMAWAN H.P

3. MEIDA WULANDARDI

4. NOVITA FRIDA SAFATA

5. HAIKAL WAHONO

6. IFTITAH FIKA F.

7. AHMAD NUR H.G.A

8. DIYAH AYU S.

10. FIKA AYU S.

11. HERLIA PUTRI A.

12. RAAF LUKMAN SYAH

13. KIKI ULFANIAH

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian sangat erat sekali dengan adanya pembiakan tanaman baik perkembangan tanaman
yang menjadi kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Semua jenis tanaman perlu adanya pembiakan
agar tidak terjadi kepunahan. Pembiakan dapat berlangsung secara alami atau dengan campur tangan
mahkluk lain. Pembiakan tanaman dibagi menjadi pembiakan tanaman secara vegetative dan
pembiakan tanaman secara generatif.

Pembiakan tanaman secara Vegetatif adalah pembiakan tanaman dengan menggunakan bagian
organ dari tanaman itu sendiri, seperti sambung, stek, cangkok dan okulasi. Pembiakan secara
generative adalah pembiakan tanaman dengan cara menanam benih yang dihasilkan oleh tumbuhan
tersebut yang kemudian dijadikan sebagai bibit.

Pencangkokan (layerage) merupakan sebagian jenis pembiakan tanaman secara vegetatif. Tujuan
dari pencangkokan adalah untuk mempercepat mendapatkan keturunan yang sama dengan induknya
dan mempercepat hasil yang dihasilkan oleh tanaman yang dicangkok. Dasar dari pencangkokan adalah
bila bagian tepi atau ujung batang terkulai atau bersentuhan dengan tanah diharapkan akan tumbuh
akar vegetatif.
Pencangkokan perlu dipahami cara-caranya supaya mahasiswa lebih mengerti bagaimana
membiakkan tanaman dengan cara vegetatif buatan dan menjaga keturunan dari suatu tumbuhan tetap
memiliki sifat yang sama seperti induknya. Sebagian pencangkokan bisa dilakukan pada batang yang
sudah tidak mengalami pertumbuhan vegetatif atau batang yang sudah menghasilkan buah, biji atau
lainnya yang dianggap menghasilkan nilai ekonomi bagi manusia.

Sebagian besar pertumbuhan hasil cangkokan lebih cepat dikarenakan cadangan makanan yang
ada pada batang yang telah dicangkok sudah mencukupi untuk melakukan fotosintesis, sehingga
pertumbuhan menjadi langsung berlanjut tanpa mengalami strees atau terminal. Jenis tanaman yang
sering dicangkok adalah tanaman yang menghasilkan buah. Karena dengan mencangkok tanaman
tersebut cepat menghasilkan buah. Beberapa teknik mencangkok pada praktikum ini akan dipelajari
supaya kesalahan yang belum kita ketahui sebelumnya dalam pencangkokan segera bisa kita perbaiki
dan tidak terulang kembali.

1.2 Tujuan

1. Untuk mempelajari dan mengetahui cara mencangkok, dan untuk mengetahui pertumbuhan akar
cangkokan.

2. Untuk mengetahui pengaruh media cangkokan terhadap pembentukan perakaran.


BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Pembiakan vegetatif tanaman dengan layerage atau bisa disebut dengan bumbun dapat
dibedakan menjadi 2 macam cara:

1. Layerage dalam tanah (merunduk), dan

2. Layerage diatas tanah (cangkok),

Layerage dalam tanah adalah perbanyakan tanaman dengan cara melakukan pelengkungan atau
pembekokan cabang, kemudian membenamkan kedalam tanah. Tanaman yang diperbanyak dengan
cara ini haruslah yang mempunyai batang lentur yang mudah dibengkokkan tanpa rusak sama sekali.
Bagian batang yang akan dilenturkan dan ditimbun biasanya dilukai untuk menstimulir terbentuknya
akar atau tunas adventif sebelum dipisahkan dengan tanaman induk.

Layerage diatas tanah juga disebut air layerage, pot layerage, chinese layerage, marcotted, atau
menurut istilah umum di Indonesia disebut dengan cangkokan. Pencangkokan tanaman dilakukan atau
digunakan untuk pembiakan tanaman dengan syarat:

1. Tidak dapat digunakan cara pembiakan lain.

2. Mempunyai batang/cabang yang berdiameter besar dan tinggi, sehingga tidak mudah untuk
dilengkungkan.

3. Mempunyai batang-batang masak yang bertunas laten pada atau dekat dengan dasar, tetapi tidak
tersedia melakukan regenerasi bila dipakai cara layerage lain.
Cangkok juga tidak harus dilakukan pada tanaman yang menghasilkan buah saja, tetapi juga bisa
dilakukan pada tumbuhan yang batangnya berguna dan banyak manfaatnya bagi mnausia. Contohnya
adalah pencangkokan pada kayu ulin (E.Zwagery) dengan perlakuan media cangkok dan penambahan
hormone tumbuh Rootone-F. Untuk keberhasilan perkembangbiakan secara vegetatif sangat diperlukan
kondisi fisiologis tanaman yang tepat dan kondisi lingkungan yang optimal untuk proses pembentukan
akar (Hartman et al., 1990).

Saat melakukan pencangkokan perlu diperhatikan tanah yang akan digunakan untuk mencangkok
tersebut, tanah yang digunakan harus banyak mengandung unsur hara untuk keberlanjutan kehidupan
batang yang dicangkok. Tanah yang digunakan harus memiliki agregat tanah yang tinggi, tujuannya
adalah tanah dapat mempertahankan kesediaan unsur hara dan air bagi tanaman. Salah satu stragtegi
untuk menjadikan agregat tanah meningkat adalah dengan menambahkan partikel liat dan bahan
perekat tanah yang lain seperti zeolite, yang dikombinasikan dengan bahan organik.

Cabang yang digunakan untuk mencangkok adalah batang yang berbentuk bagus, cukup tua, kuliat
batang berwarna hijau kecoklat-coklatan, dan produktif berbuah. Pemilihan cabang air atau cabang liar
harus dihindari. Pencangkokan dilakukan sebaiknya pada bulan April-Mei atau pada saat tumbuhan
mengalami pentunasan kembali setelah berbuah atau panen.

Pada saat pencangkokan juga perlu diperhatikan bahan yang akan dicangkok harus bebas dari hama dan
penyakit. Karena jika bahan yang dicangkok mengandung hama dan penyakit akan menyebabkan hasil
cangkokan tersebut menjadi retensi pathogen. Pada tanaman yang terserang penyakit juga akan
mengalami periode retensi, yaitu selang waktu vector (hasil cangkokan) masih dapat menularkan
pathogen. Contohnya pada tanaman jeruk (Citrus sp.) yang terkena virus CVPD yang ditularkan oleh
serangga. Penularan penyakit CVPD di alam bergantung pada kepadatan populasi D.citri sebagai
serangga vector pada keberadaan sumber inokolum (Chen, 1998).

Teknik cangkok (marcottage atau air layarage) banyak dilakukan untuk memperbanyak tanaman hias
atau tanaman buah yang sulit diperbanyak dengan cara lain, seperti melalui biji, stek atau sambung.
Tanaman yang biasa dicangkok umumnya memiliki cambium dan zat hijau daun. Tanaman lain yang bisa
diperbanyak dengan cara cangkok adalah salak (Salacca Zalacca) dan papaya (Carica papaya L.).
Pencangkokan salak dilakukan dengan membengkokkan akar dari tunas batangnya. Waktu dan tingkat
keberhasilan setiap tanaman berbeda-beda.

III. METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 15 Maret 2012 pukul 14.00 di Jurusan Budidaya Tanaman,
Laboratorium Produksi Tanaman Fakultas Pertanian UNEJ.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

1. Tali rafia

2. Plastik

3. Pisau tajam (cutter)

4. Timba

3.2.2 Bahan

1. Tanaman murbey (Morus nigra)

2. Serabut kelapa

3. Pupuk kompos dan pupuk kandang

3.3 Cara Kerja

1. Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan.

2. Memilih batang atau cabang yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda.

3. Menyayat/menghilangkan kulit dan cambium pada batang atau cabang tersebut sepanjang ± 10 cm.

4. Memberi media pada bagian yang luka secukupnya dengan pupuk kandang dan pupuk kompos,
kemudian menutup dengan serabut kelapa dan plastic.

5. Menjaga kelembapan media dengan cara menyiram air.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil Pengamatan Perakaran Pada Cangkokan

Perlakuan

Ulangan

Parameter Pengamatan

Jumlah Akar

Panjang Akar (cm)

Serabut

Kompos

30

1,7

87

4,92

Rata-rata
39

2,206

Kandang

16

2,52

0,5

Rata-rata

1,06

Plastik

Kompos

2,1

0
0

23

2,27

Rata-rata

9,6

1,45

Kandang

0,4

2,31

Rata-rata

3
0,9

4.2 Pembahasan

Hasil dari pengamatan pada tabel di atas menunjukkan bahwa pencangkokan yang menggunakan
serabut kelapa hasilnya lebih baik dan mengeluarkan akar lebih banyak dari pada dengan yang
menggunakan plastik, dan penggunaan kompos juga hasilnya lebih baik daripada yang menggunakan
pupuk kandang. Rata-rata akar yang tumbuh pada batang jambu yang dicangkok dengan menggunakan
kompos dan ditutup dengan serabut kelapa adalah 39, juga merupakan hasil perlakuan paling banyak
dari pada perlakuan yang lain. Hal tersebut dapatn diperjelas dengan grafik di bawah ini:

Grafik jumlah akar yang keluar dalam pencangkokan

Pada pencangkokan (layerage) pembentukan akarnya adalah bila bagian tepi atau ujung batang
terlukai dan bersentuhan dengan tanah cenderung akan berakar, karena bagian vegetative ini masih
berhubungan dan mendapatkan makanan dari induknya. Pertumbuhan akar pada cangkokan dapat
dipermudah dengan perlakuan seperti pelukaan, pengikatan, etiolasi dan penyalaharaan dari batang
(disorientasi) yang mempengaruhi gerakan dan penumpukan auksin serta karbohidrat pada bagian
batang tersebut.

Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam pencangkokan antara lain adalah:

1. Waktu mencangkok, waktu terbaik melakukan pencangkokan pada musim hujan, karena tidak perlu
melakukan penyiraman berulang-ulang, selain itu cangkokancepat berhasil.

2. Pemilihan batang cangkokan, batang cangkokan sebaiknya jangan diambil dari pohon induk yang
terlalu tua, sebab biasanya dahan pohon induk kurang baik untuk dicangkok dan jangan diambil dari
pohon yang terlalu muda sebab belum diketahui sifat-sifatnya.

3. Pemeliharaan cangkokan, pembiakan dengan cara cangkokan harus dijaga kelembabannya sepanjang
waktu sampai dengan saat akan ditanam.

Kriteria tanaman yang dapat dicangkok adalah diameter batangnya tidak terlalu tipis atau tidak
terlalu tebal, dan umumnya harus memiliki kambium. Dan biasanya pohon yang ditanam adalah pohon
yang memiliki hasil dan hasilnya dapat dimanfaatkan pada kehidupan sehari-hari, seperti buah-buahan,
bunga-bungaan, dan lain sebagainya.

Metode pencangkokan yang dilakukan dalam praktikum ini adalah dengan mencangkok batang
buah jambu biji. Batang yang dicangkok adalah batang pada cabang nomor 2 dari batang induknya,
artinya batang tersebut tumbuh diatas permukaan tanah tetapi masih menyatu dengan pohon asli atau
induknya. Pencangkokan menggunakan tutup serabut kelapa dan media tumbuh akarnya adalah
kompos dan pupuk kandang. Pada pencangkokan ini kendalanya adalah merapatkan serabut kelapanya
untuk menutupi bagian yang dicangkok, karena serabut kelapanya mempunyai pori-pori yang besar
sehingga penuangan kompos dan pupuk kandangnya tumpah ke bawah, akibatnya pencangkokan
memerlukan waktu yang lama.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Hasil pencangkokan terbaik adalah dengan menggunakan kompos dan menggunakan serabut kelapa.

2. Akar terbentuk dari bagian batang yang terlukai dan yang bersentuhan langsung dengan tanah.

3. Keberhasilan pencangkokan tergantung pada waktu, batang, dan pemeliharaan pencangkokan.

4. Tanaman yang ideal untuk dapat dicangkok adalah mempunyai kambium dan diameter batangnya
tidak terlalu tipis atau terlalu tebal.

5. Kendala yang dihadapi pada praktikum pencangkokan ini adalah ketika penuangan tanah pada bagian
yang dicangkok.

5.2 Saran

Pada praktikum ini seharusnya setiap anggota kelompok ikut serta dalam pemeliharaan cangkok,
supaya semua anggota mengerti kendala apa yang dihadapi dan bagaimana perawatan yang diberikan
pada pencangkokan batang jambu biji tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Dharmawati, F.D, dkk. 2007. Pengaruh Media dan Hormon Tumbuh Akar terhadap Keberhasilan Cangkok
Ulin. Penelitian Hutan Tanaman 4(2). Hal 69-118.

Djajadi, dkk. 2010. Pengaruh Media Tanam dan Pemberian Air terhadap Sifat Fisik, Kimia, dan Biologi
Tanah serta Pertumbuhan Jarag Pagar. Littri 16(2). Hal 64-69.

Ira, Puspa kencana. 2008. Aneka cara Memperbanyak Tanaman. Jakarta: Agromedia pustaka.

Nyoman, I Wijaya. 2007. Penularan Penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) oleh Diaphorina
cittri Kuwayama (Homoptera: Psyllidae) pada Tanaman Jeruk Siam. Agritrop. 26(4): 140-146.
Penuntun Praktikum Pembiakan Tanaman. 2012. FAPERTA Universitas Jember.

Rukamana, Rahmat. 2002. Prospek Agrobisnis dan Teknik Budidaya Lengkeng. Jakarta: Agromedia
Pustaka.

Diposting 22nd April 2012 oleh Situs Ardli'S

1 Lihat komentar

Anonymous29 November 2016 01.38

saya pinjam jawaban nya ya

Balas

Memuat

Anda mungkin juga menyukai