Terjemah - Nashoihul Ibad Makalah PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 10

Nashoihul Ibad Terjemah By: http://san32gung.co.nr Contact Admin: jarko89@muslim.

com

Alhamdulillah Bulan Ramadhan tahun ini di Pondok Pesantren Al-Azhar mengkaji Kitab ini, semoga
terjemahan Kitab Kuning dalam bahasa Indonesia ini bermanfaat bagi antum semua. Amin.

Fasal 1

1. Makalah ke satu : diriwayatkan dari Nabi SAW, sesungguhnya Beliau bersabda (Ada dua perkara, tidak ada
sesuatu yang lebih utama dari dua perkara tersebut, yaitu iman kepada Allah dan berbuat kebajikan kepada
sesama muslim). Baik degan ucapan atau kekuasaannya atau dengan hartanya atau dengan badannya.

RasuuluLlah SAWW bersabda, (barang siapa yang pada waktu pagi hari tidak mempunyai niat untuk
menganiaya terhadap seseorang maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Dan barang siapa pada
waktu pagi hari memiliki niat memberikan pertolongan kepada orang yang dianiaya atau memenuhi hajat orang
islam, maka baginya mendapat pahala seperti pahala hajji yang mabrur).

Dan Nabi SAW bersabda (Hamba yang paling dicintai Allah Ta’ala adalah yang paling bermanfaat bagi orang
lain. Dan amal yang paling utama adalah membahagiakan hati orang mukmin dengan menghilangkan laparnya,
atau menghilangkan kesusahannya, atau membeyarkan hutangnya. Dan ada dua perkara, tidak ada sesuatu yang
lebih buruk dari dua tersebut yaitu syirik kepaad Allah dan mendatangkan bahaya kepada kaum muslimin).
Baik membahayakan atas badannya, atau hartanya. Karena sesungguhnya semua perintah Allah kembali kepada
dua masalah tersebut. Mengagungkan Allah dan berbuat baik kepada makhluknya, sebagaimana firman Allah
Ta’ala Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan firman Allah Ta’ala Hendaklah kamu bersyukur kepadaKu
dan kepada kedua orang tuamu.

Fasal 2

2. Makalah ke dua : Nabi SAW bersabda, (wajib bagi kamu semua untuk duduk bersama para ‘Ulama) artinya
yang mengamalkan ilmunya, (dan mendengarkan kalam para ahli hikmah) artinya orang yang mengenal Tuhan.
(Karena sesungguhnya Allah Ta’ala akan menghidupkan hati yang mati dengan cahaya hikmah-ilmu yang
bermanfaat- sebagaimana Allah menghidupkan bumu yang mati dengan air hujan). Dan dalam riwayat lain dari
Thabrani dari Abu Hanifah “Duduklah kamu dengan orang dewasa, dan bertanyalah kamu kepada para ‘Ulama
dan berkumpulah kamu dengan para ahli hikmah” dan dalam sebuah riwayat, “duduklah kamu degan para
ulama, dan bergaulah dengan kubaro’ ”. Sesungguhnya Ulama itu ada dua macam, 1. orang yang alim tentang
hukum-hukum Allah, mereka itulah yang memiliki fatwa, dan 2. ulama yang ma’rifat akan Allah, mereka itulah
para hukama’ yang dengan bergaul dengan mereka akan dapat memperbaiki akhlak, karena sesungguhnya hati
mereka telah bersinar sebab ma’rifat kepada Allah demikian juga sirr / rahasia mereka telah bersinar
disebabkan nur keagungan Allah. Telah bersabda Nabi SAW, akan hadir suatu masa atas umatku, mereka
menjauh dari para ulama dan fuqaha, maka Allah akan memberikan cobaan kepada mereka dengan tiga cobaan,
1. Allah akan menghilangkan berkah dari rizkinya. 2. Allah akan mengirim kepada mereka penguasa yang
zalim 3. Mereka akan keluar meninggalkan dunia tanpa membawa iman kepada Allah Ta’ala Na’udzubiLlahi
min dzaalik.

Fasal 3

3. Makalah ke tiga : Dari Abi Bakar As-Shiddiq RA (Barang siapa yang memasuki kubur tanpa membawa
bekal yaitu berupa amal shalih maka keadaannya seperti orang yang menyeberangi lautan tanpa menggunakan
perahu). Maka sudahlah pasti ia akan tenggelam dengan se tenggelam-tenggelamnya dan tidak mungkin akan
selamat kecuali mendapatkan pertolongan oleh orang-orang yang dapat menolongnya.. sebagaimana sabda
Rasulullah SAW, tidaklah seorang mayat yang meninggal itu, melainkan seperti orang yang tenggelam yang
meminta pertolongan.

Fasal 4

4. Makalah ke empat : Dari ‘Umar RA, -dinukilkan dari Syaikh Abdul Mu’thy As-sulamy, sesungguhnya Nabi
SAW bertanya kepada Jibril AS, ‘Beritahukan kepadaku sifat kebaikan sahabat ‘Umar’. Maka Jibril menjawab,
‘Jika saja lautan dijadikan tinta dan tumbuh-tumbuhan dijadikan pena niscaya tidak akan uckup melukiskan
sifat kebaikannya. Kemudian Nabi bersabda, beritahukan kepadaku kebaikan sifat Abu Bakar,”. Maka Jibril
menjawab, ”’Umar hanyalah satu kebaikan dari beberapa kebaikan Abu Bakar RA.

‘Umar RA berkata, (kemuliaan dunia dengan banyaknya harta. Dan kemuliaan akhirat adalah dengan bagusnya
amal). Maksudnya, urusan dunia tidak akan lancar dan sukses kecuali dengan dukungan harta benda. Demikian
pula perkara akhirat tidak akan menjadi sempuran kecuali dengan amal perbuatan yang baik.

Fasal 5

5. Makalah ke lima : dari ‘Utsman RA. (menyusahi dunia akan menggelapkan hati. Dan menyusahi akhirat
akan menerangkan hati). Artinya, menyusahi urusan yang berhubungan dengan urusan dunia maka akan
menjadikan hati menjadi gelap. Dan menyusahi perkara yang berhubungan dengan urusan akhirat akan
menjadaikan hati menjadi terang. Yaa Allah jangan jadikan dunia sebesar-besar perkara yang kami susahi, dan
bukan pula puncak ilmu kami.

Fasal 6

Makalah ke enam : Dari ‘Aly RA wa KarramaLlaahu Wajhah. (Barang siapa yang mencari ilmu maka surgalah
sesungguhnya yang ia cari. Dan barang siapa yang emncari ma;siyat maka sesungguhnya nerakalah yang ia
cari)

Artinya barang siapa yang menyibukkan diri denagn mencari ilmu yang bermanfaat, yang mana tidak boleh
tidak bagi orang yang aqil baligh untuk mengetahuinya maka pada hakekatnya ia mencari surga dan mencari
ridho Allah SWT. Dan barang siapa yang menginginkan ma’siyat, maka pada hakekatnya nerakalah yang ia
cari, dan kemarahan Allah Ta’ala.

Fasal 7

Makalah ke tujuh : Dari Yahya bin Muadz RA. (Tidak akan durhaka kepada Allah orang-orang yang mulia)
yaitu orang yang baik tingkah lakunya Yaitu mereka yang memuliakan dirinya dengan menghiasinya dengan
taqwa dan menjaga diri dari ma’siyat. (Dan tidak akan memilih dunia dari pada akhirat orang-orang yang
bijaksana) Artinya orang bijak / hakiim tidak akan mendahulukan atau mengutamakan urusan dunia dari pada
urusan akhirat. Adapun orang hakiim adalah orang yang mencegah dirinya dari pada bertentangan dengan
kebenaran akal sehatnya.

Fasal 8

Makalah ke delapan : Dari A’Masy, naam lengkapnya adalah Abu Sulaiman bin Mahran AL-Kuufy RA.
(Barang siapa yang bermodalkan taqwa, maka kelulah lidah untuk menyebutkan sifat keberuntungannya dan
barang siapa yang bermodalkan dunia, maka kelulah lidah untuk menyebut sebagai kerugian dalam hal
agamanya). Artinya barang siapa yang bermodalkan taqwa dengan melaksanakan perintahNya dan menjauhi
laranganNya dimana dasar dari amal perbuatannya adalah selalu bersesuaian dengan syari’at, maka baginya
pasti mendapatkan kebaikan yang sangat besar tanpa dapat dihitung dalam hal kebaikan yang diperolehnya.
Dan kebalikannya barang siapa yang perbuatannya selalu berseberangan dengan hukum syari’at, maka baginya
kerugian yang sangat besar bahkan lidahpun sampai tidak dapat menyebutkannya.

Fasal 9

Makalah ke sembilan : Diriwayatkan dari Sufyan Atsauri, beliau adalah guru dari Imam Malik RA. ( Setiap
ma’siyat yang timbul dari dorongan syahwat yaitu keinginan yangteramat sangat akan sesuatu maka dapat
diharapkan akan mendapat ampunanNya. Dan setiyap ma’siyat yang timbul dari takabur atau sombong yaitu
mendakwakan diri lebih utama atau mulia dari yang lain , maka maksiyat yang demikian ini tidak dapat
diharapkan akan mendapat ampunan dari Allah). Karena maksiyat iblis berasal dari ketakaburannya yang tidak
mau hormat kepada Nabi Adam AS atas perintah Allah dimana ia menganggap dirinya lebih mula dari Nabi
Adam AS yang diciptakan dari tanah sedangkan ia/iblis diciptakan dari api. Dan sesungguhnya kesalahan Nabi
Adam AS adalah karena keinginannya yang teramat sangat untuk memakan buah yang dilarang oleh Allah
untuk memakannya.

Fasal 10

Dari sebagian ahli zuhud yaitu mereka yang menghinakan kenikmatan dunia dan tidak peduli dengan nya akan
tetapi mereka mengambil dunia sekedar dharurah/darurat sesuai kebutuhan minimumnya. (Barang siapa yang
melakukan perbuatan dosa dengan tertawa bangga, maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka dalam
keadaan menangis- karena seharusnya ia menyesal dan memohon ampunan kepada Allah bukannya berbangga
hati. Dan barang siapa yang ta’at kepada Allah dengan menangis- karena malu kepada Allah dan Takut
kepadaNya karena merasa banyak kekurangan dalam hal ta’at kepaadNya Maka Allah akan memasukkanNya
ke dalam surga dalam keadaan tertawa gembira. ) dengan sebenar-benar gembira karena mendapatkan apa yang
menjadi tujuannya selama ini yaitu ampunan dari Allah.

Fasal 11

Makalah ke sebelas : dari sebagian ahli hikmah / Aulia’ (Janganlah kamu menyepelekan dosa yang kecil)
kerana dengan selalu menjalankannya maka lama kelamaa akan tumbuhlah ia menjadi dosa besar. Bahkan
terkadang murka Tuhan itu ada pada dosa yang kecil-kecil.

Fasal 12

Makalah ke dua belas : Dari Nabi SAW : (Tidaklah termasuk dosa kecil apabila dilakukan secara terus
menerus) karena dengan dilakukan secara terus menerus, maka akan menjadi besarlah ia. (Dan tidaklah
termasuk dosa besar apabila disertai dengan taubat dan istighfar) Yaitu taubat dengan syarat-syaratnya. Karena
sesungguhnya taubat dapat menghapus bekas-bekas dosa yang dilakukan meskipun yang dilakukan tersebut
dosa besar. Hadits ini diriwayatkan oleh Ad-dailamy dari Ibni Abbas RA.

Fasal 13

Makalah ke tiga belas : (Keinginan orang arifiin adalah memujiNya) maksudnya keinginan orang ahli ma’rifat
adalah memuji Allah Ta’ala dengan keindahan sifat-sifatnya. (dan keinginan orang-orang zuhud adalah do’a
kepadaNya) yaitu permintaan kepaad Allah sekedar hajat kebutuhannya dari du nia dengan segenap hatinya,
dimana yang dimaksud do’a adalah meminta dengan merendahkan diri kepadaNya dengan memohon diberi
kebaikan kepadanya. (Karena keinginan orang arif/ ahli ma’rifat dari Tuhannya bukanlah pahala ataupun surga)
sedangkan keinginan orang zuhud adalah untuk kepentingan dirinya sendiri, yaitu untuk kemanfatan dirinya
dari pahala dan surga yang didapatkannya. Maka demikianleh perbedaan orang yang keinginan hatinya
mendapatkan bidadarii dan orang yang cita-citanya adalah keterbukaab hatinya.

Fasal 14

Makalah ke empatbelas : (diriwayatkan dari sebagian hukama’) yaitu orang yang ahli mengobati jiwa manusia,
dan mereka itulah para wali Allah. -(Barang siapa yang menganggap ada pelindung yang lebih utama dari Allah
maka sangat sedikitlah ma’rifatnya kepada Allah) Maknanya adalah barang siapa yang menganggap ada
penolong yang lebih dekat daripada pertolongan Allah, maka maka sesungguhnya dia belul mengenal Allah.
(Danbarang siapa yang menganggap ada musuh yang lebih berbahaya daripada nafsunya sendiri, maka
sedikitlah ma’rifatnya/pengetahuannya tentang nafsunya) Artinya adalah brang siapa yang berperasangka ada
musuh yang lebih kuat dari pada hawa nafsunya yang selalu mengajak kepada kejahatan, maka sedikitlah
ma’rifatnya/pengetahuannya akan hawa nafsunya sendiri.

Fasal 15

dari Abu Bakar Ash-Shiddiq RA. Menafsiri firman Allah Ta’ala, “Sungguh telah nyatalah kerusakan baik di
daratan maupun di lautan, maka beliau memberikan tafsirannya (Yang dimaksud Al-Barr/daratan adalah lisan.
Sedangkan yang dimaksud Al-Bahr / lautan adalah hati). Apabila lisan telah rusak dikarenakan mengumpat
misalnya, maka akan menangislah diri seseorang / anak cucu adam. Akan tetapi apabila hati yang rusak
disebabkan karena riya’ misalnya, maka akan menangislah malaikat. Dan diperumpamakan hati/qalb dengan
lautan adalah dikarenkan sangat dalmnya hati itu.
Fasal 16

(Dikatakan, karena syahwat maka seorang raja berubah menjadi hamba sahaya/budak) karena sesungguhnya
barang siapa yang mencintai sesuatu maka ia akna menjadi hamba dari sesuatu yang dicintainya. (dan sabar
akan membuat seorang hamba sahaya berumab menjadi seorang raja) karena seoang hamba dengan
kesabarannya akan memperoleh apa yang ia inginkan. (apakah belum kita ketahui kisah seorang hamba yang
mulia putra seorang yang mulia, putera seorang yang mulia Sayyidina Yusuf AS Ash-Shiddiq, putera Ya’qub
yang penyabar, putera Ishaq yang penyayang, putera Ibrahim Al-Khalil AS dengan Zulaikha. Sesungguhnya ia
zulaikha sangat cinta kepada Sayyidina Yusuf AS dan Sayyidina Yusuf bersabar dengan tipudayanya.

Fasal 17

maklah ke tujuh belas : (beruntunglah orang yang menjadikan akalnya sebagai pemimpin) dengan mengikuti
petunjuk akalnya yang sempurna (sedangkan hawa nafsunya menjadi tahanan) (dan celakalah bagi orang yang
menjadikan hawa nafsunya sebagai penguasanya, dengan melepaskannya dalam menuruti apa yang di
inginkannya, sedangkan akalnya menjadi hambanya yaitu akal tersebut terhalang untuk memikirkan ni’mat
Allah dan keagungan ALlah)

Fasal 18

Makaalah ke delapan belas : (Barang siapa yang meninggalkan perbuatan dosa, maka akan lembutlah hatinya),
maka hati tersebut akan senang menerima nasihat dan ia khusyu’/memperhatikan akan nasihat tersebut. (Barang
siapa yang meninggalkan sesuatu yang haram) baik dalam hal makanan, pakaian dan yang lainnya (dan ia
memakan sesuatu yang halal maka akan jerniglah pikirannya) didalam bertafakur tentang semua ciptaan Allah
yang menjadi petunjuk akan adanya Allah Ta’ala yang menghidupkan segala sesuatu setelah kematiannya
demikian pula menjadi petunjuk akan keEsaan Allah dan kekuasaanNya dan ilmuNya. Dan yang demikian ini
terjadi apabila ia mempergunakan fikirannya dan melatih akalnya bahwa Allah SubhanaHu Wata’ala yang
menciptakan dia dari nuthfah di dalam rahim, kemudian menjadi segumpal darah, kemudian menjadi segumpal
daging, kemujdian Allah menjadikan tulang dan daging dan urat syaraf serta menciptakan anggota badan
baginya. Kemudian Alah memberinya pendengaran, penglihatan dan semua anggota badan, kemudian Allah
memudahkannya keluar sebagai janian dari dalam rahim ibunya, dan memberinya ilham untuk menyusu
ibunya, dan Allah menjadikannya pada awwal kejadian dengan tanpa gigi gerigi kemudian Allah
menumbuhkan gigi tersebut untuknya, kemudian Allah menanggalkan gigi tersebut pada usia 7 tahun kemudian
Allah menumbuhkan kembali gigi tersebut. Kemudian Allah menjadikan keadaan hambanya selalu berubah
dari kecil kemudian tumbuh menjadi besar dan dari muda berubah menjadi tua renta dan dari keadaan sehat
berubah menjadi sakit. Kemudian Alah menjadikan bagi hambaNya pada setiap hari mengalami tidur dan jaga
demikian pula rambutnya dan kuku-kukunya manakala ia tanggal maka akan tumbuh lagi seperti semula.
Demikian pula malam dan siang yang selalu bergantian, apabila hilang yang satu maka akan disusul dengan
timbulnya yang lain. Demikian pula dengan adanya matahari, rembulan, bintang-bintang dan awan dan hujan
yang semuanya datang dan pergi. Demikian pula bertafakur tentang rembulan yang berkurang pada setiap
malamnya, kemudian menjadi purnama, kemudian berkurang kembali. Seperti itu pula pada gerhana matahari
dan rembulan ketika hilang cahayanya keudian cahaya itu kembali lagi. Kemudian berfikir tentang bumi yang
gersang lagi tandus maka Allah menumbuhkannya dengan berbagai macam tanaman, kemudian Allah
menghilangkan lagi tanaman tersebut kemudian menumbuhkannya kembali. Maka kita akan dapat
berkesimpulan bahwa Allah Dzat yang mampu berbuat yang sedemikian ini tentu mampu untuk menghidupkan
sesuatu yang telah mati. Maka wajib bagi hamba untuk selalu bertafakur pada hal yang demikian sehingga
menjadi kuatlah imannya akan hari kebangkitan setelah kematian, dan pula ia mengetahui bahwa Allah pasti
membangkitkannya da membalas segala amal perbuatannya. Maka dengan seberapa imannya dari hal yang
demikian yang membuat kita bersungguh-sungguh melaksanakan ta’at atau menjauhi ma’siyat.

Fasal 19

Makalah ke 19 : Telah diwahyukan kepada sebagian Nabi ( Ta’atlah kepadaKu akan apa yang Aku perintahkan
dan janganlah bermaksiyat kepadaku dari apa yang Aku nasehatkan kepadamu). Artinya dari nasihat yang
dengannya seorang hamba akan mendapatkan kebaikan dan dengan apa yang dilarang maka seorang hamba
akan tehindar dari kerusakan.

Fasal 20
Makalah ke dua puluh : (Dikatakan sesungguhnya kesempurnaan akal adalah mengikuti apa yang diridhai Allah
dan meninggalkan apa yang dimurkai Allah). artinya apa saja yang tidak seperti konsep di atas adalah kegilaan /
tak berakal.

Fasal 21

Makalah ke Dua puluh satu : (Tidak ada keterasingan bagi orang yang mulia akhlaknya, dan tidak ada tempat
yang terhormat bagi orang-orang yang bodoh ). Artinya seseorang yang bersifat memiliki ilmu dan amal maka
sesungguhnyania akan dihormati diantarea manusia di mana saja berada. Oleh karena itu di mana saja berada
layaknya mereka seperti di negeri sendiri dan dihormati. Sebaliknya orang yang bodoh adalah kebalikannya
meskipun di negeri sendiri mereka merasa asing.

Fasal 22

Makalah ke duapuluh dua : Barang siapa yang baik dalam keta’atannya kepada Allah maka dia akan terasing
diantara manusia). Artinya orang yang merasa cukup dengan menyibukkan seluruh waktunya untuk ta’at
kepadan Allah maka ia akan terasing diantara manusia.

Fasal 23

Makalah ke Dua puluh tiga : (Dikatakan bahwa gerakan badan melakukan keta’atan kepada ALlah adalah
petunjuk tentang kema’rifatan seseorang sebagaimana gerakan anggota badan menunjukkan / sebagai dalil
adanya kehidupan di dalamnya). Artinya, bahwa ekspresi ketaatan serang hamba dalam menjalankan perintah
Allah maka yang demikian itu adalah petunjuk /a dalil kema’rifatannya kepada ALlah. Apabila banyak amal
ta’at maka menunjukkan bahwa banyak pula ma’rifatnya kepada Allah dan apabila sedikit ta’at, maka
menunjukkan pula sedikit ma’rifat, karena sesungguhnya apa yang lahir merupakan cermin dari apa yang ada di
dalam bathin.

Fasal 24

Makalah ke duapuluh empat : Nabi SAW bersabda, (Sumber segala perbuatan dosa adalah cinta dunia,) dan
yang dimaksud dari dumia adalah sesuatu yang lebih dari sekedar kebutuhan. (Dan sumber segala fitnah adalah
mencegah / tidak mau mengeluarkan sepersepuluh dan tidak mau mengeluarkan zakat).

Fasal 25

Makalah ke Duapuluh lima : (Mengaku merasa kekurangan dalam melakukan ta’at adalah selamanya terpuji
dan mengakui akan kekurangan / kelemahan dalam melakukan ta’at adalah tanda-tangda diteimanya amal
tersebut) karena dengan demikian menunjukkan tidak adanya ujub dan takabur di dalamnya.

Fasal 26

Makalah ke Dua puluh enam : (Kufur ni’mah adalah tercela) maksudnya adalah dengan tidak adanya syukur
ni’mat menunjukkan rendahnya nafsu. (dan berteman dengan orang bodoh) yaitu orang yang menempatkan
sesuatu bukan pada tempatnya padahal ia mengetahui akan keburukan sesuatu tersebut. (adalah keburukan)
yaitu tidak membawa berkah . Oleh karena itu janganlah berteman dengannya disebabkan karena buruknya
akhlak / keadaan tingkah lakunya karena sesungguhnya tabi’at itu dapat menular.

Fasal 27

Makalah ke Duapuluh tujuh : Disebutkan dalam syair….

Wahai yang disibukkan oleh dunia

Sungguh panjangnya angan-angan telah menenggelamkan mereka

Bukankah mereka selalu dalam keadaan lupa – kepada Allah

Hingga dekatlah ajal bagi mereka

Sesungguhnya kematian datangnya mendadak

Dan kubur adalah tempat penyimpanan amal


Addailamy meriwayatkan hadits dari RasuluLlah SAW yang bersabda, “Meninggalkan kenikmatan dunia lebih
pahit dari pada sabar, dan lebih berat daripada memukulkan pedang di jalan Allah. Dan tiada sekali-kali orang
mahu meninggalkan kenikmatan dunia melainkan Allah akan memberi sesuatu seperti yang diberikan kepada
para Syuhada’. Dan meninggalkan kenikmatan dnia adalah dengan menyedikitkan makan dan kekenyangan,
dan membenci pujian manusia karena sesungguhnya orang yang suka di puji oleh manusia adalah termasuk
mencintai dunia dan kenikmatannya. Dan barang siapa menginginkan kenikmatan yang sesungguhnya maka
hendaklah ia meninggalkan kenikmatan dunia dan pujian dari manusia”.

Dan Ibnu Majah telah meriwayatkan sesungguhnya RasuluLlah SAW bersabda, “Barang siapa yang niatnya
adalah untuk akhirat, niscaya Allah akan mengumpulkan kekuatan baginya dan Allah membuat hatinya menjadi
kaya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina. Dan barang siapa yang niatnya dunia maka Allah
akan menceraiberaikan segala urusannya, dan Allah menjadikan kefakiran di depan kedua belah matanya dan
tiadalah dunia akan mendatanginya kecuali apa yang telah tertulis untuknya”.

Fasal 28

Makalah ke Dua puluh delapan : Dari Aby Bakr Asy-Syibly RahimahuLlahu Ta’ala, Beliau tinggal di Baghdad,
berkawan dengan Syaikh Abul Qasim Junaidy Al-Baghdady bahkan menjadi murid beliau, dan beliau hidup
hingga usia 87 tahun, wafat pada tahun 334 H dan dimakamkan di Baghdad. Dimana beliau termasuk pembesar
para sufi dan para ‘arif biLlah. Beliau berkata di dalam munajatnya :

Wahai Tuhanku…

Sesungguhnya aku senang

Untuk mempersembahkan kepadaMu semua kebaikanku

Sementara aku sangat faqir dan lemah

Oleh karena itu wahai Tuhanku,

Bagaimana Engkau tidak senang

Untuk memberi ampunan kepadaku atas segala kesalahanku

Sementara Engkau Maha Kaya

Karena sesungguhnya keburukanku tidak akan membahayakanMu

Dan kebaikanku tidaklah memberi manfaat bagiMu

Dan sesungguhnya sebagian orang yang mulia telah memberikan ijazah agar dibaca setelah melaksanakan
shalat Jum’at 7 kali dari bait syair sebagai berikut

Ilahy lastu lil firdausi ahla

Walaa aqway ‘ala naaril jahiimi

Fahably zallaty wahfir dzunuuby

Fa innaka ghaafirul dzanbil ‘adziimi

Wa ‘aamilny mu’aamalatal kariimi

Watsabbitny ‘alan nahjil qawwimi

(Hikayat) Sesungguhnya Syaikh Abu Bakr As-Syibly datang kepada Ibnu Mujaahid. Maka segeralah Ibnu
Mujaahid mendekati As-Syibly dan mencium tempat diantara kedua mata beliau. Mmaka ditanyakanlah kepada
Ibnu Mujaahid akan perbuatannya yang demikian, dan beliau berkata, “Sesungguhnya aku melihat RasuluLlah
SAW di dalam tidur dan sungguh beliau SAW telah mencium Syaikh Abu Bakr As-Syibly. Ketika itu berdirilah
Nabi SAW di depan as-Syibly dan beliau mencium antara kedua mataAs-Syibly. Maka aku bertanya, ‘Yaa
RasuluLlah, apakah benar engkau berbuat yang demikian terhadap As-Syibly ?’. RasuluLlah SAW menjawab,
‘benar, sesungguhnya dia tidak sekali-kali mengerjakan shalat fardhu melainkan setelah itu membaca Laqad jaa
a kum Rasuulum min anfusikum ‘aziizun ‘alaiHi maa ‘anittum chariisun ‘alaikum bil
mukminiinarra’uufurrahiim faintawallau faqul chasbiyaLlaahu laaIlaaha Illa Huwa ‘alaiHi tawakkaltu waHuwa
Rabbul ‘Arsyil ‘adziim….setelah itu dia /As-Syibly mengucapkan salam ShallaLlaahu ‘alaika Yaa
Muhammad”. Kemudian aku tanyakan kepada As-Syibli mengenai apa yang dibacanya setelah shalat fardhu,
maka beliau menjawab seperti bacaan tadi….

Fasal 29

Makalah ke duapuluh sembilan :

Telah berka Asy-syibly, “Apabila engkau menginginkan ketenangan bersama Allah, maka bercerailah dengan
nafsumu.” Artinya tidak menuruti apa yang menjadi keinginannya. Telah ditanyakan keadaan Asy-Syibly di
dalam mimpi setelah beliau wafat, maka beliau menjawab,’ Allah Ta’ala berfirman kepadaku,’Apakah engkau
mengetahui dengan sebab apa Aku mengampunimu ?’

Maka aku menjawab, ‘Dengan amal baikku”.

Allah Ta’ala berfirman,’Tidak’.

Aku menjawab, ‘Dengan ikhlas dalam ubudiyahku ‘.

Allah Ta’ala berfirman, ‘Tidak’.

Aku menjawab,’Dengan hajiku dan puasaku ?’

Allah Ta’ala berfirman, ‘Tidak’.

Aku menjawab, ‘Dengan hijrahku mengunjungi orang-orang shaleh untuk mencari ilmu“.

Allah Ta’ala berfirman,’Tidak’.

Akupun bertanya, ‘Wahai Tuhanku, kalau begitu dengan apa ?“

Allah Ta’ala menjawab, ‘Apakah engkau ingat ketika engkau berjalan di Baghdad kemudian engkau mendapati
seekor anak kucing yang masih kecil dan lemah karena kedinginan, dan ia emnggigil karenanya. Kemudian
engkau mengambilnya karena rasa kasihan kepada anak kucing itu dan engkau hangatkan ia ?”

Aku menjawab, ‘Ya’.

Maka berfirmanlah Allah Ta’ala, ‘Dengan kasih sayangmu kepada anak kucing yang masih kecil itulah Aku
menyayangimu’.

Fasal 30

Telah berkata Asy-Syibli, “Jika engkau telah merasakan nikmatnya pertemuan (wushlah – dekat dengan Allah
SWT) niscaya engkau akan mengerti rasa pahitnya perpisahan (Qathi’ah-yaitu jauh dari Allah Ta’ala) . karena
sesungguhnya berjauhan dari Allah SWT merupakan siksaan yang besar bagi AhluLlah ta’ala. Dan termasuk
salah satu dari do’a SAW adalah ,”Allahummarzuqny ladzatan nadzari ilaa wajhiKal Kariim, wasyauqu ilaa
liqaaiK”. (Yaa Allah berikanlah kepadaku kelezatan dalam memandang wajah-Mu yang Mulia dan rasa rindu
untuk bertemu dengan-Mu)

Fasal 31

Diriwayatkan dari Nabi SAW, sesungguhnya Beliau bersabda, “Barang saiapa yang pada waktu pagi hari
(memasuki waktu subuh) dalam keadaan mengadu kepada manusia tentang kesulitan hidupnya, maka seakan-
akan ia telah mengadukan Tuhannya. “.

Sesungguhnya pengaduan selayaknya hanya kepada Allah karena pengaduan kesulitan hidup kepada Allah
termasuk do’a. adapun mengadu kepada manusia menunjukkan tidak adanya ridha dengan pembagian Allah
Ta’ala sebagaimana diriwayatkan dari AbdiLlah bin Mas’ud RA, telah bersabda RasuluLlah SAW, “Maukah
kamu semua aku ajari sebuah kalimat yang diucapkan Musa AS ketika melintasi lautan bersama bani israil ?“.
kami semua menjawab ,”Baik Yaa RasuluLlah”. RasuluLlah SAW bersabda,”Ucapkanlah kalimat ‘Allahumma
laKal hamdu wa ilaiKal Musytakay wa Antal Musta’aan wa laa haula walaa quwwata illa biLlahil ‘Aliyyil
‘Adhiim” (Yaa Allah segala puji hanya untuk-Mu, dan hanya kepadamulah tempat mengadu, dan Engkaulah
Penolong dan tiada daya upaya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah Dzat Yang Maha Tinggi dan
Maha Agung. Maka berkatalah Al-A’masy, Tidaklah kami pernah meninggalkan membaca kalimat tersebut
sejak kami mendengarnya dari Syaqiq Al-Asady Al kuufy.

Barang siapa pada waktu pagi hari berduka atas perkara duniawi, maka sesungguhnya ia telah marah kepada
tuhannya. Artinya, barang siapa yang bersedih karena urusan dunia, sesungguhnya ia telah marah kepada
Tuhannya, karena ia tidak ridha dengan qadha’ (takdir Allah) dan tidak bersabar atas cobaan-Nya dan tidak
beriman dengan kekuasaan-Nya. Karena sesungguhnya apa saja yang terjadi di dunia ini adalah atas qadha Ilahi
Ta’ala dan atas kekuasaan-Nya.

Dan barang siapa yang merendahkan diri kepada orang kaya karena melihat kekayaannya, maka hilanglah 2/3
agamanya. Artinya bahwa disyari’atkannya penghormatan manusia kepada orang lain adalah karena alasan
kebaikan dan ilmunya bukan karena kekayaannya. Karena sesungguhnya orang yang memuliakan harta,
sesungguhnya ia telah menyia-nyiakan ilmu dan amal shaleh. Telah berkata Sayyidy Syaikh Abdul qadir Al-
Jailany RA, “Tidak boleh tidak bagi seorang muslim pada setiap keadaannya selalu dalam tiga keadaan, yang
pertama melaksanakan perintah, kedua menjauhi larangan, dan ketiga ridha dengan pembagian Tuhan.” Dan
kondisi minimal bagi seorang mukmin adalah tidak terlepas dari salah satu dari tiga keadaan tersebut di atas,

32. telah berkata Sayidina Aby Bakar As-Shidiq RA, “Tiga perkara yang tidak akan dapat diperoleh dengan tiga
perkara lainnya. Artinya ada tiga perkara, dimana tiga perkara tersebut tidak akan dapat diperoleh dengan tiga
perkara, yaitu yang pertama Kekayaan dengan hanya berangan-angan. Sesungguhnya kekayaan tidak dapat
diperoleh hanya dengan berangan-angan akan tetapi dengan pembagian dari Allah. yang ke dua Muda dengan
bersemir. Maka tidak akan dapat diperoleh kemudaan usia hanya dengan menyemir rambut dan lain sebagainya.
Yang ketiga, Kesehatan dengan obat-obatan.

Fasal 32

Dari Abu Bakar As-Shidiq RA, “Tiga perkara tidak dapat di capai/didapatkan dengan tiga perkara lainnya : 1.
Kekayaan dengan angan-angan. Artinya tidaklah kekayaan itu dapat diperoleh hanya dengan berangan-angan
tanpa kerja nyata, dan pembagian dari Allah. 2. Muda usia dengan semir. Artinya tidaklah akan diperoleh
keadaan menjadi muda hanya karena disemirnya rambut dan sebagainya. Akan tetapi orang yang sudah
bertambah usia (tua) tidaklah mungkin berubah menjadi muda kembali meskipun dengan rambut disemir atau
yang lainnya. Dan umur akan terus berjalan hingga akhirnya habislah umur itu kembali menghadap sang
Khaliq. 3. Dan kesehatan dengan menggunakan obat-obatan. Artinya kesehatan tidak dapat diperoleh dengan
mengkonsumsi obat-obatan akan tetapi sesuai sunnah Allah harus dengan menjaga diri dengan makanan yang
halal dan olah raga secara teratur serta rajin beribadah.

Fasal 33

Dari Sahabat Umar RA, “bersikap kasih sayang dengan manusia adalah setengah dari sempurnanya aka”l.
Sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Hiban dan Thabrani dan Baihaqi dari Jabir bin abdiLlah dari Naby SAW
bersabda, “Berperilaku baik terhadap manusia adalah shadaqah”. Artinya berperilaku yang baik terhadap
manusia melalui ucapan dan perbuatan pahalanya sama dengan orang yang bersedekah. Dan sebagian dari
suritauladan Naby dalam bersikap baik dalam pergaulan adalah beliau tidak pernah mencela makanan dan
menghardik pelayan dan tidak pernah memukul wanita termasuk isteri beliau. Dan yang lebih tepat untuk
perilaku yang baik ini adalah meninggalkan kesenangan duniawi karena tuntutan agama. Dan rajn bertanya
(kepada Ulama) adalah setengah dari ilmu. Karena ilmu akan dipeorleh apabila kita rajin bertanya terhadap
segala sesuatu yang kita tidak tahu. Dan rajin bekerja adalah setengah dari penghidupan. Karena dengan rajin
bekerja kita akan memperoleh rizki sebagai bekal untuk kelangsungan hidup kita.

Fasal 37- 38

Makalah ke 37. dari Nabi Dawud AS, Diwahyukan di dalam kitab Zabur, – Wajib bagi orang yang berakal
untuk tidak menyibukkan diri kecuali dalam tiga hal :

1. Mempersiapkan bekal untuk perjalanan ke akhirat.

2. Bergaul dengan pergaulan yang baik.


3. Bekerja dengan baik mencari rizki yang halal untuk bekal ibadah kepada Allah karena mencari rizki yang
halal adalah wajib hukumnya.

Makalah ke 38. dari Abu Hurairah RA. Nama beliau adalah AbduRrahman bin Shakhr. Beliau berkata, telah
bersabda Naby SAW Ada tiga perkara yang menyelamatkan (dari adzab), tiga perkara yang merusakkan
(membawa orang kepada kerusakannya), tiga perkara meningkatkan derajat (beberapa tingkatan di akhirat), tiga
perkara menghapuskan dosa. Adapun tiga yang menyelamatkan adalah

1. Takut kepada Allah dalam keadaan tersembunyi maupun terang-terangan.

2. Sedang dalam faqir dan kekayaan.

3. Seimbang dalam ridha dan marah (yaitu Ridha karena Allah dan marah karena Allah).

Adapun (tiga) yang merusakkan adalah

1. bakhil yang bersangatan (dengan tidak mau memberikan apa yang menjadi hak Allah dan haq makhluk).
Dalam riwayat lain bakhil yang diperturutkan. (Adapun apabila sifat bakhil itu ada dalam diri seseorang akan
tetapi tidak diperturutkan, maka tidaklah yang demikian ini merusakkan karena sifat bakhil adalah sifat yang
lazim ada pada manusia).

2. Hawa nafsu yang selalu diikuti.

3. Dan herannya (‘ujub) manusia terhadap diri sendiri. (Artinya seseorang memandang dirinya dengan
pandangan kesempurnaan dirinya disertai lalai terhadap ni’mat Allah Ta’ala dan merasa aman dari hilangnya
ni’mat itu).

Adapun yang meninggikan derajat adalah

1. Menebarkan salam (artinya menebarkan salam kepada orang lain yang dikenal maupun yang tidak dikenal).

2. Memberikan hidangan makanan (kepada tamu atau orang yang menderita kelaparan).

3. Dan shalat pada waktu malam sedang manusia sedang tertidur lelap (yaitu mengerjakan shalat tahajud pada
tengah malam ketika orang-orang sedang lalai dalam ni’matnya tidur).

Adapun yang dapat menghapus dosa adalah

1. Menyempurnakan wudhu pada saat yang sulit (artinya menyempurnakan wudhu pada saat udara sangat
dingin dengan menjalankan sunah-sunahnya).

2. Malangkahkan kaki untuk mengerjakan shalat berjama’ah.

3. Menunggu shalat sesudah shalat (Untuk mengerjakan shalat berikutnya di masjid yang sama).

Fasal 39-43

Makalah ke 39 :

,‫ واﻋﻤﻞ ﻣﺎ ﺷﺌﺖ ﻓﺌﻨﻚ ﻣﺠﺰى ﺑﮫ‬,‫ وأﺣﺒﺐ ﻣﻦ ﺷﺌﺖ ﻓﺌﻨﻚ ﻣﻔﺎرﻗﺔ‬,‫ﻗﺎل ﺟﺒﺮﯾﻞ ﻋﻠﯿﮫ اﻟﺴﻼم ﯾﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﻋﺶ ﻣﺎ ﺷﺌﺖ ﻓﺌﻨﻚ ﻣﯿﺖ‬

Jibril As berkata, “Ya Muhammad hiduplah sesuka engkau karena sesungguhnya engkau akan meninggal
dunia. Dan cintailah orang yang engkau suka karena engkau pasti akan berpisah (disebabkan kematian). Dan
beramalah sesuka engkau karena engkau akan di beri pahala atas amal itu.

Makalah ke 40 :

,‫ واﻟﻤﺎﺷﻰ اﻟﻰ اﻟﻤﺴﺎﺟﺪ ﻓﻰ اﻟﻈﻠﻢ‬,‫ اﻟﻤﺘﻮﺿﺊ ﻓﻰ اﻟﻤﻜﺎره‬.‫ ﺛﻼﺛﺔ ﻧﻔﺮ ﯾﻈﻠﮭﻢ اﷲ ﺗﺤﺖ ﻇﻞ ﻋﺮﺷﮫ ﯾﻮم ﻻﻇﻞ اﻻ ﻇﻠﮫ‬: ‫ﻗﺎل اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻞ اﻟﮫ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ‬
.‫وﻣﻄﻌﻢ اﻟﺠﺎﺋﻊ‬
Tiga golongan yang akan mendapatkan naungan ‫ اﷲ‬di bawah naungan ‘arsy-Nya pada hari dimana tidak ada
naungan kecuali naungan-Nya. 1 orang yang berwudhu pada waktu yang sangat berat (dingin bersangatan). 2.
orang yang pergi ke masjid dalam kegelapan )untuk mengerjakan shalat berjama’ah). 3. Orang yang memberi
makan orang yang kelaparan.

Makalah ke 41 :

‫ وﻣﺎ اھﺘﻤﻤﺖ ﺑﻤﺎ ﺗﻜﻔﻞ اﷲ ﻟﻰ وﻣﺎ‬,‫ اﺧﺘﺮت اﻣﺮ اﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻋﻠﻰ أﻣﺮ ﻏﯿﺮه‬: ‫ "ﻷي ﺷﯿﺊ اﺗﺨﺬك اﷲ ﺧﻠﯿﻼ ؟ ﻗﺎل ﺑﺜﻼﺛﺖ اﺷﯿﺎء‬,‫ﻗﯿﻞ ﻻﺑﺮاھﯿﻢ ﻋﻠﯿﮫ اﻟﺴﻼم‬
‫ﺗﻌﯿﺸﺖ وﻣﺎ ﺗﻐﺪﯾﺖ اﻻ ﻣﻊ اﻟﻀﯿﻒ‬

Ditanyakan kepada Nabi Ibrahim AS, “Dengan sehingga ‫ اﷲ‬menjadikan engkau sebagai kekasih ?” Maka Ia
menjawab, “Dengan tiga hal, Aku memilih melaksanakan perintah ‫ اﷲ‬daripada perintah selain‫اﷲ‬. Dan aku tidak
bersedih hati atas apa yang telah ‫ اﷲ‬tanggung untukku (dari rizki). Dan tidak sekali-kali aku makan malam atau
makan pagi kecuali bersama-sama dengan tamu.

Telah diriwayatkan bahwa Nabi Ibrahim AS berjalan satu mil atau dua mil untuk mencari orang yang mau dijak
makan bersamanya.

Makalah ke 42 :

‫ وﻛﻼم اﻟﺤﻜﻤﺎء‬3 ,‫ وﻟﻘﺎء أوﻟﯿﺎﺋﮫ‬2 ,‫ ذﻛﺮ اﷲ ﺗﻌﺎﻟﻲ‬1 ‫ ﺛﻼﺛﺔ اﺷﯿﺎء ﺗﻔﺮج اﻟﻐﺼﺺ‬: ‫ﻋﻦ ﺑﻌﺾ اﻟﺤﻜﻤﺎء‬

Diriwayatkan dari sebagian ahli hikmah (orang-orang yang pandai mengobati penyakit hati). Tiga perkara dapat
menghilangkan kesusahan. 1 Dzikir kepada ‫ اﷲ‬dengan lafadz apapun seperti banyak membaca kaliamat ‫ﻻاﻟﮫ اﻻاﷲ‬
dan kalimat ‫ﻻﺣﻮﻟﻮﻻﻗﻮةاﻻﺑﺎﷲ‬, atau dengan bermunajat kepada-Nya. 2 Bertemu kekasih / Aulia-Nya dari para
ulama dan orang-orang saleh. 3 Mendengarkan kalam (nasihat) para hukama’ (orang yang menunjukkan kepada
kebajikan dunia dan akhirat).

Makalah ke 43

.‫ وﻣﻦ ﻻورع ﻟﮫ ﻻزﻟﻔﻰ ﻟﮫ‬,‫ وﻣﻦ ﻻﺻﺒﺮﻟﮫ ﻻدﯾﻦ ﻟﮫ‬,‫ ﻣﻦ ﻻ أدﺑﻠﮫ ﻻﻋﻠﻢ ﻟﮫ‬: ‫ﻋﻦ ﺣﺴﻦ اﻟﺒﺼﺮى رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﮫ‬

Dari Hasan Al Bashri RA, Barang siapa yang tidak memiliki adab/etika (kepada ‫ اﷲ‬dan kepada makhluk) maka
tiadalah ilmu baginya. Barang siapa yang tidak memiliki kesabaran (karena menanggung bala’ dan
menanggung disakiti oleh makhluk, dan atas beratnya menjahui maksiyat dan atas melaksanakan kewajiban),
maka tiadalah agama baginya. Barang siapa yang tidak wara’ (dari yang haram dan syubhat) maka tidak ada
pujian (martabat) baginya di hadapan ‫ اﷲ‬dan tiada kedekatan baginya kepada ‫اﷲ‬.

Anda mungkin juga menyukai