Etika Belajar Dalam Islam .
Etika Belajar Dalam Islam .
Etika Belajar Dalam Islam .
Dalam islam, perbuatan baik dan buruk manusia lebih dikenal dengan istilah akhlak
bukan etika. Akhlak dan etika memang sering kali diartikan sama padahal kedua nya
memiliki perbedaan khususnya terkait dengan penentuan baik buruknya suatu perbuatan
manusia. Baik buruk nya akhlak ditentukan oleh ajaran agama, dalam hal ini al-quran dan as-
sunnah sedangkan etika baik buruk nya ditentukan akal pikiraan. Dengan demikian, etika
dalam islam adalah akhlak itu sendiri.
A. PENGERTIAN ETIKA
Seperti yang telah disinggung di atas bahwa istilah etika dalam islam lebih
dikenal dengan istilah akhlak. Secara etimologis, kata akhlak adalah bentuk masdar
dalam bahasa arab dari kata akhlaqa-yukhliqu-ikhlaqan yang berati perangai,
kelakuan, tabiat atau watak dasar, kebiasaan atau kelaziman, peradaban yang baik.
Jika di telusuri cara bahasa juga ada kesesuian antara kata akhlaq (perbuatan atau
tingkah laku), khaliq (pencipta) dan makhluq (makhluk atau yang diciptakan).
Kesesuaian ini menandakan bahwa akhlak adalah sebagai media bagi makhluknya
dalam berhubungan dengan tuhannya.
Sedangkan secara istilah, ada beberapa pendapat dari para ulama tentang akhlak,
diantara nya adalah :
1) Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam
jiwa (manusia) yang melahirkan tindakan-tindakan mudah dan gampang tanpa
memerlukan pemikiran ataupun pertimbangan.
2) Abu Bakar Jabir Al-jaziry mengatakan akhlak adalah bentuk kejiwaan yang
tertanam dalam diri manusia yang dapat menimbulkan perbuatan baik dan buruk,
terpuji dan tercela.
Ahmad tafsir secara sederhana mengatakan bahwa etika merupakan budi pekerti
menurut akal. Etika merupakan ukuran baik buruk perbuatan manusia menurut akal.
30 Amsal Bakhtiar dengan nada yang berbeda mengartikan etika daam dua makna,
yaitu ;
Etika sebagai kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan-
perbuatan manusia
Etika sebagai suatu predikat yang dipakai untuk membedakan hal-hal,
perbuatan-perbuatan, atau mausia-manusia yang lain.
B. PENGERTIAN BELAJAR
Belajar merupakan suatu proses indivu dalam berinteraksi dengan lingkungan
sekitar nya sehingga menimbulkan terjadi nya perubahan tinkah laku, baik sikap,
ketersmpilan, pengetahuan. Perubahan ini terjadi karena adanya respons dari individu
terhadap rangsangan rangsangan atau stimulus yang di terimanya. Dengan demikian,
aktifitas belajar manusia terjadi secara sadar dan di sengaja tidak secara kebetulan.
C. ETIKA BELAJAR DALAM ISLAM
Seorang yang mau belajar terlebih dahulu harus membersihan jiwa dari segala
bentuk akhlak yang tercela. Orang yang dalam suasana belajar, yang disiapkan bukan
hanya pikiran, tetapi seluruh aspek yang turut membantu dalam proses internalisasi
ilmu kedalam diri murid. Seorang murid harus menghilangkan sifat terburu-buru
dalam mendapatkan ilmu. Konsisten dan sabar merupakan bagian yang tidak bisa
dilepaskan dalam setiap pelajar.
Pelajar juga harus mempunyai sikap tidak terburu-buru dan tidak memaksakan
guru untuk menjelaskan sesuatu yang belum saatnya. Seorang pelajar haruslah
menampilkan sosok yang bersahaja dan sikap memuliakan gurunya. Maka sudah
menjadi hal yang lumrah, etika perlu dijaga oleh si pelajar dan juga menjaga sikap
dan perilaku terpuji dihadapan gurunya.
Al-Ghazali menjelaskan ada beberapa hal yang mesti di jaga bagi menuntut
ilmu: Menyucikan hati dari perilaku yang buruk dan sifat-sifat yang tercela (Al-
Baqir:1996:165). Rasul saw selalu berupaya sekuat tenaga untuk menjauhkan diri dari
segala perbuatan dosa.
1. Mengurangi segala keterkaitan dengan kesibukan-kesibukan duniawi dan
menjauh dari keluarga dan kota tempat tinggal
2. Tidak bersikap angkuh terhadap ilmu dan tidak pula menonjolkan
kekuasaan terhadap guru yang mengajari, tetapi menyerahkan bulat-bulat
kendali dirinya dan mematuhi segala nasehatnya.
3. Bagi seorang pemula dalam upayanya menuntut ilmu, ialah tidak
memalingkan perhatiannya sendiri untuk mendengar pendapat manusia
yang bersimpang siur, baik ilmu yang sedang dipelajarinya itu termasuk
ilmu-ilmu dunia maupun ilmu akhirat.
4. Bagi seorang penuntut ilmu adalah menunjukkan perhatiaannya yang
sungguh-sungguh kepada tiap-tiap disiplin ilmu yang terpuji.
5. Hendaklah ia tidak melibatkan diri dalam berbagai macam ilmu
pengetahuan secara bersamaan.
6. Hendaknya ia tidak melibatkan diri dalam suatu bagian ilmu sebelum
menguasai bagian yang sebelumnya. Sebab semua ilmu berurutan secara
teratur.
7. Hendaknya ia berusaha mengetahui apa kiranya yang menjadikan sesuatu
menjadi semulia-mulia ilmu.
8. Hendaknya seorang penuntut ilmu menjadikan tujuannya segera, demi
menghiasi batinnya dengan segala aspek kebajikan. Sedangkan tujuan
selanjutnya demi mendekatkan diri kepada allah.
Mencermati ulasan Al-Ghazali bagaimana selayaknya seorang penuntut ilmu
bersikap lebih menitik tekankan kepada batin si pelajar dan fokus kepada kehidupan
mata batin. Hal ini dianggap wajar, karena perspektif yang digunakan lebih kepada
demensi tasawwuf. Memiliki rasa hormat dan bersikap santun terhadap guru adalah
perilaku yang harus di miliki dalam menuntut ilmu. Guru adalah orang yang
memberikan ilmu, yang dengan ilmu itu orang menjadi mulia baik di dunia maupun di
akhirat.
Ini juga sejalan dengan pandangan Hasyim Asy’Ari dalam kitab Adab-al-
A’lim wal Mutaalim. Dia mengatakan bahwa murid harus :
Pertama, bagi murid hendaknya berniat suci untuk menuntutilmu,
jangan berniat untuk hal-hal duniawi dan jangan melecehkan atau
menyepelekannya.
Kedua, bagi guru dalam mengerjakan ilmu hendaknya meluruskan
niatnya terlebih dahulu, tidak mengharapkan materi semata-mata.
Dipertegas oleh Imam Nawawi bahwa seorang murid haruslah:
1. Hendaklah peserta didik menjauhi hal-hal yang menyibukkan kecuali
karena merupakan kebutuhan.
2. Membersihkan hati dari kotoran-kotoran dosa supaya hati menjadi baik
untuk menerima Al-Quran, menghafalkannyadan menghafalkannya.
3. Hendaklah peserta didik bersikap tawadhu terhadap pendidiknya meskipun
pendidiknya lebih muda darinya, kurang tersohor, lebih rendah nasabnya
dan hendaklah peserta didik bersikap tawadhu terhadap ilmu, karena
dengan sikap tersebut peserta didik akan mendapatkan ilmu.