Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

Tujuan Pemberdayaan Masyarakat 

Menurut Mardikanto (2014:202), terdapat enam tujuan pemberdayaan


masyarakat,yaitu:

1. Perbaikan kelembagaan (better institution). Dengan


perbaikan kegiatan/tindakan yang dilakukan, diharapkan akan
memperbaiki kelembagaan, termasuk pengembangan jejaring
kemitraan usaha. 
2. Perbaikan usaha (better business). Perbaikan pendidikan
(semangat belajar), perbaikan aksesibisnislitas, kegiatan dan
perbaikan kelembagaan, diharapkan akan memperbaiki bisnis yang
dilakukan.
3. Perbaikan pendapatan (better income). Dengan
terjadinya perbaikan bisnis yang dilakukan, diharapkan akan dapat
memperbaiki pendapatan yang diperolehnya, termasuk pendapatan
keluarga dan masyarakatnya.
4. Perbaikan lingkungan (better environment). Perbaikan
pendapatan diharapkan dapat memperbaiki lingkungan (fisik dan
sosial), karena kerusakan lingkungan seringkali disebabkan oleh
kemiskinan atau pendapatan yang terbatas. 
5. Perbaikan kehidupan (better living). Tingkat pendapatan
dan keadaan lingkungan yang membaik, diharapkan dapat
memperbaiki keadaan kehidupan setiap keluarga dan masyarakat. 
6. Perbaikan masyarakat (better community). Kehidupan
yang lebih baik, yang didukung oleh lingkungan (fisik dan sosial)
yang lebih baik, diharapkan akan terwujud kehidupan masyarakat
yang lebih baik pula.
Prinsip-Prinsip Pemberdayaan Masyarakat 

Terdapat empat prinsip yang sering digunakan untuk suksesnya program


pemberdayaan, yaitu prinsip kesetaraan, partisipasi, keswadayaan atau
kemandirian, dan berkelanjutan (Najiati dkk, 2005:54). Adapun penjelasan
terhadap prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat tersebut adalah
sebagai berikut:

a. Prinsip Kesetaraan 

Prinsip utama yang harus dipegang dalam proses pemberdayaan


masyarakat adalah adanya kesetaraan atau kesejajaran kedudukan
antara masyarakat dengan lembaga yang melakukan program-program
pemberdayaan masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan.
Dinamika yang dibangun adalah hubungan kesetaraan dengan
mengembangkan mekanisme berbagai pengetahuan, pengalaman,
serta keahlian satu sama lain. Masing-masing saling mengakui
kelebihan dan kekurangan, sehingga terjadi proses saling belajar.

b. Partisipasi 

Program pemberdayaan yang dapat menstimulasi kemandirian


masyarakat adalah program yang sifatnya partisipatif, direncanakan,
dilaksanakan, diawasi, dan dievaluasi oleh masyarakat. Namun, untuk
sampai pada tingkat tersebut perlu waktu dan proses pendampingan
yang melibatkan pendamping yang berkomitmen tinggi terhadap
pemberdayaan masyarakat.

c. Keswadayaan atau kemandirian 

Prinsip keswadayaan adalah menghargai dan mengedepankan


kemampuan masyarakat daripada bantuan pihak lain. Konsep ini tidak
memandang orang miskin sebagai objek yang tidak berkemampuan
(the have not), melainkan sebagai subjek yang memiliki kemampuan
sedikit (the have little). Mereka memiliki kemampuan untuk menabung,
pengetahuan yang mendalam tentang kendala-kendala usahanya,
mengetahui kondisi lingkungannya, memiliki tenaga kerja dan
kemauan, serta memiliki norma-norma bermasyarakat yang sudah lama
dipatuhi. Semua itu harus digali dan dijadikan modal dasar bagi proses
pemberdayaan. Bantuan dari orang lain yang bersifat materiil harus
dipandang sebagai penunjang, sehingga pemberian bantuan tidak
justru melemahkan tingkat keswadayaannya.

d. Berkelanjutan 

Program pemberdayaan perlu dirancang untuk berkelanjutan, sekalipun


pada awalnya peran pendamping lebih dominan dibanding masyarakat
sendiri. Tapi secara perlahan dan pasti, peran pendamping akan makin
berkurang, bahkan akhirnya dihapus, karena masyarakat sudah mampu
mengelola kegiatannya sendiri.

Strategi Pemberdayaan Masyarakat 

Terdapat tiga strategi utama pemberdayaan masyarakat dalam praktik


perubahan sosial, yaitu tradisional, direct action (aksi langsung), dan
transformasi yang dijelaskan sebagai berikut (Hikmat, 2006):

1. Strategi tradisional. Strategi ini menyarankan agar


masyarakat mengetahui dan memilih kepentingan terbaik secara
bebas dalam berbagai keadaan. Dengan kata lain semua pihak
bebas menentukan kepentingan bagi kehidupan mereka sendiri
dan tidak ada pihak lain yang mengganggu kebebasan setiap
pihak. 
2. Strategi direct-action. Strategi ini membutuhkan dominasi
kepentingan yang dihormati oleh semua pihak yang terlibat,
dipandang dari sudut perubahan yang mungkin terjadi. Pada
strategi ini, ada pihak yang sangat berpengaruh dalam membuat
keputusan. 
3. Strategi transformatif. Strategi ini menunjukkan bahwa
pendidikan massa dalam jangka panjang dibutuhkan sebelum
pengindentifikasian kepentingan diri sendiri.

Tahapan Pemberdayaan Masyarakat 


Pemberdayaan masyarakat memiliki tujuh tahapan atau langkah yang
dilakukan, yaitu sebagai berikut (Soekanto, 1987:63):

1. Tahap Persiapan. Pada tahapan ini ada dua tahapan yang


harus dikerjakan, yaitu: pertama, penyimpanan petugas, yaitu
tenaga pemberdayaan masyarakat yang bisa dilakukan oleh
community woker, dan kedua penyiapan lapangan yang pada
dasarnya diusahakan dilakukan secara non-direktif. 
2. Tahapan pengkajian (assessment). Pada tahapan ini yaitu
proses pengkajian dapat dilakukan secara individual melalui
kelompok-kelompok dalam masyarakat. Dalam hal ini petugas
harus berusaha mengidentifikasi masalah kebutuhan yang
dirasakan (feel needs) dan juga sumber daya yang dimiliki klien. 
3. Tahap perencanaan alternatif program atau
kegiatan. Pada tahapan ini petugas sebagai agen perubahan
(exchange agent) secara partisipatif mencoba melibatkan warga
untuk berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana
cara mengatasinya. Dalam konteks ini masyarakat diharapkan
dapat memikirkan beberapa alternatif program dan kegiatan yang
dapat dilakukan. 
4. Tahap pemfomalisasi rencanaaksi. Pada tahapan ini agen
perubahan membantu masing-masing kelompok untuk
merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa yang
mereka akan lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada. Di
samping itu juga petugas membantu untuk memformalisasikan
gagasan mereka ke dalam bentuk tertulis, terutama bila ada
kaitannya dengan pembuatan proposal kepada penyandang dana. 
5. Tahap pelaksanaan (implementasi) program atau
kegiatan. Dalam upaya pelaksanaan program pemberdayaan
masyarakat peran masyarakat sebagai kader diharapkan dapat
menjaga keberlangsungan program yang telah dikembangkan.
Kerja sama antar petugas dan masyarakat merupakan hal penting
dalam tahapan ini karena terkadang sesuatu yang sudah
direncanakan dengan baik melenceng saat di lapangan. 
6. Tahap evaluasi. Evaluasi sebagai proses pengawasan dari
warga dan petugas program pemberdayaan masyarakat yang
sedang berjalan sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga.
Dengan keterlibatan warga tersebut diharapkan dalam jangka
waktu pendek biasanya membentuk suatu sistem komunitas untuk
pengawasan secara internal dan untuk jangka panjang dapat
membangun komunikasi masyarakat yang lebih mendirikan dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada. 
7. Tahap terminasi. Tahap terminasi merupakan tahapan
pemutusan hubungan secara formal dengan komunitas sasaran.
Dalam tahap ini diharapkan proyek harus segera berhenti.

Daftar Pustaka

 Suharto, Edi. 2005. Membangun masyarakat


memberdayakan rakyat. Bandung: Refika Aditama. 
 Fahrudin, Adi. 2012. Pemberdayaan, Partisipasi dan
Penguatan Kapasitas Masyarakat. Bandung: Humaniora.
 Najiati, Sri, dkk. 2005. Pemberdayaan Masyarakat di
Lahan Gambut. Bogor: Wetlands International.
 Soekanto, Soerjono. 1987. Sosial Suatu Pengantar. Jakarta:
Rajawali press. 
 Mardikanto, Totok. 2014. CSR (Corporate Social
Responsibility)(Tanggungjawab Sosial Korporasi).
Bandung: Alfabeta.
 Hikmat, Harry. 2006. Strategi Pemberdayaan Masyarakat.
Bandung: Humaniora.

Anda mungkin juga menyukai