Teori Biaya Dalam Islam

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

TEORI BIAYA DALAM ISLAM

DOSEN PENGAMPU :

Nama Kelompok :

ANNISA MAULYDIA NASUTION

FAUZAN FAHMI HASIBUAN

ELDZAN IZZAHARA NASUTION

RIJA AINI

PRODI EKONOMI ISLAM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATRA UTARA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
petunjuk Nya sehingga penulis dapat meneyelesaikan tugas makalah dengan judul “ Teori
biaya dalam islam” ini dengan baik.Makalah ini disususun dengan maksud untuk memenuhi
tugas Ekonomi Mikro Islam II serta memberikan pengetahuan baru bagi penulis dan pembaca
mengenai ekonom mikro khususnya teori biaya.Kami berharap semoga kedepannya makalah
ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan
kritik beserta sarannya yang bersifat membangun terciptanya makalah selanjutnya yang akan
lebih baik.

PENULIS
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam ajaran Islam, pemanfaatan sumberdaya merupakan sesuatu yang telah
diperintakan oleh Allah. Kegiatan tersebut harus dengan prinsip keadilan tanpa adanya unsur
eksploitasi. Implementasi dari pemanfaatan sumberdaya yaitu dengan melakukan kegiatan
produksi. Dalam literatur konvensional, teori produksi ditujukan untuk memberikan
pemahman tentang perilaku perusahaan dalam membeli dan menggunakan masukan (input)
untuk produksi dan menjual keluaran (output).
Secara garis besar perilaku produsen ada dua yaitu maksimalisasi profit dan
minimalisasi biaya. Dalam melakukan perilaku tersebut produsen membutuhkan cara paling
efisien dengan memilih jenis sumber modal apa yang cocok untuk mengoptimalkan output
perusahaan, seperti qard (pinjaman tanpa kompensasi), syirkah (sebagian menggunakan
modal dari pihak lain), mudharanah (bagi hasil atas kesepakatan bersama), meminjam uang
ke bank yang berbasisi bunga.
Setiap sumber modal yang berbeda dapat memberikan efek yang berbeda pula
atas output yang dihasilkan. Oleh karena itu perusahaan melakukan analisis biaya sebagai
salah satu cara untuk mengestimasi seberapa besar profit yang akan diperoleh. Pada
babberikutnya dalam makalah ini akan dibahas tentang analisi biaya d kemudian cara
meminimalisasi biaya untuk memproduksi jumlah yang sama dan maksimalisasi produksi
tanpa kenaikan atau perubahan biaya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan analisis biaya ?
2. Apa yang dimaksud dengan minimalisasi biaya untuk memproduksi jumlah yang
sama ?
3. Apa yang dimaksud dengan maksimalisasi produksi tanpa kenaikan atau
perubahan biaya ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui analisis biaya.
2. Untuk mengetahui minimalisasi biaya untuk memproduksi jmlah yang sama.
3. Untuk mengetahui maksimalisasi produksi tanpa kenaikan atau perubahan biaya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Analisi Biaya
1. Fungsi Biaya
Definisi biaya dalam ilmu ekonomi adalah pengorbanan untuk menghasilkan
sesuatu baik yang berwujud uang maupun bukan. 1 Analisa biaya berhubungan antara biaya
dengan kegiatan produksi. Pengertian biaya produksi adalah semua pengeluaran yang
dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh fakto-faktor produksi dan bahan-bahan mentah
yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksi oleh perusahaan. 2
Dari beberapa definisi diatas bisa disimpulkan bahwa biaya adalah semua hal yang
dikorbankan untuk menghasilkan output dalam jumlah tertentu sehingga menghasilkan
keuntungan.
Analisis yang fundamental dalam menerangkan analisis biaya adalah fungsi
hubungan antara biaya produksi dengan tingkat output yang akan dicapai dalam satu
periode.3Faktor prduksi adalah biaya yang dinilai dengan uang sehinga total biaya
mencerminkan jumlah fator produksi yang dikorbankan. Pembahasan teori biaya
menggunakan dua asumsi yaitu4 :
a. Perusahan bergerak pada pasar persaingan sempurna. Harga output ditentukan
pasar.
b. Faktor produksi yang digunakan adalah barang dan modal tenaga kerja yang
bersifat variabel.

Seseorang produsen secara rasional akan berproduksi dengan biaya minimum.


Oleh karena itu, dia harus menganalisis seberapa mampu dalam mengubah jumlah input yang
akan mempengaruhi skala produksi. Dalam menganalisis biaya produksi, seperti yang
terdapat pada teori produksi. Analisis biaya produksi dibedakan menjadi dua, meliputi :

a. Biaya Jangka Pendek

1
M Umar Burhan,Konsep Dasar Teori Ekonomi Mikro,(Malang : Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Brawijaya, 2006) hal 157
2
Sadono Sukirno, Mikroekonomi Teori Pengantar, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada ,2009) hal 208
3
Adiwarman A Karim ,Ekonomi Mikro Islami,(Jakarta : Rajawali Pers) hal 138
4
Masyhuri, Ekonomi Mikro,(Malang-UIN Malang Press, 2007) hal 173
Jangka pendek adalah periode waktu dimana produsen tidak dapat merubah
kuantitas input yang digunakan., bisa ukuran hari, minggu, bulan dan sebagainya. 5
Dalam jangka pendek konsep biaya-biaya terdiri atas :
1. Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost / TFC)

Yaitu biaya yang jumlahnya tidak tergantung atas besar kecilnya kuantitas
produksi yang dikeuarkan apabila produsen dalam waktu sementara produksi
dihentikan, maka biaya tetap ini harus dibayar dalam jumlah yang sama. 6
Contohnya adalah pembelian gedung, mesin, sewa gedung, pajak, dan lain-lain.

Gambar kurva biaya tetap.

2. Biaya Variabel Total (Total Variable Cost / TVC)


Yaitu biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan
kuantitas produk yang dihasilkan makin besar kuantitas produksi maka makin
besar produk yang dihasilkan.7 Contohnya adalah pembelian bahan baku, biaya
tenaga kerja, dan sebagainya.

Gambar kurva biaya variabel

5
Suryawati, Teori Ekonomi Mikro,(Yogyakarta : AMP YKPN,t.t) hal 83
6
Ibid hal 174
7
Ibid hal 175
3. Biaya Total (Total Cost / TC)
Yaitu jumlah dari biaya tetap total dan biaya variabel total.8

Gambar kurva biaya total

4. Biaya marjinal (Marginal Cost/MC)


Yaitu berapa besar perubahan biaya total yang dikeluarkan perusahaan apabila
jumlah output yang diproduksi berubah satu unit. 9 Secara matematis ditulis : MC

∆C
=
∆Q

Gambar kurva biaya marginal

5. Biaya tetap rata-rata (average fixed cost/AFC)


Yaitu biaya variabel yang dibebankan kepada kepada setiap unit output.
TFC
AVC =
Q
8
Ibid hal 83
9
Sri Adi Ningsih dan Y.B Kadarusman,Teori Ekonomi Mikro,(Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta,2008) hal 41
Gambar biaya tetap rata-rata

6. Biaya variabel rata-rata (average variable cost/AVC)


Yaitu biaya variabel yang dibebankan kepada kepada setiap unit output.
TVC
AVC =
Q

Gambar biaya variabel rata-rata

7. Biaya rata-rata (average cost/AC)


TC
Yaitu biaya diproduksi yang diperhitungkan untuk setiap unit output. AC =
Q
Gambar biaya rata-rata

b. Biaya Jangka Panjang


 Proses produksi yang sudah tidak mengunakan input tetap, seluruh
biaya produksi adalah variabel.
 Perilaku biaya produksi jangka panjang ; keputusan penggunaan input
variabel oleh perusahaan dalam jangka pendek.
 Fungsi biaya jangka panjang ; biaya rata-rata jangka panjang (LAC),
biaya Marginal jangka panjang (LMC), yang diperoleh dari biaya total
jangka panjang (LTC).
 Long run average cost (LAC), menunjukkan biaya rata-rata terendah
dari kombinasi input yang digunakan untuk menghasilkan setiap tingkat
output tertentu (least cost combination).10

2. Dampak Bunga vs Bagi Hasil Terhadap Produksi


Dalam menghasilkan output dibutuhkan biaya-biaya. Sebgaiamana telah diketahui
dari buku-buku teks ekonomi konvensional, biaya (cost) dalam kegiatan produksi secar garis
besar dapat diklarifikasikan menjadi dua bagian, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Dengan
demikian biaya total dapat di formulasikan menjadi :
TC = FC + VC
Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh banyak
sedikitnya output yang dihasilkan. Jadi, berapapun tingkat output maka biaya ini tidak
berubah. Sementara, biaya variabel besar kecilnya dipengaruh oleh jumlah output yang
dihasilkan. Pada umumnya dalam jangka panjang tidak ada yang disebut biaya tetap. Dalam
10
Eko Suprayitno, Ekonomi Mikro Perspektif Islam,(Malang : UIN Malang Press, 2008) hal 202 - 204
polanya yang paling umum dan sederhana hubungan antara tingi rendahnya biaya dengan
kuantitas output dapat diformulasikan dalam kurva biaya sebagaimana dalam gambar berikut.

Untuk melihat kenerja produsen maka juga diperhatikan kurva penerimaannya


(revenue), yaitu kurva yang menjukkan hubungan antara besar kecilnya peneriman dengan
kuntitas output. Penerimaan merupakan hasil perkalian antara harga putput (P) dengan jumlah
output yang terjual (Q) atau R = P.Q. keuntungan atau prifit ( π) produsen merupkan selisih
antara penerimaan total (total revenue) dengan biaya totalnya, atau diformulasikan sebagai
berikut :
π = TR- TC
Jika TR > TC maka berarti terdapat keuntungan, jika TR< TC maka terdapat
kerugian dan jika π=TCmaka impas (break even).
Secara matematis keuntungan maksimum akan dicapai pada saat biaya
marjinalnya sama dengan penerimaan marjinalnya atau MC = MR. Biaya marjinal adalah
biaya tambahan yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit output atau MC = dC/dQ,
sementara penerimaan marjinal adalah penerimaan tambahan akibat adanya satu output atau
MR = dR/dQ. Akan tetapi, karena keuntungan maksimum bukan merupakn tujuan utama dari
prodksi yang islami, maka situasi MC = MR tidak selalu akan diupayakan. Produsen dalam
hal ini dapat berada dalam kondis MC = MR, MC > MR, atau MC < MR, terganung apada
tujuan utama produsen.
Dalam sistem ekonomi konvensional pembiayaan produksi dilakukan dengan
mengunakan dana yang mengandung bunga. Pembayaran bunga ini dengan sendirinya akan
mempengaruhi strktur biaya, yaitu meningkatkan biaya. Biasanya bunga dmasukan dalam
biaya tetap.
Secara grafis, sebagaimana dalam gambar diatas hal ini berarti adanya kenaikan
FC menjadi FC' dan kemudian kenaikan TC menjadi TC'. Naiknya biaya total ini tentu saja
akan menaikkan break even point, sebab jumlah output yang harus dihasilkan meningkat dari
Q menjadi Q'. Sementar itu dalam sistem ekonomi islami pembayaran produksi tidak boleh
menggunakan sistem bunga., tetapi sistem bagi hasil (dengan mudharabah atau musyarakah).
Sistem bagi hasil tidak akan mempengaruhi biaya total, tetapi penerimaan total. Dengan
adanya bagi hasil, maka penerimaan total dari produsen akan berkurang, sebab sebagian
harus diberikan kepada partner-nya. Dengan kata lain sitem bagi hasil akan menurunkan
kurva TR menjadi TR'. Penurunan TR ini juga akan break even point, sebab jumlah output
naik dari Q menjadi Q'.
Seberapa besar penurunan kurva TR akan tergantung pada nisbah bagi hasil yang
disepakati. Semakin banyak hasil yang harus diberikan kepada partner maka penurunan TR
akan semakin besar, demikian sebaliknya. Sementara bagaimana pola penurunan TR akan
ditentukan oleh model bagi hasil yang digunakan.

3. Revenue Sharing vs Profit Sharing


Dalam mudharabah, dapat saja disepakati bahwa biaya-biaya hanya
ditanggung si mudharib (pelaksana) saja atau sahib al maal (pemodal) saja. Jika biaya
disepakati untuk ditanggung sendiri oleh mudharib maka berarti yang akan dibagikan adalah
penerimaan saja (revenue sharing). Sistem revenue sharing ini mungkin dapat dijmpai dalam
muzara’ah, yaitu kerjasama antara pemili tanah sebagai pemodal dengan penggarap yang juga
menanggung biaya bibit, pupuk dan lainnya. Perlu diingat, dalam skema muzara’ah seperti
ini tenaga kerja dari pengolah (mudharib) ataupun sewa tanh tidak dihitung sebagai biaya,
seab memang merupakan kontrbusi dari mudharib dan shahib al maal.
Jika dalam perjanian disepakati bahwa biaya akan ditanggung oleh shahib al
maal, maka yang akan dilakukan adalah pembagian keuntungan saja (profit sharing). Tetapi,
kedua belah pihak juga dapat bersepakat untuk menanggung biaya secara bersama. Hal ini
berarti yang akan dibagikan adalah kentungan atau juga kerugian (loss-profit sharing). Sistem
loss-profit sharing ini merupakan sisem yang paling umum dipakai dalam kerja sama
mudharabah dan musyarakah. Dengan demikian terdapat tiga model bagi hasil yaitu revenue
sharing, profit sharing dan loss-prfit sharing.
Dalam model revenue sharing mak kurva TR akan turun kebawah dengan
sumbu keputaran pada tiik 0. Kurva TR dapat berputar menju TR' sehingga posisi break even
point / BEP (perpotongan TR dengan TC) berubah. Secara teoritik perputaran TR ini dapat
terjadi sehingga mendekati garis horsontal sumbu X, yang berarti seluruh penerimaan habis
dibagikan. Tetapi, dalam dunia nyata kejadian kuva TR yang mendekati sumbu X ini jarang
terjadi, sebab berarti hasil yang diterima oleh produsen tidak dapat menckupi biaya yang dia
keluarkan.
Sementara itu dalam profit sharing kurva TR akan menjadi TR' dengan sumbu
perputaran pada titik BEP. Karena yang dibagi diantara para partner adalah keuntungan maka
tidak ada pembagian hasil sebelum terapai break even. Kuva TR dapat turun hingga
mendekati kurva TC, tetapi tidak dapat melampainya. Dengan kata lain, perputaran TR hanya
akan berada pada kisaran ‘mulut buaya’ TR dan TC, yatu daerah yang menggambarkan
keuntungan. Artinya sitem ini tidak akan berpengaruh terhadap break even point, meskipun
ada bagi hasil, sebab tidak ada keuntungan yang dapat dibagikan. Dalam model ini kerugian
akan menjadi tanggungan shahib al maal sepenuhnya. Sementara mudharib mengalami
kerugian tenaga dan pikiran yang telah dikerahkannya. Jadi kedua belah pihak tetap
menanggung resiko sesuai dengan kontribusi masing-masing.11

B. Minimalisasi Biaya
Efisiensi produksi dilakukan dengan minimalisasi biaya produksi dalam
jumlah yang sama. Yaitu dengan membandingkan antara total cost sitem bunga dengan total
cost bagi hasil. 12 Sebagaiama telah diketahui, adanya sistem bunga akan meningkatkan biaya
biaya total dari produksi sementara penerapan sistem bagi hasil akan menurunkan
penerimaan total. Dengan mengasumsikan bahwa tingkat kuantitas output telah tertentu maka
kita akan melihat bahwa biaya total dalam sistem bagi hasil lebih rendah dibandingkan
dengan sistem bunga. Dengan kata lain, sistem bagi hasil lebih efisien dibandingkan dengan
sistem bunga. Tariklah garis lurus dari sumbu X dimana saja, maka kita akan memperoleh
titik potongan dengan kurva biaya total dalam sistem bunga (TC).13

11
Hendrio Anto, Pengantar Ekonomika Mikro Islami,(Yogyakarta : Ekonisia, 2003) hal 254 - 258
12
Ibid hal 145
13
Ibid hal 260
Pertama menentukan titik dimana saja pada sumbu X sebagai titik yang
menggambarkan tingkat produksi yang sama (Q yang sama). Kemudian membuat garis
vertikal sampai memotong TC dan TCi dari titik yang telah ditentukan. Selanjutnya membuat
garis horizontal pada sumbu Y untuk masing-masing perpotongan antara garis vertikal TCi
dan TCrs/ps. Sehinggauntuk tingkat produksi yang sama (Q yang sama), total cost sistem
bagi hasil TCrs/ps selalu lebih kecil dibandingkan total cost dengan sitem bunga (TCi). Sebab
keberadaan bunga menjadi beban bagi produsen. Karena biaya tetap (FC) naik, maka akan
meningkatkan total cost (TC). Jadi dapat disimpulkan bahwa kriteria ini, produksi dengan
sistem bagi hasil lebih efisien dibandingkan dengan menggunakan sistem bunga.

C. Maksimalisasi Produksi Tanpa Kenaikan atau Perubahan Biaya


Maksimalisasi produksi tanpa perubahan biaya atau dengan kata lain disebut
optimalisasi, dengan menggunakan kurva total cost. Yaitu dengan membandingkan total cost
sistem bunga dengan total cost sistem bagi hasil. 14 Dari analisa kurva yang menunjukkan
biaya yang sama, jumlah produksi yang dihasilkan sistem bagi hasil lebih efisien
dibandingkan sistem bunga.

14
Ibid hal 146
Pertama menetukan titik dimana saja pada sumbu Y sebagai titik yang
menggambarkan total biaya yang sama (TC yang sama), tentunya menetukan titik yang
diatas garis Fci. Kemudian membuat garis horizontal sampai memotong Tcdan TCi pada
sumbu Y. Selanjutnya membuat garis vertikal ke bawah sumbu X untuk masing-masing
perptongan antara garis horizontal dengan TC dan TCi. Ternyata untuk total cost yang sama
(TC yang sama), jumla produksi sistem bagi hasil (Qrs/ps) selalu lebih besar dibandingkan
jumlah produksi dengan sistem bunga (Qi) yang ditunjukkan dengan Qrs/ps> Qi. Jadi kriteria
ini menunjukkan bahwa produksi dengan sistem bagi hasil lebih efisien dibandingkan
menggunakan sistem bunga.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Biaya produksi adalah semua pengelaranyang dilakukan oleh perusahaan untuk
memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk
menciptakan barang-barang yang diproduksikan oleh perusahaan tersebut.
Fungsi biaya produksi, hubungan input dan output (besarnya biaya produksi
dipengaruhi jumlah output, besarnya biaya output tergantung pada biaya ats input yang
digunakan).
Sementar itu dalam sistem ekonomi islami pembayaran produksi tidak boleh
menggunakan sistem bunga, tetapi sistem bagi hasil (dengan mudharabah atau musyarakah).
Sistem bagi hasil tidak akan mempengaruhi biaya total, tetapi penerimaan total. Dengan
adanya bagi hasil, maka penerimaan total dari produsen akan berkurang, sebab sebagian
harus diberikan kepada partner-nya. Adanya sistem bunga akan meningkatkan biaya total dari
produksi sementara penerapan sistem bagi hasil akan menurunkan penerimaan total. Dengan
mengasumsikan bahwa tingkat kuantitas output telah tertentu maka kita akan melihat bahwa
biaya total dalam sistem bagi hasil lebih rendah dibandingkan dengan sistem bunga.

B. Saran
Setelah mempelajari makalah ini diharapkan kita menerapkan sistem hukum islam
dan menghindari riba. Apabila terdapat kekurangan pada makalah ini dimohonkan kritik yang
dapat membangun agar pembuatan makalah selanjutnya akan menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

M Umar Burhan,2006,Konsep Dasar Teori Ekonomi Mikro,Malang : Badan Penerbit


Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya
Sadono Sukirno,2009, Mikroekonomi Teori Pengantar, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Adiwarman A Karim ,Ekonomi Mikro Islami,Jakarta : Rajawali Pers
Masyhuri,2007, Ekonomi Mikro,(Malang-UIN Malang Press
Suryawati, Teori Ekonomi Mikro,Yogyakarta : AMP YKPN

Hendrio Anto,2003, Pengantar Ekonomika Mikro Islami,Yogyakarta : Ekonisia

Eko Suprayitno,2008, Ekonomi Mikro Perspektif Islam,(Malang : UIN Malang Press

Sri Adi Ningsih dan Y.B Kadarusman,2008,Teori Ekonomi Mikro,Yogyakarta : BPFE-


Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai