Etika Dalam Auditing

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

ETIKA PROFESI AKUNTAN

ETIKA DALAM AUDITING

aa

DISUSUN OLEH:
1. Muh. Taufik Hidayat A031181005
2. Andriyani Arifuddin A031181007
3. Prisilia Angelina Tanwil A031181027
4. Yudhistira Dwi Ardika A031181338
5. Alfi Adelikend Palilu A031181508

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebuah profesi memiliki komitmen dituangkan dalam bentuk aturan khusus yang
menjadi pegangan bagi setiap orang yang mengembangkan profesi yang bersangkutan.
Aturan ini merupakan aturan main dalam menjalankan atau mengemban profesi tersebut
yang biasanya disebut sebagai kode etik yang harus dipenuhi dan ditaati oleh setiap
profesi.
Audit membutuhkan pengabdian yang besar pada masyarakat dan komitmen moral
yang tinggi. Masyarakat menuntut untuk memperoleh jasa para auditor publik dengan
standar kualitas yang tinggi, dan menuntut mereka untuk bersedia mengorbankan diri.
Oleh karena itu, seorang auditor harus selalu memupuk dan menjaga kewaspadaannya
agar tidak mudah takluk pada godaan dan tekanan yang membawanya ke dalam
pelanggaran prinsip-prinsip etika secara umum dan etika profesi. etis yang tinggi; mampu
mengenali situasi-situasi yang mengandung isu- isu etis sehingga memungkinkannya
untuk mengambil keputusan atau tindakan yang tepat.
Adapun kode etik yang harus dipenuhi oleh seorang editor akan dibahas dalam
makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari etika dalam auditing?
2. Apa prinsip etika seorang auditor?
3. Hal apa yang harus diperhatikan dalam etika auditing?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari etika dalam auditing
2. Untuk mengetahui prinsip etika seorang auditor
3. Untuk mengetahui hal-hal hal yang harus diperhatikan dalam etika auditing
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika dalam Auditing


Etika dalam auditing adalah suatu prinsip untuk melakukan proses pengumpulan dan
pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas
ekonomi untuk menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan
kriteria-kriteria yang dimaksud yang dilakukan oleh seorang yang kompeten dan
independen.
Standar auditing merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis. Standar
auditing terdiri atas sepuluh standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar
Auditing (PSA). Dengan demikian PSA merupakan penjabaran lebih lanjut masing-
masing standar yang tercantum di dalam standar auditing.
Auditor harus bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit
dengan tujuan untuk memperoleh keyakinan memadai mengenai apakah laporan
keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau
kecurangan. 

Masalah-masalah etika yang dapat dijumpai oleh auditor yang meliputi permintaan
atau tekanan untuk :
1. Melaksanakan tugas yang bukan merupakan kompetensinya
2. Mengungkapkan informasi rahasia.
3. Mengkompromikan integritasnya dengan melakukan pemalsuan, penggelapan, penyua
pan, dan lain sebagainya.
4. Mendistorsi obyektivitas dengan menerbitkan laporan-laporan yang menyesatkan.

B. Prinsip Etika Seorang Auditor


1. Tanggung jawab (responsibility)
Auditor harus peka serta memiliki pertimbangan moral atas seluruh aktivitas yang
dilakukan.
2. Kepentingan publik
Auditor harus menerima kewajiban untuk bertindak sedemikian rupa agar dapat
melayani kepentingan orang banyak, menghargai kepercayaan publik, serta
menunjukan komitmennya pada profesionalisme.
3. Integritas
Mempertahankan dan memperluas keyakinan publik.
4. Objektifitas dan independensi
Auditor harus mempertahankan obyektivitas dan terbebas dari konflik antar
kepentingan dan harus berada dalam posisi yang independen.
5. Due care
Seorang auditor harus selalu memperhatikan standar tekhnik dan etika profesi dengan
meningkatkan kompetensi dan kualitas jasa, serta melaksanakan tanggung jawab
dengan kemampuan terbaiknya.
6. Lingkup dan sifat jasa
Auditor yang berpraktek bagi publik harus memperhatikan prinsip-prinsip pada kode
etik profesi dalam menentukan lingkup dan sifat jasa yang disediakannya.

C. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Etika Auditing


1. Kepercayaan publik
Kepercayaan masyarakat umum atau publik sebagai pengguna jasa audit atas
independen sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik. Kepercayaan
masyarakat akan menurun jika terdapat bukti bahwa independensi auditor ternyata
berkurang, bahkan kepercayaan masyarakat juga bisa menurun disebabkan oleh
keadaan mereka yang berpikiran sehat (reasonable) dianggap dapat mempengaruhi
sikap independensi tersebut. Untuk menjadi independen, auditor harus secara
intelektual jujur, bebas dari setiap kewajiban terhadap kliennya dan tidak mempunyai
suatu kepentingan dengan kliennya baik merupakan manajemen perusahaan atau
pemilik perusahaan. Kompetensi dan independensi yang dimiliki oleh auditor dalam
penerapannya akan terkait dengan etika. Akuntan mempunyai kewajiban untuk
menjaga standar perilaku etis tertinggi mereka kepada organisasi dimana mereka
bernaung, profesi mereka, masyarakat dan diri mereka sendiri dimana akuntan
mempunyai tanggung jawab menjadi kompeten dan untuk menjaga integritas dan
objektivitas mereka.

2. Tanggungjawab auditor kepada publik


Profesi akuntan di dalam masyarakat memiliki peranan yang sangat penting
dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib dengan menilai kewajaran
dari laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Auditor harus memiliki
tanggung jawab terhadap laporan keuangan yang sedang dikerjakan. Tanggung jawab
disini sangat penting bagi auditor. Publik akan menuntut sikap profesionalitas dari
seorang auditor, komitmen saat melakukan pekerjaan. Atas kepercayaan publik yang
diberikan inilah seorang akuntan harus secara terus-menerus menunjukkan
dedikasinya untuk mencapai profesionalisme yang tinggi. Dalam kode etik
diungkapkan, akuntan tidak hanya memiliki tanggung jawab terhadap klien yang
membayarnya saja, akan tetapi memiliki tanggung jawab juga terhadap publik.
Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang
dilayani secara keseluruhan.

3. Tanggungjawab dasar auditor


The Auditing Practice Committee, yang merupakan cikal bakal dari Auditing
Practices Board, ditahun 1980, memberikan ringkasan (summary) mengenai tanggung
jawab auditor:
a. Perencanaan, Pengendalian dan Pencatatan. Auditor perlu merencanakan,
mengendalikan dan mencatat pekerjannya.
b. Sistem Akuntansi. Auditor harus mengetahui dengan pasti sistem pencatatan dan
pemrosesan transaksi dan menilai kecukupannya sebagai dasar penyusunan
laporan keuangan.
c. Bukti Audit. Auditor akan memperoleh bukti audit yang relevan dan reliable
untuk memberikan kesimpulan rasional.
d. Pengendalian Intern. Bila auditor berharap untuk menempatkan kepercayaan pada
pengendalian internal, hendaknya memastikan dan mengevaluasi pengendalian itu
dan melakukan compliance test.
e. Meninjau Ulang Laporan Keuangan yang Relevan. Auditor melaksanakan tinjau
ulang laporan keuangan yang relevan seperlunya, dalam hubungannya dengan
kesimpulan yang diambil berdasarkan bukti audit lain yang didapat, dan untuk
memberi dasar rasional atas pendapat mengenai laporan keuangan.

4. Independensi auditor
Independensi adalah keadaan bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh
pihak lain, tidak tergantung pada orang lain (Mulyadi dan Puradireja, 2002: 26).
Dalam SPAP (IAI, 2001: 220.1) auditor diharuskan bersikap independen, artinya
tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan
umum (dibedakan di dalam hal ia berpraktik sebagai auditor intern). Terdapat tiga
aspek independensi seorang auditor, yaitu sebagai berikut :
a. Independence in fact (independensi dalam fakta). Artinya auditor harus
mempunyai kejujuran yang tinggi, keterkaitan yang erat dengan objektivitas.
b. Independence in appearance (independensi dalam penampilan). Artinya
pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit.
c. Independence in competence (independensi dari sudut keahliannya). Independensi
dari sudut pandang keahlian terkait erat dengan kecakapan profesional auditor.

Supriyono (1988) membuat kesimpulan mengenai pentingnya independensi


akuntan publik sebagai berikut:
a. Independensi merupakan syarat yang sangat penting bagi profesi akuntan publik
untuk memulai kewajaran informasi yang disajikan oleh manajemen kepada
pemakai informasi.
b. Independensi diperlukan oleh akuntan publik untuk memperoleh kepercayaan dari
klien dan masyarakaat, khususnya para pemakai laporan keuangan.
c. Independensi diperoleh agar dapat menambah kredibilitas laporan keuangan yang
disajikan oleh manajemen.
d. Jika akuntan publik tidak independen maka pendapat yang dia berikan tidak
mempunyai arti atau tidak mempunyai nilai.
e. Independensi merupakan martabat penting akuntan publik yang secara
berkesinambungan perlu dipertahankan.

Oleh karena itu, dalam menjalankan tugas auditnya, seorang auditor tidak
hanya dituntut untuk memiliki keahlian saja, tetapi juga dituntut untuk bersikap
independen. Walaupun seorang auditor mempunyai keahlian tinggi, tetapi dia tidak
independen, maka pengguna laporan keuangan tidak yakin bahwa informasi yang
disajikan itu kredibel.
5. Peraturan Pasar Modal dan Regulator mengenai Independensi Akuntan
Publik
Penilaian kecukupan peraturan perlindungan investor pada pasar modal
Indonesia mencakup beberapa komponen analisa, antara lain:
a. Ketentuan isi pelaporan emitmen atau perusahaan publik yang harus disampaikan
kepada publik dan Bapepam.
b. Ketentuan Bapepam tentang penerapan internal control pada emitmen atau
perusahaan publik.
c. Ketentuan Bapepam tentang, pembentukan Komite Audit oleh emitmen atau
perusahaan publik.
d. Ketentuan tentang aktivitas profesi jasa auditor independen.

Bapepam mempunyai kewenangan untuk memberikan izin, persetujuan,


pendaftaran kepada para pelaku pasar modal, memproses pendaftaran dalam rangka
penawaran umum, menerbitkan peraturan pelaksanaan dari perundang-undangan di
bidang pasar modal, dan melakukan penegakan hukum atas setiap pelanggaran
terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
Salah satu tugas pengawasan Bapepam adalah memberikan perlindungan
kepada investor dari kegiatan-kegiatan yang merugikan seperti pemalsuan data dan
laporan keuangan, window dressing, serta lain-lainnya dengan menerbitkan peraturan
pelaksana di bidang pasar modal. Dalam melindungi investor dari ketidakakuratan
data atau informasi, Bapepam sebagai regulator telah mengeluarkan beberapa
peraturan yang berhubungan dengan keaslian data yang disajikan emiten baik dalam
laporan tahunan maupun dalam laporan keuangan emiten.
Ketentuan-ketentuan yang telah dikeluarkan oleh Bapepam antara lain adalah
Peraturan Nomor: VIII.A.2/Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-20/PM/2002
tentang Independensi Akuntan yang Memberikan Jasa Audit di Pasar Modal. Dalam
Peraturan ini yang dimaksud dengan:
a. Periode Audit adalah periode yang mencakup periode laporan keuangan yang
menjadi objek audit, review, atau atestasi lainnya.
b. Periode Penugasan Profesional adalah periode penugasan untuk melakukan
pekerjaan atestasi termasuk menyiapkan laporan kepada Bapepam dan Lembaga
Keuangan.
c. Anggota Keluarga Dekat adalah istri atau suami, orang tua, anak baik di dalam
maupun di luar tanggungan, dan saudara kandung.
d. Fee Kontinjen adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa
profesional yang hanya akan dibebankan apabila ada temuan atau hasil tertentu
dimana jumlah fee tergantung pada temuan atau hasil tertentu tersebut.
e. Orang Dalam Kantor Akuntan Publik adalah orang yang termasuk dalam
penugasan audit, review, atestasi lainnya, dan/atau non atestasi yaitu: rekan,
pimpinan, karyawan professional, dan/atau penelaah yang terlibat dalam
penugasan.

Contoh Kasus:
Kasus Audit Kas/Teller Laporan Fiktif Kas di Bank BRI Unit Tapung Raya
Kepala Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Tapung Raya, Masril (40) ditahan polisi. Ia
terbukti melakukan transfer uang Rp1,6 miliar dan merekayasa dokumen laporan keuangan.
Perbuatan tersangka diketahui oleh tim penilik/pemeriksa dan pengawas dari BRI Cabang
Bangkinang pada hari Rabu 23 Februari 2011 Tommy saat melakukan pemeriksaan di BRI
Unit Tapung. Tim ini menemukan kejanggalan dari hasil pemeriksaan antara jumlah saldo
neraca dengan kas tidak seimbang. Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan cermat,
diketahu iadanya transaksi gantung yaitu adanya pembukuan setoran kas Rp 1,6 miliar yang
berasal BRIUnit Pasir Pengaraian II ke BRI Unit Tapung pada tanggal 14 Februari 2011 yang
dilakukanMasril, namun tidak disertai dengan pengiriman fisik uangnya.Kapolres Kampar
AKBP MZ Muttaqien yang dikonfirmasi mengatakan, Kepala BRI Tapung Raya ditetapkan
sebagai tersangka dan ditahan di sel Mapolres Kampar karenamentransfer uang Rp1,6 miliar
dan merekayasa laporan pembukuan.Kasus ini dilaporkan oleh Sudarman (Kepala BRI
Cabang Bangkinang dan Rustian.
Martha pegawai BRI Cabang Bangkinang. “Masril telah melakukan tindak pidana
membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam pembukuan atau laporan
maupun dalam dokumen laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening Bank (TP
Perbankan). Tersangka dijerat pasal yang disangkakan yakni pasal 49 ayat (1) UU No. 10
tahun 1998 tentang perubahan atasUU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan dangan ancaman
hukuman 10 tahun,” kata Kapolres.
Polres Kampar telah melakukan penyitaan sejumlah barang bukti dokumen BRI serta
melakukan koordinasi dengan instansi terkait, memeriksa dan menahan tersangka dan 6 orang
saksi telah diperiksa dan meminta keterangan ahli.

Penyelesaian Masalah:
Skills Kemampuan yang diberikan harus sesuai dengan bidang kerja yang ia
lakukan.Kemudian kemampuan tersebut dikembangkan lebih lanjut untuk
meningkatkankontribusi karyawan pada perusahaan. Perusahaan melakukan pelatihan
pendidikan secara periodik kepada karyawan sesuaidengan perkembangan teknologi yang
berkembang.
Pembinaan ini sangatlah penting karena setiap karyawan memiliki kepribadian
yangberbeda jadi attitude ini harus ditekankan kepada karyawan. Dalam hal ini
karyawandiharapkan dapat memiliki kepribadian yang baik sehingga dapat memperkecil
resikoterjadinya penyimpangan dari karyawan itu sendiri.

Prosedur Otoritas Yang Wajar


1. Harus ada batas transaksi untuk masing-masing teller dan head
teller.
2. Penyimpanan uang dalam khasanah harus menggunakan
pengawasan ganda.
3. Teller secara pribadi tidak diperkenankan menerima kuasa
dalam bentuk apapundari nasabah untuk melaksanakan transaksi atas nasabah tersebut.
4. Teller secara pribadi dilarang menerima titipan barang atau
dokumen pentingmilik nasabah.

Dokumen dan catatan yang cukup


1. Setiap setoran/penarikan tunai harus dihitung dan
dicocokan dengan buktisetoran/ penarikan. Setiap bukti setoran/penarikan harus diberi
cap identifikasiteller yang memproses.
2. Setiap transaksi harus dibukukan secara baik dan
dilengkapi dengan buktipendukung seperti Daftar Mutasi Kas.
3. Cash Register (daftar persediaan uangtunai berdasarkan
kopurs/masing-masing pecahan)
Kontrol fisik atas uang tunai dan catatan
1. Head teller harus memeriksa saldo kas, apakah
sesuai dengan yang dilaporkanoleh teller.
2. Head teller harus menghitung saldo uang tunai
pada box teller sebelum teller yang bersangkutan cuti atau seteleh teller tersebut absen
tanpa pemberitahuan.
3. Setiap selisih harus diindentifikasi, dilaporkan
kepada head teller dan pemimpincabang, diinvestigasi dan dikoreksi.
4. Selisih uang tunai yang ada pada teller ataupun
dalam khasanah harus dibuatkanberita acara selisih kas.
5. Area teller/counter/khasanah adalah area
terbatas dalam arti selain petugas atau pejabat yang berwenang, tidak diperbolehkan
masuk.
6. Teller dilarang membawa tas, makanan, ataupun
perlengkapan pribadi ke counter area.

Pemeriksaan yang dilakukan oleh unit yang independen


1. Setiap hari Unit Kontrol Intern harus
memeriksa transaksi-transaksi yang berasaldari unit kas.
2. Secara periodik saldo fisik harus
diperiksa oleh SKAI.
3. Pemimpin Cabang melakukan
pemeriksaan kas dadakan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari materi di makalah ini, dapat disimpulkan bahwa dalam hal ini auditor juga harus
memiliki etika-etika perilaku profesional yang sangat penting dalam lingkup auditing sebagai
panduan mereka agar meminimalisir kecurangan dan kesalahan. Kualitas audit yang di ukur
KAP yang telah menetapkan sembilan unsur kendali mutu yang harus dipenuhi oleh kantor
akuntan dalam melakukan profesinya. Auditor harus kompeten dan independen.
Etika dalam auditing merupakan suatu prinsip untuk melakukan proses pengumpulan
dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas
ekonomi untuk menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan
kriteria-kriteria yang dimaksud yang dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen.
Daftar Pustaka
https://adamshofi.wordpress.com/2017/11/27/etika-dalam-auditing/
https://atikanafridayanti.wordpress.com/2016/12/30/etika-dalam-auditing/
https://atikahnuralimah.wordpress.com/2017/11/04/etika-dalam-auditing/
https://datakata.wordpress.com/2013/12/04/etika-dalam-auditing/
https://aanmasjumam.wordpress.com/2017/11/11/etika-dalam-auditing/
http://eprints.ums.ac.id/43724/38/04.%20BAB%20I.pdf

Anda mungkin juga menyukai