Sitti'Abidah BahasaInggris Laporan
Sitti'Abidah BahasaInggris Laporan
Sitti'Abidah BahasaInggris Laporan
oleh
Puji syukur kehadhirat Tuhan yang maha Esa yang telah memberikan kemudahan dalam
penyelesaian rekayasa ide mata kuliah Bahasa Inggris yang berjudul Pengaruh Model
Pembelajaran Word Square Terhadap Hasil Belajar Siswa di kelas V SD Negeri 10 Tanah Jambo
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dengan segala kemampuan yang ada, penulis
juga menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Semoga makalah
ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca, walaupun makalah ini memiliki
kelebihan dan kekurangan, karena keterbatasan penulis yang masih dalam tahap belajar, maka
dengan hati terbuka penulis akan senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun,
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagaimana lembaga pendidikan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang diajarkan
di sekolah adalah mata pelajaran Bahasa Inggris. Bahasa Inggris diajarkan mulai dari tingkat
kelas rendah hingga kelas tinggi. Ini dimaksudkan agar nantinya peserta didik tidak mengalami
kesulitan mempelajari Bahasa Inggris ditingkat menengah. Berdasarkan kurikulum yang
dipakai yaitu kurikulum 2013, Bahasa Inggris dijadikan sebagai muatan lokal yang dipelajari
dalam satu kali tatap muka dalam satu minggu pembelajaran. Terlepas dari hal tersebut, Bahasa
Inggris adalah salah satu pelajaran yang penting untuk dipelajari peserta didik.
Di Indonesia Bahasa Inggris adalah bahasa asing, namun menempati posisi yang
penting dalam keseharian masyarakat. Hal ini terlihat jelas dalam dunia pendidikan di
Indonesia. Bahasa Inggris adalah salah satu pelajaran yang diajarkan kepada peserta didik mulai
dari tingkat dasar sampai dengan perguruan tinggi. Mengajarkan materi Bahasa Inggris pada
tingkat dasar bukanlah termasuk hal yang mudah. Diperlukan sebuah inovasi untuk dapat
membantu pendidik dalam menyampaikan materi pembelajaran. Salah satu inovasi yang dapat
1
pendidik lakukan adalah memilih dan menggunakan model pembelajaran yang dapat
menunjang kegiatan belajar mengajar, serta memudahkan peserta didik untuk menyerap ilmu.
Dalam mengajar, pendidik harus membuat perencanaan belajar terlebih dahulu, seperti
menggunakan berbagai cara mengajar. Variasi model dan metode mengakibatkan penyajian
bahan pelajaran lebih menarik perhatian peserta didik, mudah diterima peserta didik, dan kelas
menjadi hidup. Dengan adanya inovasi tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap
aktivitas pembelajaran yang dilakukan. Keikutsertaan peserta didik dalam proses pembelajaran
akan menumbuhkan keinginan untuk belajar secara mandiri. Menurut Hermansyah (2015)
aktivitas belajar merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan proses belajar
mengajar peserta didik, karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat ”learning by doing”.
Setiap orang yang belajar harus aktif sendiri. Tanpa ada aktivitas maka proses belajar tidak akan
terjadi.
Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran tipe word
square dapat berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar peserta didik. Model ini juga
model yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam
mencocokkan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Model ini sedikit lebih mirip dengan mengisi
teka-teki silang, akan tetapi perbedaan yang mendasar adalah model ini sudah memiliki
jawaban, namun disamarkan dengan menambahkan kotak tambahan dengan sembarang huruf
atau angka penyamar atau pengecoh. Model pembelajaran word square ini bisa berbentuk
kelompok-kelompok, agar peserta didik tidak pasif dan menjadi aktif.
2
Pembelajaran secara berkelompok dikenal dengan pembelajaran kooperatif, dimana
tujuan pembelajaran kooperatif yaitu meningkatkan hasil akademik, yakni dengan
meningkatkan kinerja peserta didik dalam tugas-tugas akademiknya. Dalam penelitian ini,
penulis menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe word square, karena bentuk tipe
pembelajaran ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran. Alasan penulis menggunakan
model pembelajaran tipe word square ini adalah untuk melatih ketelitian, kritis dalam berfikir
dan menyenangkan. Proses pembelajaran dengan menggunakan metode word square
diharapkan dapat mendorong pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran berupa
permainan, melatih peserta didik disiplin, dan merangsang peserta didik untuk berfikir aktif,
sehingga bisa mempengaruhi hasil belajar peserta didik menjadi lebih baik.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
Aktivitas mencari kata membantu siswa mengendapkan materi ajar yang telah
dipelajarinya. Fokus aktivitas mencari kata seperti “mendaur ulang” kembali pengetahuan
materi ajar. Menggunakan model pembelajaran ini akan membantu peserta didik mengingat
kembali kata-kata pengetahuan dari materi yang telah dipelajari sebelumnya. Dalam proses
pembelajaran ini peserta didik berupaya mengingat kembali memori pengetahuan, proses
mengingat dalam mencari kata akan menyebabkan informasi pengetahuan semakin tersimpan
kuat pada bagian neokorteks otak. Aktivitas ini menyebabkan informasi pengetahuan tersimpan
dalam memori jangka panjang. Hal ini memungkinkan menjadi salah satu keuntungan bagi
peserta didik dalam pembelajaran Bahasa Inggris pada tingkat selanjutnya. Dibawah ini adalah
contoh dari word square yaitu sebagai berikut:
a c b u m n i
j u a n g b a
f h r a c v b
s f t d g a b
m y e n u h j
f k r a a g u
r u p i a h y
(Sumber: Tukiran, Dkk: 2015, h.115)
Model ini secara teknis adalah kegiatan belajar mengajar dengan cara pendidik
membagikan lembar kegiatan atau lembar kerja sebagai alat untuk mengukur tingkat
4
pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan. Adapun instrumen
utama model ini adalah lembar kegiatan atau kerja berupa pertanyaan atau kalimat yang perlu
dicari jawabannya pada susunan huruf acak pada kolom yang telah disediakan.
a. Kelebihan
b. Kekurangan
3) Peserta didik tidak dapat mengembangkan materi yang ada dengan kemampuan
atau potensi yang dimilikinya.
Berdasarkan uraian di atas bahwa model pembelajaran word square dapat menjadikan
peserta didik aktif dalam proses pembelajaran, dapat meningkatkan hasil belajar dan dapat
mengembangkan rasa saling bekerja sama antar peserta didik. Namun demikian ada
kemungkinan peserta didik yang hanya menerima materi dari pendidik maka akan
mengakibatkan peserta didik tidak dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.
5
d. Berikan poin setiap jawaban dalam kotak
Menurut Uno (2014:92) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran word square
sebagai berikut:
a. Sampaikan materi sesuai kompetensi
b. Bagikan lembar jawaban
c. Siswa disuruh menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai
jawaban
d. Berikan poin setiap jawaban dalam kotak.
Dari uraian langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran word square di atas dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan word square harus disesuaikan dengan materi pembelajaran.
Dari segi materi pun pelaksanaannya harus sesuai. disini peneliti menggunakan langkah-
langkah sesuai dengan langkah-langkah pelaksanaan di atas, dan dikombinasikan dengan media
pembelajaran yang ada serta dikaitkan dengan materi pembelajaran. Dalam penelitian ini materi
Bahasa Inggris yang digunakan adalah “Food and Drink”.
Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini dalam kelas eksperimen yaitu:
menyampaikan materi, yaitu materi mengenal jenis-jenis makanan dan minuman serta,
kemudian setelah menjelaskan materi peneliti membagikan lembar soal yang di dalamnya
berupa kotak-kotak jawaban untuk dijawab, yang sebelumnya peserta didik juga sudah dibagi
menjadi empat kelompok dengan 8-10 orang. Setelah menjelaskan ulang materi yang telah
disampaikan, peserta didik disuruh untuk menjawab soal yang telah diberikan, dengan cara
mengarsir kotak-kotak jawaban yang telah tersedia.
Menurut Sudjana (2017:22), hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak
setelah ia melalui pengalaman belajarnya. Menurut Abror hasil belajar adalah perubahan
6
keterampilan dan kecakapan, kebiasaan sikap, pengertian dan pengetahuan dan apresiasi yang
dikenal dengan istilah kognitif, afektif, psikomotor melalui perbuatan belajar. Hasil belajar
dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran
disekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi
pelajaran tertentu. Secara sederhana hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh
setelah melalui kegiatan belajar (Susanto, 2013:5).
Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk
memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relative menetap (Yusuf:2016). Dalam
kegiatan pembembelajaran atau kegiatan instruksional, pendidik menetapkan tujuan belajar.
Peserta didik yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan belajar
atau tujuan instruksional. Hasil belajar juga adalah hasil yang dicapai peserta didik berupa
angka atau skor setelah menyelesaikan tugas yang diberikan. Hasil belajar menyatakan derajat
keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dalam sistem pendidikan
nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional,
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin S, Bloom yang secara garis besar
membaginya menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.
Dari ketiga ranah tersebut ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para pendidik
dikarenakan berkaitan dengan kemampuan para peserta didik dalam menguasai isi bahan
pengajaran.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan atau pengetahuan yang diperoleh setelah melalui proses pembelajaran. Artinya
tujuan kegiatan belajar mengajar ialah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut
pengetahuan, keterampilan, sikap bahkan meliputi segenap aspek pribadi.
Hasil belajar sebagaimana telah dijelaskan Susanto (2013:6-11) meliputi aspek kognitif
(pemahaman konsep), aspek psikomotoris (keterampilan proses) dan aspek afektif (sikap
siswa).
Menurut Lange dalam Azwar, sikap tidak hanya merupakan aspek mental semata,
melainkan mencakup pula aspek respons fisik. Jadi sikap ini harus ada kekompakan
antara mental dan fisik secara serempak. Sementara menurut Sardiman, sikap
merupakan kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara, metode, pola dan
teknik tertentu terhadap dunia sekitarnya baik berupa individu-individu maupun
objek-objek tertentu. Sikap merujuk pada perbuatan, perilaku atau tindakan
seseorang. Dalam hubungannya dengan hasil belajar siswa, sikap ini lebih diarahkan
pada pengertian pemahaman konsep. Dalam pemahaman konsep, maka domain yang
sangat berperan adalah domain kognitif.
8
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
b. Faktor internal yang meliputi fisiologis (kondisi fisiologis, kondisi panca indra) dan
psikologis (minat, kecerdasan, bakat, motivasi, kemampuan kognitif).
Berdasarkan uraian singkat diatas, diketahui bahwa banyak sekali factor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa, diantaranya guru, kurikulum, program, sarana dan
prasarana, lingkungan. Beberapa factor-faktor tersebut, semua dapat mempengaruhi siswa.
Dengan adanya factor-faktor tersebut dapat dijadikan acuan dalam hasil belajar.
Dalam persiapan strategi proses belajar mengajar perlu disusun sebuah instrument
penilaian. Istilah instrument penilaian disebut dengan istilah teknik penilaian yang berupa
teknik tes dan nontes. Tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus
ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang dites. Tes pada umumnya
digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif
berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan
pengajaran. Sejalan dengan pendapat di atas Sudjana (2013:35) mengutarakan kembali bahwa
alat-alat yang digunakan dalam melakukan penilaian hasil belajar adalah tes.
Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada peserta
didik untuk mendapat jawaban dari peserta didik. Alat penilaian teknik tes, yaitu: 1) tes tertulis,
merupakan tes atau soal yang harus diselesaikan oleh siswa secara tertulis; 2) tes lisan, yang
merupakan sekumpulan tes atau tugas pertanyaan yang diberikan pada peserta didik dan
dilaksanakan dengan cara tanya jawab; 3) tes perbuatan, merupakan tugas yang pada umumnya
berupa kegiatan praktek atau melakukan kegiatan yang mengukur keterampilan.
Bentuk penilaian berupa tes tertulis terdiri atas bentuk objektif dan bentuk uraian.
Bentuk objektif meliputi pilihan ganda, isian, benar salah, menjodohkan serta isian jawaban
9
singkat. Bentuk uraian meliputi uraian terbatas dan uraian bebas. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan tes tertulis. Tes tersebut berupa soal yang harus diselesaikan peserta didik secara
tertulis.
Mata pelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar berstatus sebagai muatan lokal atau
sebagai mata pelajaran tambahan. Keberadaannya disesuaikan dengan kebutuhan pada tingkat
satuan pendidikan. Meskipun mengalami penurunan level menjadi mata pelajaran, bahasa
Inggris memiliki peran stategis dalam mempersiapkan siswa sejak dini dalam pergaulan global.
(Hartin, 2017) mengatakan bahwa Perubahan level ini terdapat dalam Permendikbud No. 67
Tahun 2013 tentang kompetensi dasar dan struktur kurikulum untuk sekolah dasar.22 Namun
demikian pelajaran bahasa Inggris tetaplah diajarkan disekolah dasar secara konsisten, untuk
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan komunikasi (Nunung, 2015).
10
Menurut Kasihani K.E. Suyanto ruang lingkup mata pelajaran bahasa Inggris di SD
mencakup kemampuan berkomunikasi lisan secara terbatas dalam konteks sekolah, yang
meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a. Topic 1 My Classmates
b. Topic 2 Happy birthday, Seta
c. Topic 3 Food and drink
d. Topic 4 Healthy habits
e. Topic 5 On the weekend
f. Topic 6 Pet the pets
Materi pelajaran dalam penelitian ini adalah food and drink yang meliputi:
11
a) mengenal nama-nama makanan dan minuman, menyebutkan dan menuliskan
nama makanan dan minuman dengan benar serta melafalkan kembali nama
makanan dan minuman
Example:
12
BAB III
PEMBAHASAN
13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari paparan mengenai rekayasa ide yang penulis rancang ini maka dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran hendaknya membantu pengajar dalam proses belajar mengajar,
sehingga peserta didik dalam belajar aktif. Dalam pemilihan model pembelajaran perlu
diperhatikan kecocokan materi dan model pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tercapai
4.2 Saran
Adapun saran yang penulis berikan semoga kedepannya, para pendidik mampu
14
DAFTAR PUSTAKA
Hartin. 2017. Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar. Jurnal Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan. Shautut Tarbiyah ,Ed. Ke-36.
Hermansyah, Ratno Wibowo. 2015. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui
Pendekatan Kelompok Kecil Pada Mata Pelajaran IPS Kelas V. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Dasar.
Imas, Kurniasih. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran. Jakarta: Kata Pena.
Nunung, Failasofah & Abror. 2015. Inovasi Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar
Dengan Talular (Teaching and Learning Using Lacally Available Resources) Kepada
Salah Satu SD Islam di Kota Jambi. Jurnal FKIP Universitas Jambi. Vol 30. No.4.
Sudjana, Nana. 2017. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Prenadamedia Grup.
Tukiran T, dkk. 2015. Model-Model Pembelajaran Inovatif dan Efektif. Bandung: Alfabeta.
Uno, Hamzah dan Nurdin Mohamad. 2014. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Yusuf, Mutmainnah Amin. 2016. Pengaruh Mind Map dan Gaya Belajar Terhadap Hasil
Belajar Matematika Siswa. Jurnal Tadris Fakultas Tarbiyah dan Keguruan . ISSN:
2301-7562
15