Sitti'Abidah BahasaInggris Laporan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 18

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS V


SD NEGERI 10 TANAH JAMBO AYE

Laporan Rekayasa Ide

diajukan untuk melengkapi tugas-tugas


mata kuliah Bahasa Inggris

oleh

SITTI ‘ABIDAH ( 8196181001 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadhirat Tuhan yang maha Esa yang telah memberikan kemudahan dalam

penyelesaian rekayasa ide mata kuliah Bahasa Inggris yang berjudul Pengaruh Model

Pembelajaran Word Square Terhadap Hasil Belajar Siswa di kelas V SD Negeri 10 Tanah Jambo

Aye ini dengan tepat waktu.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dengan segala kemampuan yang ada, penulis

juga menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Semoga makalah

ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca, walaupun makalah ini memiliki

kelebihan dan kekurangan, karena keterbatasan penulis yang masih dalam tahap belajar, maka

dengan hati terbuka penulis akan senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun,

guna perbaikan makalah selanjutnya.

Medan, 14 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 4

2.1 Model Pembelajaran Word Square ................................................................... 4

2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Word Square ...................................... 4


2.1.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Word Square ............. 5
2.1.3 Teknis Pelaksanaan Model Pembelajaran Word Square ......................... 5
2.2 Hasil Belajar .................................................................................................... 6

2.2.1 Pengertian Hasil Belajar ......................................................................... 6


2.2.2 Macam-macam Hasil Belajar .................................................................. 7
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ................................... 9
2.2.4 Alat untuk Mengukur Hasil Belajar ........................................................ 9
2.3 Bahasa Inggris................................................................................................. 10

2.3.1 Pelajaran Bahasa Inggris di SD ............................................................ 10


2.3.2 Tujuan Pelajaran Bahasa Inggris di SD ................................................. 10
2.3.3 Ruang Lingkup Pelajaran Bahasa Inggris di SD ................................... 10
2.3.4 Materi Bahasa Inggris ........................................................................... 11
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................... 13

3.1 Originalitas Ide Dan Konteks Sosialnya ......................................................... 13


3.2 Perangkat Yang Dibutuhkan Untuk Melakukan Inovasi ............................... 13
3.3 Ide Turunan Dan Konteks Sosialnya .............................................................. 13

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaima


tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia untuk
menunjang hidupnya. Melalui pendidikan yang baik, manusia dapat membuka wawasannya dan
hidup lebih baik. Pendidikan bisa diperoleh melalui lembaga-lembaga pendidikan, mulai dari
pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Pendidikan di SD sangatlah penting bagi peserta
didik karena hal ini merupakan dasar perkembangan pengetahuan yang diperoleh siswa.

Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan yang


berkualitas, sebab dengan pendidikan, manusia dapat mewujudkan semua potensi dirinya baik
sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat, dalam rangka mewujudkan potensi diri
menjadi multiple kompetensi harus melewati proses pendidikan yang diimplementasikan dalam
proses pembelajaran. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab I pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.

Sebagaimana lembaga pendidikan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang diajarkan
di sekolah adalah mata pelajaran Bahasa Inggris. Bahasa Inggris diajarkan mulai dari tingkat
kelas rendah hingga kelas tinggi. Ini dimaksudkan agar nantinya peserta didik tidak mengalami
kesulitan mempelajari Bahasa Inggris ditingkat menengah. Berdasarkan kurikulum yang
dipakai yaitu kurikulum 2013, Bahasa Inggris dijadikan sebagai muatan lokal yang dipelajari
dalam satu kali tatap muka dalam satu minggu pembelajaran. Terlepas dari hal tersebut, Bahasa
Inggris adalah salah satu pelajaran yang penting untuk dipelajari peserta didik.

Di Indonesia Bahasa Inggris adalah bahasa asing, namun menempati posisi yang
penting dalam keseharian masyarakat. Hal ini terlihat jelas dalam dunia pendidikan di
Indonesia. Bahasa Inggris adalah salah satu pelajaran yang diajarkan kepada peserta didik mulai
dari tingkat dasar sampai dengan perguruan tinggi. Mengajarkan materi Bahasa Inggris pada
tingkat dasar bukanlah termasuk hal yang mudah. Diperlukan sebuah inovasi untuk dapat
membantu pendidik dalam menyampaikan materi pembelajaran. Salah satu inovasi yang dapat
1
pendidik lakukan adalah memilih dan menggunakan model pembelajaran yang dapat
menunjang kegiatan belajar mengajar, serta memudahkan peserta didik untuk menyerap ilmu.

Dalam mengajar, pendidik harus membuat perencanaan belajar terlebih dahulu, seperti
menggunakan berbagai cara mengajar. Variasi model dan metode mengakibatkan penyajian
bahan pelajaran lebih menarik perhatian peserta didik, mudah diterima peserta didik, dan kelas
menjadi hidup. Dengan adanya inovasi tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap
aktivitas pembelajaran yang dilakukan. Keikutsertaan peserta didik dalam proses pembelajaran
akan menumbuhkan keinginan untuk belajar secara mandiri. Menurut Hermansyah (2015)
aktivitas belajar merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan proses belajar
mengajar peserta didik, karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat ”learning by doing”.
Setiap orang yang belajar harus aktif sendiri. Tanpa ada aktivitas maka proses belajar tidak akan
terjadi.

Penggunaan model pembelajaran yang menyenangkan merupakan salah satu sarana


yang dapat digunakan untuk meminimalisir kesulitan peserta didik dalam memahami materi
pelajaran. Dalam pembelajaran Bahasa Inggris banyak sekali cara yang dapat digunakan agar
proses pembelajaran didalam kelas lebih aktif. Salah satu cara yang dapat digunakan pendidik
dalam hal ini yaitu dengan menggunakan model pembelajaran tipe word square. Menurut
Alamsyah (2016:107), word square adalah permainan menemukan kata-kata tertentu dalam
kolom yang tersusun secara acak. Model pembelajaran word square adalah model
pengembangan dari metode ceramah yang diperkaya dan berorientasi pada keaktifan siswa
dalam pembelajaran. Hal ini senada dengan pendapat dari Imas Kurniasih (2015:97) yang
mengatakan hal serupa bahwa word square berorientasi pada keaktifan belajar siswa. Menurut
pendapat Alamsyah (2016:17) word square memiliki keunggulan yaitu dapat membantu
peserta didik dalam mempelajari materi pelajaran, selain itu word square memiliki keunggulan
lain seperti dapat digunakan dalam segala mataa pelajaran termasuk Bahasa Inggris.

Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran tipe word
square dapat berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar peserta didik. Model ini juga
model yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam
mencocokkan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Model ini sedikit lebih mirip dengan mengisi
teka-teki silang, akan tetapi perbedaan yang mendasar adalah model ini sudah memiliki
jawaban, namun disamarkan dengan menambahkan kotak tambahan dengan sembarang huruf
atau angka penyamar atau pengecoh. Model pembelajaran word square ini bisa berbentuk
kelompok-kelompok, agar peserta didik tidak pasif dan menjadi aktif.
2
Pembelajaran secara berkelompok dikenal dengan pembelajaran kooperatif, dimana
tujuan pembelajaran kooperatif yaitu meningkatkan hasil akademik, yakni dengan
meningkatkan kinerja peserta didik dalam tugas-tugas akademiknya. Dalam penelitian ini,
penulis menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe word square, karena bentuk tipe
pembelajaran ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran. Alasan penulis menggunakan
model pembelajaran tipe word square ini adalah untuk melatih ketelitian, kritis dalam berfikir
dan menyenangkan. Proses pembelajaran dengan menggunakan metode word square
diharapkan dapat mendorong pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran berupa
permainan, melatih peserta didik disiplin, dan merangsang peserta didik untuk berfikir aktif,
sehingga bisa mempengaruhi hasil belajar peserta didik menjadi lebih baik.

3
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Model Pembelajaran Word Square

2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Word Square

Menurut Alamsyah (2016:107) word square adalah permainan menemukan kata-kata


tertentu dalam kolom yang tersusun secara acak. Model pembelajaran word square adalah
model pengembangan dari metode ceramah yang diperkaya dan berorientasi pada keaktifan
siswa dalam pembelajaran. Model ini juga model yang memadukan kemampuan menjawab
pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Model ini
sedikit lebih mirip dengan mengisi teka-teki silang, akan tetapi perbedaan yang mendasar
adalah model ini sudah memiliki jawaban, namun disamarkan dengan menambahkan kotak
tambahan dengan sembarang huruf atau angka penyamar atau pengecoh.

Aktivitas mencari kata membantu siswa mengendapkan materi ajar yang telah
dipelajarinya. Fokus aktivitas mencari kata seperti “mendaur ulang” kembali pengetahuan
materi ajar. Menggunakan model pembelajaran ini akan membantu peserta didik mengingat
kembali kata-kata pengetahuan dari materi yang telah dipelajari sebelumnya. Dalam proses
pembelajaran ini peserta didik berupaya mengingat kembali memori pengetahuan, proses
mengingat dalam mencari kata akan menyebabkan informasi pengetahuan semakin tersimpan
kuat pada bagian neokorteks otak. Aktivitas ini menyebabkan informasi pengetahuan tersimpan
dalam memori jangka panjang. Hal ini memungkinkan menjadi salah satu keuntungan bagi
peserta didik dalam pembelajaran Bahasa Inggris pada tingkat selanjutnya. Dibawah ini adalah
contoh dari word square yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.1 Contoh Word Square

a c b u m n i
j u a n g b a
f h r a c v b
s f t d g a b
m y e n u h j
f k r a a g u
r u p i a h y
(Sumber: Tukiran, Dkk: 2015, h.115)

Model ini secara teknis adalah kegiatan belajar mengajar dengan cara pendidik
membagikan lembar kegiatan atau lembar kerja sebagai alat untuk mengukur tingkat
4
pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan. Adapun instrumen
utama model ini adalah lembar kegiatan atau kerja berupa pertanyaan atau kalimat yang perlu
dicari jawabannya pada susunan huruf acak pada kolom yang telah disediakan.

2.1.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Word Square

a. Kelebihan

1) Proses pembelajaran dengan model ini mendorong pemahaman siswa terhadap


materi pelajaran

2) Peserta didik akan terlatih untuk disiplin

3) Sebagai latihan untuk bersikap teliti dan kritis

4) Merangsang peserta didik untuk berfikir efektif

b. Kekurangan

1) Dengan materi yang telah disiapkan akhirnya dapat menumpulkan kreatifitas


peserta didik

2) Peserta didik tinggal menerima bahan mentah

3) Peserta didik tidak dapat mengembangkan materi yang ada dengan kemampuan
atau potensi yang dimilikinya.

Berdasarkan uraian di atas bahwa model pembelajaran word square dapat menjadikan
peserta didik aktif dalam proses pembelajaran, dapat meningkatkan hasil belajar dan dapat
mengembangkan rasa saling bekerja sama antar peserta didik. Namun demikian ada
kemungkinan peserta didik yang hanya menerima materi dari pendidik maka akan
mengakibatkan peserta didik tidak dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.

2.1.3 Teknis Pelaksanaan Model Pembelajaran Word Square

Secara teknis, langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran word square menurut


Imas (2015:98) adalah:
a. Langkah pertama guru menyampaikan materi sesuai dengan tujuan pembelajaran
materi tersebut
b. Kemudian guru membagikan lembaran kegiatan sesuai arahan yang ada
c. Siswa menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban secara
vertikal, horizontal maupun diagonal

5
d. Berikan poin setiap jawaban dalam kotak
Menurut Uno (2014:92) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran word square
sebagai berikut:
a. Sampaikan materi sesuai kompetensi
b. Bagikan lembar jawaban
c. Siswa disuruh menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai
jawaban
d. Berikan poin setiap jawaban dalam kotak.
Dari uraian langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran word square di atas dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan word square harus disesuaikan dengan materi pembelajaran.
Dari segi materi pun pelaksanaannya harus sesuai. disini peneliti menggunakan langkah-
langkah sesuai dengan langkah-langkah pelaksanaan di atas, dan dikombinasikan dengan media
pembelajaran yang ada serta dikaitkan dengan materi pembelajaran. Dalam penelitian ini materi
Bahasa Inggris yang digunakan adalah “Food and Drink”.

Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini dalam kelas eksperimen yaitu:
menyampaikan materi, yaitu materi mengenal jenis-jenis makanan dan minuman serta,
kemudian setelah menjelaskan materi peneliti membagikan lembar soal yang di dalamnya
berupa kotak-kotak jawaban untuk dijawab, yang sebelumnya peserta didik juga sudah dibagi
menjadi empat kelompok dengan 8-10 orang. Setelah menjelaskan ulang materi yang telah
disampaikan, peserta didik disuruh untuk menjawab soal yang telah diberikan, dengan cara
mengarsir kotak-kotak jawaban yang telah tersedia.

Soal-soal tersebut diberikan secara bertahap. Pada pertemuan pertama pembelajaran


menggunakan soal-soal berbasis word square yang dikerjakan secara berkelompok. Setelah
selesai mengerjakan soal siswa perkelompok membacakan nama-nama makanan dan minuman
yang telah ditemukan. Beberapa siswa dari kelompok lain turut terlibat dalam mengoreksi
jawaban yang ditemukan. Kemudian dipertemuan selanjutnya peserta didik menjawab soal-soal
bertema kan food and drink yang ada secara mandiri. Soal-soal ini berjumlah 25 butir. Setelah
mengerjakan soal-soal secara mandiri jawaban tersebut dikoreksi secara bersama-sama.

2.2 Hasil Belajar

2.2.1 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2017:22), hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak
setelah ia melalui pengalaman belajarnya. Menurut Abror hasil belajar adalah perubahan

6
keterampilan dan kecakapan, kebiasaan sikap, pengertian dan pengetahuan dan apresiasi yang
dikenal dengan istilah kognitif, afektif, psikomotor melalui perbuatan belajar. Hasil belajar
dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran
disekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi
pelajaran tertentu. Secara sederhana hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh
setelah melalui kegiatan belajar (Susanto, 2013:5).

Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk
memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relative menetap (Yusuf:2016). Dalam
kegiatan pembembelajaran atau kegiatan instruksional, pendidik menetapkan tujuan belajar.
Peserta didik yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan belajar
atau tujuan instruksional. Hasil belajar juga adalah hasil yang dicapai peserta didik berupa
angka atau skor setelah menyelesaikan tugas yang diberikan. Hasil belajar menyatakan derajat
keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dalam sistem pendidikan
nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional,
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin S, Bloom yang secara garis besar
membaginya menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.
Dari ketiga ranah tersebut ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para pendidik
dikarenakan berkaitan dengan kemampuan para peserta didik dalam menguasai isi bahan
pengajaran.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan atau pengetahuan yang diperoleh setelah melalui proses pembelajaran. Artinya
tujuan kegiatan belajar mengajar ialah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut
pengetahuan, keterampilan, sikap bahkan meliputi segenap aspek pribadi.

2.2.2 Macam-macam Hasil Belajar

Hasil belajar sebagaimana telah dijelaskan Susanto (2013:6-11) meliputi aspek kognitif
(pemahaman konsep), aspek psikomotoris (keterampilan proses) dan aspek afektif (sikap
siswa).

a. Aspek Kognitif (pemahaman konsep).

Pemahaman konsep menurut Bloom diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap


arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman menurut Bloom ini adalah
seberapa besar peserta didik mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran
yang diberikan oleh guru kepada siswa atau sejauh mana siswa dapat memahami
7
serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang dirasakan
berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang ia lakukan. Untuk mengukur
hasil belajar siswa yang berupa pemahaman konsep, guru dapat melakukan evaluasi
produk. Evaluasi produk dapat dilaksanakan dengan mengadakan berbagai macam
tes, baik secara lisan maupun tertulis. Dalam pembelajaran di SD umumnya tes
diselenggarakan dalam berbagai bentuk ulangan, baik ulangan harian, ulangan
semester maupun ulangan umum.

b. Aspek Psikomotor (Keterampilan Proses).

Usman dan Setiawati mengungkapkan bahwa keterampilan proses merupakan


keterampilan yang mengarah kepada pembangunan kemampuan mental, fisik dan
sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri
individu siswa. Keterampilan berarti kemampuan menggunaan pikiran, nalar, dan
perbuatan secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk
kreatifitasnya. Dalam keterampilan proses, secara bersamaan dikembangkan pula
sikapsikap yang dikehendaki, seperti kreativitas, kerja sama, bertanggung jawab, dan
berdisiplin sesuai dengan penekanan bidang studi yang bersangkutan.

Menurut Indrawati merumuskan keterampilan proses merupakan keseluruhan


keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotorik) yang
digunakan sebagai wahana penemuan dan pengembangan konsep, prinsip dan teori.

c. Aspek Afektif (Sikap Siswa).

Menurut Lange dalam Azwar, sikap tidak hanya merupakan aspek mental semata,
melainkan mencakup pula aspek respons fisik. Jadi sikap ini harus ada kekompakan
antara mental dan fisik secara serempak. Sementara menurut Sardiman, sikap
merupakan kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara, metode, pola dan
teknik tertentu terhadap dunia sekitarnya baik berupa individu-individu maupun
objek-objek tertentu. Sikap merujuk pada perbuatan, perilaku atau tindakan
seseorang. Dalam hubungannya dengan hasil belajar siswa, sikap ini lebih diarahkan
pada pengertian pemahaman konsep. Dalam pemahaman konsep, maka domain yang
sangat berperan adalah domain kognitif.

8
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar selayaknya berpegang pada instrument


pembelajaran, namun pada kenyataannya yang dihadapi tidaklah berhasil secara sempurna.
Terdapat beberapa factor menurut Djamarah (2014:176) yang berpengaruh yaitu sebagai
berikut:

a. Faktor eksternal yang meliputi lingkungan (alami,social budaya) dan instrumental


(kurikulum, program, sarana dan fasilitas, guru)

b. Faktor internal yang meliputi fisiologis (kondisi fisiologis, kondisi panca indra) dan
psikologis (minat, kecerdasan, bakat, motivasi, kemampuan kognitif).

Berdasarkan uraian singkat diatas, diketahui bahwa banyak sekali factor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa, diantaranya guru, kurikulum, program, sarana dan
prasarana, lingkungan. Beberapa factor-faktor tersebut, semua dapat mempengaruhi siswa.
Dengan adanya factor-faktor tersebut dapat dijadikan acuan dalam hasil belajar.

2.2.4 Alat untuk Mengukur Hasil Belajar

Dalam persiapan strategi proses belajar mengajar perlu disusun sebuah instrument
penilaian. Istilah instrument penilaian disebut dengan istilah teknik penilaian yang berupa
teknik tes dan nontes. Tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus
ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang dites. Tes pada umumnya
digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif
berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan
pengajaran. Sejalan dengan pendapat di atas Sudjana (2013:35) mengutarakan kembali bahwa
alat-alat yang digunakan dalam melakukan penilaian hasil belajar adalah tes.

Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada peserta
didik untuk mendapat jawaban dari peserta didik. Alat penilaian teknik tes, yaitu: 1) tes tertulis,
merupakan tes atau soal yang harus diselesaikan oleh siswa secara tertulis; 2) tes lisan, yang
merupakan sekumpulan tes atau tugas pertanyaan yang diberikan pada peserta didik dan
dilaksanakan dengan cara tanya jawab; 3) tes perbuatan, merupakan tugas yang pada umumnya
berupa kegiatan praktek atau melakukan kegiatan yang mengukur keterampilan.

Bentuk penilaian berupa tes tertulis terdiri atas bentuk objektif dan bentuk uraian.
Bentuk objektif meliputi pilihan ganda, isian, benar salah, menjodohkan serta isian jawaban

9
singkat. Bentuk uraian meliputi uraian terbatas dan uraian bebas. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan tes tertulis. Tes tersebut berupa soal yang harus diselesaikan peserta didik secara

tertulis.

2.3 Bahasa Inggris

2.3.1 Pelajaran Bahasa Inggris di SD

Mata pelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar berstatus sebagai muatan lokal atau
sebagai mata pelajaran tambahan. Keberadaannya disesuaikan dengan kebutuhan pada tingkat
satuan pendidikan. Meskipun mengalami penurunan level menjadi mata pelajaran, bahasa
Inggris memiliki peran stategis dalam mempersiapkan siswa sejak dini dalam pergaulan global.
(Hartin, 2017) mengatakan bahwa Perubahan level ini terdapat dalam Permendikbud No. 67
Tahun 2013 tentang kompetensi dasar dan struktur kurikulum untuk sekolah dasar.22 Namun
demikian pelajaran bahasa Inggris tetaplah diajarkan disekolah dasar secara konsisten, untuk
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan komunikasi (Nunung, 2015).

2.3.2 Tujuan Pembelajaran Bahasa Inggris di SD

Pembelajaran Bahasa Inggris mata pelajaran Bahasa Inggris di SD dimaksudkan untuk


mengembangkan kemampuan berbahasa yang digunakan untuk menyertai tindakan. Bahasa
Inggris digunakan untuk berinteraksi. Topik pembicaraannya berkisar pada hal-hal yang ada
dalam konteks situasi. Untuk mencapai kompetensi ini siswa perlu dikenalkan dan dibiasakan
dengan berbagai ragam kosakata Bahasa Inggris tingkat dasar menuju kemampuan komunikasi
yang lebih kompleks. Pembelajaran Bahasa Inggris bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut:

a. Mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan secara terbatas


untuk mengiringi tindakan (language accompanying action) dalam konteks sekolah

b. Memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya Bahasa Inggris untuk


meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat global.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Bahasa Inggris


di SD bertujuan untuk membekali kemampuan komunikasi siswa agar dapat mengoptimalkan
potensi yang dimilikinya guna menghadapi zaman yang semakin maju.

2.3.3 Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Inggris SD

10
Menurut Kasihani K.E. Suyanto ruang lingkup mata pelajaran bahasa Inggris di SD
mencakup kemampuan berkomunikasi lisan secara terbatas dalam konteks sekolah, yang
meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Keterampilan mendengarkan (listening). Memahami instruksi, informasi dan cerita


sangat sederhana yang disampaikan secara lisan dalam konteks kelas, sekolah dan
lingkungan sekitar.

b. Keterampilan berbicara (speaking). Mengungkapkan makna secara lisan dalam


wacana interpersonal dan transaksional sangat sederhana dalam bentuk instruksi dan
informasi dalam konteks kelas, sekolah dan lingkungan sekitar

c. Keterampilan membaca (reading). Membaca nyaring dan memahami makna dalam


instruksi, informasi, teks fungsional pendek, dan teks deskriptif bergambar sangat
sederhana yang disampaikan secara tertulis dalam konteks kelas, sekolah dan
lingkungan sekitar.

d. Keterampilan Menulis (writing). Menulis kata, ungkapan, dan teks fungsional


pendek dan teks deskriptif bergambar sangat sederhana dengan ejaan dan tanda baca
yang tepat.

Berdasarkan penjelasan di atas pelajaran bahasa Inggris meliputi empat keterampilan


yaitu reading, speaking, listening dan writing. Dalam penelitan ini model word square berbasis
permainan dapat digunakan untuk melatih peserta didik baik secara reading atau cara membaca
sebuah kata/kalimat bahasa inggris, speaking atau berbicara/melafalkan setiap kata/kalimat
sederhana, writing atau menuliskan kata dalam bahasa Inggris secara baik dan benar.

2.3.4 Materi Bahasa Inggris

Materi pembelajaran Bahasa Inggris kelas V yaitu meliputi:

a. Topic 1 My Classmates
b. Topic 2 Happy birthday, Seta
c. Topic 3 Food and drink
d. Topic 4 Healthy habits
e. Topic 5 On the weekend
f. Topic 6 Pet the pets
Materi pelajaran dalam penelitian ini adalah food and drink yang meliputi:

11
a) mengenal nama-nama makanan dan minuman, menyebutkan dan menuliskan
nama makanan dan minuman dengan benar serta melafalkan kembali nama
makanan dan minuman

b) bercakap-cakap dengan menggunakan bahasa sederhana dalam menerima dan


meminta bantuan serta bercakap-cakap secara sederhana menerima dan meminta
barang.

Example:

A: Can I have some candies please?


B: Sure. Here you are
Sorry, no more candies.
A: Can you help me?
B: Sure / Of course

Nama-nama makanan dan minuman

1. rice = nasi 11. Cake = kue


2. fried rice = nasi goreng 12. Soup = sup
3. egg = telur 13. Pancake = panekuk
4. omelette = telur dadar 14. Burger = burger
5. muffin = kue mufin 15. Sandwich = roti isi
6. cookie = kue kering 16. Candy = permen
7. bread = roti 17. Coffee = kopi
8. pizza = pizza 18. Tea = teh
9. popcorn = berondong jagung 19. Milk = susu
10. pie = kue pai 20. Juice = jus

12
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Originalitas Ide dan Konteks Sosialnya


Ide yang penulis tuangkan dalam tulisan ini sangat originalitas, sebab ide ini membantu
pemerintah untuk mencerdaskan generasi bangsa serta menambah wawasan pendidik dalam
memilih model pembelajaran yang cocok untuk materi yang akan diajarkan.
Jika membahas hasil belajar, ide ini sangat membantu dalam proses belajar mengajar.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik.
Semakin aktif peserta didik maka semakin meningkat pula pembelajarannya.

3.2 Perangkat yang dibutuhkan untuk Melakukan Inovasi


Perangkat dibutuhkan untuk melakukan ide ini adalah laptop/pc sebagai alat untuk
membuat bahan ajar, serta untuk menampilkan presentasi kosa kata yang menarik sehingga
peserta didik lebih antusias dalam memperhatikan pembelajaran.

3.3 Ide Turunan dan Konteks Sosialnya


(a) Peluang Keterwujudan
Peluang keterwujudan ide ini penulis rasa 80% akan terwujud karena dilihat dari
kekurangpahaman pendidik tentang model pembelajaran terutama di daerah pedesaan.
Pelatihan yang didapat kurang diaplikasikan karena kebanyakan guru sudah lansia dan
hampir pensiun.
(b) Nilai-nilai Inovasi
Nilai-nilai inovasi dari ide ini adalah pertama, siswa hanya disajikan model
pembelajaran yang itu-itu saja. Dengan menggunakan model pembelajaran yang
bervariasi terutama dalam pembelajaran Bahasa Inggris, siswa lebih antusias dalam
belajar. Bahasa Inggris sering dianggap pembelajaran yang menyulitkan sehingga
dengan penerapan model yang menarik, siswa menjadi lebih mudah memahaminya.
(c) Perkiraan Dampak
Ketika ide ini diterapkan disekolah-sekolah dengan proses belajar mengajar
menggunakan model pembelajaran pada kurikulum 2013. Dampak yang diharapkan
adalah dampak positif. Dimana guru mulai menerapkan model yang berbeda dan sesuai
dengan materi yang diajarkan. Dampak positif pun mempengaruhi hasil belajar siswa
yang meningkat karena lebih mudah memahami pembelajaran.

13
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari paparan mengenai rekayasa ide yang penulis rancang ini maka dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran hendaknya membantu pengajar dalam proses belajar mengajar,

sehingga peserta didik dalam belajar aktif. Dalam pemilihan model pembelajaran perlu

diperhatikan kecocokan materi dan model pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tercapai

4.2 Saran

Adapun saran yang penulis berikan semoga kedepannya, para pendidik mampu

memberikan ide-ide kreatif bagi kemajuan pendidikan di Indonesia.

14
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, Budimanjaya. 2016. 95 Strategi Mengajar Multiple Intelligences. Jakarta:


Prenadamedia.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2014. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hartin. 2017. Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar. Jurnal Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan. Shautut Tarbiyah ,Ed. Ke-36.

Hermansyah, Ratno Wibowo. 2015. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui
Pendekatan Kelompok Kecil Pada Mata Pelajaran IPS Kelas V. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Dasar.

Imas, Kurniasih. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran. Jakarta: Kata Pena.

Nunung, Failasofah & Abror. 2015. Inovasi Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar
Dengan Talular (Teaching and Learning Using Lacally Available Resources) Kepada
Salah Satu SD Islam di Kota Jambi. Jurnal FKIP Universitas Jambi. Vol 30. No.4.

Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:


Rajawali Pers.

Sudjana, Nana. 2017. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Prenadamedia Grup.

Tukiran T, dkk. 2015. Model-Model Pembelajaran Inovatif dan Efektif. Bandung: Alfabeta.

Uno, Hamzah dan Nurdin Mohamad. 2014. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta:
PT Bumi Aksara.

Yusuf, Mutmainnah Amin. 2016. Pengaruh Mind Map dan Gaya Belajar Terhadap Hasil
Belajar Matematika Siswa. Jurnal Tadris Fakultas Tarbiyah dan Keguruan . ISSN:
2301-7562

15

Anda mungkin juga menyukai