Kelompok 32 - Makalah Epidemiologi - ISPA - FIX
Kelompok 32 - Makalah Epidemiologi - ISPA - FIX
Kelompok 32 - Makalah Epidemiologi - ISPA - FIX
DASAR EPIDEMIOLOGI
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami bisa menyusun dan menyajikan makalah yang berjudul
“Epidemiologi Ispa” sebagai salah satu tugas mata kuliah Dasar Epidemiologi
tahun ajaran 2019/2020 sesuai jadwal yang telah ditetapkan.
Adapun makalah ini kami buat dengan tujuan untuk mengetahui lebih
jauh dan menambah wawasan tentang bagaimana pencegahan dan
penanggulangan penyakit Ispa menurut ilmu epidemiologi. Terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan masukkan berupa kritik dan
saran yang bersifat membangun agar gagasan tertulis ini lebih baik lagi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan ..............................................................................3
C. Manfaat ........................................................................................... 4
BAB II. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT
A. Definisi .............................................................................................5
B. Patofisiologi ..................................................................................... 6
C. Faktor Risiko ................................................................................... 8
D. Skrining Penyakit ............................................................................ 10
E. Distribusi Frekuensi Penyakit ......................................................... 11
F. Pencegahan .................................................................................... 14
G. Penanggulangan ............................................................................ 15
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 16
B. Saran ............................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi akut yang
melibatkan organ saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan
bagian bawah yang disebabkan oleh virus, jamur dan bakteri. ISPA akan
menyerang host apabila ketahanan tubuh (immunologi) menurun pada bayi
di bawah lima tahun dan bayi merupakan salah satu kelompok yang memiliki
sistem kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai penyakit.
Penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, yang dapat menimbulkan
berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau
infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada
patogen penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor penjamu. Data Biro
Pusat Statistika menunjukkan jumlah perokok pemula usia 5-9 tahun
meningkat tajam dari 0,4% (2012) menjadi 2,8% (2014). Trend perokok pemula
meningkat tajam per tahunnya, dari 9,5% (1).
Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) Tahun 2005
menyatakan kematia akibat ISPA di seluruh dunia sekitar 19% atau berkisar
1,6–2,2 juta, di mana sekitar 70% terjadi di negara-negara berkembang
terutama di Afrika dan Asia Tenggara. Berdasarkan data Kementrian
Kesehatan Indonesia menunjukkan penderita ISPA semakin bertambah tiap
tahun. Pada tahun 2011 tercatat penderita mencapai 18.790.481 orang dengan
756.777 orang lainnya menderita pneumonia. Meningkat dari penderita ISPA
sebanyak 18.069.360 orang pada Tahun 2010 (2).
Penyakit ISPA yang paling menjadi perhatian dalam kesehatan
masyarakat adalah Pneumonia. Pneumonia merupakan penyebab mortalitas
terbanyak pada anak-anak diseluruh dunia. Pada tahun 2013 diperkirakan
935.000 anak di bawah 5 tahun meninggal akibat pneumonia. Insiden dan
1
2
prevalensi pneumonia di Indonesia tahun 2013 adalah 1,8% dan 4,5%. Lima
provinsi yang mempunyai insiden dan prevalensi pneumonia tertinggi untuk
semua umur adalah Nusa Tenggara Timur (4,6% dan 10,3%), Papua (2,6% dan
8,2%), Sulawesi Tengah (2,3% dan 5,7%), Sulawesi Barat (3,1% dan 6,1%), dan
Sulawesi Selatan (2,4% dan 4,8). Berdasarkan kelompok umur penduduk,
Period prevalence pneumonia yang tinggi terjadi 3 pada kelompok umur 1-4
tahun, kemudian mulai meningkat pada umur 45-54 tahun dan terus meninggi
pada kelompok umur berikutnya. Period prevalence pneumonia balita di
Indonesia adalah 18,5 per mil. Balita pneumonia yang berobat hanya 1,6 per
mil. Lima provinsi yang mempunyai insiden pneumonia balita tertinggi adalah
Nusa Tenggara Timur (38,5%), Aceh (35,6%), Bangka Belitung (34,8%),
Sulawesi Barat (34,8%), dan Kalimantan Tengah (32,7%). Insiden tertinggi
pneumonia balita terdapat pada kelompok umur 12- 23 bulan (21,7%) (2).
Menurut para ahli, daya tahan tubuh anak sangat berbeda dengan
orang dewasa karena sistem pertahanan tubuhnya belum kuat. Apabila
dalam satu rumah anggota keluarga terkena pilek, balita akan lebih mudah
tertular. Dengan kondisi anak yang lemah, proses penyebaran penyakit
menjadi lebih cepat. Resiko ISPA mengakibatkan kematian pada anak dalam
jumlah kecil, akan tetapi menyebabkan kecacatan seperti otitis media akuta
(OMA) dan mastoiditis. Bahkan dapat menyebabkan komplikasi fatal yakni
pneumonia. Faktor penyebab ISPA juga yaitu keadaan lingkungan fisik dan
pemeliharaan lingkungan rumah. Pemeliharaan lingkungan rumah dengan
cara menjaga kebersihan di dalam rumah, mengatur pertukaran udara dalam
rumah, menjaga kebersihan lingkungan luar rumah dan mengusahakan sinar
matahari masuk ke dalam rumah di siang hari, supaya pertahanan udara di
dalam rumah tetap bersih sehingga dapat mencegah kuman dan termasuk
menghindari kepadatan penghuni karena dianggap risiko (3,4).
Perilaku manusia merupakan salah satu yang menyebabkan ISPA.
Jumlah perokok aktif di dalam rumah yang cukup tinggi dapat meningkatkan
3
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu memahami Epidemiologi penyakit ISPA terutama di
Negara Indonesia berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional
dan Hasil Riset Kesehatan Dasar Provinsi Kalimantan Selatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami dan menjelaskan penyakit ISPA.
b. Mampu memahami dan menjelaskan patofisiologi penyakit ISPA.
c. Mampu memahami dan menjelaskan faktor risiko penyakit ISPA.
d. Mampu memahami skrining penyakit ISPA.
e. Mampu memahami dan menjelaskan distribusi frekuensi
penyebaran penyakit ISPA di Indonesia dan Provinsi Kalimantan
Selatan.
f. Mampu memahami pencegahan penyakit ISPA di Indonesia dan
Provinsi Kalimantan Selatan.
4
C. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
a. Bagi Kelompok risiko tinggi ISPA
Dapat memberikan informasi yang dapat digunakan untuk
menanggulangi dan mencegah lebih lanjut dampak negatif dari
penyakit ISPA.
b. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan penulis khususnya tentang definisi,
patofisiologi, faktor risiko, skrining melalui distribusi frekuensi
penyebaran penyakit ISPA dari data sekunder yaitu Hasil RISKESDAS
2018. Kemudian melakukan pencegahan dan penanggulangan
penyakit ISPA bagi kelompok yang berisiko tinggi.
c. Bagi Institusi
Makalah ini dapat sebagai acuan untuk dapat digunakan sebagai
data dasar untuk penelitian selanjutnya.
BAB II
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT
A. Definisi
Infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA adalah infeksi yang
disebabkan oleh virus yang menyerang hidung, trakea (pipa
pernapasan), atau paru-paru. Bisa dikatakan ISPA merupakan infeksi
yang mengganggu proses pernafasan seseorang. Bila tidak segera
ditangani, ISPA bisa menyebar ke seluruh sistem pernapasan dan
membuat tubuh tidak memperoleh oksigen yang cukup, bahkan yang
lebih parah bisa menyebabkan hilangnya nyawa seseorang.
ISPA menjadi penyakit yang gampang sekali menular. Orang-orang
yang mudah sekali terserang penyakit ini adalah mereka yang memiliki
kelainan sistem kekebalan tubuh, orang-orang berusia lanjut, dan anak-
anak pun rentan terhadap penyakit ini, karena sistem imun mereka
belum terbentuk sepenuhnya.
Virus atau bakteri ini dikeluarkan oleh pengidap ISPA lewat batuk
atau ketika bersin. Bisa juga lewat cairan yang mengandung virus atau
bakteri yang melekat pada permukaan benda saat seseorang
menyentuhnya. Bagaimana seseorang bisa tertular ISPA, Yakni bila
seseorang menghirup udara yang mengandung virus atau bakteri. Cara
menghindari penyebaran virus atau bakteri, alangkah baiknya jika
sehabis melakukan aktivitas di tempat umum segeralah mencuci
tangan.
ISPA akan memunculkan gejala khususnya terjadi pada hidung dan
paru-paru. Gejala penyakit ISPA muncul sebagai tanda respon terhadap
racun yang dikeluarkan oleh virus atau bakteri yang melekat di saluran
pernapasan. Beberapa gejala penyakit ISPA antara lain :
1. Hidung tersumbat atau berair
5
6
2. Sering bersin
3. Para-Paru terasa terhambat
4. Kerap merasa kelelahan dan timbul demam
5. Batuk-batuk dan tenggorokan serta tubuh terasa sakit.
Jika ISPA bertambah parah, gejala penyakit ISPA yang lebih serius
akan timbul, seperti kesulitan bernapas, pusing, tingkat oksigen dalam
darah rendah, demam tinggi dan menggigil, bahkan yang lebih parah
kesadaran menurun hingga pingsan. Tanda-tanda bahaya pada anak
golongan umur 2 bulan hingga 5 tahun adalah tidak bisa minum,
kejang, kesadaran menurun, stridor (suara nafas seperti mendengkur),
dan kekurangan gizi. Sementara tanda bahaya yang diidap anak
golongan umur kurang dari dua bulan adalah kemampuan minumnya
menurun hingga kurang dari setengah volume yang biasa
diminumnya, demam, dingin, kejang, kesadaran menurun, dan stridor.
Tanda dan gejala penyakit ISPA pada umumnya berlangsung dari satu
sampai dua minggu, dan hampir sebagian besar pengidap ISPA akan
mengalami perbaikan gejala setelah minggu pertama (5).
B. Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya
virus dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran
pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran
nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan
suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring.Jika refleks tersebut gagal
maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran
pernafasan.
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan
timbulnya batuk kering. Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran
pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang
7
Sistem imun saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid
yang tersebar, merupakan ciri khas system imun mukosa. Ciri khas
berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan pada saluran nafas
atas sedangkan IgG pada saluran nafas bawah. Diketahui pula bahwa
sekretori IgA (sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan
integritas mukosa saluran nafas.
Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat
dibagi menjadi empat tahap, yaitu:
a. Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita
belum menunjukkan reaksi apa-apa.
b. Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan
mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan
daya tahan sebelumnya memang sudah rendah.
c. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala
penyakit.Timbul gejala demam dan batuk.
d. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat
sembuh sempurna, sembuh dengan ateletaksis, menjadi kronis
dan dapat meninggal akibat pneumonia (6).
C. Faktor Risiko
Terdapat banyak faktor yang mendasari perjalanan penyakit ISPA
pada anak. Hal ini berhubungan dengan host, agent penyakit dan
environment. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kejadian ISPA
antara lain :
1. Kebiasaan merokok
D. Skrining Penyakit
Skrining adalah salah satu upaya pemberantasan penyakit
(terutama penyakit menahun) dengan penemuan kasus (case finding)
(diagnosis sedini mungkin) sehinga prognosis penyakit akan lebih baik,
mempercepat penyembuhan, memperlambat proses penyakit,
mengurangi kecacatan dan kematian (13).
ISPA merupakan masalah kesehatan yang penting karena
menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira
satu dari empat kematian terjadi. ISPA merupakan salah satu penyebab
utama kunjungan pasien di sarana pelayanan kesehatan yaitu sebanyaj
40-60% kunjungan berobat di Puskesmas dan 15-30% kunjungan berobat
di rawat jalan dan rawat inap rumah sakit. Teknologi deteksi dini untuk
diagnosa penyakit ISPA masih memiliki peluang besar untuk
dikembangkan. Salah satu peluang pengembangan teknologi deteksi
dini untuk penyakit ISPA ini yaitu dengan mengukur kesamaan gejala
11
awal yang terjadi pada anak dengan gejala pada penyakit ISPA berdasar
pada lokasi anatomik tubuh.
Gambar 2.1
Prevalensi ISPA menurut diganosis Tenaga Kesehatan
Sumber. Riskesdas, 2018
Gambar 2.2
Prevalensi ISPA berdasarkan diagnosis Tenaga Kesehatan dan Gejala
Sumber. Riskesdas, 2018
hasil RISKESDAS 2013 yang sebesar 27%, period prevalence ISPA pada
tahun 2018 sebesar 7% (8).
F. Pencegahan
Pencegahan ISPA menurut Hidayat (2009) adalah rajin cuci tangan,
membersihkan permukaan umum seperti meja, mainan anak, gagangan
pintu, dan fasilitas kamar mandi dengan desinfektan antibakteri,
hindarkan anak berkontak langsung dengan orang yang terinfeksi flu
atau pilek, jagalah kebersihan diri dan lingkungan.
Peran aktif keluarga dalam menangani ISPA sangat penting karena
penyakit ISPA merupakan penyakit yang ada sehari-hari didalam
masyarakat atau keluarga hal ini perlu mendapatkan peran yang serius
oleh orang tua karena sebagian besar penyakit ISPA banyak menyerang
pada balita (10).
Pencegahan penyakit ISPA ini tidak lepas dari peran orang tua yang
sebenarnya harus mengetahui cara-cara pencegahan ISPA. Banyak hal
yang bisa dilakukan keluarga untuk mencegah agar tidak terjadi
penularan pada anggota keluarga yang lain, bisa dengan cara menjaga
kebersihan diri anak, kebersihan lingkungan, mengajarkan anak untuk
selalu mencuci tangan, bukan hanya dengan membatasi aktifitas anak
dengan keluarga lain saja. Mencuci tangan terbukti dapat mencegah
penyakitt diare dan ISPA yang menjadi penyebab utama kematian pada
anak. Pencegahan bisa dilakukan dengan: menjaga keadaaan gisi agar
tetap baik, imunisasi lengkap, menjaga kebersihan perorangan dan
lingkungan, mencegah anak berhubungan langsung dengana anak
penderita ISPA, pengobatan segera (15).
15
D. Penanggulangan
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah
petugas kesehatan melakukan penyuluhan sebulan sekali tentang
penanganan ISPA pada balita serta memberikan bimbingan langsung
cara penanganannya, mengajak masyarakat untuk mencari tahu
informasi dengan bertanya dengan petugas kesehatan, membaca buku
serta menonton televisi, rumah penderita ISPA setiap paginya dibuka
jendelanya supaya terjadi sirkulasi udara, tidak membiarkan kondisi
rumah menjadi lembab, membersihkan rumah dari debu dan kotoran
setiap harinya (14).
Meskipun departemen kesehatan sudah memiliki program
untuk penanggulangannya yaitu Program Pemberantasan Penyakit
Infeksi Saluran Pernapasan Akun, namun kondisi penyakit ini masih
menjadi tantangan serius bagi dunia kesehatan. Pencegahan terhadap
penyakit ini juga diharapkan dapat dilaksanakan oleh seluruh
masyarakat (12).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA adalah infeksi yang
disebabkan oleh virus yang menyerang hidung, trakea (pipa pernapasan), atau
paru-paru. Bisa dikatakan ISPA merupakan infeksi yang mengganggu proses
pernafasan seseorang. Bila tidak segera ditangani, ISPA bisa menyebar ke
seluruh sistem pernapasan dan membuat tubuh tidak memperoleh oksigen
yang cukup, bahkan yang lebih parah bisa menyebabkan hilangnya nyawa
seseorang. Ispa menjadi penyakit yang gampang sekali menular. Orang-orang
yang mudah sekali terserang penyakit ini adalah mereka yang memiliki
kelainan sistem kekebalan tubuh, orang-orang berusia lanjut, dan anak-anak
pun rentan terhadap penyakit ini, karena sistem imun mereka belum
terbentuk sepenuhnya.
B. Saran
Bagi penderita Ispa diharapkan lebih memperhatikan pola makan
sehingga gizi tetap terjaga., meningkatkan program puskesmas yaitu
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
26
16
Daftar Pustaka