Laporan Pendahuluan DERMATITIS

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DERMATITIS

NURHASNI

14420192126

Program Studi Profesi Ners


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Muslim Indonesia
Makassar
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
DERMATITIS
A. DEFINISI
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai
respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen,
menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema,
edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis
cenderung residif dan menjadi kronis[ CITATION Nur151 \l 14345 ].
B. ETIOLOGI
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya
bahan kimia (contoh: deterjen, asam, basa, oli, semen), fisik (contoh: sinar,
suhu), mikroorganisme (bakteri, jamur); dapat pula dari dalam (endogen),
misalnya dermatitis atopik.
Klasifikasi dermatitis:
1. Dermatitis kontak
Peradangan di kulit karena kontak dengan sesuatu yang dianggap
asing oleh tubuh. Terbagi menjadi 2: alergi dan iritan [ CITATION
Nur151 \l 14345 ].
Dermatitis kontak alergi merupakan penyakit kulit kronik yang
hampir selalu di picu allergen berupa molekul kimia dengan berat
molekul kurang dari 500 dalton, tidak bermuatan listrik, dan hidrofilik
yang disebut hapten. Hapten merupakan allergen yang tidak lengkap
dan dapat berpenetrasi melalui sawar kulit karena ukurannya yang
kecil. Hapten yang paling sering terdapat di lingkungan adalah
trinitropenil (TNP), ion logam berat seperti nikel dan tembaga, obat-
obatan seperti beta lactams, dan bahan-bahan alam seperti uroshiol
dari poisonivy[ CITATION Mur18 \l 14345 ].
2. Dermatitis atopic
Peradangan kulit kronis residif disertai gatal yang umumnya sering
terjadi selama masa bayi dan anak[ CITATION Nur151 \l 14345 ].
Dermatitis atopic merupakan kelainan inflamasi kulit yang
multifaktorial. Pathogenesis DA merupakan hasil interaksi yang
kompleks antara kerentanan genetik yang menyebabkan gangguan
sistem innate dan tingginya respon imunologik terhadap bahan-bahan
allergen dan antigen microbial[ CITATION Mur18 \l 14345 ].
3. Neurodermatitis sirkumskripta
4. Dermatitis numularis
Dermatitis numularis disebut juga discoid eczema adalah dermatitis
kronis dengan penyebab tidak diketahui[ CITATION Mur18 \l 14345 ].
5. Dermatitis statis
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Dermatitis kontak
a. Lesi kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang terjadi kontak
b. Untuk dermatitis kontak alergi, gejala tidak muncul sebelum 24-48
jam, bahkan sampai 72 jam.
c. Untuk dermatitis kontak iritan, gejala terbagi dua menjadi akut dan
kronis. Saat akut dapat terjadi perubahan warna kulit menjadi
kemerahan sampai terasa perih bahkan lecet. Saat kronis gejala
dimulai dengan kulit yang mongering dan sedikit meradang yang
akhirnya menjadi menebal.
d. Pada kasus berat, dapat terjadi bula (vesikel) pada lesi kemerahan
tersebut
e. Kulit terasa gatal bahkan terasa terbakar
f. Dermatitis kontak iritan, gatal dan rasa terbakarnya lebih terasa
dibandingkan dengan tipe alergi.
2. Dermatitis atopic (DA)
Ada 3 fase klinis DA yaitu:
a. DA infantile (2 bulan-2 tahun)
DA paling sering muncul pada tahun pertama kehidupan
yaitu pada bulan kedua. Lesi mula-mula tampak di daerah muka
(dahi-pipi) berupa eritema, papul-vesikel pecah karena garukan
sehingga lesi menjadi eksudatif dan akhirnya terbentuk krusta. Lesi
meluas ke kepala, leher, pergelangan tangan dan tungkai. Bila anak
mulai merangkak, lesi bisa ditemukan di daerah ekstensor
ekstremitas. Sebagian besar penderita sembuh setelah 2 tahun dan
sebagian lagi berlanjut ke fase anak.
b. DA anak (2-10 tahun)
Dapat merupakan lanjutan bentuk DA infantile ataupun
timbul sendiri (denovo). Lokasi lesi di lipatan siku/lutut, bagian
fleksor pergelangan tangan, kelopak mata, dan leher. Ruam berupa
papul likenifikasi, sedikit skuama, erosi, hyperkeratosis dan
mungkin infeksi sekunder. DA berat yang lebih dari 50%
perrmukaan tubuh dapat mengganggu pertumbuhan.
c. DA pada remaja dan dewasa
Lokasi lesi pada remaja adalah di lipatan siku/ lutut, samping leher,
dahi, dan sekitar mata. Pada dewasa, distribusi lesi kurang
karakteristik, sering mengenai tanga dan pergelangan tangan, dapat
pula berlokasi setempat misalnya pada bibir (kering, pecah,
bersisik), vulva, putting susu atau skalp. Kadang-kadang lesi
meluas dan paling parah di daerah lipatan, mengalami likenifikasi.
Lesi kering, agak menimbul, papul datar cenderung berkonfluens
menjadi plak likenifikasi dan sedikit skuama. Bisa di dapat
eksoriasi dan eksudasi akibat garukan dan akhirnya menjadi
hiperpigmentasi. Umumnya DA remaja dan dewasa berlangsung
lama kemudian cenderung membaik setelah usia 30 tahun, jarang
sampai usia pertengahan dan sebagian kecil sampai tua.
3. Neurodermatitis sirkumskripta
a. Kulit yang sangat gatal
b. Muncul tunggal di daerah leher, pergelangan tangan, lengan
bawah, paha atau mata kaki, kadang muncul pada alat kelamin.
c. Rasa gatal sering hilang timbul. Sering timbul pada saat santai atau
sedang tidur, akan berkurang saat beraktivitas. Rasa gatal yang
digaruk akan menambah berat rasa gatal tersebut
d. Terjadi perubahan warna kulit yang gatal, kulit yang bersisik akibat
garukan atau penggosokan dan sudah terjadi bertahun-tahun.
4. Dermatitis numularis
a. Gatal yang kadang sangat hebat, sehingga dapat mengganggu
b. Lesi akut berupa vesikel dan papulovesikel (0,3-1,0 cm), kemudian
membesar dengan cara berkonfluensi atau meluas ke sampng,
membentuk satu lesi karakteristik sepertiga uang logam(koin),
eritematosa, sedikit edematosa, dan berbatas tegas
c. Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi, kemudian mongering
menjadi krusta kekuningan.
d. Ukuran lesi bisa mencapai garis tengah 5 cm atau lebih, jumlah lesi
dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral atau
simetris dengan ukuran bervariasi dari miliar sampai nummular,
bahkan plakar
e. Tempat predileksi biasanya terdapat di tungkai bawah, badan,
lengan, termasuk punggung tangan.
5. Dermatitis statis
a. Bercak-bercak berwarna merah yang bersisik
b. Bintik-bintik berwarna merah dan bersisik
c. Borok atau bisul pada kulit
d. Kulit yang tipis pada tangan dan kaki
e. Luka (lesi) kulit
f. Pembengkakan pada tungkai kaki
g. Rasa gatal di sekitar daerah yang terkena
h. Rasa kesemutan pada daerah yang terkena[ CITATION Nur151 \l
14345 ].
D. PATOFISIOLOGI

- Fisik (sinar, suhu) Faktor yang berhubungan


- Mikroorganisme Dermatitis - Genetik
(bateri,jamur) - Lingkungan
- Farmakologik
- imunologi
Faktor dari luar (eksogen) Factor dari dalam (endogen)

Berhubungan dengan
Dermatitis kontak (sabun, Dermatitis atopik peningkatan kadar IgE
detergen, zat kimia) dalam serum

Allergen sensitizen Iritan primer Asma bronchial, rhinitis


alergik

Sel langerhans dan Mengiritasi kulit


makrofag Pola napas tidak efektif

Sel T
Peradangan kuli (lesi) Kerusakan integritas
kulit
Sensitisasi sel T oleh
saluran limfe
Nyeri akut Gangguan citra tubuh
Resiko infeksi

Reaksi hipersensitivitas
IV

[ CITATION Nur151 \l 14345 ]


E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Percobaan asetikolin (suntikan dalam intracutan, solusi asetilkolin
1/5000)
2. Percobaan histamine hostat disuntikkan pada lesi
3. Pric
Laboratorium
1. Darah: Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total,
albumin, globulin
2. Urin: pemeriksaan histopatologi[ CITATION Nur151 \l 14345 ].
F. PENATALAKSANAAN
1. Dermatitis kontak
a. Hindari kontak lebih lanjut dengan zata atau benda penyebab
dermatitis kontak
b. Pada tipe iritan, basuhlah bagian yang terkena dengan air mengalir
sesegera mungkin.
c. Jika sampai terjadi lecet, tanganilah seperti menangani luka bakar.
d. Obat anti histamine oral untuk mengurangi rasa gatal dan perih
yang dirasakan.
e. Kortikosteroid dapat diberikan secara topical, oral, atau intravena
sesuai dengan tingkat keparahannya.
2. Dermatitis atopik
a. Menghindari dari agen pencetus seperti makanan, udara panas/
dingin, bahan-bahan berbulu.
b. Hidrasi kulit dengan berbagai jenis pelembab antara lain krim
hidrofil urea 10% atau pelembab yang mengandung asam laktat
dengan konsentrasi kurang dari 5%.
c. Kortikosteroid topical potensi rendah diberi pada bayi, daerah
intertringinosa dan daerah genitalia. Kortikosteroid potensi
menengah dapat diberi pada anak dan dewasa. Bila aktivitas
penyakit telah terkontrol. Kortikosteroid diaplikasikan intermiten,
umumnya dua kali seminggu. Kortikosteroid oral hanya dipakai
untuk mengendalikan DA eksaserbasi akut. Digunakan dalam
waktu singkat, dosis rendah, diberi selang-seling. Dosis diturunkan
secara tapering. Pemakaian jangka panjang akan menimbulkan
efek samping dan bila tiba-tiba dihentikan akan timbul rebound
phenomen.
d. Antihistamin topical tidak dianjurkan pada DA karena berpotensi
kuat menimbulkan sensitisasi pada kulit. Pemakaian krim doxepin
5% dalam jangka pendek (1 minggu) dapat mengurangi gatal tanpa
sensitisasi, tapi pemakaian pada area luas akan menimbulkan efek
samping sedatif.
e. Pemberian antibiotika berkaitan dengan ditemukannya peningkatan
koloni S. Aureus pada kulit penderita DA. Dapat diberi eritromisin,
asitromisin atau kaltromisin. Bila ada infeksi virus dapat diberi
asiklovir 3 x 400 mg/hari selama 10 hari atau 4 x 200 mg/hari
untuk 10 hari.
3. Neurodermatitis sirkumsripta
a. Pemberian kortikosteroid dan antihistamin oral bertujuan untuk
mengurangi reaksi inflamasi yang menimbulkan rasa gatal.
Pemberian steroid topical juga membantu mengurangi
hyperkeratosis. Pemberian steroid mid-potent diberikan pada reaksi
radang yang akut, tidak direkomendasikan untuk daerah kulit yang
tipis (vulva, scrotum, axilla dan wajah). Pada pengobatan jangka
panjang digunakan steroid yang lowpoten, pemakaian high-potent
steroid hanya dipakai kurang dari 3 minggu pada kulit yang tebal.
b. Anti-depresan atau anti-anxiety sangat membantu pada sebagian
orang dan perlu pertimbangan untuk pemberiannya
c. Jika terdapat suatu infeksi sekunder dapat diberikan antibiotic
topical ataupun oral.
d. Perlu diberikan nasehat untuk mengatur emosi dan perilaku yang
dapat mencegah gatal dan garukan.

4. Dermatitis numularis
a. Bila kulit kering, diberi pelembab atau emolien
b. Secara topical lesi dapat diobati dengan obat antiinflamasi,
misalnya preparat ter glukokortikoid, takrolimus, atau
pimekrolimus.
c. Bila lesi masih eksudatif, sebaiknya dikompres dahulu misalnya
dengan larutan permanganas kalikus 1: 10.000.
d. Kalau ditemukan infeksi bacterial, diberikan antibiotik secara
sistemik
e. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan
refrakter, dalam jangka pendek.
f. Pruritus dapat diobati dengan antihistamin golongan H1, misalnya
hidroksisilin HCl.
5. Dermatitis statis
a. Cahaya berdenyut intens
b. Diuretic
c. Imunosupresan
d. Istirahat
e. Kortikosteroid
f. Ligasi vaskuler
g. Pelembab
h. Terapi kompresi[ CITATION Nur151 \l 14345 ].
ASUHAN KEPERAWATAN PADA DERMATITIS
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien. 
2. Keluhan Utama.Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok.
3. Riwayat Kesehatan:
a. Riwayat Penyakit Sekarang :Tanyakan sejak kapan pasien merasakan
keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dantindakan apa saja
yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
b. Riwayat Penyakit Dahulu :Apakah pasien dulu pernah menderita
penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya
c. Riwayat Penyakit Keluarga :Apakah ada keluarga yang pernah
menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
d. Riwayat Psikososial :Apakah pasien merasakan kecemasan yang
berlebihan. Apakah sedang mengalami stress yang berkepanjangan.
e. Riwayat Pemakaian Obat :Apakah pasien pernah menggunakan obat-
obatan yang dipakai pada kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan
(alergi) terhadap sesuatu obat.
4. Pemeriksaan fisik
a. Sistem pernafasan
Tidak ada gangguan sistem pernafasan, bunyi nafas vesikuler, tidak
ada wheezing dan ronkhi, irama reguler.
b. Sistem kardiovaskuler
Tidak adaa gangguan sirkulasi darah irama jantung normal, tidak ada
takikardi dan nadi teraba normal.
c. Sistem persyarafan
Kesadaran composmentis, adanya nyeri tekan pada kulit yang
mengalami lesi.
d. Sistem perkemihan
BAK normal, warna kuning kekuning-kuningan, bau urine khas.
e. Sistem pencernaan
Mukosa lembab, nafsu makan baik, BAB normal.
f. Sistem muskuloskeletal dan integumen
Nyeri tekan pada bagian otot, otot yang mengalami lesi mengalami
penurunan fungsi otot akibat nyeri tekan, warna putih tidak ikterik
tidak ada cyanosis, kulit terlihat agak kering, integritas kulit
ditemukan luka bekas garukan seperti kemerahan timbul
bula/ pustulla turgor
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b/d spasme otot pernapasan
2. Kerusakan integritas kulit b/d lesi dan reaksi inflamasi
3. Gangguan citra tubuh b/d perasaan malu terhadap penampakan diri
4. Nyeri akut b/d lesi kulit
5. Resiko infeksi b/d lesi bercak-ercak merah pada kulit
C. Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
. keperawatan kriteria hasil
1. Nyeri b.d Tujuan : 1. Kaji jenis dan tingkat nyeri 1. Dapat mengetahui
adanya lesi Setelah dilakukan pasien. tentukan apakah nyerinya kriteria nyeri
kulit tidakan kronis atau akut. Selain itu, kaji pasien
keperawatan factor yang dapat mengurangi 2. Untuk
selama 1x24 jam, atau memperberat; lokasi, durasi, memfasilitasi
diharapkan nyeri intensitas dan karakteristik nyeri; pengkajian yang
berkurang atau dan tanda-tanda dan gejala akurat tentang
teradaptasi psikologis. tingkat nyeri
Kriteria hasil : Pengkajian berkelanjutan pasien
1. Pasien membantu meyakinkan bahwa 3. Untuk menentukan
melaporkan penanganan dapat memenuhi keefektifan obat
nyeri kebutuhan pasien dalam 4. Tindakan ini
berkurang mengurangi nyeri. meningkatkan
2. Nyeri dapat Dokumentasikan respons pasien kesehatan,
diadaptasi terhadap pertanyaan anda dengan kesejahteraan, dan
3. Dapat bahasanya sendiri untuk peningkatan
mengidentifik menghindari interprestasi tingkat energy,
asi aktifitas subjektif yang penting
yang 2. Minta pasien untuk untuk
meningkatkan menggunakan sebuah skala 1 pengurangan nyeri
atau sampai 10 untuk menjelaskan 5. Untuk
menurunkan tingkat nyerinya (dengan nilai 10 menurunkan
nyeri menandakan tingkat nyeri paling ketegangan atau
4. Pasien tidak berat) spasme otot dan
gelisah dan 3. Berikan obat yang dianjurkan untuk
skala nyeri 0- untuk mengurangi nyeri, mendistribusikan
1 atau bergantung pada gambaran nyeri kembali tekanan
teradaptasi pasien. pantau adanya reaksi pada bagian tubuh
yang tidak diinginkan terhadap 6. Tehnik
obat. Sekitar 30 sampai 40 menit nonfarmakologis
setelah pemberian obat, minta pengurangan nyeri
pasien untuk menilai kembali akan efektif bila
nyerinya dengan skala 1 sampai nyeri pasien
10 berada pada
4. Atur periode istirahat tanpa tingkat yang dapat
terganggu ditoleransi
5.  Bantu pasien untuk mendapat
posisi yang nyaman, dan gunakan
bantal untuk membebat atau
menyokong daerah yang sakit
bila perlu
6. Pada saat tingkat nyeri pasien
tidak terlalu kentara,
implementasikan tehnik
mengendalikan nyeri alternatif

2. Kerusakan Tujuan : 1. Inspeksi kulit pasien setiap 1. Untuk menentukan


integritas Setelah dilakukan pergantian tugas jaga, jelaskan keefektifan
kulit b.d tindakan dan dokumentasikan kondisi kulit regimen perawatan
inflamasi keperawatan dan laporkan perubahan kulit
dermatitis, selama 3x24 jam 2. Lakukan tindakan pendukung, 2. Untuk
respon diharapkan sesuai indikasi meningkatkan
menggaruk kerusakan 3. Bantu pasien dalam melakukan kenyamanan dan
integritas kulit tindakan hygiene dan kesejahteraan
dapat membaik kenyamanan 3. Pengurangan nyeri
Kriteria hasil : 4. Berikan obat nyeri sesuai diperlukan untuk
1. Pasien program dan pantau mempertahankan
menunjukkan keefektifannya kesehatan
tidak adanya 5. Pertahankan lingkungan yang 4. Untuk
kerusakan nyaman meningkatkan rasa
kulit 6. Gunakan kasur busa, penyangga, sejahtera pasien
2. Pasien atau peralatan lain 5. Untuk mencegah
menunjukkan 7. Peringatkan agar tidak kerusakan kulit
turgor kulit menyentuh luka atau balutan 6. Untuk mencegah
yang normal 8. Atur posisi pasien supaya kemungkinan
nyaman dan meminimalkan infeksi
tekanan pada penonjolan tulang. 7. Tindakan tersebut
Ubah posisi pasien minimal mengurangi
setiap 2 jam. Pantau frekuensi tekanan,
pengubahan posisi pasien dan meningkatkan
kondisi kulitnya sirkulasi dan
9. Berikan kesempatan pasien untuk mencegah
mengungkapkan perasaan kerusakan kulit
tentang masalah kulitnya 8. Tindakan ini
10. Berikan pengarahan pada pasien membantu
dan anggota keluarga atau mengurangi
pasangan dalam program ansietas dan
perawatan kulit meningkatkan
ketrampilan
koping
9. Untuk mendorong
kepatuhan

3. Gangguan Tujuan : 1. Berikan kesempatan pasien untuk 1. Mendengar aktif


pola tidur b.d Dalam waktu mendiskusikan keluhan yang dapat membantu
pruritus 1x24 jam pasien mungkin menghalangi tidur menentukan
mencapai pola 2. Rencanakan asuhan keperawatan penyebab
tidur/istirahat rutin yang memungkinkan pasien kesulitan tidur
yang memuaskan tidur tanpa terganggu 2. Tindakan ini
Kriteria hasil : 3. Berikan bantuan tidur kepada memungkinkan
1. Pasien pasien, seperti bantal, mandi asuhan
mengungkapk sebelum tidur, makanan atau keperawatan yang
an perasaan minuman dan bahan bacaan. konsisten dan
cukup 4. Ciptakan lingkungan tenang yang memberikan
beristirahat kondusif untuk tidur waktu untuk tidur
2. Pasien tidak 5. Berikan pengobatan yang tanpa terganggu
menunjukkan diprogramkan untuk 3. Hygiene pribadi
tanda-tanda meningkatkan pola tidur normal secara rutin dapat
fisik deprivasi pasien. pantau dan catat reaksi mempermudah
tidur yang tidak diharapkan tidur bagi
3. Menghindari 6. Minta pasien untuk setiap pagi sejumlah pasien
konsumsi menjelaskan kualitas tidur malam 4. Tindakan ini dapat
kafein sebelumnya mendorong
4. Mengenali 7. Berikan pendidikan kesehatan istirahat dan tidur
tindakan kepada pasien tentang teknik 5. Agens hipnotik
untuk relaksasi seperti imajinasi memicu tidur, obat
meningkatkan terbimbing, relaksasi otot penenang
tidur progresif dan meditasi menurunkan
ansietas
6. Tindakan ini
membantu
mendeteksi adanya
gejala perilaku
yang berhubungan
dengan tidur
7. Upaya relaksasi
yang bertujuan
biasanya dapat
membantu
meningkatkan
tidur
4. Gangguan Tujuan : 1. Terima persepsi diri pasien dan 1. Untuk
citra tubuh Dalam waktu berikan jaminan bahwa ia dapat memvalidasi
b.d 1x24 jam pasien mengatasi krisis ini perasaannya
penampakan menerima 2. Ketika membantu pasien yang 2. Untuk mendapat
kulit yang perubahan citra sedang melakukan perawatan nilai dasar pada
tidak baik tubuh diri, kaji pola koping dan tingkat pengukuran
Kriteria hasil : harga dirinya kemajuan
1. Pasien 3. Dorong pasien melakukan psikologisnya
berpartisipasi perawatan diri 3. Untuk
dalam 4. Berikan kesempatan kepada meningkatkan rasa
berbagai pasien untuk menyatakan kemandirian dan
aspek perasaan tentang citra tubuhnya control
perawatan dan dan hospitalisasi 4. Agar pasien dapat
dalam 5. Bimbing dan kuatkan focus mengungkapkan
pemgambilan pasien pada aspek-aspek positif keluhannya dan
keputusan dari penampilannya dan memperbaiki
tentang upayanya dlam menyesuaikan kesalahpahaman
perawatan diri dengan perubahan citra 5. Untuk mendukung
2. Pasien tubuhnya adaptasi dan
menyatakan kemajuan yang
perasaan berkelanjutan
positif
terhadap
dirinya sendiri
3. Pasien
berpartisipasi
dalam
program
rehabilitasi
dan konseling
5. Resiko Tujuan : 1. Minimalkan resiko infeksi pasien 1. Mencuci tangan
infeksi b.d Setelah dengan : adalah satu-
kerusakan melakukan 2. Mencuci tangan sebelum dan satunya cara
perlindungan tindakan setelah memberikan perawatan terbaik untuk
kulit keperawatan 3. Mengunakan sarung tangan mencegah
selama 1x24 jam, untuk mempertahankan asepsis penularan
infeksi dapat pada saat memberikan perawatan pathogen.
dihindari langsung 2. Sarung tangan
Kriteria hasil : 4. Pantau suhu minimal setiap 4 jam dapat melindungi
1. Tanda-tanda dan catat pada kertas grafik. tangan pada saat
vital dalam Laporkan evaluasi segera memegang luka
batas normal 5. Bantu pasien mencuci tangan yang dibalut atau
2. Tidak adanya sebelum dan sesudah makan dan melakukan
tanda-tanda setelah dari kamar mandi berbagai tindakan
infeksi 6. Beri pendidikan kepada pasien 3. Suhu yang terus
mengenai: meningkat setelah
- Teknik mencuci tangan yang pembedahan dapat
baik merupakan tanda
- Faktor-faktor yang awitan komplikasi
meningkatkan resiko infeksi pulmonal, infeksi
- Tanda-tanda dan gejala luka atau dehisens,
infeksi infeksi saluran
kemih atau
tromboflebitis
4. Mencuci tangan
mencegah
penyebaran
pathogen terhadap
objek dan
makanan lain
5. Tindakan tersebut
memungkinkan
pasien untuk
berpartisipasi
dalam perawatan
dan membantu
pasien
memodifikasi gaya
hidup untuk
mempertahankan
tingkat kesehatan
yang optimum
DAFTAR PUSTAKA
Murlistyarini, S. d. (2018). Intisari Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Malang:
UB Press.

Nurarif, A. &. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis Nanda Nic-Noc Jilid 1. Yogyakarta: Mediaction.

Anda mungkin juga menyukai