8-Kinetika Reaksi Saponifikasi Etil Asetat
8-Kinetika Reaksi Saponifikasi Etil Asetat
8-Kinetika Reaksi Saponifikasi Etil Asetat
KIMIA FISIKA I
PERCOBAAN 8
OLEH:
KELOMPOK 3
JURUSAN KIMIA
2019
A. JUDUL PERCOBAAN
Kinetika Reaksi Saponifikasi Etil Asetat.
B. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menunjukkan bahwa reaksi penyabunan etilasetat oleh ion hidroksida adalah reaksi orde
dua.
2. Menentukan konstanta kecepatan reaksi pada reaksi penyabunan etil asetat oleh ion
hidroksida.
C. DASAR TEORI
Kinetika kimia merupakan bagian dari ilmu Kimia Fisika yang mempelajari tentang
kecepatan reaksi-reaksi kimia dan mekanisme reaksi-reaksi yang bersangkutan. Tidak semua
reaksi kimia dapat dipelajari secara kinetik. Reaksi-reaksi yang berjalan sangat cepat seperti
reaksi-reaksi ion atau pembakaran dan reaksi-reaksi yang sangat lambat seperti pengkaratan,
tidak dapat dipelajari secara kinetik. Diantara kedua jenis ini, banyak reaksi-reaksi yang
kecepatannya dapat diukur.
Reaksi saponifikasi merupakan reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa kuat.
Reaksi ini biasanya diguanakan dalam pembentukan sabun sehingga reaksi ini disebut juga
dengan reaksi penyabunan. Salah satu reaksi saponifikasi yaitu reaksi antara etil asetat
dengan basa kuat berupa NaOH yang memiliki persamaan reaksi:
CH3COOC2H5(aq) + OH-(aq) → CH3COO- (aq) + C2H5OH (aq) Sabun
bertindak sebagai suatu zat pengemulsi untuk mendispersikan minyak dan sabun teradsorpsi
pada butiran kotoran. Kinetika kimia merupakan bagian dari ilmu kimia fisika yang
mempelajari tentang kecepatan ataupun laju reaksi-reaksi kimia dan mekanisme reaksi-
reaksi yang terlibat didalamnya. Kecepatan reaksi atau laju reaksi adalah kecepatan
perubahan konsentrasi terhadap waktu, jadi tanda negatif hanya menunjukkan bahwa
konsentrasi berkurang bila waktu bertambah.
Laju reaksi dapat pula digunakan untuk memprediksi kebutuhan bahan pereaksi tiap
satuan waktu dan dapat juga digunakan untuk menghitung kebutuhan energi untuk produksi
hidrogen. Seiring bertambahnya waktu dalam suatu reaksi, mka jumLah zat pereaksi akan
menjadi produk, dan sebaliknya jumLah zat hasil reaksi(produk) akan semakin bertambah.
Satuan laju reaksi adalah mol/L det atau M det-1. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi adalah : 1) Temperaturr , semakin tinggi temperatur dalam sistem maka reaksi dalam
sistem akan semakin cepat pula, 2) Katalis, keberadaan katalis dalam suatu reakasi ini akan
memperepat jalannya suatu reaksi dalam sistem tanpa merubah komposisi, 3) Konsentrasi
reaktan, semakin tinggi konsentrasi reaktan maka semakin cepat reaksi yang terjadi, 4)
Tekanan, tekanan yang dimaksud adalah tekanan gas, semakin tinggi tekanan reaktan maka
reaksi akan semakin cepat berlangsung, 5) Luas permukaan, semakin luas permukaan suatu
partikel maka reaksi akan semakin cepat berlangsung.
Selain penentuan laju reaksi, percobaan juga dapat menunjukkan orde suatu reaksi. Orde
reaksi merupakan jumlah pangkat dari faktor konsentrasi dalam hukum laju bentuk
deferensial. Umumnya orde reaksi terhadap suatu zat tidak sama dengan koefisien dalam
persamaan stoikiometri reaksi.
Reaksi yang terjadi pada penyabunan etil asetat merupakan salah satu reaksi berorde dua,
meskipun reaksi yang terjadi pada penyabunan etil asetat bukan reaksi sederhana. Sehingga
hukum hukum laju reaksi untuk penyabunan etil asetat dapat dinyatakan sebagai:
−d [ Ester]
=k 1 [ Ester ] ¿
dt
atau,
−dX
=k 1 [ a−x ] [b−x ]
dt
dengan:
a : konsentrasi awal ester dalam (mol/L)
b : konsentrasi awal ion OH‾ dalam (mol/L)
x : jumLah (mol/L) ester atau basa yang telah bereaksi pada waktu t
k1 : konstanta laju reaksi
1 b(a−x ) (a−x) a
. ln =k atau ln =k 1 ( a−b ) t +ln
(a−b) t a(b−x ) 1 (b−x) b
Apabila ln (a-x)/(b-x) dialurkan terhadap t akan diperoleh garis lurus dengan arah
lereng k1(a-b), sehingga penentuan dari arah lereng ini memungkinkan perhitungan dari
tetapan laju reaksi k1.
Bila a = b konsentrasi kedua pereaksi sama maka persamaan dapat dituliskan sebagai:
−dX
=k 1(a−x )2
dt
Persamaan tersebut dapat diintegrasikan menjadi :
1 1
k 1 t= −
(a−x) a
Persamaan ini mengungkapkan bahwa aluran 1/(a-x) terhadap t merupakan garis lurus
dengan arah lereng sama dengan k1.
D. ALAT DAN BAHAN
Alat: Bahan:
1. Kaca arloji 1. Etil asetat
2. Labu ukur 2. Naoh
3. Erlenmeyer 3. HCl
4. Buret 4. Indikator PP
5. Statif dan klem 5. Aquades
6. Corong
7. Beaker glass
8. Stopwatch
9. Pipet gondok dan pipet tetes
10. Botol semprot
11. Termometer
E. LANGKAH KERJA
1. Memasukkan 50 mL larutan etil asetat dengan konsentrasi 0,02 N ke dalam erlenmeyer
2. Memasukkan 50 mL larutan NaOH dengan konsentrasi 0,02 N ke dalam erlenmeyer lain
3. Memasukkan masing-masing 20 mL larutan HCl 0,02 N ke dalam 7 buah erlenmeyer
4. Mencampurkan larutan etil asetat dengan larutan NaOH dengan cepat dan mengocok
dengan baik. Menjalankan stopwatch pada saat kedua larutan itu tercampur
5. Mengambil 10 mL campuran reaksi pada tiga menit setelah reaksi dimulai dan
memasukkan ke dalam salah satu erlenmeyer yang berisi 20 mL larutan HCl. Mengaduk
dengan baik dan menitrasi kelebihan HCl dengan larutan standar NaOH 0,02 N
6. Melakukan pengambilan campuran pada menit ke 8, 15, 25, 40, dan 65
7. Melakukan pemanasan selama 10 menit pada sisa campuran agar reaksi sempurna
8. Mengambil 10 mL campuran reaksi setelah pemanasan dan memasukkan ke dalam
erlenmeyer yang berisi 20 mL larutan HCl. Menitrasi kelebihan HCl dengan larutan
standar NaOH 0,02 N.
F. DATA PENGAMATAN
Waktu
Volume NaOH yang diperlukan
( menit ) Keterangan:
(mL)
3 12,8 *diasumsikan
* sebagai waktu
8 13,8
pengamatan selama
15 13,0 dua hari
25 13,1
40 13,3 *data tidak
65 13,4 digunakan karena
* dianggap
Setelah pemanasan 13,5
menyimpang
Kelebihan HCl dapat ditentukan melalui titrasi dengan NaOH. Volume NaOH yang
diperlukan untuk titrasi merupakan volume HCl yang tidak bereaksi dengan ion OH- sisa
hasil reaksi dengan etil asetat, dengan konsentrasi larutan yang sama. Berdasarkan hal
tersebut dapat diketahui konsentrasi sisa (a-x) ion OH- dengan konsentrasi awal (a) untuk
menentukan orde reaksinya dapat diperoleh melalui cara sebagai berikut:
mmol NaOH sisa = mmol HCl yang bereaksi
= mmol HCl mula-mula – mmol HCl sisa
0,144 mmol
[NaOH] =
100 mL
= 0,00144 M
= 0,00144 N
0,124 mmol
[NaOH] =
100 mL
= 0,00124 M
= 0,00124 N
*data pada menit ke-8 tidak digunakan karena dianggap menyimpang
0,140 mmol
[NaOH] =
100 mL
= 0,00140 M
= 0,00140 N
0,138 mmol
[NaOH] =
100 mL
= 0,00138 M
= 0,00138 N
0,134 mmol
[NaOH] =
100 mL
= 0,00134 M
= 0,00134 N
0,132mmol
[NaOH] =
100 mL
= 0,00132 M
= 0,00132 N
0,130 mmol
[NaOH] =
100 mL
= 0,00130 M
= 0,00130 N
Penentuan orde reaksi dengan metode integrasi persamaan laju berorde dua adalah sebagai
berikut,
d [ etil asetat ]
r =- =k [ etil asetat ] [ OH - ]
dt
dx
- = k ( a-x )2
dt
Setelah diintegrasikan menjadi,
1 1
= kt +
( a-x ) a
1 1
dengan sebagai sumbu y, t sebagai sumbu x, dan k sebagai slope serta sebagai
( a-x ) a
intersep. Sehingga, didapatkan data sebagai berikut:
1 1
t (s) (a-x) (M) a (M) ( M -1 ) ( M -1 )
(a-x) a
180 0,02 694,444 50
0,00144
480 0,02 806,452 50 *
0,00124
900 0,02 714,285 50
0,00140
1500 0,02 724,638 50
0,00138
2400 0,02 746,269 50
0,00134
3900 0,02 757,576 50
0,00132
Setelah pemanasan
0,00130 0,02 769,231 50
*data tidak digunakan karena dianggap menyimpang
Berdasarkan analisis data tersebut di atas, maka diperoleh grafik sebagai berikut:
Grafik Fungsi 1/(a-x) terhadap t
780.000
770.000
f(x) = 15.01 x + 681.86
760.000 R² = 0.99
750.000
740.000
1/(a-x) (M)
730.000
720.000
710.000
700.000
690.000
680.000
180 900 1500 2400 3900 86400
t (s)
Gambar grafik dari reaksi saponifikasi etil asetat oleh ion hidroksida
Grafik tersebut menunjukkan bahwa reaksi saponifikasi etil asetat oleh ion
hidroksida adalah reaksi orde dua. Hal ini dapat diketahui melalui garis linier yang
dihasilkan dalam grafik tersebut. Berdasarkan grafik tersebut diperoleh regresi sebesar
0,9891. Adapun harga k (tetapan laju reaksi) dapat dihitung dari nilai slope sebagai
berikut,
slope(b)= k = 15,013
Semakin lama dilakukan pengadukan, maka volume NaOH yang dibutuhkan akan
semakin banyak. Hal ini terjadi karena sisa ion OH- pada reaksi antara etil asetat dengan
NaOH semakin sedikit. Jika sisa ion OH- semakin sedikit, maka volume HCl yang tidak
bereaksi akan semakin banyak, sehingga NaOH yang diperlukan untuk menetralkan
kelebihan HCl tersebut akan semakin banyak.
H. KESIMPULAN
1. Reaksi penyabunan etil asetat oleh ion hidroksida merupakan reaksi orde dua, hal ini
ditunjukkan dengan grafik linier yang dihasilkan.
2. Konstanta kecepatan reaksi pada reaksi penyabunan etil asetat oleh ion hidroksida
sebesar 15,013
JAWABAN PERTANYAAN
1. Kenyataan apakah yang membuktikan bahwa reaksi penyabunan etil asetat ini adalah
reaksi orde dua?
Jawaban:
Bukti bahwa reaksi penyabunan etil asetat oleh ion hidroksida adalah reaksi orde
kedua yaitu ditunjukkan dengan grafik linier yang dihasilkan sebagai berikut
730.000
720.000
710.000
700.000
690.000
680.000
180 900 1500 2400 3900 86400
t (s)
b. Tetapan Laju reaksi disebut juga koefisien laju atau laju reaksi jenis, dengan
lambang k (konstanta). Tetapan laju adalah tetapan perbandingan antara laju reaksi dan
hasil kali konsentrasi spesi yang mempengaruhi laju reaksi. Tetapan laju juga
merupakan perubahan konsentrasi pereaktan atau produk reaksi per satuan waktu
dalam suatu reaksi jika konsentrasi semua pereaksi sama dengan satu.
DAFTAR PUSTAKA
Daniels et al.1970. Experimental Physical Chemistry 7th Ed. New York:Mc Graw Hill.
Shoemaker et al. Experimental Physical Chemistry 3rd Ed. New York:Mc Graw Hill.
Lampiran I: Dokumentasi berupa foto
gambar 3
gambar 1 gambar 2
Larutan etil asetat 0,02 N dan
Larutan etil asetat 0,02 N Larutan NaOH 0,02N
larutan NaOH 0,02N