100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
82 tayangan

RANGKUMAN

Dokumen tersebut membahas tentang oksigenasi sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia. Terdapat penjelasan mengenai proses oksigenasi, sistem pernapasan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan oksigen serta cara-cara pemberian oksigen seperti melalui kateter nasal, kanula nasal, dan masker oksigen.

Diunggah oleh

Rizma Wulandari
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
82 tayangan

RANGKUMAN

Dokumen tersebut membahas tentang oksigenasi sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia. Terdapat penjelasan mengenai proses oksigenasi, sistem pernapasan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan oksigen serta cara-cara pemberian oksigen seperti melalui kateter nasal, kanula nasal, dan masker oksigen.

Diunggah oleh

Rizma Wulandari
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 15

RANGKUMAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

OKSIGENASI

Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia

Dosen Pengampu : H. Mamat, S.pd, M.Kes

DISUSUN OLEH :

RIZMA WULANDARI (P173244190303)

Jalum 1B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI BANDUNG


PRODI KEBIDANAN KARAWANG
2019/2020
1. Pengertian Oksigenasi

Semua makhluk hidup yang ada di alam semesta pasti melakukan apa yang
namanya Oksigenasi.

Oksigen atau zat asam adalah unsur kimia dalam system table periodic yang
mempunyai lambing O dan nomor atom 8. Oksigen merupakan salah satu kebutuhan
yang harus dipenuhi, karena oksigen sangat berperan dalam kelangsungan hidup
untuk metabolism tubuh.

Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21% pada
tekanan 1 atmosfer sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.

Oksigen diperlukan oleh semua sel untuk menghasilkan sumber energy,


adenosine triposfat (ATP), karbondioksida dihasilkan oleh sel-sel yang secara
metabolisme aktif dan membentuk asam, yang harus dibuang dari tubuh.

Dalam tubuh proses oksigenasi harus terpenuhi karena jika tidak metabolism
tubuh akan terganggu yang menyebabkan rusaknya jaringan dalam otak dan bahkan
dapat menyebabkan kematian jika terlalu lama tidak mendapat asupan oksigen.

2. Konsep yang Dapat Memenuhi Kebutuhan Oksigenasi

Oksigenasi dapat didefinisikan sebagai proses pertukaran udara dari luar ke dalam
bentuk oksigen (O) dan mengeluarkan karbon dioksida (CO) dari tubuh melalui
pernapasan.

Sistem Oksigenasi dibagi menjadi 2, yaitu :

2.1 Sistem Pernapasan Atas. Saluran pernapasan ini terdiri dari empat bagian
yaitu hidung, faring, laring, dan epiglotis. Saluran ini berguna sebagai
mekanisme filter, penghangatan, dan pengaturan kelembapan udara yang
masuk.
2.2 Sistem Pernapasan Bawah. Saluran pernapasan ini terdiri dari empat bagian
yaitu trakea, bronkus, bronkiolus serta paru-paru. Saluran ini di perlukan
untuk mengalirkan udara dan memproduksi surfaktan.
2.1 Proses Oksigenasi

Pada saat mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh proses oksigenasi melibatkan sistem
pernapasan dan sistem kardiovaskuler. Terdapat tiga tahapan, yaitu ventilasi, difusi,
dan transportasi.

2.1.1 Ventilasi adalah peristiwa keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke


dalam alveoli atau sebaliknya.

Faktor :

1. Konsentrasi oksigen di atmosfer

2. Kondisi jalan napas

3. Kemampuan toraks dan alveoli paru-paru

4. Kemampuan paru-paru untuk mengembang

2.2.2 Difusi merupakan pertukaran O, dari alveoli ke kapiler paru-paru dan CO,
dari kapiler ke alveoli.
Faktor :
1. Luas permukaan paru-paru
2. Tebalnya membran respirasi atau permeabilitas
3. Perbedaan tekananan dan konsentrasi O2
4. Atinitas gas
2.2.3 Transportasi. Disebut transportasi gas sebab O2, kapiler didistribusikan ke
jaringan tabuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler.
Faktor :
1. Curah Jantung
2. Pembuluh Darah
3. Aktivitas fisik berat dapat menghambat transportasi oksigen
3. Faktor-faktor yang Dapat Memenuhi Kebutuhan Oksigenasi
3.1 Saraf Otonom. Kemampuan dilatasi dan kontriksi dapat dipengaruhi oleh
saraf simpatis dan parasimpatis dari saraf otonom.
3.2 Hormonal dan Obat. Pelebaran saluran pernapasan dapat disebabkan oleh
semua hormon dan obat-obatan yang bersifat parasimpatis seperti Sulfas
Atropin sedangkan obat-obatan yang dapat menyempitkan saluran pernapasan
seperti Ekstrak Belladona dan obat adrenergik tipe beta.
3.3 Alergi pada Saluran Pernapasan.
3.4 Faktor Perkembangan. Usia perkembangan anak dapat menjadi faktor
oksigenasi sebab kebutuhan oksigen dalam organ akan bergantung pada usia.
3.5 Faktor Lingkungan. Kemampuan adaptasi seseorang terhadap lingkungan
seperti suhu, alergi, dan ketinggian dapat memenga ruhi kebutuhan
oksigenasi orang tersebut.
3.6 Faktor Perilaku. Seperti makanan yang dikonsumsi karena akan
memengaruhi jumlah mutrisi dan aktivitas fisik

4. Proses Pemenuhan Oksigen

Pemenuhan Oksigen adalah bagian dari kebutuhan fisiologis menurut hierarki


Maslow. Proses pemenuhan kebutuhan oksigen pada manusia dapat dilakukan dengan
cara pemberian oksigen melalui saluran pernapasan, membebaskan saluran
pernapasan dari sumbatan yang menghalangi masuknya oksigen, memulihkan dan
memperbaiki oran pernapasan agar berfungsi secara normal.

Yang dapat dilakukan untuk memenuhi proses oksigenasi dengan cara pemberian
oksigen, fisioterapi dada, dan penghisapan lendir.

4.1 Pemberian Oksigen

Alat dan Bahan :


1. Tabung oksigen lengkap dengan flow meter dan humidifier

2. Kateter nasal, kanula nasal, atau masker

3. Vaselin/jeli

Tujuan :

1. Memenuhi kebutuhan oksigen


2. Mencegah terjadinya hipoksia

a. Pemberian Oksigen Melalui Kateter Nasal

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.


2. Cuci tangan.
3. Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan (1-6
liter/menit). Kemudian observasi humidfire dengan melihat air bergelembung.
4. Atur posisi dengan semi-flower.
5. Ukur kateter nasal dimulai dari lubang telinga sampai ke hidung dan berikan
tanda.
6. Buka saluran udara dari tabung oksigen.
7. Berikan minyak pelumas (vaselin/jeli).
8. Masukkan kedalam hidung sampai batas yang ditentukan.
9. Lakukan pengecekan kateter apakah sudah masuk atau belum dengan
menekan lidah pasien dengan menggunakan spanel (akan terlihat posisinya
dibelakang uvula).
10. Fiksasi pada daerah hidung.
11. Periksa kateter nasal setiap 6-8 jam.
12. Kaji cuping,septum, dan mukos hidung serta periksa kecepatan alliran oksigen
setiap 6-8 jam.
13. Catat kecepatan aliran oksigen, rute pemberian dan respons klien.
14. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
Keuntungan : pemberian oksigen stabil, klien bebas bergerak, makan dan
berbicara, membersihkan mulut, murah dapat digunakan sebagai kateter penghisap,
dan dapat digunakan dalam jangka waktu lama.
Kekurangan : tidak dapat memberikan konsentrasi yang lebih dari 44%,
memasukan alat kateter nasal lebih sulit daripada kanula nasal, nyeri saat kateter
melewati nasofaring, dan muksosa nasal akan mengalami trauma, fiksasi kateter akan
memberi tekanan pada nostril, maka kateter harus diganti dalam waktu 8 jam dan
diinsersi kedalam nostril lain, dapat terjadi distensi lambung, terjadi iritasi selaput
lendir nasofaring, aliran lebih dari 6 liter/menit dapat menyebablan nyeri sinus dan
mengeringkan muksosa hidung, serta kateter mudah tersumbat dan tertekuk.

b. Pemberian Oksigen Melalui Kanula Nasal


1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Cuci tangan.
3. Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan (1-6
liter/menit). Kemudian observasi humidfire dengan melihat air bergelembung.
4. Pasang kanula nasal pada hidung dan atur pengikat untuk kenyamanan pasien.
5. Periksa kanula setiap 6-8 jam.
6. Kaji cuping,septum, dan mukos hidung serta periksa kecepatan alliran oksigen
setiap 6-8 jam.
7. Catat kecepatan aliran oksigen, rute pemberian dan respons klien.
8. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
Keuntungan : pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju pernapasan
teratur, pemasangannya mudah dibandingkan kateter nasal, murah, disposibel, klien
bebas makan, minum, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir dan terasa nyaman.
Dapat digunakan pada pasien dengan pernapasan mulut, bila pasien bernapas dengan
mulut menyebabkan udara masuk pada sat inhalasi dan akan menyebabkan oksigen
yang diberikan melalui kanula hidung terhirup melalui hidung.
Kekurangan : tidak dapat memberikan konsentrasi yang lebih dari 44%, suplai
oksigen berkurang apabila pasien bernapas melalui mulut, mudah lepas karena
panjang kanul hanya 1/1.5 cm, tidak dapat diberikan pada pasien dengan obstruksi
nasal. Kecepatan aliran lebih dari 4 liter/menit jarang digunakan, sebab pemberian
flow rate yang lebih dari 4 liter tidak akan menambah FiO2, bahkan hanya
pemborosan oksigen dan menyebabkan mukosa kering dan mengiritasi selaput lendir.
Dapat menyebabkan kerusakan kulit diatas telinga dan di hidung akibat pemasangan
yang terlalu ketat.

c. Pemberian Oksigen Melalui Masker Oksigen

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.


2. Cuci tangan.
3. Atur posisi dengan semi-Flower
4. Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan (6-10
liter/menit). Kemudian observasi humidfire dengan melihat air bergelembung.
5. Tempatkan masker oksigen diatas mulut dan hidung pasien dan atur pengikat
untuk kenyamanan pasien.
6. Berikan aliran oksigen sesuai kecepatan aliran.
7. Periksa masker, aliran oksigen setiap 2 jam atau lebih cepat, tergantung
kondisi dan keadaan umum pasien
8. Pertahankan batas air pada botol humidifire setiap waktu.
9. Periksa jumlah kecepatan aliran oksigen dan program terapi setiap 8 jam .
10. Kali membran mukosa hidung dari adanya iritasi dan beri jeli untuk
melembabkan membrane mukosa jika diperlukan.
11. Cuci tangan.
12. Evaluasi respon pasien.
13. Catat hasil tindakan yang telah dilakukan dan hasilnya.
Keuntungan : Konsentrasi oksigen yang diberikan konstan/tepat sesuai dengan
petunjuk pada alat, FiO2 tidak dipengaruhi oleh pola ventilasi, serta dapat diukur
dengan O2 analiser, temperatur dan kelembaban gas dapat dikontrol, tidak terjadi
penumpukan CO2.
Kerugian : Mengikat, harus diikat dengan kencang untuk mencegah oksigen
mengalir kedalam mata, tidak memungkinkan makan atau batuk, masker harus
dilepaskan bila pasien makan, minum, atau minum obat, bila humidifikasi
ditambahkan gunakan udara tekan sehingga tidak mengganggu konsentrasi O2.

4.2 Fisioterapi Dada


Fisioterapi dada adalah suatu rangkaian tindakan keperawatan yang terdiri atas
perkusi dan vibrasi, postural drainase, latihan pernapasan/napas dalam, dan batuk
yang efektif. (Brunner & Suddarth, 2002: 647).
Tujuan:
1. untuk membuang sekresi bronkial
2. memperbaiki ventilasi
3. meningkatkan efisiensi otot-otot pernapasan.

a. Postural Drainase
Postural drainase adalah pengaliran sekresi dari berbagai segmen paru dengan
bantuan gravitasi.
Tujuan postural drainase adalah menghilangkan atau mencegah obstruksi bronkial
yang disebabkan oleh akumulasi sekresi.
Persiapan Alat:
1. Bantal ( 2 atau 3 buah)
2. Tisue
3. Segelas Air hangat
4. Sputum Pot
Cara Kerjs :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
2. Cuci tangan.
3. Atur posisi, semi-Flower bersandr ke kanan, ke kiri lalu ke depan apabila
daerah yang akan didrainase pada lobus atas bronkus apical.
4. Tegak dengan sudut 45° membungkuk ke depan pada bantal dengan 45° ke
kiri dan kanan apabila daerah yang akan didrainase bronkus posterior.
5. Berbaring dengan bantak dibawah lutut apabila yang akan didrainase bronkus
anterior.
6. Posisi Trendelenburg dengan sudut 30° atau dengan menaikan kaki tempat
tidur 35-40 cm, sedikit miring ke kiri apabila yang akan didrainase pada lobus
tengah (bronkus lateral dan medial).
7. Posisi Trendelenburg dengan sudut 30° atas dengan menaikkan kaki tempat
tidur ke kanan apabila daerah yang akan didrainase bronkus superior dan
inferior.
8. Condong dengan bantal di bawah panggul apabila yang didrainase bronkus
apical.
9. Posisi Trendelenburg dengan sudut 45° atau dengan menaikan kaki tempat
tidur 45-50 cm, sedikit miring ke kanan apabila yang akan didrainase pada
bronkus medial.
10. Posisi Trendelenburg dengan sudut 45° atau dengan menaikan kaki tempat
tidur 45-50 cm, sedikit miring ke kiri apabila yang akan didrainase pada
bronkus lateral.
11. Posisi Trendelenburg dengan sudut 45° dengan bantal di bawah panggul,
sedikit miring ke kanan apabila yang akan didrainase pada bronkus posterior.
12. Lama pengaturan posisi pertama kali adalah 10 menit, kemudia periode
selanjutnya kurang lebih 15-30 menit.
13. Lakukan observasi tanda vital selama prosedur.
14. Setelah pelaksanaan drainase postural lakukan clapping, vibrasi, dan
pengisapan (suction).
15. Cuci tangan setelah prosedur dilakkukan.

b. Clapping
Perkusi atau disebut clapping adalah tepukkan atau pukulan ringan pada dinding
dada klien menggunakan telapak tangan yang dibentuk
seperti mangkuk, tepukan tangan secara berirama dan sistematis dari arah atas
menuju kebawah.
Tujuan untuk menolong pasien mendorong / menggerakkan sekresi didalam
paru-paru yang diharapkan dapat
keluar secara gaya berat, dilaksanakan dengan menepuk tangan dalam posisi
telungkup.
Persiapan Alat :
1. Handuk (jika perlu)
2. Peniti (jika perlu)
3. Tempat sputum
Cara Kerja :
1. Ikuti protokol standar umum dalam intervensi keperawatan seperti
perkenalkan diri perawat, pastikan identitas klien, jelaskan prosedur dan
alasan tindakan, cuci tangan.
2. Tutup area yang akan dilakukan perkusi dengan handuk atau pakaian tipis
untuk mencegah iritasi kulit dan kemerahan akibat kontak langsung.
3. Anjurkan klien untuk tarik napas dalam dan lambat untuk meningkatkan
relaksasi
4. Jari dan ibu jari berhimpitan dan fleksi membentuk mangkuk.
5. Secara bergantian lakukan fleksi dan ekstensi pergelangan tangan secara cepat
untuk menepuk dada.
6. Perkusi pada setiap segmen paru selama 1-2 menit.
7. Perkusi tidak boleh dilakukan pada daerah dengan struktur yang mudah
cedera seperti mamae, sternum,kolumna spinalis, dan ginjal.
8. Cuci tangan

c. Vibrasi
Vibrasi adalah kompresi dan getaran kuat secara serial oleh tangan yang
diletakan secara datar pada dinding dada klien selama fase
ekshalasi pernapasan.
Tujuan vibrasi digunakan setelah perkusi untuk
meningkatkan turbulensi udara ekspirasi dan
melepaskan mukus yang kental. Sering dilakukan bergantian dengan perkusi.
Persiapan Alat :
1. Handuk (jika perlu)
2. Peniti (jika perlu)
3. Tempat sputum
Cara Kerja :
1. Ikuti protokol standar umum dalam intervensi keperawatan seperti
perkenalkan diri perawat, pastikan identitas klien, jelaskan prosedur dan
alasan tindakan, cuci tangan.
2. Letakkan tangan, telapak tangan menghadap ke bawah di area dada yang akan
didrainase, satu tangan di atas tangan yang lain dengan jari-jari menempel
bersama dan ekstensi. Cara lain tangan bisa diletakkan secara bersebelahan.
3. Anjurkan klien tarik napas dalam dan lambat untuk meningkatkan relaksasi
4. Selama masa ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dan lengan serta siku
lalu getarkan, gerakkan ke arah bawah.Perhatikan agar gerakan dihasilkan dari
otot-otot bahu.Hentikan gerakan jika klien inspirasi.
5. Vibrasi selama 3 - 5 kali ekspirasi pada segmen paru yang terserang.
6. Setelah setiap kali vibrasi ,anjurkan klien batuk dan keluarkan sekresi ke
tempat sputum.
7. Cuci tangan

4.3 Penghisapan Lendir


Penghisapan lendir (suction) merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan
pada klien yangtidak mampu mengeluarkan sekret atau lendir secara mandiri dengan
menggunakan alat penghisap.
Tujuan Penghisapan Lendir
1. Membersihkan jalan nafas.
2. Memenuhi kebutuhan oksigenasi
Alat dan Bahan Penghisapan Lendir
1. Alat penghisap lendir dengan botol berisi larutan desinfektan.
2. Kateter penghisap lendir steril.
3. Pinset steril.
4. Sarung tangan steril.
5. Dua kom berisi larutan Aquades atau NaCl 0,9% dan larutan desinfektan.
6. Kasa steril.
7. Kertas tissue. 
8. Stetoskop.
Prosedur Kerja Penghisapan Lendir
1. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
2. Cuci tangan.
3. Tempatkan pasien pada posisi terlentang dengan kepala miring ke arah
perawat.
4. Gunakan/Pakai sarung tangan.
5. Hubungkan kateter penghisap dengan slang alat penghisap
6. Mesin penghisap dihidupkan

5. GANGGUAN KESEHATAN YANG BERKAITAN DENGAN


KEBUTUHAN OKSIGENISASI
5.1 Hipoksia

Hipoksia merupakan gangguan karena oksigen yang masuk dalam tubuh tidak
cukup akibat defisiensi oksigen atau peningkatan oksigen di tingkat sel. Hipoksia
dapat terjadi karena kadar Hb dan difusi O dari alveoli ke dalam darah dan perfusi
jaringan menurun. Gangguan ventilasi juga dapat menghambat proses okisgenasi
karena konsentrasi oksigen menurun. Hipoksia ditandai dengan membirunya kulit.

5.2 Takipnea

Takipnea adalah pernapasan yang terjadi sebanyak 24 kali semenit dan


disebabkan adanya emboli dalam paru-paru atau paru-paru berada dalam keadaan
atelektasis.

5.3 Bradipnea

Bradipnea adalah pernapasan dengan frekuensi rendah kurang lebih sebanyak 10


kali semenit dan disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial yang disertai
narkotik dan sedatif.

5.4 Hiperventilasi
terjadi jika jumlah oksigen dalam paru – paru meningkat disebabkan oleh proses
metabolisme yang tinggi. Hiperventilasi ditandai dengan meningkatnya denyut nadi,
pendek napas, nyeri dada. dan menurunnya konsentrasi CO2.

5.5 Kussmaul

Kusmaul adalah pernapasan yang cepat dan dangkal ng blasa dialami oleh
seseorang yang berada dalam keadaan asidosis metabolic.

5.6 Hipoventilasi

Adalah tidak cukupnya jumlah oksigen dalam paru-paru yang ditandai dengan
nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi atau ketidakseimbangan eletrolik
karena atelektasis, kelumpuhan otot-otot pernapasan, depresi pusat pernapasan,
peningkatan tahanan jalanan udara, penurunan tahanan jaringan paru-paru dan toraks,
serta penurunan compliance paru-paru dan toraks.

5.7 Obstruksi Jalan Napas

Obstruksi jalan napas terjadi sebab seseorang tidak mampu untuk batuk secara
efektif diakibatkan oleh sekret yang berlebihan atau kental. Ada beberapa hal yang
menyebabkan obstruksi jalan napas di antaranya adalah infeksi, immobilisasi, statis
sekresi dan penyakit saraf seperti cerebro vascular accident (CVA).

5.8 Gangguan Pertukaran Gas

Gangguan pertukaran gas terjadi karena menurunnya O2 dan CO2 diakibatkan


oleh mengentalnya sekret dan immobilisasi karena penyakit sistem saraf, depresi
susunan saraf pusat, dan radang paru-paru. Gangguan pertukaran gas ini dapat
mengakibatkan beberapa hal seperti gangguan transportasi O, ke dalam tubuh,
anemia, dan keracunan CO2

Anda mungkin juga menyukai