TEORI PATRICIA Benner1
TEORI PATRICIA Benner1
TEORI PATRICIA Benner1
Patricia Benner
Disusun oleh :
KELOMPOK 2
S1 KEPERAWATAN
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah dengan topik falsafah keperawatan
menurut teori Patricia Benner.
Perlu kita sadari bahwa falsafah merupakan bagian tak terpisahkan
dari suatu profesi, tak terkecuali perawat. Masyarakat yang semakin sadar
hukum, globalisasi tenaga kesehatan, dan semakin bervariasinya masalah
kesehatan di masyarakat semakin menekankan urgensi dari pemahaman
dan penerapan falsafah keperawatan bagi setiap praktisi maupun institusi
kesehatan.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kritik
dan saran yang sifatnya membangun akan sangat kami apresiasi. Meskipun
demikian, kami sangat berharap semoga dengan adanya makalah ini akan
memberikan wawasan baru serta dapat membawa manfaat bagi siapapun
yang membacanya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................................4
1.2 Tujuan Penulisan...............................................................................................................................4
1.2.1 Tujuan Umum.............................................................................................................................4
1.2.2 Tujuan Khusus.............................................................................................................................4
BAB II TEORI FROM NOVICE TO EXPERT......................................................................................................5
2.1 Latar Belakang Teoris.............................................................................................................5
2.2 Deskripsi Teori...................................................................................................................................5
2.2.1 Paradigma Dasar.........................................................................................................................5
2.2.2 Pengembangan Paradigma Menjadi Teori................................................................6
2.3 Kelemahan Teori Patricia Benner.....................................................................................................9
2.4 Kelebihan Teori Patricia Benner.......................................................................................................10
BAB III APLIKASI DAN PEMBAHASAN KASUS PATRICIA BENNER...............................................................11
BAB IV PENUTUP.......................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................18
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Tujuan Penulisan
BAB II
5
bahwa teori Patricia Benner dapat memberikan perubahan yang
signifikan dalam pendidikan keperawatan serta mempersiapkan calon
calon perawat yang profesional, terutama dalam hal pendidikan di klinik
dimana diperlukan integrasi antara pengetahuan dan pengalaman
pembimbing dan mahasiswa. Sementara itu Dreyfus bersaudara
memberikan dasar tentang proses pencapaian skill melalui pengalaman
dan 5 tingkatan kompetensi dalam teori Patricia Benner (Sitzman, 2011).
6
dengan menjadikan pengetahuan teoritis sebagai acuannya. Patricia
Benner menjadikan pengalaman klinik sebagai titik tolak karena
memang selalu lebih bervariasi dan kompleks dibandingkan apa yang
dituliskan dalam teori, akan tetapi tetap sangat bergantung pada
teori itu sendiri.
7
3. The diagnostic and patient monitoring function/ fungsi sebagai
pembuat diagnosa (keperawatan) dan monitoring pasien
4. Effective management of rapidly changing situation/
kemampuan mengatasi situasi yang berubah secara cepat dan
mendadak
5. Administering and monitoring therapeutic interventions and
regiments/ memberikan intervensi dan monitoring respon
pasien terhadap intervensi tersebut
6. Monitoring and ensuring the quality of health care practices/
memonitor dan memastikan kualitas pelayanan kesehatan
7. Organizational work role competencies/ kemampuan untuk
bekerja dan berperan dalam organisasi dan tim
Benner mengembangkan lagi ruang lingkup penelitiannya pada tahun
1984-1990, dan kali ini lebih memfokuskan penelitiannya pada
kompetensi perawat di critical care. Tujuan dari penelitiannya kail ini
adalah:
1. Mengidentifikasi seberapa besar pengaruh pemahaman teoritis
terhadap praktik
2. Mengidentifikasi faktor yang paling berpengaruh dalam
pencapaian skill dan kompetensi perawat
3. Mengidentifikasi faktor faktor penghambat yang bersifat
institutional terhadap pengembangan kompetensi perawat
4. Mengidentifikasi strategi strategi yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan kompetensi perawat.
Dari penelitian ini Patricia Benner menyimpulkan bahwa
pembelajaran yang berkelanjutan dari pengalaman klinik merupakan
faktor utama dari pengembangan kemampuan perawat. Hal ini
dicapai melalui keterlibatan perawat dalam setiap aspek perawatan
pasien, termasuk dalam pengambilan keputusan klinik maupun etik.
Penelitian ini kemudian dikembangkan lagi pada tahun 1996-1997
yang menghasilkan 9 domain yang harus dikuasai oleh seorang
8
perawat critical care, dan 6 aspek penilaian klinis (Clinical judgment)
yang harus dimiliki oleh perawat.
Dari sekian banyak penelitian yang telah dilakukannya tersebut,
Patricia Benner mencoba mendefinisikan kembali ke lima level
kompetensi perawat yang disusun oleh Dreyfus besaudara sebagai
berikut:
1. Novice/ pemula
Adalah perawat yang belum memiliki latar belakang
pengalaman klinik. Level ini paling cocok disematkan kepada
mahasiswa keperawatan yang akan memasuki dunia klinik,
akan tetapi Patricia Benner menambahkan perawat senior
yang masuk ke lingkungan/ setting yang sama sekali baru juga
dapat dikategorikan ke dalam level ini. Perawat pada level
pemula perlu untuk selalu diarahkan dan diberi petunjuk yang
jelas (tidak konteksual, akan tetapi dapat langsung
diinterpretasi secara tekstual).
2. Advanced Beginner/ pemula tingkat lanjut
Pada level ini perawat telah memiliki pengalaman klinik dan
mampu menangkap makna dari aspek aspek dalam suatu
situasi keperawatan. Pada tahap ini perawat masih
memerlukan bimbingan dan arahan secara kontinyu karena
belum mampu memandang situasi secara luas dan holistik.
Perawat masih merasa bahwa situasi klinik dan berbagai kasus
pasien adalah sebuah tantangan yang harus dilalui, dan belum
memandang dari sisi kebutuhan pasien. Meskipun demikian
mereka masih sangat membutuhkan bantuan dari senior.
Level ini paling sesuai untuk fresh graduate ners.
3. Competent/ kompeten/ mampu
Pada level ini perawat telah mampu memilah dan memilih
aspek mana dari suatu situasi keperawatan yang benar benar
penting dan kurang perlu dipertimbangkan lebih lanjut. Kriteria
9
utama dari level ini adalah perawat harus mampu membuat
perencanaan dan memprediksikan hal hal apa yang mungkin
terjadi selanjutnya. Keterbatasan dari level ini adalah perawat
masih memandang suatu situasi pasien secara parsial
sehingga tindakannya pun kurang dapat menyentuh setiap
dimensi pasien sebagai individu yang holistik.
4. Proficient/ cakap/ terampil/ handal
Pada level ini perawat dapat memandang situasi secara
holistik, tidak hanya per aspek dari situasi tersebut. Perawat
mampu bertindak bagi pasien tanpa terlebih dahulu melalui
tahapan tahapan penetapan tujuan dan penyusunan rencana
tindakan. Pada level ini juga perawat telah lebih banyak
berinteraksi dengan pasien dan keluarganya.
5. Expert/ ahli/ pakar
Pada level ini perawat telah dapat menentukan inti masalah
yang dialami oleh pasien dan segera mengetahu intervensi
apa yang paling tepat diberikan tanpa harus melalui
serangkaian tahap berpikir analitis. Secara intuitif perawat
expert dapat menentukan masalah dan tindakan tanpa
dibingungkan dengan berbagai alternatif. Pengalaman dan
pengetahuan yang bersinergi dengan baik telah membentuk
naluri dan intuisinya sehingga dapat memandang pasien
secara keseluruhan dalam waktu yang singkat.
Ke tujuh domain dan ke lima level kompetensi perawat inilah yang
kemudian menjadi acuan para praktisi keperawatan dalam
menerapkan teori from novice to expert Patricia Benner.
10
Beginner, competent, proficient, dan expert. Model ini relative simple dengan
hanya membagi tingkat kemahiran perawat dalam 5 tahap dan hal itu memerlukan
identifikasi tingkat praktek keperawatan dari gambaran perawat secara individu dan
dari observasi praktek klinik yang sebenarnya.
2. Teori From Novice to Expert mempunyai karakteristik yang universal yang tidak
dibatasi oleh umur, penyakit, kesehatan atau lokasi praktek keperawatan. Untuk
interpretasi model ini dalam praktek keperawatan digunakan sebagai kerangka kerja
saja sedangkan penerapannya dibatasi oleh situasi praktek keperawatan, sehingga
diperlukan pemahaman yang kompetensi 5 level perawat tersebut dan kemampuan
mengidentifikasi karakteristik dan tujuan disetiap level.
3. Model Benner ini hanya dibuktikan dengan menggunakan metodologi kualitatif yang
terdiri dari 31 kompetensi, 7 domain praktek keperawatan dan 9 domain perawatan
kritis. Dengan pendekatan kualitatif, benner menganggap sebagai hipotesis generating
(penyebab) daripada hipotesis testing, maka dari itu perlu dibuktikan dengan pendekatan
alternative lain selain kualitatif.
4. Perspektif Benner adalah fenomenologi dan bukan kognitif. Model Benner didasarkan
pada data based research yang mendukung pengembangan praktek keperawatan.
11
BAB III
Seorang anak laki – laki berumur 10 tahun bernama An.Tedi sudah tiga hari muntah
dan diare di rumah. Setelah berobat ke puskesmas klien dianjurkan untuk dirawat di rumah sakit.
Sekarang adalah hari kedua klien dirawat di rumah sakit dengan diagnosa Medis DADS.
Keluhan pada saat dikaji, Tedi merasakan lemas, demam dan haus. Dari pemeriksaan fisik
didapat TD : 100/70 mmHg, Suhu : 39’70C, RR : 28x/mnt, Nadi : 110x/mnt, konjungtiva anemis,
turgor kulit lama kembali.
BABAK I (Novice)
(Setting)
(scene1)
Di salah satu kamar Ruang Perawatan anak An. Tedi sedang berbaring di tempat tidur
dengan gelisah dan terlihat rewel. Ibu Tedi terlihat cemas sambil mengusap anaknya berharap
anaknya tenang dan tidak rewel.
(Narrator)
Situasi pada babak ini menggambarkan bagaimana seorang perawat dalam level
NOVICE bekerja. Ami adalah seorang mahasiswa keperawatan yang sedang praktek yang
ditempatkan di ruang anak tanpa latar belakang pengalaman dan belum pernah bertugas di
rumah sakit. Perintah yang jelas dan atribut yang obyektif harus diberikan untuk memandu
12
penampilannya. Oleh karenanya ia didampingi oleh CI dalam memberikan petunjuk dan
perintah untuk melaksanakan asuhan keperawatan kepada An. Tedi.
(scene2)
Ami dengan perawat primer memasuki ruang perawatan An. Tedi. CI memberikan
petunjuk asuhan keperawatan untuk An. Tedi
CI : Selamat pagi Adek Tedi, apa yang di rasakan hari ini ? tadi
malam bobok nya nyenyak gak ?
Ibu Tedi : Tidur sebentar-sebentar suster, anaknya masih panas dan gelisah,
mencret
Tedi :
Rasanya lemes
CI : Apakah juga merasa haus?
Tedi : iya
CI : Ami coba kamu ukur tekanan darah dan ukur urin outputnya.
Ami : Baik Bu. (kemudia Ami mengukur tekanan darah An. Tedi,
mengamati urin yang ditampung sejak 3 jam sebelumnya. Hasil
pengukuran TD 100/70 mmHg, urin output 60 ml dalam waktu 3
jam)
(scene 3)
(Setting)
(Narrator)
(Scene 3)
13
Ns Beginer membaca catatan perkembangan An. Tedi dengan kondisi TD100/70
mmHg, An. Tedi mengeluh lemas dan hausdan mata terlihat cekung. An Tedi masih rewel, ibu
mengatakan anaknya masih mencret dari tadi pagi sudak 3 kali, konsistensi air saja.
Ns Beginer : (kening berkerut, tampak berfikir) Kok perkembangan An. Tedi seperti
ini?. Coba Saya cek dulu. (kemudian Ns. Beginer melakukan pengecekan,
dan ternyata benar. Ns. Beginer melanjutkan melakukan pemeriksaan fisik
dan mendapatkan turgor kulit lama kembali, mata cekung, dan ingin
minum terus, urin output 60 ml dalam 3 jam
Ns. Beginer : (melaporkan kepada perawat competent). Ns. Compi saya lihat kondisi
An. Tedi semakin memburuk, dehidrasi belum teratasi, urine output hanya
60 ml dalam 3 jam, Saya pikir An. Tedi perlu penanganan lebih lanjut lagi.
Menurut saya An. Tedi perlu dilakukan pemeriksaan ulang laboratorium .
Ns. : (mendengarkan laporan Ns Beginner dengan mengangguk-angguk,
Competente kemudian meminta catatan medis yang dipegang Ns Beginner.)
Kamu betul Ns Gin. Mari kita cek bersama-sama... (Ns Competent dan Ns
Beginner bersama-sama ke ruangan An. Tedi.
Ns. : Selamat pagi Bu Ella. Bagaimana keadaan Adek Tedi sekarang.
Competence
Ibu Ella : Selamat Pagi Suster (duduk di tepi tempat tidur menunggui anaknya yang
sedang tidur.)
Ns. : (mengamati keadaan An Tedi) Apakah Adek tedi masih rewel, mencret,
Competence dan ingin minum terus
Ibu Ella : (mengambil napas dalam) masih suster. Dan matanya juga agak celong,
An Tedi terbangun dan langsung menangis, melihat banyak orang di
dekatnya, (Ibu Ella mencoba menenangkan anaknya dengan mengusap-
usap An Tedi)
Ns : Hem,,,,,,Baik Bu Ella kita periksa dulu ya. (sambil mengambil tensimeter
Competence dan stetoskop. Ns. Beginner membantu memasangkan mansetnya.
Sementara Ns Competence melakukan pemeriksaan fisik pada kepala dan
selanjutnya melakukan pemeriksaan tekanan darah. Setelah melakukan
pemeriksaan tekanan darah, Ns Competence memeriksa turgor kulit perut.
Semua yang disampaikan ibu di perhatian secara seksama oleh Ns.
Competence)
(Narrator)
14
Aktivitas yang dilakukan Ns Competent menunjukkan penguasaanya pada kasus yang
sedang dihadapi. Tahap competent dari model Dreyfus ditandai dengan kemampuan
mempertimbangkan dan membuat perencanaan yang diperlukan untuk suatu situasi dan sudah
dapat dilepaskan. Level ADVANCE BEGINNER akan menjadi COMPETENT dengan
menyelesaikan pembelajaran dari situasi praktik aktual dengan mengikuti kegiatan yang lain.
(Narrator)
(Setting)
Nurse Station
(Scene 4)
Ns. Proficient : Ns Compi, pemeriksaan urin terakhir An. Tedi sudah dilakukan?
Ns. Competence : 15 menit yang lalu, diperiksa kalium, natrium urin , tetapi hasilnya
belum ada.
Ns. Profocient : Coba kita telepon petugas lab, tanyakan langsung hasilnya. (hasil
pemeriksaan natrium dan kalium darah.).dan pengobatan yang
diberikan zink 1x1 tab, parasetamol, lacto 1x1 bungkus.
(Scene 5)
(Setting)
15
Ruang perawatan An Tedi
Ns. : Selamat Siang bu Ella, Bapak, dan keluarga. Bagaimana keadaan An.
Proficient Tedisekarang?
Ibu Ella : (lemah, lesu, dan masih mencret). Mata masih cekung, rewel, ingin
minum terus, tapi sedikit-sedikit
Ns. : oh begitu ya? Memang kondisi An. Tedi masih Sangat lemah, karena
Proficient masih mencret, air kencing yang keluar juga masih sedikit ya Bu.
(kemudian Ns.Proficient menjelaskan tentang proses penyakitnya kepada
pasien dan keluarganya)
Ibu Ella : ya, barangkali kuman masuk lewat jajanan yang tidak bersih dan higienis,
(Narrator)
Scene berikut menggambarkan bagaiman proses belajar seumur hidup itu berjalan.
Perawat level PROFICIENT berdiskusi dengan perawat EXPERT. Perawat Expert dalam hal ini
dapat berperan sebagai penyelia maupun juga sebagai sejawat Perawat Primer atau bisa juga
pembimbing seniornya. Perawat EXPERT dalam hal ini memulai proses pembelajaran. Perawat
EXPERT dalam cerita ini adalah perawat senior dan ruang rawat ini.
(Scene 6)
(Setting)
Nurse Station
Ns. proficient berdialog dengan Ns. Expert untuk membicarakan kasus An. Tedi
16
Kemudian Ns. Expert mengunjungi An. Tedi dan keluarganya di ruang rawat An. Tedi.
(Scene 7)
Ns. Expert : Selamat siang ibu Ella dan bapak keluarga An. Tedi. Tadi perawat Ns
Profi sudah banyak bertanya dan menjelaskan tentang kondisi An. Tedi.
Saya harap An. Tedi dan keluarga bisa menerima situasi dan kondisi ini
dengan terbuka, ikhlas, dan lapang dada. Memang saat ini kondisi An.
Tedi benar seperti apa yang sudah dijelaskan oleh perawat teman kami.
Ibu Ella : Iya suster, saya berharap anak saya tidak mencret dan demamnya turun,
sehingga kami dapat pulang ke rumah
Suami Ibu Ella : Saya dan keluarga juga tak hentinya berdoa pada Tuhan semoga anak
saya cepat sembuhnya
Ns. Expert : ya..bagus. segala sesuatu memang harus kita serahkan kepada Allah
SWT. Kami disini sebagai tim kesehatan/keperawatan hanya berusaha,
dan yang menentukan Allah SWT
Ns. Expert : Baiklah...saya akan menjelaskan hal-hal yang sebaiknya Ibu Ella dan
keluarga bisa lakukan. Saya akan memberikan gambaran / alternatif yang
dapat An. Tedi dan keluarga lakukan. Diharapkan setelah ini lebih
berhati-hati dalam memberikan makanan kepada anak-anak, selain masih
sangat rentan terhadap penyakit anak-anak tidak mampu membedakan
mana yang bersih dan yang tidak.
Ibu Ella : terimakasih akan masukan dan nasehatnya
(narrator)
SELESAI
17
BAB IV
PENUTUP
1. Patricia Benner mengembangkan salah satu teori keperawatan yang termasuk dalam
level falsafah atau filosofi “Teori From Novice to Expert”. Teori tersebut membahas
pentingnya pengembangan kompetensi dan pendisikan berkelanjutan bagi seorang
perawat.
2. Patricia Benner membagi 5 tingkat kompetensi perawat yang terdiri dari novice,
advanced beginner, competent, proficient dan expert serta 7 domain yang menjadi
acuan para praktisi keperawatan dalam menerapkan teori from novide to expert Patricia
Benner.
3. Dari kasus tersebut yang berhubungan dengan teori Patricia Benner adalah tingkatan –
tingkatan dari perawat novice atau pemula sampai perawat expert atau yang sudah ahli
untuk bersatu menjadi teman sejawat membantu dalam merumuskan, mengkaji dan
menyelesaikan masalah pasien dengan baik dan sesuai dengan kaidah keperawatan.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Alligood, Martha Raille and Ann Marriner Tomey. 2006. Nursing Theory
Utilization and Application. St louis, missouri: Elsevier mosby
19