MAKALAH
MAKALAH
MAKALAH
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-Dasar Bahasa Arab dari dosen
Drs. Musaddad Abdul Azis, M.Pd.I. dan Assiten Dosen Setiawan, M.Pd.
oleh:
KELOMPOK 7
JAYA 165030001
RIDA 165030015
TRIANSA NURUL FALAH 165030039
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang jenis-jenis kesulitan menulis ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan di dalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Drs. Musaddad
Abdul Azis, M.Pd.I. dan Setiawan, M.Pd. selaku Dosen mata kuliah Dasar-Dasar
Bahasa Arab yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Taukid, Badal, Isim-Isim yang Di-
Nasab-Kan, Maf’ul Bih, Masdar, Zaraf Zaman, dan Zaraf Makan. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................1
C. TUJUAN..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
A. TAUKID..........................................................................................................2
B. BADAL............................................................................................................3
D. MAF’UL BIH..................................................................................................7
E. MASDAR......................................................................................................13
A. SIMPULAN...................................................................................................17
B. SARAN..........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Al-Quran turun dengan bahasa Arab dikarenakan Rasulullah Saw dan para
Mukhatab pertamanya menggunakan bahasa tersebut. ”Dan Jikalau kami jadikan
Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka
mengatakan: “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?” apakah (patut Al Quran)
dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab?”
Dalam pembelajaran Bahasa Arab, kata terbagi menjadi tiga yaitu Isim, Fi’il,
dan Huruf. Namun pada makalah ini akan dibahas tentang isim. Isim adalah kata
yang bermakna namun tidak terikat dengan waktu. Fi’il adalah kata kerja. Dan
Huruf adalah kata penghubung.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas adalah sebagai
berikut.
1. Apakah yang dimaksud dengan Taukid?
2. Bagaimanakah pengaplikasian taukid dalam kalimat?
3. Apakah yang dimaksud dengan badal?
4. Bagaimanakah pengaplikasian badal dalam kalimat?
5. Apakah yang dimaksud dengan isim-isim yang dinasabkan?
6. Bagaimanakah pengaplikasian isim-isim yang dinasabkan dalam kalimat?
C. TUJUAN
Berikut adalah tujuan dari penyusunan makalah ini.
1. Mengetahui definisi taukid.
2. Mengetahui pengaplikasian taukid dalam kalimat.
3. Mengetahui definisi badal.
4. Mengetahui pengaplikasian badal dalam kalimat.
5. Mengetahui definisi isim-isim yang dinasabkan.
1
6. Mengetahui pengaplikasian isim-isim yang dinasabkan dalam kalimat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. TAUKID
Arti Taukid
Tabi’ (lafazh yang mengikuti) yang berfungsi untuk melenyapkan anggapan lain
yang berkaitan dengan lafazh yang di taukid-kan.
Contoh : ُ َجا َء َز ْي ٌد نَ ْف ُسه: ( zaid sudah datang sendiri)
Lafadz ُنَ ْف ُسهberkedudukan sebagai taukid yang mengukuhkan arti َز ْي ٌد. sebab bila
tidak menggunakan ُنَ ْف ُسه, maka ada kemungkinan yang datang itu utusan Zaid,
bukan Zaid-nya.
Taukid itu mengikuti kepada lafazh yang di-taukid-kan dalam hal rafa’, nashab,
khafadh, dan ta’rif (ke-ma’rifatan)nya.
Taukid itu dengan memakai lafazh-lafazh yang telah ditentukan, yaitu:
ُ نً ْف َجا َء َز ْي ٌد (Zaid telah datang
a. Lafaz nafsu (()النّفسdiri), seperti dalam contoh: ُسه
sendiri)
b. Lafaz ain (()العينdiri), seperti dalam contoh: ُه.ُ َع ْين ( َجا َء َز ْي ٌدZaid telah datang
sendiri)
c. Lafaz kulu ()ك ّل (semua), seperti dalam contoh: ُكلُّ ُه ْم وْ ُمaَ َجا َء ْالق (kaum itu telah
datang semuanya)
d. Lafaz ajma’u (()جميعseluruh), seperti dalam contoh: َ َجا َء ْالقَوْ ُم اَجْ َمعُوْ ن (kaum itu
telah datang seluruhnya)
e. Lafaz yang mengikuti ajma’u yaitu: akta’u, abta’u, absa’u (maknanya sama
dengan ajma’u atau ajma’in), seperti dalam contoh: ََجا َء ْالقَوْ ُم اَجْ َمعُوْ نَ اَ ْكتَعُوْ نَ اَ ْبتَعُوْ ن
َ اَ ْب
َصعُوْ ن
Faedah memakai lafadz-lafadz itu ialah untuk menambah maksud taukid saja agar
tidak diragukan.
Seperti perkataan:
2
3
Kata nazhim
Boleh pada isim dikukuhkan dan lafazh yang mengukuhkan harus mengikuti
lafazh yang dikukuhkannya dalam semua bentuk i’rab dan ta’rif (ma’rifat)nya,
tidak di-nakirah-kan karena ia terbebas dari lafazh yang mengukuhkan.
Lafazh taukid yang terkenal ada empat, yaitu: nafsu, ‘ain, kullu, dan ajma’u.
Selain lafazh itu adalah mengikuti ajma’u, yaitu akta’u, abta’u, dan absha’u.
B. BADAL
Arti Badal
لتّابع المقصود بالحكم بال واسطة بينه وبين متبوعه
Tabi' (lafazh yang mengikuti) yang dimaksud dengan hukum tanpa memakai
perantara antara ia dengan matbu'-nya.
Contoh:
ُ = اَ َك ْلAku telah memakan roti itu sepertiganya (bukan semuanya)
ُت ال َّر ِغ ْيفَ ثُلُثَه
Maksudnya, roti yang dimakan itu hanya sepertiganya. Lafazh sepertiga itulah
yang dimaksud dengan hukum (hukum makan). Lafazh sepertiga itu disebut
badal (pengganti), sedangkan lafazh raghif (roti) disebut mubdal minhu (yang
digantikan).
Contoh lainnya seperti:
ُ = َجا َءزَ ْت ٌدغُاَل ُمهZaid telah datang pelayannya
Maksudnya yang datang itu ialah pelayan Zaid, bukan Zaidnya.
اِ َذ ااُ ْب ِد َل اِ ْس ٌم ِم ْن اِس ٍْم اَوْ فِ ْع ٌل ِم ْن فِ ْعهُ فِع ٍْل تَبِ َعهُ فِ ْي َج ِمي ِْعا ٍ ْع َرابِ ِه َوهُ َو َع َل اَرْ بَ َع ِةاَ ْق َس ٍام
Apabila isim diganti oleh isim atau fi'il diganti oleh fi'il, maka dalam hal
seluruh i'rab-nya harus mengikuti mubdal minhu-nya.
Badal itu terbagi empat bagian, yaitu:
1. Badal syai minasy-syai (Pengganti dari keseluruhan), disebut juga badal
kul minal kul atau badal yang cocok dan sesuai dengan mubdal minhu-nya
dalam hal makna. Contoh:
4
ف خَاَل ْ اِ َذا ا ْس ُم اَوْ فِ ْع ٌل لِ ِم ْثلِ ِه تَاَل ● َوا ْل ُح ْك ُم لِلثَّانِ ْي َوع َْن ع
ٍ َط
فَاجْ َع ْلهُؤفِ ْي اِ ْع َرابِ ِه َكااْل َو َِّل● ُملَقَّبً لَهُ بِلَ ْف ِظ ْالبَ َد ِل
Bilamana isim atau fi'il mengikuti (menyertai) lafazh yang semisalnya dan hukum
(perkataan itu) untuk lafazh yang kedua (badal) serta terbebas dari huruf 'athaf,
maka jadikanlah dalam hal i'rab-nya sepefti lafazh yang pertama dengan lafazh
badal sebagai julukannya.
5
ْ َضب
َ س ا ْن ْ ْ َض َو ْاثتِ َما ٌل َو َغل
َ ط● َك َذا ٌ ُك ٌّل َوبِ ْع
ط ِ ك اِضْ َرابٌ فَبِأ أ َخ ْم
Yaitu lafadh kullu (semua), ba’dhu (sebagian), isytimal (mencakup), dan ghalath
(salah atau keliru), demikian pula badal idhrab. Dan dengan yang kelima ini
berarti tepat.
Isim–isim yang dinashabkan ada 15, yaitu: maf'ul bih (obyek), mashdar,
dzorof zaman (keterangan waktu), dzorof makan (keterangan tempat), haal
(keterangan keadaan), tamyiz, mustatsnaa (pengecualian), isim dari اَل, munadaa
(kata seru), maf'ul min ajlihi/maf'ul li ajlihi, maf'ul ma'ahu, khobar bagi َانaaَك
َ َ َوأ, isim إِ َّن َوأَ َخ َواتِهَا, dan tabi' (yang mengikuti) i'rabnya pada kata yang
خَواتِهَا
dinashobkan, yang terdiri dari 4 jenis yaitu: na'at (kata sifat), 'athof (kata
sambung), taukid (penekanan/penegasan) dan badal (kata pengganti).
Contoh Isim – Isim yang dinashobkan yang berupa:
1. Maf'ul bih & maf'ul muthlaq: ًداaaْْت َزي
ُ َربaaض ُ َربaaض
َ (aku memukul Zaid), ْت َ
merupakan fi'il-fa'il (fa'il berupa dlomir mutakallim), ًزَ يْدا adalah maf'ul bih
yang manshoh dengan tanda nashob fathah karena berupa isim mufrod.
2. Mashdar (pembendaan kata kerja/fi'il): ً رْ باaض ُ َربaض (aku
َ ْت َ memukul “sebuah
pukulan”)
3. ُ ص ْم
Zaraf zaman: ت اليَوْ َم ُ (aku berpuasa pada suatu hari)
4. Zaraf makan: ْت أَما َ َم ال َك ْعبَ ِة ُ جلَس
َ (aku duduk di depan Ka'bah)
5. Haal: ً اaaaa ٌد َرا ِكبaaaaْ ۤا َء زَ يaaaaج
َ (telah datang zaid dengan menunggang (suatu
tunggangan)/bisa juga diartikan: dengan berkendara).
6. َ ْوفَجَّرْ نَا األَر
Tamyiz: ً ض ُعيُوْ نا َ (dan kami jadikan bumi memancarkan mata air –
mata air: al-Qamar:12)
7. Mustatsna: ًقَا َم القَوْ ُم إِاّل َ زَ يْدا (telah datang sebuah kaum kecuali zaid)
8. Isim dari اَل misalnya ٌرaض ِ َل حاaُ
ٍ الَ ُغالَ َم َرج (tidaklah anak lelaki seorang lelaki
hadir {anak lelaki seseorang tidak hadir})
9. Munadaa: يا َ ُغالَ َم َز ْي ٍد (wahai anak lelaki zaid)
10. Khabar kana َكانَ َوأَ َخ َواتِهَا misalnya ً كاَنَ زَ ْي ٌد ق ۤا َئِما (zaid sedang berdiri)
11. Isim إِ َّن َوأَ َخ َواتِهَا contoh إِ َّن َزيْداً قاَئِ ٌم (bahwasanya zaid berdiri)
12. Dua maf’ul, yaitu zhanna dan saudara-saudaranya
ُ ظَنَ ْن = Aku telah menduga Zaid berdiri
Contoh : زَ ْيدًا قَائِ ًما ت
7
13. Maf'ul min ajlihi (maf'ul liajlihi): قَا َم َز ْي ٌد إِجْ الَ الً لِ َع ْمر ٍو (Zaid telah datang untuk
menghormati 'amr)
ُ ْ ِسر (aku berjalan sepanjang/bersamaan dengan aliran
14. maf'ul ma'ahu : ت َوالنِّ ْي َل
ُّ ٌد َوaaْافَ َر َزيaaس
sungai nil), contoh lainnya: ْب َحaaالص َ (zaid pergi/safar bersamaan
dengan waktu shubuh)
15. kata – kata yang i'robnya tabi' pada kata yang yang di nashob (na'at, 'athof,
taukid, badal):
ُ رأَي
a. na'at : ْت َزيْداً ال َعاقِ َل َ (aku melihat zaid yang berakal)
ُ رأَي
b. 'athof : ًْت زَ يْداً َو َع ْمرا َ (aku melihat zaid dan 'Amr)
ُ رأَي
c. taukid : ُْت زَ يْداً نَ ْف َسه َ (aku melihat zaid, dirinya sendiri)
d. badal : َْت َزيْداً أَخاَك
ُ رأَي
َ (aku melihat zaid saudaramu)
D. MAF’UL BIH
Ciri-Ciri Maf’ul Bih
a. Cocok bermakna “kepada”
b. Sebagai objek dari pekerjaannya fa’il
c. Berada setelah fi’il muta’addi
d. Berupa isim zahir / d}amir / fi’il yang di dahului أن/ kata yang
didahului أن
contoh: ( اإلنسان خلقنا لقدsungguh kami menciptakan manusia)
Penjelasan
Termasuk dari mansubat al-asma’ (isim-isim yang dibaca
nashab) adalah maf’ul bih. Secara sederhana, maf’ul bih adalah
objek dari suatu pekerjaan. Menurut istilah, maf’ul bih adalah
isim yang dibaca nashab yang menjadi sasaran / objek dari
pekerjaan fa’il (pelaku) . contoh: ( ضربت زيداsaya memukul zaid).
ضرب: fi’il / kata kerja (sebagai amil) : mabni fathah
a. Isim zahir (isim asli dan bukan kata ganti). Contoh: والذي
( يوجب الغسل ستة أشياءsesuatu yang mewajibkan mandi ada 6
hal). Jadi, الغسلi’rabnya nashab karena kedudukannya
sebagai maf’ul bih berupa isim zahir. Tanda i’rabnya
adalah fathah karena الغسلadalah isim mufrad.
b. Isim d}amir (kata ganti). Contoh: ( نص;;;رتكsaya telah
menolongmu). Jadi, كI’rabnya adalah nashab secara
mahalli. Artinya كberi’rab nashab karena kedudukannya
sebagai maf’ul bih. Secara lafaz, كadalah mabni karena
كadalah termasuk dari isim mabni, yaitu isim d}amir.
Maf’ul bih isim d}amir ini ada dua macam, muttas}il
dan munfas}il. Rinciannya sebagai berikut:
D}AMIR
ARTINYA CONTOH
MUTASHIL
( نصرهdia menolong
ه Dia satu laki-laki
dia satu laki-laki)
Dia dua laki-laki /
هما نصرهما
perempuan
هم Mereka laki-laki نصرهم
Dia satu
ها نصرها
perempuan
هن Mereka perempuan نصرهن
ك Kamu satu laki-laki نصرك
Kamu dua laki-laki /
كما نصركما
perempuan
كم Kalian laki-laki نصركم
Kamu satu
ك نصرك
perempuan
كن Kalian perempuan نصركن
ني Saya نصرني
نا kami نصرنا
D}AMIR
ARTINYA CONTOH
MUNFASIL
( إياه نصرhanya
kepadanya satu
إياه Dia satu laki-laki
laki-laki dia
menolong)
10
2. Maf’ul bih ghoiru sarih (tidak jelas), yaitu ada tiga macam:
a. Berupa kalimat yang dita’wil (dirubah) masdar setelah
adanya huruf yang menta’wil masdar (seperti )أن.
Contoh: ( علمت أن;;;;;;;ك مجتهدsaya tahu bahwa kamu
bersungguh-sungguh). Susunan أن;;;ك مجتهدadalah maf’ul
bih berupa kalimat yang dita’wil masdar karena ada
huruf masdarnya, yaitu أن. ta’wil dari أن;;ك مجتهدadalah
( اجتهادكkesungguhanmu).
Jadi, أن;;;ك مجتهدI’rabnya adalah nashab secara mahalli.
Artinya أن;;ك مجتهدberi’rab nashab karena kedudukannya
sebagai maf’ul bih.
Keterangan
1. Pada dasarnya maf’ul bih berada setelah fi’il dan fa’il. Contoh:
( ض;;;ربت زي;;;داsaya memukul zaid). زي;;;داkedudukannya sebagai
maf’ul bih berupa isim zahir. Lafaz زيداsebagai maf’ul berada
setelah fi’il ( )ضربdan fa’il ()ت
akan tetapi adakalnya:
E. MASDAR
ف ِ ص ِريْ ِ ِ االسم املْنصو ِ ِ
الف ْع ِل ) ب الَذي جَيِ ُئ ثَالثًا ىِف تَ ْ
ص َد ُر ُه َو ْ ُ َ ُ ْ ُ
( املَ ْ
"Masdar adalah isim yang dinashobkan yang datang dalam urutan ke tiga pada
suatu tashrifan fiil".
ض ْربًا ) ض ِر ُ
ب َ ب يَ ْ
ضَر َ
( حَنْ ُو َ
Seperti :
ض ْربًا ض ِر ُ
ب– َ ب – يَ ْ
ضَر َ
َ -قَ َام – َي ُق ْو ُم – قِيَ ًاما
Pembagian Masdar
ك) ِ
ت ُو ُق ْوفًا َو َما اَ ْشبهَ َذال َ
ت ُقعُ ْو ًدا َوقُ ْم ُ
َجلَ ْس ُ
), 2). Masdar Ma'nawiyلَ ْفظيMasdar terbagi dua bagian; 1). Masdar Lafdy (
ّ
).م ْعنَ ِوي(
ّ َ
1). Masdar Lafdy
Masdar lafdy yaitu masdar yang sama dengan lafadz fiilnya. Contoh:
Masdar Ma'nawi adalah masdar yang lafadznya berbeda dengan fi'ilnya tetapi
ma'nanya masih sama. Contoh
ت ُقعُ ْو ًدا
ُ قُ ْم- ت ُقعُ ْو ًدا
ُ َجلَ ْس
Dalam bahasa Arab, masdar ini disebut juga maf'ul Mutlaq (ق
ُ َاملطْل امل ْفعُ ْو ُل ) yang
ُ َ
diantara fungsinya adalah sebagai taokid dan penguat bagi suatu pengertian kalam
seperti terlihat dan terbaca dalam tarjamah contoh-contoh di atas.
(di dekat atau di sisi), (beserta), (di muka atau di depan), (di
dekat), (di hadapan), (di sini), (di sana), dan lafazh yang
menyerupainya.
Kata nazhim:
Zharaf ialah isim waktu atau isim tempat yang di-nashab-kan. Menurut kalangan
orang Arab, semua (dari isim waktu atau tempat itu) dengan memperkirakan
makna fî.
17
(aku telah berjalan pada malam hari), dan (aku telah ber-
i'tikaf satu bulan).
A. SIMPULAN
Hukum membaca Alquran adalah fardu kifayah, sedangkan mempelajari dan
memahami alquran merupakan kewajiban bagi seorang muslim. Hal itu
disebabkan karena alquran merupakan pedoman bagi kehidupan umat muslim.
Bahasa alqur’an adalah bahasa Arab. Tentunya untuk dapat memahaminya kita
perlu mempelajari bahasa Arab. Dalam dunia keilmuan, untuk mempelajari
bahasa Arab kita pertama kali harus mempelajari ilmu nahwu dan sharaf. Maka
dari itu, kitab Al-jurumiyyah yang sering digunakan untuk memahami itu.
Bahasan pada Al-jurumiyyah memang tidak sedikit. Namun, pada makalah ini
hanya menjelaskan beberapa bagian saja, yaitu bab taukid dan badal yang
termasuk ke dalam isim-isim yang dirofakan. Selanjutnya, isim-isim yang
dinasabkan. Isim-isim yang dinasabkan yang dipelajari yaitu maf’ul bih, masdar,
zaraf zaman, dan zaraf makan.
B. SARAN
Bagi pemula pembelajar bahasa Arab, disarankan untuk mempelajari bahasa
Arab dimulai dari ilmu nahwu yang dapat dipelajari melalui jurumiyyah, tasrifan,
dan qiyasan. Selanjutnya, baru tahap yang lain sehingga memudahkan kita dalam
pemahaman seperti imrithy dan alfiyah ilbnu malik. Wallahu ‘alam bi showa
17
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Moch. 2018. Ilmu Nahwu Terjemahan Matan Al-Jurumiyyah dan ‘Imrithy
Berikut Penjelasannya. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
18