Agama Kerukunan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

BAB I.

PENDAHULUAN
                                               

1.1 Latar Belakang

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari beragam agama.
Kemajemukan yang ditandai dengan keanekaragaman agama itu mempunyai kecenderungan
kuat terhadap identitas agama masing- masing dan berpotensi konflik. Indonesia merupakan
salah satu contoh masyarakat yang multikultural. Multikultural masyarakat Indonesia tidak saja
karena keanekaragaman suku, budaya,bahasa, ras tapi juga dalam hal agama. Agama yang diakui
oleh pemerintah Indonesia adalah agama islam, Katolik, protestan, Hindu, Budha, Kong Hu Chu.
Dari agama-agama tersebut terjadilah perbedaan agama yang dianut masing-masing masyarakat
Indonesia. Dengan perbedaan tersebut apabila tidak terpelihara dengan baik bisa menimbulkan
konflik antar umat beragama yang bertentangan dengan nilai dasar agama itu sendiri yang
mengajarkan kepada kita kedamaian, hidup saling menghormati, dan saling tolong menolong.
Oleh karena itu, untuk mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama yang sejati, harus
tercipta satu konsep hidup bernegara yang mengikat semua anggota kelompok sosial yang
berbeda agama guna menghindari ”ledakan konflik antar umat beragama yang terjadi tiba-tiba”.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan yang berjudul kerukunan antar umat beragama,antara lain:
1. Apa definisi dari kerukunan ?
2. Apakah pengertian dari kerukunan antar umat beragama?
3. Bagaimana paham tentang keberagaman?
4. Apa saja jenis-jenis kerukunan antar umat beragama?
5. Bagaimana sikap terhadap kerukunan antar umat beragama?
6. Bagaimana filosofi huma betang tentang kerukunan ?
7. Apa manfaat kerukunan antar umat beragama ?
8. Bagaimana kendala kerukunan antar umat beragama?
9. Bagaimana pandangan alkitab mengenai kerukunan?
10. Bagaimana cara menjaga kerukunan antar umat beragama?

1
1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah


1. Untuk mengetahui definisi dari kerukunan
2. Untuk mengetahui pengertian kerukunan umat beragama
3. Unutk mengetahui tentang paham keberagaman
4. Untuk mengetahui jenis-jenis kerukunan natar umat beragama
5. Untuk mengetahui sikap terhadap kerukunan antar umat beragama
6. Untuk mengetahui filosofi huma betang tentang kerukunana
7. Untuk mengetahui manfaat kerukunana antar umat beragama
8. Untuk mengetahui kendala kerukunan antar umat beragama
9. Untuk mengetahui pandangan alkitab mengenai kerukunan
10. Untuk mengetahui cara menjaga kerukunan antar umat beragama

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat yang dapat diperoleh dari menciptakan suasana rukun antar umat beragama
dilingkungan masyarakat yaitu dengan rasa aman, nyaman dan sejahtera.

2
BAB II
 PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kerukunan
Kerukunan berasal dari kata rukun. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Cetakan Ketiga tahun 1990, artinya rukun adalah perihal keadaan
hidup rukun atau perkumpulan yang berdasarkan tolong menolong dan persahabatan. Kata
kerukunan berasal dari kata dasar rukun, berasal dari bahasa Arab ruknun (rukun) jamaknya
arkan berarti asas atau dasar, misalnya: rukun islam, asas Islam atau dasar agama Islam. Dalam
kamus besar bahasa Indonesia arti rukun adalah sebagai berikut:
1. Rukun (nominal)
Rukun dalam konteks nominal berarti segala sesuatu yang wajib dipenuhi untuk sahnya
sebuah pekerjaan. Misalnya: rukun dalam sebuah agama bertujuan agar semua hal dapat
terlaksana dengan baik sehingga tidak menyimpang dalam aturan-aturan rukun agama.
2. Rukun (ajektif)
Rukun dalam konteks ajektif berarti damai, baik dan tidak bertentangan.
Misalnya dalam konteks hidup rukun dengan saudara, sahabat maupun tetangga.
Merukunkan mengandung arti mendamaikan dan menjadikan satu hati.
Dalam bahasa Inggris disepadankan dengan harmonius atau concord. Dengan demikian,
kerukunan berarti kondisi social yang ditandai oleh adanya keselarasan, kecocokan, atau ketidak
berselisihan (harmony, concordance). Dalam literatur ilmu sosial, kerukunan diartikan dengan
istilah intergrasi (lawan disintegrasi). Kerukunan merupakan kondisi dan proses tercipta dan
terpeliharanya pola-pola interaksi yang beragam diantara unit-unit(unsure/ sub sistem) yang
otonom. Kerukunan mencerminkan hubungan timbal balik yang ditandai oleh sikap saling
menerima, saling mempercayai, saling menghormati dan menghargai, serta sikap memaknai
kebersamaan. Secara terminologi banyak batasan yang diberikan oleh para ahli sebagai berikut:
1. W. J.S Purwadarminta menyatakan
Kerukunan adalah sikap atau sifat menenggang berupa menghargai serta membolehkan
suatu pendirian, pendapat, pandangan, kepercayaan maupun yang lainya yang berbeda dengan
pendirian.

3
2. Dewan Ensiklopedi Indonesia
Kerukunan dalam aspek sosial, politik, merupakan suatu sikap membiarkan orang
untuk mempunyai suatu keyakinan yang berbeda. Selain itu menerima pernyataan ini karena
sebagai pengakuan dan menghormati hak asasi manusia
3. Ensiklopedi Amerika
Kerukunan memiliki makna sangat terbatas. Ia berkonotasi menahan diri dari
pelanggaran dan penganiayaan, meskipun demikian, ia memperlihatkan sikap tidak setuju
yang tersembunyi dan biasanya merujuk kepada sebuah kondisi dimana kebebasan yang di
perbolehkannya bersifat terbatas dan bersyarat
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kerukunan adalah suatu sikap
atau sifat dari seseorang untuk membiarkan kebebasan kepada orang lain serta memberikan
kebenaran atas perbedaan tersebut sebagai pengakuan hak-hak asasi manusia. Kerukunan
diartikan adanya suasana persaudaraan dan kebersamaan antara semua orang meskipun mereka
berbeda secara suku, ras, budaya, agama, golongan. Kerukunan juga bisa bermakna suatu proses
untuk menjadi rukun karena sebelumnya ada ketidak rukunan serta kemampuan dan kemauan
untuk hidup bersama dengan damai dan tenteram.
2.2 Pengertian Kerukunan antar Umat Beragama

Kerukunan mengandung makna hidup dalam kebersamaan, nilai kerukunan hidup antar
umat beragama di pandang dari aspek sosial-budaya menempati posisi yang sangat sentral,
penting dan strategis bagi kesatuan bangsa Indonesia untuk menjadi perekat kesatuan bangsa
yang sangat handal. Tanpa ikatan semangat kerukunan hidup antar umat beragama, masyarakat
Indonesia akan sangat rentan, rapuh dan hidup dalam suasana yang tidak nyaman karena penuh
dengan rasa kecurigaan, ketegangan, dan bahkan akan sering muncul konflik-konflik kekerasan
yang berkepanjangan. Oleh karena itu, solidaritas, kerjasama dan kerukunan hidup antar umat
beragama diperlukan agar terciptanya kedamaian, ketentraman, dan tidak ada pertentangan
antarumat beragama.
Mengenai nilai - nilai kerukunan yang terdapat dalam umat Kristen Protestan yang perlu
diingat yaitu terciptanya kesatuan pelayanan bersama yang berpusat pada kasih Kristus. Di depan
kita ada kebinekaan masyarakat, pluralisme agama, kemiskinan maupun kekayaan yang dapat
menggangu iman dan kepercayaan seseorang, contohnya ada banyak krisis isu Kristenisasi dan
isu - isu Peta Kerukunan Propinsi jawa Tengah yang lain yang menyibukkan kita sepanjang

4
masa. Begitu banyak masalah yang dihadapi oleh masyarakat Jawa Tengah pada khususnya,
akan tetapi Tuhan menempatkan umat-Nya dalam rangka rencana menyelamatkannya. Kita sadar
bahwa banyak masalah - masalah yang dihadapi, namun kita harus bersyukur bahwa sudah
banyak masalah yang dapat diselesaikan walaupun hasilnya belum memuaskan. Karena situasi
umum masyarakat kita komplek dan menantang, begitu juga situasi kekristenan yang
memprihatinkan karena berkaitan dengan pertumbuhan baik yang bersifat kuantitas maupun
kualitas yang semu. Oleh karena itu perlu lebih kritis dalam menilai pertumbuhan yang bersifat
ke dalam, artinya berkaitan dengan gereja - gereja, agar jangan terlalu gegabah untuk
mengatakan sudah banyak yang kita perbuat dalam kesatuan pelayanan. Di samping itu kita
dituntut bersama atas misi yang sama terhadap pelayanan bagi masyarakat untuk menjadi berkat
bagi sentiap orang. Kesatuan pelayanan itu didasarkan atas ketaatan dan kesetiaan kepada misi
yang dipercayakan sebagai umat yang satu dan yang menerima tugas yang satu, dari Kristus
untuk dunia.
Nilai-nilai yang diperlukan untuk menjalin kerukunan antar umat beragama :
1. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya;
2. Saling hormat menghormati, menghargai dan bekerja sama antara pemeluk agama, antara
berbagai golongan agama dan antara umat beragama dengan pemerintah yang sama - sama
bertanggung jawab membangun bangsa dan negara;
3. Saling tenggang rasa dengan tidak memaksakan agama kepada orang lain;
4. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban setiap manusia, tanpa
membedakan suku, keturunan, agama, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit, dan
lain-lain
5. Saling  menolong dan tidak semena-mena terhadap orang lain.
Fungsi kerukunan antar umat beragama :
1. Menjaga ketentraman masyarakat;
2. Saling menghormati antar umat beragama;
3. Mencegah terjadinya pertentangan antara agama yang satu dengan yang lainnya;
4. Mempersatukan perbedaan antarumat beragama.

 Pengertian kerukunan menurut agama Islam


Kerukunan umat beragama dalam islam yakni Ukhuwah Islamiah. Ukhuah islamiah berasl
darikata dasar “Akhu” yang berarti saudara, teman, sahabat, Kata “Ukhuwah” sebagai kata

5
jadiandan mempunyai pengertian atau menjadi kata benda abstrak persaudaraan, persahabatan,
dan dapat pula berarti pergaulan. Sedangkan Islaiyah berasal dari kata Islam yang dalam hal ini
menjadi atau memberi sifat Ukhuwah, sehingga jika dipadukan antara kata Ukhuwah dan
Islamiyah akan berarti persaudaraan islam atau pergaulan menurut islam.Dapat dikatakan bahwa
pengertian Ukhuah Islamiyah adalah gambaran tentang hubungan antara orang-orang islam
sebagai satu persaudaraan, dimana antara yang satu dengan yang lain seakan akan berada dalam
satu ikatan. Ada hadits yang mengatakan bahwa hubungan persahabatan antara sesama islam
dalam menjamin Ukhuwah Islamuah yang berarti bahwa antara umat islam itu laksana satu
tubuh, apabila sakit salah satu anggota badan itu, maka seluruh badan akan merasakan sakitnya.
Dikatakan juga bahwa umat muslim itu bagaikan satu bangunan yang saling menunjang satu
sama lain.Pelaksanaan Ukhuwah Islamiyah menjadi actual, bila dihubungkan dengan masalah
solidaritassocial. Bagi umat Islam, Ukhuwah Islamiyah adalah suatu yang masyru’ artinya
diperintahkanoleh agama. Kata persatuan, kesatuan, dan solidaritas akan terasa lebih tinggi
bobotnya biladisebut dengan Ukhuwah.
 Pengertian kerukunan menurut agama Hindu
Menurut ajaran Hindu, dengan konsep kerukunan berupa ajaran tattwam asi, karma phala
dan ahimsa sebagaimana diuraikan di atas, akan menjadi tali perekat yang sangat kuat mengarah
terbinanya kerukunan beragama di Indonesia. Kerukunan sangat mutlak diperlukan di negara
Indonesia yang kondisinya sangat majemuk/pluralistis dengan beraneka ragam agama yang ada.
Justru dengan dasar negara Pancasila, sila 1 yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, memungkinkan
kehidupan beragama menjadi seamakin tumbuh subur, dan harmonis berlandaskan semangat
persatuan dan kesatuan bangsa. Dan secara yuridis dengan pasal 29 (ayat 1 dan 2) Undang-
Undang Dasar 1945 mengatur keberadaan agama di Indonesia. Ayat 1, mewajibkan setiap warga
negara Indonesia untuk beragama, minimal menganut aliran kepercayaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Sedangkan ayat 2, bahwa negara menjamin kebebasan untuk memilih agama sesuai
hati naruni, tidak dibenarkan adanya pemaksaan terhadap orang yang sudah beragama, serta
adanya kebebasan dalam menjalankan ajaran agama sesuai agama dan kepercayaannya masing-
masing. Mengingat kebenaran agama adalah suatu kebenaran mutlak (bersumber pada wahyu
Tuhan), yang ajarannya sepenuhnya didasarkan atas keyakinan/kepercayaan tersendiri, yang
sudah barang tentu berbeda antara keyakinan agama yang satu dengan keyakinan agama lainnya,
meskipun ada unsur-unsur persamaannya. Berdasarkan logika tersebut, wajarlah adanya

6
perbedaan-perbedaan pandangan terhadap satu kebenaran antara agama yang satu dengan yang
lainnya. Kita harus menghargai perbedaan-perbedaan tersebut ( disadari secara theologis
memang berbeda), namun bagaimana kita mencari unsur-unsur persamaannya dijadikan sebagai
tali perekat menjalin hubungan yang harmonis antara agama yang satu dengan yang lainnya.
Dalam aktivitas sosial diharapkan bisa menyatu duduk bersama di antara umat yang berbeda
agama. Kerukunan umat beragama berarti antara pemeluk-pemeluk agama yang berbeda
bersedia secara sadar hidup rukun dan damai.  Hidup rukun dan damai dilandasi oleh toleransi,
saling pengertian, saling menghormati, saling menghargai dalam kesetaraan dan  bekerjasama
dalam kehidupan sosial di masyarakat. Hidup rukun artinya hidup bersama dalam masyarakat
secara damai, saling menghormati dan saling bergotong royong/bekerjasama. Manusia
ditakdirkan Hyang Widdhi sebagai makhluk sosial yang membutuhkan hubungan dan interaksi
sosial dengan sesama manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan kerja sama dengan
orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan material, kebutuhan spiritual,
maupun kebutuhan akan rasa aman. Kitab Weda (Kitab suci Umat Hindu)  memerintahkan
manusia untuk selalu menjalankan Tri Hita Karana Yaitu : selalu berbakti kepada Hyang
Widdhi,  hidup rukun dengan alam lingkungan, serta hidup rukun dengan sesama
umat  manusia.  Dalam menjalin hubungan dengan  umat manusia, diperinthkan untuk selalu
rukun tanpa memandang :  ras, kebangsaan, suku, agama, orang asing, pribumi maupun
pendatang, dls. Sehingga umat Hindu selalu berdoa sebagai  berikut :
Samjnanam nah svebhih, Samjnanam aranebhih, Samjnanam asvina yunam, ihasmasu ni
‘acchalam.
Artinya :
Semoga kami memiliki kerukunan yang sama dengan orang-orang yang dikenal dengan akrab,
Semoga kami memiliki kerukunan yang sama dengan orang-orang asing, semoga Engkau
memberkahi kami dengan keserasian (kerukunan/keharmonisan)
 Pengertian kerukunan menurut agama katolik
Menurut ajaran Katolik, manusia itu adalah citaan Tuhan Yang Paling Mulia. Dalam suatu
Kitab Suci dikatakan bahwa pada awal mula manusia diciptakan menurut rupa
dan citra Allah sendiri. Hanya manusia saja yang dikatakan diciptakan menurut rupa dan citra
Allah. Ciptaan-ciptaan lain tidak dinyatakan demikian.Jadi manusia adalah ciptaan Tuhan yang
paling indah, melampaui harga dan keindahan ciptaan apapun yang pernah ada dan akan ada di

7
dunia ini, selain manusia itu sendiri. Karena Allah itu maha tahu, maha pencipta, maka yang
namanya manusia, ia adalah hasil cetak biru yang luar biasa canggihnya yang pernah dilakukan
oleh Allah. Tiap orang diciptakan oleh Tuhan sebagai nomor seri yang kesekian yang pertama
dan terakhir. Karena itu tidak akan pernah ada dua orang yang pernah dilahirkan dimuka bumi
yang sama persis. Tiap pribadi adalah unik, dan itulah karya Agung Tuhan yang maha
canggih.Allah itu juga adalah maha pengasih dan Penyayang, kasih dan sayangnya tak terukur
atau takberhingga, singkatnya Ia sama dengan Kasih, dan karenanya Allah mencintai manusia
dengan kasih sayang yang penuh, atau dengan kata lain, Allah tidak pernah mencitai manusia
dengan separoh hati, atau sepersekian hati melainkan dengan penuh hati. Cinta Tuhan kepada
manusia adalah 100% dan abadi. Di mata Tuhan, manusia adalah ciptaan-Nya yang paling
berharga. Sejak dikandung ibunya, ketika manusia masih belum mengerti tentang cinta, ketika
manusia belum tahu mengucapkan terima kasih kepada Tuhan, Allah sudah terlebih dahulu
mencintai manusia. Begitu besar cinta Allah kepada manusia sehingga Ia mencitakan bumi
dengan segala segala isinya dan diserahkan pengelolaannya kepada manusia untuk kesejahteraan
dan kebahagiaan umat manusia ciptaannya itu. Karena manusia adalah ciptaan Tuhan yang
paling mulia dan berharga, maka tidak ada kekuasaan apapun, dan dengan alasan apapun untuk
dibenarkan melecehkan/menghina apalagi membunuh ciptaan Tuhan yang namanya manusia itu.
 Pengertian kerukunan dalam ajaran agama budha
Dalam Buddha Dhamma kata agama lebih dikenal dengan sebutanSasana atau Dhamma,
yang secara harafiah berarti kebenaran atau kesunyataan. Agama Buddha sering disebut Buddha
Dhamma atau Buddha Sasana yang artinya ajaran yang menghantarkan orang yang
melaksanakannya agar hidup bahagia di dunia, setelah kematian dapat terlahir di alam surga dan
hingga pada akhirnya mencapai tujuan tertinggi yaitu tercapainya Nibbana. Buddha Dhamma
sebagai pedoman untuk membebaskan diri dari penderitaan, sehingga mencapai kebahagiaan
dalam kehidupan sekarang maupun yang akan datang. Dasar keyakinan agar terbentuknya suatu
kerukunan umat beragama dalam agama Buddha, diikrarkan oleh raja Asoka Wardana yang
merupakan salah satu raja yang berkeyakinan terhadap Buddha. Hal ini dapat dibuktikan dengan
adanya Prasasti Batu Kalinga No XXII Raja Asoka yang memeluk agama Buddha pada abad
ketiga sebelum masehi, yang berbunyi:“Janganlahkitamenghormati (mazhab) sendiri dengan
mencela agama orang lain tanpa sesuatu dasar yang kuat.Sebaliknya agama orang lain
hendaknya dihormati atas dasar-dasar tertentu. Dengan berbuat demikian, kita telah membantu

8
agama kita sendiri untuk berkembang, disamping pula tidak merugikan agama orang lain. Oleh
karena itu, kerukunanlah yang dianjurkan dengan pengertian bahwa semua orang hendaknya
memperhatikan dan bersedia mendengarkan ajaran yang dianut oleh orang lain”. Selebihnya Raja
Asoka juga menuliskan bahwa ”barang siapa menghina agama orang lain,  dengan maksud
menjatuhkan agama orang lain, bearti ia telah menghancurkan agamanya sendiri”. Kerukunan
antar umat beragama memang akan terwujud jika masing-masing agama memiliki prinsip untuk
saling menghargai agama yang lain. Jika saja tidak demikian maka kerukunan tidak akan
terwujud. Bukankah dengan adanya perbedaan maka akan tahu bahwa warna hitam dan putih
berbeda
2.3 Kepahaman Tentang Keberagaman

Adapun Kepahaman Tentang Keberagaman yaitu


2.2.1. Etimologi
Kata Protestan didefinisikan sebagai gerakan agamawi yang berlandaskan iman dan praktik
Kekristenan yang berawal dari dorongan Reformasi Protestan dalam segi doktrin, politik dan
eklesiologi, melawan apa yang dianggap sebagai penyelewengan Gereja Katolik Roma.
Merupakan satu dari tiga pemisahan utama dari "Kekristenan Nicaea (Nicene), yaitu di samping
Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks. Istilah "Protestan" merujuk kepada "surat protes"
yang disampaikan oleh para pembesar yang mendukung protes dari Martin Luther melawan
keputusan Diet Speyer pada tahun 1529, yang menguatkan keputusan (edik) Diet Worms yang
mengecam ajaran Martin Luther sebagai ajaran sesat (heretik).
Sebelumnya terjadi di Perancis yang dipimpin oleh Peter Waldo (dan kini tergabung dalam
Gereja Waldensis) pada pertengahan abad ke-12, dan di Bohemia di bawah pimpinan Jan Hus
atau Yohanes Hus (1369-1415). Gereja Waldensis banyak terdapat di Italia dan negara-negara
yang mempunyai banyak imigran dari Italia, seperti Uruguay. Sementara para pengikut Yohanes
Hus di Bohemia kemudian bergabung dengan Gereja Calvinis.

2.2.2.Denominasi
Pengelompokan gereja-gereja menurut doktrin-doktrin landasan mereka sebagai
"denominasi". Diperkirakan ada sekitar 33.000 denominasi Protestan.

9
2.2.3 Sejarah di Indonesia
Menurut sensus penduduk tahun 2010, sekitar 5,85% dari penduduk Indonesia adalah
Protestan dan sekitar 3% beragama Katolik. Wilayah-wilayah tradisional Kristen di Indonesia
terkonsentrasi di Tanah Batak, Nias, Mentawai, Kalimantan (kecuali Kalimantan Selatan),
Minahasa, Sulawesi Tengah, Tana Toraja, Nusa Tenggara Timur, Kepulauan Maluku dan Papua.
Agama Kristen pertama kali datang ke Indonesia pada abad ke-7. Melalui gereja Assiria
(Gereja Timur) yakni berdiri di dua tempat yakni, Pancur (Deli Serdang) dan Barus (Tapanuli
Tengah) di Sumatra (645 SM). Sejarah kedatangan telah tercatat oleh ulama Syaikh Abu Salih
al-Armini dalam bukunya dengan judul FIBA “Tadhakur Akhbar min al-Kana’is wa al-Adyar
min Nawabin Mishri wa al-Iqta’aih” (Daftar berita pada gereja-gereja dan monastries di
provinsi-provinsi Mesir dan sekitarnya). Daftar gereja-gereja dan monastries dari naskah asli
dalam bahasa Arab dengan 114 halaman ini berisi berita tentang 707 gereja-gereja dan 181
monastries Kristen yang tersebar di sekitar Mesir, Nubia, Abysina, Afrika Barat, Spanyol, Arab
dan India . Dalam bukunya (Abu Salih), tanah Indonesia masih dimasukkan dalam wilayah India
(al-Hindah).
Protestanisme pertama kali diperkenalkan oleh Belanda pada abad keenam belas, sehingga
terpengaruh pada ajaran Calvinisme dan Lutheran. Katolik Roma pertama tiba pada tahun 1511
di tanah Aceh, yaitu dari Ordo Karmel, dan 1534 di kepulauan Maluku melalui orang Portugis
yang dikirim untuk eksplorasi. Fransiskus Xaverius, misionaris Katolik Roma dan pendiri Ordo
Yesuit bekerja di kepulauan Maluku pada tahun 1546 sampai tahun 1547.
Pada 1960-an akibat anti-Komunis dan anti-Konfusianisme banyak pengikut Komunis dan
orang Tionghoa mengklaim diri sebagai orang Kristen, akan tetapi banyak bangsa Tionghoa
yang akhirnya menerima agama Kristen dan sekarang mayoritas kalangan muda bangsa
Tionghoa adalah umat Kristen. Di provinsi Papua dan Sulawesi Utara, Protestan merupakan
agama mayoritas. Jumlah populasi orang Kristen juga ditemukan di sekitar danau Toba di
Sumatera Utara, Nusa Tenggara Timur, pedalaman Tana Toraja, dan sebagian wilayah di
provinsi Maluku.

10
2.4 Jenis-jenis kerukunan antar umat beragama

a. Kerukunan antar umat beragama.


Suatu bentuk kerukunan yang  terjalin antar masyarakat yang memeluk agama berbeda-
beda. Misalnya, kerukunan antar umat Islam dan Kristen, antara pemeluk agama Kristen dan
Budha, atau kerukunan yang dilakukan oleh semua agama. Kerukunan antar umat beragama lain
ini cukup sulit untuk dijaga. Seringkali terjadi konflik antar pemeluk agama.
b. Kerukunan internal umat beragama.
Suatu bentuk kerukunan yang terjalin antar masyarakat penganut satu agama. Misalnya,
kerukunan sesama orang Islam atau kerukunan sesama penganut Kristen. Kerukunan antar
pemeluk agama yang sama juga harus dijaga agar tidak terjadi perpecahan, walaupun sebenarnya
dalam hal ini sangat minim sekali terjadi konflik.
c. Kerukunan umat beragama dengan pemerintah.
Antara pemerintah dengan umat beragama ditemukan apa yang saling diharapkan untuk
dilaksanakan. Misalnya, Pemerintah mengharapkan tiga prioritas, umat beragama diharapkan
berpartisipasi aktif dan positif dalam :
1. Pemantapan ideologi Pancasila;
2. Pemantapan stabilitas dan ketahanan nasional;
3. Suksesnya pembangunan nasional;
4. Pelaksanaan tiga kerukunan harus simultan.

2.5 Sikap Terhadap Kerukunan Antar Umat Beragama


Sikap yang perlu diupayakan peningkatan akan pemahaman, penghayanan, implementasi
dan pelestarian akan :
1. Wawasan kebangsaan kita seperti tersurat dan tersirat dalam  falsafah bangsa seperti :
“Bhineka Tunggal Ika”, “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”,  maupun kearifan-
kearifan lokal seperti “pela”  dan “gandong”, “ain ni ain” (Kei = satu punya satu), dll;
2. Kekeluargaan dan persaudaraan sejati antar suku, ras, golongan, daerah dan agama;
3. Kerukunan dan toleransi antar umat beragama  maupun suku, ras dan golongan.
4. Mengembangkan Dialog atau komunikasi timbal balik, yang dilandaskan pada kesadaran
akan : adanya kesamaan maupun perbedaan yang tak dapat diingkari dan disingkirkan,
sesuai hakekat atau harkat dan martabat manusia; adanya kesamaan nilai-nilai serta
permasalahan dan kebutuhan yang universal, yang berkaitan dengan kemanusiaan, seperti
11
kebenaran, keadilan, HAM, persaudaraan dan cinta kasih; adanya fakta kehidupan bersama
dalam kemajemukan serta hubungan dan ketergantungan satu sama lain : mutlak perlunya
kerukunan dan damai sejahtera, persatuan dan kerjasama dengan prinsip keadilan, saling
menguntungkan, saling menghargai, saling terbuka dan saling percaya.
5. Mengevaluasi dan memperbaiki sistem dan bobot pendidikan dan pembinaan, baik yang
khas keagamaan maupun yang bukan khas atau yang bersifat umum, untuk menambah
pengetahuan, mematangkan iman, meningkatkan moral dan spiritual, memantapkan
kepribadian.
Ada tiga sikap sebagai tolak ukur dalam memberikan penilaian hubungan antar umat beragama :
1) Eksklusivisme
Eksklusivisme adalah mereka yang membatasi pergaulan dengan masyarakat lain.
Masyarakat ini cenderung memisahkan diri dan tertutup dari pengaruh luar.  Masyarakat yang
disibukkan oleh urusannya masing-masing dan kurang berinteraksi baik dengan lingkungannya.
Sehingga merasa takut budaya lain merusaki budayanya. Contoh: orang-orang kaya yang
individualis, orang-orang jawa dulu yang  memingit(tidak mengijinkan keluar) anak
perempuannya. Orang orang kerajaan pada jaman dahulu yang hanya berinteraksi dengan para
penghuni kerajaan saja dsb.
2) Fluralisme
Fluralisme adalah sebuah kerangka dimana ada interaksi beberapa kelompok-kelompok
yang menunjukkan rasa saling menghormati dan toleransi satu sama lain. Mereka hidup bersama
(koeksistensi) serta membuahkan hasil tanpa konflik asimilasi. Sebenarnya berbicara tentang
konsep pluralisme, sama halnya membicarakan tentang sebuah konsep kemajemukan atau
keberagaman, dimana jika kita kembali pada arti pluralisme itu sendiri bahwa pluralisme itu
merupakan suatu kondisi masyarakat yang majemuk. Kemajemukan disini dapat berarti
kemajemukan dalam beragama, sosial dan budaya. Namun yang sering menjadi issu terhangat
berada pada kemajemukan beragama. Pada prinsipnya, konsep pluralisme ini timbul setelah
adanya konsep toleransi. Jadi ketika setiap individu mengaplikasikan konsep toleransi terhadap
individu lainnya maka lahirlah pluralisme itu. Dalam konsep pluralisme-lah bangsa Indonesia
yang beraneka ragam ini mulai dari suku, agama, ras, dan golongan dapat menjadi bangsa yang
satu dan utuh. Pluralisme sering diartikan sebagai paham yang mentoleransi adanya ragam
pemikiran, agama, kebudayaan, peradaban dan lain-lain. Kemunculan ide pluralisme didasarkan

12
pada sebuah keinginan untuk melenyapkan klaim kebenaran (truth claim) yang dianggap menjadi
pemicu munculnya sikap ekstrem, radikal, perang atas nama agama, konflik horisontal, serta
penindasan atas nama agama. Menurut kaum pluralis, konflik dan kekerasan dengan mengatas
namakan agama baru sirna jika masing-masing agama tidak lagi menganggap agamanya yang
paling benar.
3) Inklusif
Masyarakat inklusif adalah masyarakat yang terbuka dengan budaya lain sehingga
cenderung lebih mudah berinteraksi atau bergaul dengan masyarakat lain. Sehingga menjunjung
tinggi persamaan derajat. Contoh: yaitu orang-orang yang mudah bergaul, mempunyai teman
yang banyak, Orang orang yang bersikap terbuka dalam menerima teman-teman baru tanpa
memandang latar belakangnya. Jika dibedah secara cermat, masyarakat inklusif cenderung
mamandang positf terhadap pengaruh dari luar ataupun pergaulan dengan orang lain. Sedangkan
masyarakat eksklusif cenderung memandang negatif terhadap pengaruh dan pergaulan dari luar
lingkungan mereka.
2.6 Filosofi Huma Betang
Filosofi huma betang dalam pemahaman orang dayak berarti kebersamaan yang dilandasi
dengan kerukunan dan toleransi dalam perbedaan misalnya antar umat beragama. Kerukunan
umat beragama merupakan konsekwensi serta kebutuhan hakiki dari kemanusiaan yang
universal, yang tidak dapat ditolak dan wajib diusahakan oleh setiap insan beragama karena
manusia pada hakekatnya adalah makhluk hidup yang :
1. Individual dan serentak komunal yang hidup bersama, mengelompokkan diri atas dasar
tertentu, saling membutuhkan, saling berelasi, saling mempengaruhi;
2. Yang memiliki kesamaan martabat, nilai-nilai kemanusiaan, dan hak asasi, eksistensi atau
keberadaan, permasalahan dan kebutuhan, ideologi dan cita-cita
3. Dan serentak memiliki kekhasan yang membedakan individu yang satu dengan yang lain
maupun kelompok yang satu dengan kelompok yang lain;
4. Yang memiliki kebebasan batiniah (kehendak) dan lahiriah (tindakan), namun serentak
dapat pula mempengaruhi dan dipengaruhi;
5. Yang memiliki kecenderungan “egositis” maupun “altroistis”, baik secara individual
maupun komunal;

13
6. Yang mempunyai akal budi, hati nurani dan keutamaan untuk memikirkan dan
mengetahui, menilai dan memutuskan, serta bertindak atau berbuat;
7. Yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma: adat/budaya, kenegaraan, keagamaan.

Filosofi Rumah Betang ini amat cocok dengan Kebudayaan Kerukunan Keanekaragaman
Bangsa Indonesia. Huma Betang adalah dalam istilah sehari-hari bahasa Dayak adalah “rumah
besar” yang dihuni banyak orang dengan beragam agama dan kepercayaan tetapi tetap rukun nan
damai. Dalam “huma betang” tidak pernah terjadi perselisihan yang berarti karena tingkat
kekeluargaan atau kekerabatan yang sangat tinggi. Sehingga Huma Betang adalah sebuah simbol
dan filosofis kehidupan masyarakat di Kalimantan Tengah (Kalteng) seperti yang terlihat di Kota
Palangka Raya, Ibukota Provinsi Kalteng, Rumah Betang (rumah panjang, rumah besar)
merupakan rumah adat Dayak. Sesuai dengan namanya rumah ini berukuran besar yang mampu
menampung puluhan orang atau keluarga yang mempunyai ikatan keluarga. Rumah betang sudah
jarang ditemui, namun di Kota Palangka Raya terdapat satu rumah betang yang sengaja dibangun
sebagai percontohan di Jl. D.I Panjaitan Kota Palangka Raya. Pada momen-momen tertentu, di
rumah betang ini sering dijadikan lokasi pertunjukan/festival budaya Dayak. Rumah betang ini
juga sering dijadikan tempat/objek foto bagi sebagian masyarakat baik warga pendatang maupun
lokal. Walaupun rumah betang sudah semakin jarang dipergunakan oleh masyarakat Dayak,
namun falsafah hidup rumah betang masih tertanam dan berkembang di dalam kehidupan
masyarakat Dayak. Masyarakat Dayak misalnya, sangat menghargai perbedaan dan itu cermin
dalam kehidupan rumah betang dimana di dalam satu keluarga biasa terdiri dari berbagai macam
kepercayaan atau agama. Seperti Islam, Kristen dan Hindu Kaharingan. Mereka dapat hidup
rukun dan saling menghargai walaupun berbeda-beda kepercayaan dan agama. Kekeluargaan,
kegotong-royongan, persatuan dan kesatuan merupakan sikap dan prilaku kehidupan sehari-hari
masyarakat Dayak yang tercermin dalam falsafah hidup Rumah Betang. Hanya satu kalimat
semboyan yang bisa menyatukan semua bangsa Indonesia, semboyan ini hanya dipakai oleh
Bangsa Indonesia saja dari perbandingan pada cara hidup bangsa-bangsa lainnya di Dunia ini,
dan itu adalah semboyan itu adalah Bhinneka Tunggal Ika : “Berbeda-beda tetapi tetap satu”.

14
2.6 Gambar Huma Betang

2.7 Manfaat Kerukunan Antar Umat Beragama


Manfaat Kerukunan Antar Umat Beragama Kerukunan antar umat beragama adalah :
 Menumbuhkan rasa saling toleransi terhadap semua orang
 Dapat terhindar dari adanya perpecahan antar umat beragama
 Terwujudnya kehidupan masyarakat yang rukun dan damai.
 Terwujudnya keamanan dan ketentraman hidup sesama anggota masyarakat.
 Terpenuhi hak-hak setiap anggota masyarakat sehingga menimbulkan kepuasan batin.
 Menumbuhkan persatuan dan rasa kebersamaan.
 Mencegah terjadinya pertentangan antara agama yang satu dengan yang lainnya
 Mempersatukan perbedaan antar umat beragama
 Dapat mempererat tali silaturahmi

2.8 Kendala Kerukunan Antar Umat Beragama


Adapun Kendala-kendala kerukunan antar umat beragama adalah
2.7.1 Rendahnya Sikap Toleransi
Salah satu masalah dalam komunikasi antar umat beragama, khususnya di Indonesia
adalah munculnya sikap toleransi malas-malasan. Sikap ini muncul sebagai akibat dari pola
perjumpaan tak langsung antar umat beragama. Sehingga kalangan umat beragama merasa
enggan mendiskusikan masalah-masalah keimanan. Dialog yang lebih mendalam tidak
terjadi, karena baik pihak yang berbeda keyakinan/agama sama-sama menjaga jarak satu
sama lain. Masing-masing agama mengakui kebenaran agama lain,tetapi kemudian
membiarkan satu sama lain bertindak dengan cara yang memuaskan masing-masing pihak.

15
Yang terjadi hanyalah perjumpaan tak langsung, bukan perjumpaan sesungguhnya. Sehingga
dapat menimbulkan sikap kecurigaan diantara beberapa pihak yang berbeda agama, maka
akan timbullah yang dinamakan konflik.
2.7.2 Kepentingan Politik
Faktor politik terkadang menjadi faktor penting sebagai kendala dalam mencapai
tujuan sebuah kerukunan antar umat beragama khususnya di Indonesia, jika bukan yang
paling penting di antara faktor-faktor lainnya. Bisa saja sebuah kerukunan antar agama telah
dibangun dengan bersusah payah selama bertahun-tahun atau mungkin berpuluh-puluh
tahun, dan dengan demikian, hampir memetik buahnya. Namun tiba-tiba saja muncul
kekacauan politik yang ikut mempengaruhi hubungan antar agama dan bahkan memorak-
porandakannya seolah petir menyambar yang dengan mudahnya merontokkan “bangunan
dialog” yang sedang kita selesaikan. Seperti yang sedang terjadi di Indonesia. Tanpa politik
tidak bisa hidup secara tertib teratur dan bahkan tidak mampu membangun sebuah negara
tetapi dengan alasan politik juga seringkali menunggangi agama dan memanfaatkannya.
2.7.3 Sikap Fanatisme
Di kalangan Islam, pemahaman agama secara eksklusif juga ada dan berkembang.
Bahkan akhir-akhir ini, di Indonesia telah tumbuh dan berkembang pemahaman keagamaan
yang dapat dikategorikan sebagai Islam radikal dan fundamentalis, yakni pemahaman
keagamaan yang menekankan praktik keagamaan tanpa melihat bagaimana sebuah ajaran
agama seharusnya  diadaptasikan dengan situasi dan kondisi masyarakat. Mereka masih
berpandangan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan dapat menjamin
keselamatan manusia. Dengan saling mengandalkan pandangan-pandangan dalam agama
tersebut, maka timbullah sikap fanatisme yang berlebihan.

2.9 Pandangan Alkitab Mengenai Kerukunan

Sebagai manusia yang hidup di tengah-tengah dunia yang pluralistik / penuh dengan
keberagaman ini, orang Kristen mau tidak mau harus berjumpa, berinteraksi, berurusan,
berkaitan dengan orang-orang yang tidak seiman baik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
maupun bermasyarakat. Di negara Indonesia misalnya, mau tidak mau, suka tidak suka, orang
Kristen hidup berdampingan dengan orang-orang dari berbagai agama dan kepercayaan. Dalam
kondisi semacam ini adalah penting bagi orang Kristen untuk memikirkan bagaimana relasinya
dengan orang-orang berkepercayan lain. Jika tidak maka semua itu berpotensi untuk
16
mengakibatkan banyak gesekan, bentrokan, kekacauan, bahkan kerusakan yang akan
mengganggu ketentraman dan kedamaian hidup bersama.
Mazmur 133 : 1-3 “(1) Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam
bersama dengan rukun ! (2) Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang
meleleh ke janggut Harun dan leher jubahnya. (3) Seperti embun gunung Hermon yang turun ke
atas gunung-gunung sion sebab kesanalah Tuhan memerintahkan berkat, kehidupan untuk
selama-lamanya”. Mazmur ini melukiskan dua hal sebagai dampak positif dari persatuan dan
kerukunan. Pertama, seperti minyak yang meleleh ke janggut. Dalam tradisi Perjanjian Lama,
minyak dipakai untuk sesuatu yang bernilai sakral, kudus, misalnya mengurapi imam. Selain itu,
minyak juga melambangkan kesukaan. Artinya, kerukunan dan persatuan menjaga kekudusan
jemaat dan kesukaan mengalir rata ke semua pihak. Kedua, seperti embun yang melambangkan
penyegaran kehidupan. Berkat dan kehidupan sebagai dampak positif kerukunan akan terpancar
dan dialami oleh mereka yang hidup dalam kerukunan.
Dalam Ulangan 10:18-19 tertulis (18) yang membela hak anak yatim dan janda dan
menunjukkan kasih-Nya kepada orang asing dengan memberikan kepadanya makanan dan
pakaian. (19) Sebab itu haruslah kamu menunjukkan kasihmu kepada orang asing, sebab kamu
pun dahulu adalah orang asing di tanah Mesir.” Dari ulangan 10:18-19 terdapat kisah orang
Samaria yang murah hati pada Luk 10:29-37 dimana seorang Samaria yang menolong orang
yang dirampok para penjahat yang sangat besar kemungkinan adalah orang Yahudi, seorang
yang adalah musuh bangsanya maupun agamanya. Maka di sini jelas Tuhan Yesus mengajarkan
bahwa di dalam hal menolong atau berbuat baik kepada orang lain, perbedaan agama /
kepercayaan tidak boleh menjadi halangan. Kerukunan bisa kita lihat sejak zaman dahulu dan
telah dilakukan dari ajaran-ajaran yang sudah diajarkan Tuhan Yesus, maka dari itu kita sebagai
umat manusia yang hidup zaman sekarang sudah seharusnya hidup rukun terutama pada zaman
sekarang yang terdapat banyak perbedaan agama yang dapat memicu terjadinya suatu
peselisihan. Galatia 6:10 “Karena itu, selama masih ada kesempatan, marilah  berbuat baik
kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan seiman”. mengatakan bahwa haruslah
berbuat baik kepada semua orang dan adanya kata-kata “terutama kepada kawan-kawan seiman”
menunjukkan bahwa kata-kata “semua orang” itu termasuk di dalamnya adalah orang-orang
yang tidak seiman. Jadi orang yang tidak seiman pun layak untuk mendapatkan perbuatan baik
kita sekalipun mereka bukanlah yang terutama.

17
2.10 Cara menjaga kerukunan antar umat beragama
Cara menjaga kerukunan antar umat beragama antara lain :
1. Memperkuat dasar-dasar kerukunan internal dan antar umat beragama, serta antar umat
beragama dengan pemerintah.
2. Membangun harmoni sosial dan persatuan nasional dalam bentuk upaya mendorong dan
mengarahkan seluruh umat beragama untuk hidup rukun dalam bingkai teologi dan
implementasi dalam menciptakan kebersamaan dan sikap toleransi.
3. Menciptakan suasana kehidupan beragama yang kondusif dalam rangka memantapkan
pendalaman dan penghayatan agama serta pengamalan agama yang mendukung bagi
pembinaan kerukunan hidup intern dan antar umat beragama.
4. Melakukan eksplorasi secara luas tentang pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dari seluruh
keyakinan plural umat manusia yang fungsinya dijadikan sebagai pedoman bersama
dalam melaksanakan prinsip-prinsip berpolitik dan berinteraksi sosial satu sama lainnya
dengan memperlihatkan adanya sikap keteladanan.
5. Melakukan pendalaman nilai-nilai spiritual yang implementatif bagi kemanusiaan yang
mengarahkan kepada nilai-nilai Ketuhanan, agar tidak terjadi penyimpangan-
penyimpangan nilai-nilai sosial kemasyarakatan maupun sosial keagamaan.
6. Menempatkan cinta dan kasih dalam kehidupan umat beragama dengan cara
menghilangkan rasa saling curiga terhadap pemeluk agama lain, sehingga akan tercipta
suasana kerukunan yang manusiawi tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu.
7. Menyadari bahwa perbedaan adalah suatu realita dalam kehidupan bermasyarakat, oleh
sebab itu hendaknya hal ini dijadikan mozaik yang dapat memperindah fenomena
kehidupan beragama. 
Adapun langkah-langkah yang harus diambil dalam memantapkan kerukunan hidup umat
beragama, diarahkan kepada 4 (empat) strategi yang  mendasar  yakni :
1. Para pembina formal termasuk aparatur pemerintah dan para pembina non formal yakni
tokoh agama dan tokoh masyarakat merupakan komponen penting dalam pembinaan
kerukunan antar umat beragama.
2. Masyarakat umat beragama di Indonesia yang sangat heterogen perlu ditingkatkan sikap
mental dan pemahaman terhadap ajaran agama serta tingkat kedewasaan berfikir agar
tidak menjurus ke sikap primordial.

18
3. Peraturan pelaksanaan yang mengatur kerukunan hidup umat beragama perlu dijabarkan
dan disosialisasikan agar bisa dimengerti oleh seluruh lapisan masyarakat, dengan
demikian diharapkan tidak terjadi kesalahpahaman dalam penerapan baik oleh aparat
maupun oleh masyarakat, akibat adanya kurang informasi atau saling pengertian diantara
sesama umat beragama.
4. Perlu adanya pemantapan fungsi terhadap wadah-wadah musyawarah antar umat
beragama untuk menjembatani kerukunan antar umat beragama.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pentingnya kerukunan hidup antar umat beragama adalah terciptanya kehidupan
masyarakat yang harmonis dalam kedamaian, saling tolong menolong, dan tidak saling
bermusuhan agar agama bisa menjadi pemersatu bangsa Indonesia yang secara tidak langsung
memberikan stabilitas dan kemajuan Negara. Cara menjaga sekaligus mewujudkan kerukunan
hidup antar umat beragama adalah dengan mengadakan dialog antar umat beragama yang di
dalamnya membahas tentang hubungan antar sesama umat beragama. Selain itu ada beberapa
cara menjaga sekaligus mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama antara lain:
1. Menghilangkan perasaan curiga atau permusuhan terhadap pemeluk agama lain
2. Jangan menyalahkan agama seseorang apabila dia melakukan kesalahan tetapi salahkan
orangnya.
3. Biarkan umat lain melaksanakan ibadahnya jangan mengganggu umat lain yang sedang
beribadah.
4. Hindari diskriminasi terhadap agama lain.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan untuk masyarakat di Indonesia supaya menanamkan sejak dini
pentingnya menjaga kerukunan antar umat beragama agar terciptanya hidup rukun antar sesama
sehingga masyarakat merasa aman, nyaman dan sejahtera.

20
DAFTAR PUSTAKA

http://shuthajhi.blogspot.com/2015/02/makalah-kerukunan-antar-umat-beragama.html?m=1
Diakses pada tanggal 29 November 2017 Pukul 15 : 00
http://putriadri.blogspot.com/2013/04/makalah-agama-tentang-kerukunan-antar.html?m=1
Diakses pada tanggal 29 November 2017 Pukul 15 : 00
http://kumpulanskripdanmakalah.blgspot.c.id/2016/03/makalah-kerukunan-antar-umat-
beragama.html?m=1
Diakses pada tanggal 30 November 2017 Pukul 17 : 32

21

Anda mungkin juga menyukai