PHK MSDM
PHK MSDM
PHK MSDM
Alhamdulillah puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
kekuatan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Pemutusan
Hubungan Kerja”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada pihak yang telah banyak membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami dari pihak penyusun menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari bahasa
maupun susunan kalimat dalam makalah ini. Dan dengan senang hati menerima segala saran dan
kritik untuk memperbaiki makalah ini. Semoga makalah tentang “Pemutusan Hubungan Kerja”
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...........................................................................................1
DAFTAR ISI.......................................................................................................2
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................3
B. Rumusan Masalah..................................................................................4
C. Tujuan Makalah......................................................................................4
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Pemutusan Hubungan Kerja................................................5
B. Arti Dan Sebab Pemutusan Hubungan Kerja..........................................6
C. Jenis-jenis Pemutusan Hubungan Kerja
...............................................................................................................
12
D. Prosedur Pemberhentian Hubungan Kerja.............................................13
E. Mengapa Pemutusan Hubungan Kerja Dilakukan..................................15
F. Hak-hak Karyawan Setelah Pemberhentian...........................................17
G. Konsekuensi Pemutusan Hubungan Kerja..............................................20
H. Larangan Terhadap Pemutusan Hubungan Kerja...................................23
I. Macam Dan Persyaratan Pensiun...........................................................25
J. Macam Kompensasi Bagi Pensiun..........................................................29
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................33
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap orang yang hidup sudah pasti membutuhkan biaya untuk dapat menyambung
hidupnya. Untuk bisa mendapatkan biaya tersebut setiap orang harus mencari dan
melakukan pekerjaan. Bekerja dapat dilakukan secara sendiri maupun bekerja pada orang
lain. Di dalam melakukan sebuah pekerjaan, tentunya terdapat hubungan kerja antara
pekerja dan pengusahanya, dimana hubungan kerja tersebut dituangkan ke dalam suatu
bentuk perjanjian atau kontrak kerja.di dalam kontrak kerja tersebut memuat apa saja yang
menjadi hak dan kewajiban para pekerja dan pengusahanya seperti pendapatan upah/ gaji
dan keselamatan kerja.
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah salah satu hal dalam dunia ketenagakerjaan
yang paling dihindari dan tidak diinginkan oleh para pekerja/buruh yang masih aktif bekerja.
Untuk masalah pemutusan hubungan kerja yang terjadi sebab berakhirnya waktu yang telah
ditetapkan dalam perjanjian kerja tidak menimbulkan permasalahan terhadap kedua belah
pihak yaitu pekerja dan pengusahanya karena antara pihak yang bersangkutan sama-sama
telah menyadari atau mengetahiu saat berakhirnya hubungan kerja tersebut sehingga masing-
masing telah berupaya mempersiapkan diri menghadapi kenyataan tersebut.
Berbeda halnya dengan masalah pemutusan hubungan kerja yang terjadi secara sepihak
yaitu oleh pihak pengusahanya. Harapan untuk mendapatkan penghasilan dan memenuhi
kebutuhan hidup telah pupus begitu saja lantaran terjadinya PHK yang tidak disangka-
sangka oleh para pekerja. Hal ini dikarenakan kondisi kehidupan politik yang goyah,
kemudian disusul dengan carut marutnya kondisi perekonomian yang berdampak pada
banyak industri yang harus gulung tikar, dan tentu saja berdampak pada pemutusan
hubungan kerja yang dilakukan dengan sangat tidak terencana. Namun, mau tidak mau para
pekerja/buruh harus menerima kenyataan bahwa mereka harus menjalani PHK.
3
Dalam menjalani pemutusan hubungan kerja, pihak-pihak yang bersangkutan yaitu
pengusaha dan pekerja/buruh harus benar-benar mengetahui hal-hal yang berhubungan
dengan PHK, terutama untuk para pekerja/buruh, agar mereka bisa mendapatkan apa yang
menjadi hak mereka setelah di PHK.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan PHK ?
2. Apa arti dan sebab-sebab PHK ?
3. Ada berapa jenis-jenis dalam PHK ?
4. Bagaimana prosedur dalam PHK ?
5. Mengapa PHK di lakukan ?
6. Apa saja hak-hak karyawan setelah pemberhentian ?
7. Apa saja konsekuensi dalam PHK ?
8. Apa saja larangan dalam PHK ?
9. Bagaimana macam dan persyratan pensiun ?
10. Apa saja kompensasi bagi pensiunan ?
C. TUJUAN MAKALAH
1. Untuk mengetahui maksud dari PHK
2. Untuk mengetahui apa arti dan sebab-sebab PHK
3. Untuk mengetahui ada berapa jenis-jenis dalam PHK
4. Untuk mengetahui bagaimana prosedur dalam PHK
5. Untuk mengetahui mengapa PHK di lakukan
6. Untuk mengetahui apa saja hak-hak karyawan setelah pemberhentian
7. Untuk mengetahui apa saja konsekuensi dalam PHK
8. Untuk mengetahui apa saja larangan dalam PHK
9. Untuk mengetahui bagaimana macam dan persyratan pensiun
10. Untuk mengetahui apa saja kompensasi bagi pensiunan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Sondang P. Siagian, Pemutusan hubungan kerja adalah ketika ikatan formal
antara organisasi selaku pemakai tenaga kerja dan karyawannya terputus.
5
Maka dengan ini dapat disimpulkan bahwa Pemutusan Hubungan kerja (PHK) yang
juga dapat disebut dengan Pemberhentian, Separation atau Pemisahan memiliki pengertian
sebagai sebuah pengakhiran hubungan kerja dengan alasan tertentu yang mengakibatkan
berakhir hak dan kewajiban pekerja dan perusahaan.1
1
Malayu S.P Hasibuan, 2012, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta:Bumi aksara,
2
Mutiara, S. Panggabean, 2004, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bogor: Ghalia Indonesia
6
jasa kepada perusahaan; demikian pula perusahaan tidak wajib memberi pesangon
dan uang jasa kepada pegawai yang diberhentikannya.
2. Alasan-alasan mendesak
Pemberhentian buruh atau pegawai karena alasan-alasan mendesak diperinci
pada pasal 1603 KUHP. Alasan-alasan mendesak adalah sebagai berikut:
a. Bila ternyata kemudian bahwa si buruh telah menyesatkan si majikan dengan
memperlihatkan surat-surat pernyataan yang palsu atau dipalsukan pada waktu
permulaan diterimanya ia bekerja dalam perusahaan;
b. Bila ternyata buruh terlalu amat kurang mempunyai kecakapan untuk
pekerjaan;
c. Bila tengah diperingatkan, masih suka mabuk, madat atau berbuat tingkah laku
yang buruk lainnya;
d. Bila ia telah melakukan pencurian, penggelapan, penipuan atau lain-lain
kejahatan;
e. Bila buruh menganiaya, menghina secara kasar atau mengancam sungguh-
sungguh si majikan;
f. Bila buruh membujuk si majikan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang
bertentangan dengan kesusilaan;
g. Bila si buruh secara sembrono merusakkan milik si majikan;
h. Bila dengan sengaja menerbitkan bahaya yang sungguh-sungguh mengancam
pada dirinya sendiri atau diri orang lain;
i. Bila si buruh mengemukakan hal-hal istimewa mengenai rumah tangga atau
perusahaan si majikan;
j. Bila si buruh berkeras kepala menolak akan memenuhi perintah-perintah yang
patut yang diberikan kepadanya oleh atau atas nama majikan;
k. Bila si buruh sangat melalaikan kewajiban-kewajiban;
l. Bila si buruh karena sengaja atau sembrono telah menjadi tak mampu
melakukan pekerjaannya.
3. Buruh sering mangkir tidak cakap atau berkelakuan buruk
Apabila buruh sering mangkir sehingga tidak melakukan tugasnya, ataupun ia
tidak cakap melakukan pekerjaannya atau kalau ia berkelakuan buruk, perusahaan
7
dapat memberhentikan buruh atau pegawai yang demikian. Sering mangkir, tidak
cakap dan berkelakuan buruk, jelas merugikan perusahaan, karenanya buruh atau
pegawai merugikan perusahaan dapat dipertimbangkan untuk diberhentikan.
8
dikurangi 20% dari upah seluruhnya, hingga sampai bulan yang keempat si buruh
yang bersangkutan hanya menerima 40% dari upah seluruhnya. Pemberhentian
buruh oleh perusahaan harus diikuti oleh pemberian uang pesangon dan uang jasa
kepada pegawai. Besarnya uang pesangon dan uang jasa adalah sesuai dengan masa
kerja buruh.
7. Buruh berusia lanjut
Buruh atau pegawai yang sudah berusia lanjut, yang menyebabkan prestasi
kerjanya menurun, oleh perusahaan dapat diberhentikan atau dipensiunkan sesuai
dengan peraturan yang berlaku bagi perusahaan.
8. Penutupan badan usaha atau pengurangan tenaga kerja
Penutupan badan usaha otomatis menyebabkan pemberhentian buruh atau
pegawai; biasanya diikuti pemberian pesangon dan uang jasa kepada pegawai atau
buruh yang diberhentikan. Besarnya uang pesangon dan uang jasa pada umumnya
dimusyawarahkan oleh majikan dan serikat buruh. Dalam menetapkan pegawai
mana yang diberhentikan, dapat digunakan pedoman sebagai berikut:
a. Pegawai yang kurang cakap mendapat prioritas dalam pemberhentian;
b. Pegawai yang mempunyai tanggungan sedikit, mendapat prioritas dalam
pemberhentian;
c. Pemberhentian pegawai didasarkan atas asas senioritas, jadi pegawai yang
lebih senior mempunyai immunitas yang lebih lama dalam pemberhentian.
9
Pegawai juga dapat minta berhenti sewaktu-waktu dari perusahaan karena
alasan mendesak. Dalam keadaan seperti ini, pegawai yang bersangkutan dapat
berhenti, seketika tanpa memperhatikan tenggang waktu dan saat pemutusan.
3. Menolak bekerja pada majikan baru
Buruh dapat juga berhenti bekerja dari perusahaan, bila ia menolak bekerja
pada majikan baru yang membeli perusahaan. Dalam permintaan berhenti seperti
ini, majikan baru wajib memberi pesangon dan uang jasa kepada buruhnya yang
minta berhenti sesuai dengan masa dinasnya.
4. Karena sebab lain
Selain daripada alasan-alasan tersebut di atas, buruh dapat pula minta berhenti
karena keinginan sendiri berhubung berbagai macam alasan lain. Permintaan
berhenti karena alasan-alasan seperti ini, tidak mengharuskan perusahaan
memberikan uang pesangon dan uang jasa dan pegawai yang minta berhenti tidak
mempunyai hak untuk meminta ganti rugi.
10
Kompensasi
Perbaiki tingkat kompensasi, jangan sampai dibawah upah minimum provinsi.
Semakin tinggi konpensasi yang diberikan semakin baik perusahaan.
Seleksi dan penempatan
Melakukan pelaksanaan seleksi secara ketat, sehingga karyawan yang masuk
betul-betul baik dan sehat.
Sistem Informasi Manajemen
Menyempurnakan sistem dan prosedur yang berlaku dalam perusahaan supaya
lebih efektif.
2. Kebijaksaan organisasi atau perusahaan
PHK yang terjadi disebabkan kebijakan organisasi atau perusahaan, merupakan
hal yang terpaksa dilakukan. Hal ini diambil karena karyawan tidak disiplin,
karyawan kurang cakap dan tidak produktif serta tidak dapat bekerjasama. Sebab-
sebab tersebut dapat di uraikan karena faktor karyawan lebih dominan tapi sisi lain
ada juga disebabkan faktor perusahaan lebih dominan. Contoh : masa krisis
moneter tahun 1998 dan tahun 1999, pada tahun tersebut banyak sekali yang
melakukan PHK karena semata-mata ingin menyelamatkan perusahaan meskipun
harus membayar uang pesangon. Sebab, jika uang pesangon tidak dibayar maka
perusahaan akan di gugat ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) apalagi bila
PHK tidak tepat.
3. Peraturan perundang-undangan yang berlaku
Undang-undang mengatur bahwa seorang yang terkena peraturan ini harus di
PHK yaitu bila karyawan tersebut :
Meninggal dunia atau hilang
Telah mencapai batas umur untuk PHK
Melanggar peraturan yang berlaku
Berakhirnya masa kontrak dengan perusahaan
Terlibat dengan kegiatan yang menentang pemerintah (subversive)
11
C. JENIS-JENIS PHK ( PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA )
Menurut Mangkuprawira (2002:205) Pemutusan Hubungan kerja (PHK) ada 2 Jenis,
yaitu pemutusan hubungan kerja sementara dan pemutusan hubungan kerja permanen.3
1. Pemberhentian sementara
Berbeda dengan sementara tidak bekerja pembertihan sementara memiliki alasan
internal perusahaan, yaitu karena alasan ekonomi dan bisnis, misalnya kondisi moneter
dan krisis ekonomi menyebabkan perusahaan mengalami chaos atau karena siklus bisnis.
Pemberhentian sementara dapat meminimumkan di beberapa perusahaan melalui
perencanaan sumber daya manusia yang hati-hati dan teliti.
2. Pemutusan Hubungan Kerja Permanen, ada tiga jenis yaitu atrisi, terminasi dan kematian.
Atrisi atau pemberhentian tetap seseorang dari perusahaan secara tetap karena alasan
pengunduran diri, pensiun, atau meninggal. Fenomena ini diawali oleh pekerja
individual, bukan oleh perusahaan. Dalam perencanaan sumber daya manusia,
perusahaan lebih menekannkan pada atrisi daripada pemberhentian sementara karena
proses perencanaan ini mencoba memproyeksikan kebutuhan karyawan di masa
depan.
Terminasi adalah istilah luas yang mencakup perpisahan permanen karyawan dari
perusahaan karena alasan tertentu. Biasnya istilah ini mengandung arti orang yang
dipecat dari perusahaan karena faktor kedisiplinan. Ketika orang dipecat karena
alasan bisnis dan ekonomi. Untuk mengurangi terminasi karena kinerja yang buruk
maka pelatihan dan pengembangan karyawan merupakan salah satu cara yang dapat
ditempuh karena dapat mengajari karyawan bagaimana dapat bekerja dengan sukses.
Menurut Sedarmayanti (2007:202) Jenis Pemberhentian Hubungan Kerja (PHK) ada
2 jenis, yaitu :
3
Mangkuprawira, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.
12
Permberhentian Sementara biasanya terjadi pada karyawan tidak tetap yang
hubungan kerjanya bersifat tidak tetap, perusahaan yang bergerak pada produk
musiman, Karyawan yang dikenakan tahanan sementara oleh yang berwajibkarena
disangkatelah berbuat tindak pidana kejahatan.
Pemberhentian Permanen sering disebut pemberhentian, yaitu terputusnya ikatan
kerja antara karyawan dengan perusahaan tempat bekerja.
4
https://anggaraniintan.wordpress.com/2014/01/06/makalah-pemutusan-hubungan-
kerja/http://advokatku.blogspot.com/2009/06/prosedur-pemutusan-hubungan-kerja.html , diakses pada tanggal
29 september 2019 pukul 11.00 WIB
13
4. Musyawarah pimpinan serikat buruh, pimpinan perusahaan dan wakil dari P4P.
5. Pemutusan hubungan berdasarkan Keputusan Pengadilan Negeri.5
Pemerintah tidak mengharapkan perusahaan melakukan PHK tercantun dalam Pasal 153
ayat (1) Undang-Undang No. 13 Thaun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang menyatakan
pengusaha dilarang melakukan PHK dengan alasan :
1. Pekerja/buruh berhalangan masuk kerja karena sakit menurut keterangan dokter selama
waktu tidak melampaui 12 (dua belas) bulan secara terus-menerus
2. Pekerja/buruh berhalangan menjalankan pekerjaannya Karena memenuhi kewajiban
terhadap Negara sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku
3. Pekerja/buruh menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya
4. Pekerja/buruh menikah
5. Pekerja/burh perempuan hamil, melahirkan, gugur kandungan, atau menyusui bayinya.
5
Hanifa, Suci. 2013. Manajemen sumber daya manusia. Pemutusan hubungan kerja.
14
6. Pekerja/buruh mempunyai pertalian darah dan/atau ikatan perkakwinan dengan
pekerja/buruh lainnya di dalam 1 perusahaan, kecali telah diatur dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan, atau PKB.
7. Pekeerja/buruh mendirikan, menjadi anggota dan/atau pengurus serikat pekerja/serikat
buruh melakukan kegiatan serikat/pekerja/serikat buruh di luar jam kerja, atau di dalam
jam kerja atas kesepakatan pengusaha, atau berdasarkan ketentuan yang diatur dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau PKB.
8. Pekerja/buruh yang mengadukan pengusaha kepada yang berwajib mengenai perbuatan
pengusaha yang melakukan tindak pidana kejahatan
9. Karena perbedaan paham, agama, aliran politik, suku, warna kulit, golongan, jenis
kelamin, kondisi fisik atau status perkawinan.
10. Pekerja. Buruh dalam keadaan cacat tetap, sakit akibar kecelakaan kerja, atau sakit
karena hubungan kerja yang menurut surat keterangan dokter yang jangka waktu
penembuhannya belum dapat dipastikan .6
Kebijakan Pemutusan Hubungan Kerja Menurut Edi Suharto (2008) kebijakan sebagai
serangkaian kegiatan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu
lingkungan tertentu dengan menunjukan hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan
terhadap pelaksanaan usulan kebijakan tersebut dalam mencapai tujuan tertentu. Ketentuan
6
http://agussalamnasutionmandailing.blogspot.com/2012/04/makalah-hukum-pemurusan -hubungan-kerja.html.
diakses pada tanggal 29 september 2019 pukul 13.21 WIB
7
aisyah, s. (2016). Pengaruh kebijakan pemutusan hubungan kerja terhadap motivasi kerja dan disiplin
kerja pada karyawan tambang batu bara pt. Ryan eka pratama samboja. Ejournal psikologi. Vol 4, no4,
838 – 848.
15
Pasal 1 ayat (25) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 pengertian pemutusan hubungan
kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan
berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha. Berdasarkan penjelasan
diatas, maka kebijakan pemutusan hubungan kerja adalah ketetapan yang memuat prinsip-
prinsip perusahaan untuk melakukan tindakan pemutusan hubungan kerja atau
pemberhentian kerja dengan alasan-alasan dan sebab-sebab tertentu.
Adapun alasan-alasan yang dipandang sebagai alasan yang cukup kuat untuk menunjang
pembenaran Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang dilakukan oleh pengusaha atas diri
seorang atau beberapa pekerja pada dasarnya adalah sebagai berikut8:
1. Alasan Ekonomis
a. Menurunnya hasil produksi yang dapat pula disebabkan oleh merosotnya kapasitas
produksi perusahaan yang bersangkutan
b. Merosotnya penghasilan perusahaan
c. Merosotnya kemampuan perusahaan tersebut untuk membayar upah dalam keadaan
yang sama dengan sebelumnya
d. Pelaksanaan rasionalisme atau penyederhanaan yang berarti pengurangan pekerja
dalam jumlah besar dalam perusahaan yang bersangkutan.
8
sudibyo. A. Dkk. 2015. Implementasi pemutusan hubungan kerja (phk) terhadap pekerja status perjanjian kerja
waktu tertentu (pkwt) pada pt x di kota malang. Universitas ma chung. Jurnal studi manajemen, vol.9, no 2.
16
Alasan PHK berperan besar dalam menentukan apakah pekerja tersebut berhak atau
tidak atas uang pesangon, uang penghargaan dan uang penggantian hak. Peraturan mengenai
uang pesangon, uang penghargaan dan uang penggantian hak diatur dalam pasal 156, pasal
160 sampai pasal 169 UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Menurut UU No. 13
tahun 2003 mengenai Ketenagakerjaan, pihak perusahaan dapat bertanggung jawab dalam
berbagai kondisi seperti di bawah ini:
17
adanya rekayasa ataupun dipengaruhi oleh pihak lain. Pekerja/ buruh yang
mengundurkan diri harus membuat permohonan secara tertulis dan dibuat atas kemauan
sendiri tanpa adanya indikasi tekanan / intimidasi dari pengusaha. Jika terdapat indikasi
tekanan/ intimidasi dari pengusaha, secara hukum bukan PHK oleh pekerja/buruh, tetapi
PHK oleh pengusaha. Hal ini akan menimbulkan akibat hukum yang berbeda pula.
Menurut pasal 162 ayat 3 UU No. 13 Tahun 2003, pekerja/buruh yang me - ngundurkan
diri harus memenuhi syarat :
a. mengajukan permohonan pengunduran diri secara tertulis selambatlambatnya 30
(tiga puluh) hari sebelum tanggal mulai pengunduran diri;
b. tidak terikat dalam ikatan dinas; dan
c. tetap melaksanakan kewajibannya sampai tanggal mulai pengunduran diri.
2. Hak yang diterima pekerja/ buruh yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri
Pemutusan hubungan kerja karena pekerja / buruh mengundurkan diri atas
kemauan sendiri berlaku pasal 162 UU N0. 13 Tahun 2003 yaitu :
a. Pekerja/buruh yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri, memperoleh uang
penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4).
b. Bagi pekerja/buruh yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri, yang tugas dan
fungsinya tidak mewakili kepentingan pengusaha secara langsung, selain menerima
uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4) diberikan uang pisah
yang besarnya dan pelaksanaannya diatur dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
Jadi pekerja/buruh yang mengundurkan diri akan memperoleh Uang Penggantian
Hak, sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4) yang terdiri dari:
a. Cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur;
b. Biaya pulang untuk pekerja/ buruh dan keluarganya ketempat dimana pekerja/buruh
diterima bekerja;
c. Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15% dari uang
pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat; dan
d. Hal-hal lain yang ditetapkan dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan (PP)
atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
18
Berdasarkan Pasal 162 tersebut, maka jenis hak yang diterima oleh pekerja/buruh
yang mengundurkan diri bukanlah berupa uang pesangon maupun uang penghargaan
masa kerja, melainkan hanya berupa uang penggantian hak yang besarnya disesuaikan
dengan masa kerja.
19
Ketentuan perundang-undangan harus diimplementasikan pelaksanaannya dalam
peraturan perusahaan ataupun perjanjian kerja bersama.
20
1. Tanggung Jawab Perusahaan Terhadap Tenaga Kerja Akibat PHK
Terjadinya pemutusan hubungan kerja maka dimulailah juga masa sulit bagi
pekerja dan keluarganya. Oleh karena itu untuk membantu atau setidak-tidaknya
mengurangi beban pekerja yang diPHK, undang-undang mengharuskan atau
mewajibkan pengusaha untuk memberikan uang pesangon,uang penghargaan, dan uang
penggantian hak.
Pemutusan hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha tidak boleh dilakukan
secara sewenang-wenang, Melainkan ada halhal tertentu yang harus dipenuhi oleh
kedua belah pihak supaya PHK itu tidak mencederai rasa keadilan diantara kedua belah
pihak.
Uang pesangon adalah uang yang diberikan kepada buruh atau pegawai pada
waktu terjadinya pemutusan hubungan kerja oleh pihak majikan/ perusahaan yang
21
didasarkan atas lamanya masa kerja yang telah ditempuh oleh buruh/ perusahaan yang
bersangkutan dan besar imbalan per jam . Perhitungan uang pesangon yang ditetapkan
berdasarkan pasal 156 ayat 2 Undang – Undang no. 13 tahun 2003 adalah10:
Semakin lama Anda bekerja di sebuah perusahaan, maka semakin tinggi pula
tingkat apresiasi perusahaan kepada para karyawan. Namun, uang penghargaan ini
hanya diberikan apabila masa kerja karyawan sudah mencapai selama 3 tahun. Apabila
masa kerja Anda kurang dari 3 tahun, maka Anda tidak akan mendapatkan uang
penghargaan tersebut. Jadi ini disebut uang penghargaan masa kerja. Uang penghargaan
yang diberikan oleh setiap perusahaan berbeda antara perusahaan yang satu dengan
perusahaan lainnya. Semakin besar dan populer suatu perusahaan, maka makin besar
pula penghargaan masa kerja yang akan diberikan ke karyawan.
Perhitungan uang penghargaan berdasarkan pasal 156 ayat 3 Undang – Undang no.
13 tahun 2003 sebagai berikut
1. Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun = 2 bulan upah
2. Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 tahun = 3 bulan upah
10
Maringan, N. (2015). TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) SECARA
SEPIHAK OLEH PERUSAHAAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2003 TENTANG
KETENAGAKERJAAN. Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion , Vol 3, Edisi. 3, 1-10.
22
3. Masa kerja 9 tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 tahun = 4 bulan upah
4. Masa kerja 12 tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 tahun = 5 bulan upah
5. Masa kerja 15 tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 tahun = 6 bulan upah
6. Masa kerja 18 tahun atau lebih tetapi kurang dari 21 tahun = 7 bulan upah
7. Masa kerja 21 tahun atau lebih tetapi kurang dari 24 tahun = 8 bulan upah
8. Masa kerja 24 tahun atau lebih = 10 bulan upah.
PHK adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang
mengakibatkan berakhirnya hak-hak dan kewajiban (prestasi dan kontra-prestasi) antara
pekerja/buruh dengan pengusaha. (Pasal 1 angka 25) UUK No 13 Tahun 2003.
Prinsip utama PHK adalah dipersulit. Oleh karena itu dalam hal-hal tertentu
pengusaha dilarang melakukan PHK terhadap Pekerja/Buruh, walaupun si Pekerja/Buruh
tidak dapat melaksanakan kewajiban bekerja sesuai dengan perintah di Pengusaha.
11
Jimmy J.S. 2016. Hak dan Kewajiban Pekerja. Jakarta: Visimedia
23
a. pekerja/buruh berhalangan masuk kerja karena sakit menurut keterangan dokter
selama waktu tidak melampaui 12 (dua belas) bulan secara terus-menerus;
b. pekerja/buruh berhalangan menjalankan pekerjaannya, karena memenuhi kewajiban
terhadap negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
c. pekerja/buruh menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya;
d. pekerja/buruh menikah;
e. pekerja/buruh perempuan hamil, melahirkan, gugur kandungan, atau menyusui
bayinya;
f. pekerja/buruh mempunyai pertalian darah dan atau ikatan perkawinan dengan
pekerja/buruh lainnya di dalam satu perusahaan, kecuali telah diatur dalam perjanjian
kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama;
g. pekerja/buruh mendirikan, menjadi anggota dan/atau pengurus serikat pekerja/serikat
buruh, pekerja/buruh melakukan kegiatan serikat pekerja/serikat buruh di luar jam
kerja, atau di dalam jam kerja atas kesepakatan pengusaha, atau berdasarkan
ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian
kerja bersama;
h. pekerja/buruh yang mengadukan pengusaha kepada yang berwajib mengenai
perbuatan pengusaha yang melakukan tindak pidana kejahatan;
i. karena perbedaan paham, agama, aliran politik, suku, warna kulit, golongan, jenis
kelamin, kondisi fisik, atau status perkawinan;
j. pekerja/buruh dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat kecelakaan kerja, atau sakit
karena hubungan kerja yang menurut surat keterangan dokter yang jangka waktu
penyembuhannya belum dapat dipastikan.
PHK karena alasan-alasan tersebut, adalah batal demi hukum (batal dengan
sendirinya) dan pengusaha wajib mempekerjakan kembali pekerja/buruh tersebut.
24
Hubungan Industrial dan Mahkamah harus membatalkannya dan memerintahkan
Pengusaha untuk mempekerjakan Pekerja/Buruh.12
b) Pensiun Dini
Pensiun dini dijalankan andaikata karyawan mengajukan stop bekerja sebelum
memasuki usia tepat pensiun. Karena kebanyakan pensiun layaknya ini
dilatarbelakangi oleh lebih dari satu hal, maka untuk meraih faedah penuh dari
pensiun kebanyakan perlu prasyarat yang ketat.
c) Pensiun Ditunda
Pensiun ditunda nyaris serupa bersama dengan pensiun dini, ialah
pekerja/karyawan/pegawai mengajukan pensiun sebelum memasuki usia normal
pensiun. Imbas membedakan ialah faedah penuh dari pensiun ditunda cuma mampu
dinikmati setelah pekerja/karyawan/pegawai perihal yang demikianlah memasuki
usia normal pensiun. Atau lebih tepatnya dana pensiun bakal dibendung dulu
sebelum yang perihal memasuki usia pensiun.
25
permanen ialah serupa bersama dengan orang pensiun normal. saja pemberian hak
pensiun perihal yang demikianlah cuma mampu dijalankan setelah yang perihal
ditetapkan sakit atau cacat permanen oleh pihak yang mempunyai wewenang.
Persiapkan dana pensiun Anda bersama dengan opsi investasi yang tepat, aman, dan
terpercaya sementara tetap muda untuk meraih hidup nyaman dan sejahtera di hari
tua. Makin permulaan Anda mempersiapkannya, maka tarif investasi yang
diperlukan terhitung kian ringan.13
2. Persyaratan Pensiun
Pada umumnya ada 3 syarat untuk dapat mengajukan pension dini, yakni :
a) Telah mencapai usia sekurang-kurangnya 50 tahun
b) Memiliki masa kerja pension-sekurang kurangnya 20 tahun bagi PNS yang berhenti/
dihentikan dengan hak pension.
c) Mengajukan permohonan berhenti sebagai PNS.
Persyaratan (berkas) pengajuan pensiun dini (pensiun sebelum mencapai batas usia
pensiun atau pensiun atas permintaan sendiri) adalah :
a) Permohonan pensiun dini yang di tanda tangani PNS bersangkutan disertai alas an
b) Data perorangan calon penerima pensiun (DPCP) yang ditanda tanganin PNS
bersangkutan dan pimpinan SKPD
c) Daftar riwayat peerjaan yang ditandatanganin PNS bersangkutan
d) Surat keterangan tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat dalam satu
tahun terakhir
e) Daftar riwayat keluarga yang ditandatanganin PNS bersangkutan
f) Surat keterangan dari pimpinan SKPD yang pada intinya menyetujui permohonan
pensiun dini
g) SKP dua tahun terakhir
h) Foto copy penetapan NIP baru
13
https://infoberitaonline.data.blog/2018/08/09/macam-macam-jenis-pensiun-yang-ada-di-indonesia/, diakses
pada tanggal tanggal 01 Oktober pukul 12.37 WIB
26
i) Foto copy SK pengangkatan pertama (pegawai bulanan, calon PNS, peninjauan masa
kerja bila ada)
j) Foto copy SK pengangkatan PNS
k) Foto copy SK pengangkatan terakhir
l) Foto copy kenaikan gaji berkala terakhir
m) Foto copy kartu pegawai
n) Foto copy surat nikah
o) Foto copy kartu keluarga (KK)
p) Foto copy akta kelahiran anak yang masih di tanggung
q) Pas foto PNS hitam putih terbaru ukura 3x4 cm. 7 lembar
r) Semua berkas dilegelisir/disahkan oleh pejabat yang berwenang
Adapun persyaratan pengajuan pensiun bagi PNS yang telah mencapai batas usia
pensiun (BUP), adalah sebagai berikut :
a) Permohonan pensiun yang ditandatanganin PNS bersangkutan
b) Data perorangan calon penerima pensiun (DPCP) yang ditandatanganin PNS
bersangkutan dan pimpinan SKPD
c) Daftar riwayat pekerja yang ditandatanganin PNS bersangkutan
d) Surat keterangan tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat dalam 1 tahun
terakhir
e) Daftar riwayat kluarga yang ditandatanganin PNS bersangkutan
f) SKP dua tahun terakhir
g) Foto copy penetapan NIP baru
h) Foto copy SK. Pengangkatan pertama (pegawai bulanan, calon PNS, Peninjauan masa
kerja bila ada);
i) Foto copy SK. Pengangkatan PNS
j) Foto copy SK pengangkatan terakhir
k) Foto copy kenaikan gaji berkala terakhir
l) Foto copy kartu pegawai
m) Foto copy surat nikah
n) Foto copy KK
27
o) Foto copy akta kelahiran anak yang masih tanggungan
p) Pas poto PNS hitam putih terbaru ukuran 3x4 cm 7 lembar
Sedangkan persyaratan pengajuan pensiun janda/ duda/ yatim (PNS meninggal dunia)
adalah sebagai berikut :
a) Permohonan pensiun janda/ duda/ yatim yang ditandatanganin janda/ duda/ yatim
dari PNS yang meninggal dunia
b) Dat perorangan calon penerima pensiun (DPCP) yang ditandatanganin janda/ duda/
yatim dari PNS yang meninggal dunia dan pimpinan SKPD
c) Daftar riwayat pekerja yang di tandatanganin pimpinan SKPD
d) Surat keterangan tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat dalam satu
tahun terakhir
e) Daftar riwayat keuarga yang ditandatanganin janda/ duda/ yatim PNS bersangkutan
f) Akta kematian/surat keterangan kematian PNS yang meninggal dunia
g) Surat keterangan janda/ duda/ yatim dari PNS yang meninggal dunia. Dibuat oleh
kepala desa/kelurahan/kecamatan
h) SKP dua tahun terakhir
i) Foto copy penetapan NIP baru
j) Foto copy SK pengangkatan pertama (Pegawai bulanan,calon PNS,peninjauan masa
kerja bila ada)
k) Foto copy SK penganggkatan PNS
l) Foto copy SK penganggkatan terakhir
m) Foto copy kenaikan aji berkala terakhir
n) Foto copy kartu pegawai
o) Foto copy surat nikah
p) Foto copy KK
q) Foto copy akta kelahiran anak yang masih ditanggung
r) Pas foto janda/ duda/ yatim hitam putih terbaru ukuran 3x4 cm 7 lembar
s) Semua berkas dilegalisir/disahkan oleh pejabat yang berwenang.14
14
https://ainamulyana.blogspot.com/2017/03/persyaratan-pengajuan-pensiun-dini.html, diakses pada tanggal 03
Oktober 2019 pukul 08.00 WIB
28
J. MACAM KOMPENSASI BAGI PENSIUN
Dalam hal ini kompensasi dibagi menjadi dua jenis yaitu kompensasi finansial dan
kompensasi non finansial. Setiap jenis kompensasi tersebut dibagi kembali menjadi dua
macam dimana kompensasi finansial ada yang secara langsung dan tidak langsung.
Sedangkan untuk kompensasi non finansial menjadi bagian pekerjaan dan lingkungan kerja.
Berikut penjelasannya :
1. Kompensasi financial
Terdapat dua jenis kompensasi finansial yaitu kompensasi finansial secara langsung dan
tidak langsung.
Secara Langsung
Tidak Langsung
Pekerjaan
29
Pada kompensasi yang berkaitan dengan pekerjaan biasanya berupa tugas-tugas
yang menarik dan menantang, pemberian tanggung jawab, pujian dan apresiasi,
pengakuan, serta pencapaian.
Lingkungan Kerja
BAB III
PENUTUP
15
https://jurnalmanajemen.com/pengertian-kompensasi/, diakses pada tanggal 03 Oktober 2019 pukul 08.00 WIB
30
A. KESIMPULAN
Pemutusan Hubungan kerja (PHK) yang juga dapat disebut dengan Pemberhentian.
Pemisahan memiliki pengertian sebagai sebuah pengakhiran hubungan kerja dengan alasan
tertentu yang mengakibatkan berakhir hak dan kewajiban pekerja dan perusahaan.
Maka dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pemutusan hubungan kerja
(PHK) merupakan dinamika dalam sebuah organisasi perusahaan. Dan jika pandangan
mengenai PHK itu negatif maka itu kurang tepat karna PHK merupakan proses yang akan
dialami semua karyawan misalnya dengan pensiun atau kematian. Maka dari itu pemutusan
hubungan kerja dibagi ke dalam dua bagian yaitu :
1. Pemberhentian Hubungan Kerja (PHK) Sementara
PHK sementara dapat disebabkan karena keinginan sendiri ataupun karena perusahaan
dengan tujuan yang jelas.
2. Pemberhentian Hubungan Kerja (PHK) Permanen
PHK permanen dapat disebabkan:
- Keinginan sendiri
- Kontrak yang habis
- Karena kesalahan sendiri
- Pensiun
Adapun alasan-alasan yang dipandang sebagai alasan yang cukup kuat untuk menunjang
pembenaran Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang dilakukan oleh pengusaha atas diri seorang
atau beberapa pekerja pada dasarnya adalah :
1. Alasan Ekonomis
2. Alasan tentang diri pribadi pekerja yang bersangkutan
31
3. Pensiun Ditunda
4. Pensiun Sakit atau Cuma Cacat
Adapun macam kompensasi yang mana terbagi dua yaitu :
1. Kompensasi financial
2. Kompensasi non financial
B. SARAN
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
yang perlu ditambah dan diperbaiki. Untuk itu penulis mengharapkan inspirasi dari para
pembaca dalam hal membantu menyempurkan makalah ini. Untuk terakhir kalinya penulis
berharap agar dengan hadirnya makalah ini akan memberikan sebuah perubahan khususnya
dunia pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
32
Agus.2012.PemutusanHubungaKerja.http://agussalamnasutionmandailing.blogspot.com/
2012/04/makalah-hukum-pemurusan -hubungan-kerja.html. Diakses pada tanggal 1 Oktober
2019 Pukul 19:48 WIB
Anonim.2009. ProsedurPemutusanHubunganKerja.https://anggaraniintan.wordpress.com
/2014/01/06/makalah-pemutusan-hubungan-
kerja/http://advokatku.blogspot.com/2009/06/prosedur-pemutusan-hubungan-kerja.html.
Hanifa, Suci. 2013. Manajemen sumber daya manusia. Pemutusan hubungan kerja.
Mangkuprawira, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik, Penerbit Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Mutiara, S. Panggabean. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor: Ghalia
Indonesia
Malayu S.P Hasibuan. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:Bumi aksara.
Aisyah, s. (2016). Pengaruh kebijakan pemutusan hubungan kerja terhadap motivasi
kerja dan disiplin kerja pada karyawan tambang batu bara pt. Ryan eka pratama samboja.
Ejournal psikologi, vol 4, no4, 838 – 848.
Sudibyo. A. Dkk. 2015. Implementasi pemutusan hubungan kerja (phk) terhadap pekerja
status perjanjian kerja waktu tertentu (pkwt) pada pt x di kota malang. Universitas ma chung.
Jurnal studi manajemen, vol.9, no 2,hal 203-214.
33
https://ainamulyana.blogspot.com/2017/03/persyaratan-pengajuan-pensiun-dini.html, diakses
pada tanggal 03 Oktober 2019 pukul 08.00 WIB
34