Makalah HIV PDF
Makalah HIV PDF
Makalah HIV PDF
Disusun
Oleh
Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha
Esa, yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya, sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu persyaratan guna
menempuh pembelajaran mata kuliah “Keperawatan HIV/AIDS”.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, namun demikian saya berusaha agar makalah
ini dapat bermanfaat.
Dengan selesainya makalah ini, saya menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya atas segala bimbingan, arahan, dan dorongan
moral.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari HIV/AIDS?
2. Apa saja etiologi HIV-AIDS?
3. Bagaimana perjalanan penyakit HIV/AIDS?
4. Apa saja tanda dan gejala yang muncul pada penderita HIV/AIDS?
5. Bagaimana komplikasi yang terjadi pada penderita HIV/AIDS?
6. Bagaimana siklus hidup HIV?
7. Bagaimana cara penularan HIV?
8. Bagaimana fase perkembangan HIV dan IO yang muncul pada
penderita HIV/AIDS?
9. Pengobatan apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi
perkembangan virus HIV?
10. Apa saja pencegahan yang dapat dilakukan agar tehindar dari
HIV/AIDS?
11. Apa saja kriteria diagnostik pada penderita HIV/AIDS?
12. Bagaimana epidemologi HIV/AIDS di dunia?
13. Bagaimana epidemologi HIV/AIDS di Indonesia?
14. Apa saja perubahan psikologis pasien HIV/AIDS?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah pembaca dan khususnya
penulis mengetahui penyakit HIV/AIDS.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai penulis dalam penulisan makalah
ini adalah :
a) Untuk dapat mengetahui definisi dari HIV/AIDS
b) Untuk dapat mengetahui etiologi HIV-AIDS
c) Untuk dapat mengetahui bagaimana perjalanan penyakit HIV/AIDS
d) Untuk dapat mengetahui tanda dan gejala yang muncul pada
penderita HIV/AIDS
e) Untuk dapat mengetahui komplikasi yang terjadi pada penderita
HIV/AIDS
f) Untuk dapat mengetahui siklus hidup HIV
g) Untuk dapat mengetahui cara penularan HIV
h) Untuk dapat mengetahui fase perkembangan HIV dan IO yang
muncul pada penderita HIV/AIDS
i) Untuk dapat mengetahui pengobatan apa yang dapat dilakukan
untuk mengurangi perkembangan virus HIV
j) Untuk dapat mengetahui bagaimana pencegahan yang dapat
dilakukan agar terhindar dari penyakit HIV/AIDS
k) Untuk dapat mengetahui kriteria diagnostik pada penderita
HIV/AIDS
l) Untuk dapat mengetahui epidemologi HIV/AIDS di dunia
m) Untuk dapat mengetahui epidemologi HIV/AIDS di Indonesia
n) Untuk dapat mengetahui perubahan psikologis pasien HIV/AIDS
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi HIV/AIDS
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang
menyerang sistem imun manusia. Infeksi HIV dapat menyebabkan
kondisi yang disebut dengan Acquired Immune Deficiency Syndrome
(AIDS) (Naully & Romlah, 2018).
Remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan
manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari
masa anak-anak ke masa dewasa yang meliputi: perubahan fisik,
perilaku, biologis dan emosi. Perilaku merupakan respons atau reaksi
sesorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perubahan
perilaku yang tidak sesuai dapat menimbulkan tingginya angka
kejadian HIV/AIDS pada remaja. Penyebab terjadinya HIV/AIDS pada
masa remaja adalah remaja yang menjadi pecandu narkoba
khususnya pengguna jarum suntik, kurangnya pengetahuan tentang
informasi mengenai kesehatan reproduksi, seks bebas, HIV/AIDS serta
infeksi lainnya yang ditimbulkan oleh hubungan seks. Kurangnya
informasi yang diperoleh remaja tentang kesehatan reproduksi
berdampak pada pengetahuan kesehatan reproduksi mereka (Aisyah
& Fitria, 2019).
Virus tersebut dapat ditransmisikan dengan dua cara, yaitu
vertikal dan horizontal. secara vertikal, penularan terjadi dari ibu ke
anak ketika dalam kandungan, proses kelahiran, atau menyusui.
Secara horizontal, penularan terjadi dari orang dewasa ke orang
dewasa lainnya melalui aktivitas seksual, tranfusi darah, dan
penggunaan jarum yang terkontaminasi secara bersamaan seperti
pada pembuatan tato, tindik, dan narkoba jarum suntik (Naully &
Romlah, 2018).
B. Etiologi HIV-AIDS
Etiologi HIV-AIDS adalah Human Immunodefisiensi virus (HIV)
yang merupakan virus sitopatik yang diklasifikasikan dalam family
retroviridae, subfamili lentiviridae, genus lentivirus. Berdasarkan
strukturnya HIV termasuk family retrovirus yang merupakan kelompok
virus RNA yang mempunyai berat molekul 0,7 kb (kilobase). Virus ini
terdiri dari 2 grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Masing-masing grup
mempunyai berbagai subtipe. Diantara kedua grup tersebut, yang
paling banyak menimbulkan kelainan dan lebih ganas di seluruh dunia
adalah grup HIV-1 (Yuliyanasari, 2017).
Transmisi infeksi HIV/AIDS terdiri dari lima fase yaitu (Wahyuny & Susanti,
2019) :
1. Periode jendela.
Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala
2. Fase infeksi HIV primer akut.
Lamanya 1 - 2 minggu dengan gejala flu.
3. Infeksi asimtomatik
Lamanya 1 - 15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
4. Supresi imun simtomatik
Di atas 3 tahun dengan demam, keringat malam hari, Berat badan
menurun, diare, neuropati, lemah, ras, limfa denopati, lesi mulut.
5. AIDS
Lamanya bervariasi antara 1 - 5 tahun dari kondisi AIDS pertama
kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada
berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist.
Gambar 2. Struktur Human Immudeficiency Virus
(HIV) (Yuliyanasari, 2017)
HIV terdiri dari suatu bagian inti yang berbentuk silindris yang
dikelilingi oleh lipid bilayer envelope. Pada lipid bilayer tersebut
terdapat dua jenis glikoprotein yaitu gp120 dan gp41. Fungsi utama
protein ini adalah untuk memediasi pengenalan sel CD4+ dan reseptor
kemokin dan memungkinkan virus untuk melekat pada sel CD4+ yang
terinfeksi. Bagian dalam terdapat dua kopi RNA juga berbagai protein
dan enzim yang penting untuk replikasi dan maturasi HIV antara lain
adalah p24, p7, p9, p17,reverse transkriptase, integrase, dan protease.
Tidak seperti retrovirus yang lain, HIV menggunakan Sembilan gen
untuk mengkode protein penting dan enzim. Ada tiga gen utama yaitu
gag, pol, dan env. Gen gag mengkode protein inti, gen pol mengkode
enzim reverse transkriptase, integrase, dan protease, dan gen env
mengkode komponen struktural HIV yaitu glikoprotein. Sementara itu,
gen rev, nef, vif, vpu, vpr, dan tat penting untuk replikasi virus dan
meningkatkan tingkat infeksi HIV (Yuliyanasari, 2017).
E. Komplikasi HIV/AIDS
Adapun komplikasi yang terjadi pada penderita HIV/AIDS menurut
Junita & Dewi, 2010 yaitu :
1. Limfadenopati persisten diseluruh tubuh yang terjadi sekunder
karena fungsi sel-sel CD4⁺ mengalami kerusakan.
2. Gejala nonspesifik, termasuk penurunan berat badan, rasa mudah
lelah, keringat malam. Demam yang berhubungan dengan
perubahan fungsi sel-sel CD4⁺,imunodefisiensi, dan infeksi pad sel-
sel lain yang membawa antigen CD4⁺.
3. Gejala neurologi yang terjadi karena ensefalopati HIV dan infeksi
pada sel-sel neuroglia.
4. Infeksi oportunis atau penyakit kanker yang berhubungan dengan
immunodefisiensi.
5. Infeksi sitomegalovirus, mycobacterium avium, meningitis
cryptococcal, dan penurunan sistem imun yang menyebabkan
kondisi penderita HIV/AIDS semakin buruk dan kematian bagi
penderitanya.
6. Pnemonia, kristosporidiosis, toksoplasmosis, kandisiasis, herpes
simpleks, tuberkulosis, bronkixtis, kanker servixs yang infasif, dan
limfoma otak primer.
Siklus hidup HIV terdiri atas 3 menurut Wulandari, Ning etiyorini, 2016
yaitu :
1. Penetrasi
Perjalanan infeksi HIV di dalam tubuh manusia diawali dari
interaksi gp120 pada selubung HIV berikatan dengan reseptor
spesifik CD4 yang terdapat pada permukaan sel target
(kebanyakan limfosit T-CD4). Sel target utama adalah sel yang
mampu mengekspresikan reseptor CD4 (astrosit, mikroganglia,
monosit-makrofag, limfosit, Langerhan’s, denditrik). Interaksi gp120
HIV dengan CD4 mengakibatkan terjadi ikatan antara HIV dengan
sel target. Ikatan tersebut semakin diperkuat oleh ko-reseptor ke
dua sehingga gp41 dapat memperantarai masuknya virus ke dalam
sel target dengan cara fusi membran. Dengan fusi kedua membran
memungkinkan semua partikel HIV masuk kedalam sitoplasma sel
target.Kekuatan ikatan antara HIV dan sel target sangat ditentukan
afinitas ko-reseptor yang satu sama lain tidak sama. Perbedaan
tersebut ditentukan oleh tropisme strain HIV. Kemampuan
mengingat dan tropisme HIV tergantung pada struktur gp120.
Informasi genetik HIV yang terbawa melalui genom RNA
terbawa masuk ke dalam sitoplasma sel host baru. Genom RNA
disertai peran enzim reverse trancriptase akan membentu DNA
untaian tunggal (singel stranded DNA) dan lebih lanjut terjadi
transkripsi membentuk DNA untaian ganda (Double stranded DNA)
untuk berintegrasi ke dalam genom sel host. Genom DNA untaian
ganda membentuk kompleks dengan sel host disertai terpadunya
berbagai protein virus (termasuk matriks, integrase dan Vrp) yang
berhasil ditransport ke dalam inti.
2. Integrasi Dan Transkripsi
Genom HIV untaian ganda secara acak berintegrasi ke
dalam genom sel Host, sehingga terjadi perubahan DNA menjadi
lebih stabil. DNA dibentuk oleh dua untaian fosfat dan deoksiribosa
secara bergantian dengan satu basa pirimidin (timin atau sitosin).
Dalam satu nukleotida terdapat satu deoksiribosa, satu kelompok
fosfat, satu basa. Satu untaian DNA merupakan polinukleotida.
Basa tersusun seperti anak tangga, deoksiribosa dan kelompok
fosfat tersusun seperti tiang tangga. Kedua untaian tersebut terkait
pada satu aksis yang sama membentuk heliks ganda. Urutan basa
pada satu untaian berpasangan dan saling melengkapi dengan
basa yang berbeda pada untaian lain. DNA membawa untaian
genetik dalam bentuk kode. Kode tersebut disusun dengan
memakai basa purin dan dua basa pirimidin.Tiga basa-basa ini
pada pada kode molekul DNA diperlukan untuk asam amino
tertentu dan dipakai sebagai sisipan padapeptida yang sudah ada.
Basa inilah yang menyampaikan informasi genetik untuk sintesis
protein. Sintesis protein terjadi di sitoplasma. Sedangkan RNA
memainkan perannya sebagai perantara dalam menyampaikan
sandi dari nukleus ke sitoplasma oleh mRNA, kemudi membantu
pembentukan rantai peptida. Pada awal sintesis protein, mRNA
disintesis di dalam nukleus melalui proses yang melibatkan
pemasangan basa. Sekali terbentuk, mRNA memasuki sitoplasma
dan melekat pada struktur yang disebut ribosom. Asam amino
bebas tidak langsung melekat pada mRNA tetapi terlebih dahulu
diikat oleh tRNA. RNA ini mengatur posisi yang tepat untuk
melepaskan asam amino melalui proses pemasangan basa pada
mRNA di ribosom. Sistem pemasangan yang kompleks ini akhirnya
mengikatkan asam amino dalam urutan yang sudah ditentukan oleh
DNA di nukleus. Transfer informasi genetik dari DNA ke MRNA
disebut Transkripsi. Dari hasil transkripsi ini digunakan untuk
menyusun asam amino menjadi peptida dan proses ini disebut
sebagai Translasi. Genom HIV yang berhasil berintegrasi ke dalam
genom sel host disebut provirus.
3. Replikasi Hiv
Replikasi berlangsung di dalam sel host. Provirus masuk ke
dalam sel host dengan perantara enzim integrase. Penggabungan
ini menyebabkan provirus menjadi tidak aktif sehingga sementara
proses transkripsi dan translasi berhenti. Sel target yang terpapar
HIV tersebut mengalami perubahan aktivitas, menjadi aktif
memproduksi sitokin. Sitokin memicu nuklear factor kB (NF-kB)
yang akan berikatan pada 5’LTR i (Long Terminal Repeat) dan
meinginduksi terjadinya replikasi DNA. Enzim Polimerase
mentranskrip DNA menjadi RNA yang secara struktur berfungsi
sebagai RNA genomik dan mRNA. RNA keluar dari nukleus
kemudian mRNA mengalami translasi menghasilkan polipeptida.
Polipeptida yang terbentuk bergabung dengan RNA menjadi inti
virus baru. Inti ini membentuk tonjolan pada permukaan sel dan
kemudian polipeptida mengalami defarensiasi fungsi yang
dikatalisasi oleh enzim protease menjadi protein dan enzim yang
fungsional. Inti virus baru dilengkapi bahan selubung yaitu
kolesterol dan glikolipid dari permukaan sel host guna membentuk
envelope. Dengan demikian akhirnya terbentuk virus baru yang
lengkap dan matur ini keluar dari sel target untuk menyerang sel
target berikutnya. Dalam satu hari replikasi virus HIV dapat
menghasilkan virus baru yang jumlahnya bisa mencapai 10 millyar.
Berbagai protein virus berperan penting dalam proses
pelepasan HIV dari sel host. Selain membran sel host yang
mempersiapkan diri dengan diawali dengan proses akumulasi dan
komunikasi RNA HIV dengan berbagai protein di dalam virion
diperlukan untuk mengatur aktivitas sel guna menghasilkan,
memproses dan mentrasport berbagai komponen sehingga dapat
ditempatkan, diintegrasikan melalui proses katalitik, sehingga
komponen-komponen tersebut dapat diposisikan pada membran
sel host dalam rangka pelepasan virion baru. Kemudian polipeptida
virus yang masih matur sehingga dapat berfungsi sebagaimana
mestinya. Dengan bantuan enzim protease dan melalui suatu
rangkaian proses dapat terbentuk RNA HIV sesuai ukuran dan
berat molekul yang dikehendaki. Virus memiliki envelope dan inti
serta komponen lengkap, terbentuk partikel virus baru. Vpu
memandu pelepasan virion dari membran sel host, melalui proses
budding virus ini menembus keluar dari sel host dan siap
menginfeksi sel host berikutnya. APC memproses protein asing
menjadi peptida-peptida kecil yang kemudian diekspresikan pada
permukaan sel. Sehingga sel T dapat mengenal reseptor CD4 dan
CD8 pada permukaannya. Kemudian terjadi aktivasi sinyal yang
diikuti berbagai sinyal dari molekul ko-stimulator seperti CD 28 dan
CD 154, sehingga sel T akan mengalami krisis energi yang
kemudian akan mendorong terjadinya apoptosis.
G. Cara Penularan HIV/AIDS
Virus HIV dapat diisolasikan dari cairan semen, sekresi serviks /
vagina, limfosit, sel – sel dalam plasma bebas, cairan serebrospinal, air
mata, saliva, air seni dan air susu ibu. Namun tidak berarti semua
cairan tersebut dapat menjalarkan infeksi karena konsentrasi virus
dalam cairan-cairan tersebut sangat variasi. Sampai saat ini hanya
darah dan air mani / cairan semen dan sekresi serviks/vagina yang
terbukti sebagai sumber penularan serta ASI yang dapat menularkan
HIV dari ibu ke bayinya. Karena itu HIV dapat tersebar melalui
hubungan seks baik homo maupun hetero seksual, penggunaan jarum
yang tercemar pada penyalahgunaan NAPZA, kecelakaan kerja pada
sarana pelayanan kesehatan misalnya tertusuk jarum atau alat tajam
yang tercemar, transfusi darah, donor organ, tindakan medis invasif,
serta in utero, perinatal dan pemberian ASI dari ibu ke anak. Tidak ada
petunjuk atau bukti bahwa HIV dapat menularkan melalui kontak
social, alat makan, toilet, kolam renang, udara ruangan, maupun oleh
nyamuk / serangga (Wahyuny & Susanti, 2019).
Virus HIV/AIDS terdapat dalam darah dan cairan tubuh seseorang
yang telah tertular, walaupun orang tersebut belum menunjukkan
keluhan atau gejala penyakit. HIV hanya dapat ditularkan bila terjadi
kontak langsung dengan cairan tubuh atau darah. Dosis virus
memegang peranan penting. Makin besar jumlah virusnya, makin
besar kemungkinan terinfeksi. Jumlah virus yang banyak terdapat pada
darah, sperma, cairan vagina, keringat, dan air susu hanya ditemukan
jumlah sedikit sekali.
Terdapat 3 cara penularan HIV, yaitu:
a. Hubungan seksual, baik melalui vagina, oral, maupun dengan
seseorang pengidap HIV/AIDS. Inilah adalah cara yang paling
umum terjadi, meliputi 80-90% dari total kasus sedunia.
b. Kontak langsung dengan darah atau produk darah/jarum suntik.
1) Transfuse darah/produk darah yang tercemar HIV, resikonya
sangat tinggi samapi 90%.
2) Pemakain jarum tidak steril/pemakaian bersama jarum suntik
dan sempritnya pada para pecandu narkotika suntik.
c. Secara vertikal, dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik
selama hamil, saat melahirkan, atau setelah melahirkan.
Virus ini terdapat juga dalam saliva, air mata, dan urin (sangat
rendah). HIV tidak dilaporkan terdapat dalam air mata dan keringat
(Wahyuny & Susanti, 2019).
J. Pencegahan HIV/AIDS
Pencegahan berasal dari kata “cegah” yang artinya menangkal,
menghentikan, menolak dalam melakukan suatu kegiatan tertentu agar
tidak terjadi. Kemudian menurut pengertian lainnya pencegahan
adalah tindakan yang berwenang dalam usaha menghentikan atau
mengurangi dampak atau akibat dari terjadinya resiko-resiko yang di
jamin (Mia, 2017).
Seperti yang sudah dijelaskan dalam melakukan pencegahan harus
ada bentuk-bentuk atau cara-cara untuk melakukan pencegahan
HIV/AIDS, bentuk pencegahan itu diantaranya Junita & Dewi, 2010
adalah :
1. Abstinence : memilih untuk tidak melakukan hubungan seks
beresiko tinggi, terutama seks pranikah.
2. Be Faithful : Saling setia pada pasangan
3. Condom : menggunakan secara konsisten dan benar.
4. Drugs : tolak penggunaan NAPZA
5. Equipment : jangan pakai jarum suntik bersama.
Selain itu pencegahan juga dilakukan dengan melaksanakan
beberapa kegiatan baik secara personal maupun lingkup publik yang
mengacu pada Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2009 tentang
pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS menurut Mia, 2017 yaitu :
1. Sosialisasi, bidang yang memfokuskan pada :
a Upaya untuk melakukan penyuluhan dan pemahaman tentang
HIV/AIDS di lingkungan kelompok risiko.
b Upaya untuk mennyampaikan kepada masyarakat tentang
bahaya virus HIV/AIDS
c Upaya mengkapanyekan hidup sehat.
2. Layanan Komunikasi Publik, bidang yang memfokuskan pada :
a Upaya meningkatkan publikasi baik secara kuantitas maupun
kualitas melalui media massa yag sifatnya edukatif.
b Pemasangan iklan layanan masyarakat yang akan muncul di
media massa agar masyarakat paham bahaya HIV/AIDS.
c Pelaksanaan seminar atau diskusi secara regular dalam jangka
waktu tertentu.
Naully, P. G., & Romlah, S. (2018). Prevalensi HIV dan HBV pada
Kalangan Remaja, 9, 280–288.
Nasronudin. 2020. HIV & AIDS Pendekatan Biologi Molekuler Klinis &
Sosial Ed 2. Surabaya: Airlangga University Press