Diskusi 7 Bi
Diskusi 7 Bi
Diskusi 7 Bi
1. Menurut saudara masih relevan kah peran badan dunia seperti IMF dan World bank
dalam membantu pertumbuhan perekonomian dunia?
2. Bagaimana peran IMF saat krisis moneter melanda Indonesia di tahun 1998?
1. Seperti yang diketahui bahwa Bank Dunia dan IMF keduanya didirikan 1944 di Konferensi
Bretton Woods. Tujuan didirikannya yaitu untuk menempatkan ekonomi internasional pada
pijakan kuat setelah Perang Dunia II. Dapat dipahami bahwa International Monetary Fund
(IMF) adalah organisasi internasional yang bertanggung jawab dalam mengatur sistem
finansial global dan menyediakan pinjaman kepada negara anggotanya untuk membantu
masalah-masalah keseimbangan neraca keuangan masing-masing negara. Salah satu misinya
adalah membantu negara-negara yang mengalami kesulitan ekonomi yang serius, dan
sebagai imbalannya, negara tersebut diwajibkan melakukan kebijakan-kebijakan tertentu,
misalnya privatisasi badan usaha milik Negara.
Perbedaan yang mendasara antara IMF dengan Bank Dunia yaitu terkait pinjaman IMF
dikhususkan untuk masalah ekonomi jangka pendek. Pinjaman ini memberi dukungan umum
untuk neraca pembayaran negara dan cadangan internasional, sementara negara
mengambil tindakan kebijakan untuk mengatasi kesulitannya. Grup Bank Dunia sebaliknya
lebih konsentrasi pada isu-isu jangka panjang dan berusaha mendorong pertumbuhan
ekonomi terintegrasi. IMF berfokus pada kinerja ekonomi makro, serta kebijakan
makroekonomi dan keuangan, sedangkan Bank Dunia lebih luas ke berbagai sektor ekonomi,
hingga proyek pembangunan dan reformasi di seluruh sektor. Bank Dunia hanya memberi
pinjaman untuk ekonomi negara sedang berkembang atau sedang transisi, sedangkan IMF
bisa memberi pinjaman ke seluruh negara anggota, negara kaya atau negara miskin.
Dan dapat disimpulkan bahwa menurut saya Bank Dunia dan IMF masih relevan digunakan
karena memiliki peran yang sangat penting demi membantu pertumbuhan perekonomian
dunia sampai saat ini.
2. Krisis ekonomi yang terjadi pada Indonesia pada tahun 1997 berdampak pada berbagai
aspek kehidupan. Dalam penanganannya, pemerintah juga berusaha untukmenyelesaikan
masalah krisis tersebut dengan berbagai kebijakan seperti dengankebijakan moneter, fiskal,
perbankan, dll. Namun, hal itu masih sulit untuk dilakukansehingga Presiden Soeharto
meminta bantuan kepada IMF untuk membantumenyelesaikan krisis ekonomi tersebut.
Dalam syarat jangka pendek, IMFmenekankan kebijakan: (a) devaluasi nilai tukar uang,
unifikasi dan peniadaan kontroluang; (b) liberalisasi harga: peniadaan subsidi dan harga; (c)
pengetatan anggaran.Sedangkan untuk jangka panjang yaitu: (a) liberalisasi perdagangan:
mengurangi dan meniadakan kuota impor dan tarif; (b) deregulasi sektor perbankan sebagai
―program penyesuain sektor keuangan‖; (c) privatisasi perusahaan -perusahaan milik
negara; (d) privatisasi lahan pertanian, mendorong agrobisnis; (e) reformasi pajak:
meningkatkan pajak tak langsung; dan (f) mengelola kemiskinan melalui penciptaan sasaran
dana-danasosial
Dengan adanya bantuan dari IMF tersebut, praktis Indonesia pada saat itu bergantung
kepada utang luar negeri. Meskipun hal itu membantu untuk penanganankrisis, tetapi justru
membuat utang luar negeri Indonesia semakin meningkat.Kebijakan-kebijakan yang diambil
oleh IMF untuk menangani krisis moneter tidakmemperhatikan keadaan politik Indonesia
pada saat itu dan kebijakan IMF dalam LoI juga cenderung inkonsisten.