Makalah Perencanaan Bahasa
Makalah Perencanaan Bahasa
Makalah Perencanaan Bahasa
Oleh :
REGULER E 2018
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmatnya, sehingga
kami mampu menyelesaikan makalah dengan judul “Revitalisasi Ranah dan Laras Pemakaian
Bahasa Indonesia” untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perencanaan Bahasa.
1. Bapak Drs. Syamsul Arif, M.Pd., Ketua jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
2. Ibu Trisnawati Hutagalung, M.Pd., Sekretaris jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
3. Ibu Fitriani Lubis, M.Pd., Ka Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia
4. Bapak Dr. Syahnan Daulay, M.Pd., dosen pengampu mata kuliah Perencanaan Bahasa.
5. teman-teman yang memberikan bantuan baik langsung maupun tidak langsung
6. orangtua tercinta
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................1
1.2. Rumussan Masalah......................................................................................2
1.3. Tujuan..........................................................................................................2
1.4. Manfaat........................................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN................................................................................................3
2.1 Ranah Pemakaian Bahasa Indonesia............................................................3
2.2 Laras Pemakaian Bahasa..............................................................................4
2.3 Revitalisasi Bahasa Indonesia......................................................................4
2.4 Peran Pengajaran Bahasa Indonesia.............................................................5
BAB III. PENUTUP..........................................................................................................8
3.1 Simpulan .....................................................................................................8
3.2 Saran.............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Selain serbuan bahasa asing, beberapa bahasa daerah juga mengalami penguatan dan
perluasan fungsi, tetapi beberapa bahasa daerah lain mengalami “penurunan” fungsi, bahkan
kematian atau kepunahan. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (dahulu Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah
menetapkan garis kebijaksanaan bahasa yang dikenal dengan Politik Bahasa Nasional sejak
pertengahan tahun 1970-an. Akan tetapi, menghadapi situasi dewasa ini yang agak berbeda
dari situasi sebelum tahun 2000-an, perlu penegasan atau pemantapan kembali tentang
kebijaksanaan bahasa yang lebih relevan.
Ihwal yang perlu ditegaskan dan dimantapkan kembali adalah ihwal kedudukan dan
fungsi BI di antara bahasa asing dan bahasa daerah di Indonesia. Apabila diperhatikan politik
bahasa nasional (Halim, 1998), dapat dikatakan bahwa BI berkedudukan sebagai bahasa
nasional dan bahasa resmi memiliki beberapa fungsi yang intinya adalah pada identitas
bangsa dan sarana komunikasi nasional; bahasa daerah lebih berperan sebagai identitas dan
pengembang budaya daerah; sedangkan bahasa asing dimanfaatkan untuk pengembangan BI
dan bahasa daerah tertentu.
Yang menjadi persoalan adalah bagaimana BI dapat bertahan atau dipertahankan dari
serbuan pemakaian bahasa Inggris yang makin “tidak terkendali” dalam berbagai ranah
penggunaan bahasa dengan dalih globalisasi? Juga, bagaimana memperkuat fungsi bahasa
daerah bagi masyarakat pendukungnya tanpa “mengganggu” kedudukan BI sebagai bahasa
nasional dan bahasa resmi negara? Bagaimana pula peranan pengajaran BI dalam
memperkuat kedudukan dan fungsi BI? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, makalah
ini mengulas usaha penguatan dan pementapan fungsi BI, ranah dan laras pemakaian Bahasa
Indonesia, peran pengajaran bahasa dan sastra Indonesia dalam pengembangan dan
pembinaan bahasa.
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdsarkan latar belakang diatas maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana ranah pemakaian Bahasa Indonesia ?
2. Bagaimana laras pemakaian Bahasa Indonesia ?
3. Bagaimana bentuk Revitalisasi sebagai usaha dalam pembinaan ranah dan laras
pemakaian Bahasa Indonesia ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan makalah ini ialah:
1. Dapat menjelaskan bagaimana ranah pemakaian Bahasa Indonesia .
2. Dapat menjelaskan bagaimana laras pemakaian Bahasa Indonesia .
3. Dapat menjelaskan bagaimana bentuk revitalisasi sebagai usaha dalam pembinaan
ranah dan laras pemakaian Bahasa Indonesia .
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini ialah dapat
mengetahui dan memahami bagaimana ranah dan laras pemakaian Bahasa Indonesia serta
revitalisasi sebagai bentuk usaha pembinaan ranah dan laras pemakaian Bahasa
Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Ranah merupakan situasi sosial dan terlembaga yang pada umumnya dibatasi oleh
beberapa peraturan perilaku bersama (Crystal, 1980). Menurut Fishman (1968) ranah
merupakan konstalasi faktor lokasi, topik pembicaraan, dan hubungan antara penutur. Di
samping itu, ranah merupakan penanda satu situasi interaksi berdasarkan pengalaman yang
sama dan mempunyai keterikatan oleh tujuan dan kewajiban yang sama. Dalam komunitas
multilingual, variasi topik dan pilihan bahasa yang digunakan penutur merupakan variabel
terikat dari berbagai ranah dalam masyarakat. Ranah-ranah yang sering disebutkan adalah
ranah keluarga, pendidikan, kerja, serta peristiwa budaya dan peristiwa sosial. Sebagai
contoh, pada situasi ketika penutur berkomunikasi dengan seorang anggota keluarga
mengenai sebuah topik sehingga penutur tersebut dikatakan berada pada ranah keluarga.
Berdasarkan hal tersebut, ranah dapat dikatakan sebagai salah satu indikator penanda yang
kuat terhadap suatu bahasa. (Adisaputra:2015).
Bahasa Indonesia (BI) memiliki fungsi lebih luas menurut UU No. 24/2009. Apalagi
apabila dilihat dari penggunaan BI yang diamanatkan pada Pasal 26—39. Dalam UU ini
diatur juga tentang penggunaan BI yang wajib digunakan dalam berbagai ranah penggunaan.
BI wajib digunakan (1) dalam peraturan perundang-ungangan (Pasal 26); (2) dalam
dokumen resmi negara (Pasal 27); (3) dalam pidato resmi Presiden, Wakil Presiden, dan
pejebat negara yang lain yang disampaikan di dalam atau luar negeri (Pasal 28); (4) sebagai
bahasa pengantar dalam pendidikan nasional (Pasal 29 (1); (5) dalam pelayanan administrasi
publik di insstansi pemerintahan (Pasal 30); (6) dalam nota kesepahaman atau perjanjian yang
melibatkan lembaga negara, instansi pemerintah Republik Indonesia, lembaga swasta
Indonesia atau peseorangan warga negara Republik Indonesia (Pasal 31); (7) dalam forum
yang bersifat nasional atau forum yang bersifat internasional di Indonesia (Pasal 32); (8)
dalam kommunikasi resmi di lingkungan kerja pemerintah dan swasta (Pasal 33); (9) dalam
laporan setiap lembaga atau perseorangan kepada instansi pemerintahan (Pasal 34); (10)
dalam penulisan karya ilmiah dan publikasi ilmiah di Indonesia (Pasal 35); (11) dalam nama
geografi di Indonesia (Pasal 36); (12) dalam informasi tentang produk barang atau jasa
produsi dalam negeri atau luar negeri yang beredar di Indonesia (Pasal 37); (13) dalam rambu
3
umum, penunjuk jalan, fasilitas umum, spanduk, dan alat informasi lain yang merupakan
pelayanan umum (Pasal 38); dan (14) dalam informasi melalui media massa (Pasal 39).
Laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan pemakaiannya. Sedangkan menurut
Ure dan Ellis (2000 :116), Laras bahasa sebagai pola bahasa yang lazim digunakan mengikut
keadaan tertentu. Setiap laras memiliki cirinya sendiri dan memiliki gaya tersendiri. Setiap
laras dapat disampaikan secara lisan atau tulis dan dalam bentuk standar, semi standar, atau
nonstandar. Dalam hal ini kita mengenal iklan, laras ilmiah, laras populer, laras komik, laras
sastra, yang masih dapat di bagi atas laras cerpen, laras puisi, laras novel, dan sebagainya.
Contoh: Bahasa yang difungsikan untuk menulis karangan ilmiah disebut laras ilmiah. Laras
ilmiah menggunakan ragam tertentu (formal)
4
Dalam konteks kebahasaan atau linguistik revitalisasi berarti menghidupkan kembali
atau memberikan vitalitas atau energi baru pada bahasa Indonesia, sehingga dapat kembali
pada norma-norma atau kaidah-kaidah yang telah ditetapkan sebagai acuan berbahasa yang
benar. Usaha-usaha untuk merevitalisasi bahasa Indonesia telah banyak dilakukan.
Contohnya, dengan memberikan pelajaran atau kuliah-kuliah bahasa Indonesia diharapkan
dapat merevitalisasi bahasa Indonesia ( Sartini:2014).
Bahasa Indonesia harus diajarkan di segala jenjang pendidikan agar bahasa Indonesia
tidak menjadi asing di negerinya sendiri, bahasa Indonesialah yang menduduki tempat
terhormat dalam seluruh kegiatan komunikasi nasional maupun lokal di negara Indonesia.
Otoritas bahasa mustahil ditegakkan tanpa pelaksanaan dan kerja sama berbagai pihak.
Revitalisasi bahasa Indonesia dapat pula bermakna pemilihan bahasa Indonesia di atas
bahasa lain untuk mengekspresikan ide dan perasaan. Pemilihan terhadap bahasa Indonesia di
atas bahasa lain juga mencerminkan pandangan hidup dan sikap budaya masyarakat bahasa.
Orang Indonesia sebaiknya mencintai bahasa nasionalnya dan belajar menggunakannya
dengan kebanggaan dan kesetiaan. Sikap bahasa seperti itulah yang membuat orang Indonesia
dapat berdiri tegak di dunia ini yang dilanda arus globalisasi, dan tetap dapat mengatakan
dengan bangga bahwa orang Indonesia menjadi bangsa yang berdaulat, tuan di tanahnya
sendiri, yang mampu menggunakan bahasa nasionalnya sendiri untuk semua keperluan
modern. Siapa lagi yang akan menjaga bahasa dan negara ini kalau bukan masyarakat
pengguna bahasa Indonesia. Jikalau terpaksa harus menyerap unsur-unsur bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia, tentu harus mengacu pada Pedoman Pengindonesiaan Nama dan
Kata Asing (1995).
Apabila dibandingkan mana yang lebih besar peran pengajaran BI dalam pembinaan
atau dalam pengembangan bahasa. Tampaknya peran pengajaran BI lebih besar dalam
pembinaan dibandingkan dengan perannya dalam pengembangan BI. Hal ini karena arti
pembinaan itu lebih mengarah atau setidaknya sejalan dengan pengajaran. Pembinaan bahasa
berfokus pada peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap pemakai bahasa; hal ini
sejalan dengan kegiatan pengajaran BI yang juga berfokus pada pencapaian tujuan seperti itu.
5
Oleh karena itu, peran yang dapat dimainkan oleh pengajaran BI dalam pembinaan
bahasa adalah sebagai berikut. Pertama, pengajaran BI berperan sebagai agen dalam
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bahasa peserta didik, yang nota bene
merupakan generasi muda calon pemimpin masa depan. Peran ini dapat dikatakan merupakan
peran utama karena hal ini sangat sesuai dengan rumusan tujuan pembelajaran BI dari SD
sampai SMA/MA seperti yang tercantum dalam kurikulum sekolah. Melalui pengajaran BI
siswa dilatih, ditingkatkan kemampuan dan keterampilannya dalam menggunakan BI untuk
menyatakan berbagai maksud dalam berbagai situasi penggunaan. Apabila peran ini dapat
mencapai sasaran yang ditetapkan, keluhan tentang kurang baiknya penggunaan BI dalam
berbagai ranah tentu dapat diatasi.
Keempat, bagi masyarakat yang bukan peserta didik, pengajaran BI dapat berperan
sebagai wadah tempat berlatih meningkatkan kemampuan, keterampilan, dan sikap positif
terhadap BI. Hal ini dapat dilakukan dalam berbagai bentuk atau forum, apakah itu pelatihan
penyuluhan, konsultasi, atau seminar dan diskusi. Peran ini tidak dapat dimainkan secara
6
“automatis” seperti pada tiga peran sebelumnya, tetapi harus direbut dan siusahakan dengan
kerja sama yang baik dengan instansi lain. Sejak sepuluh-lima belas tahun yang lalu telah
dijalin kerja sama oleh Pusat Bahasa dengan pemerintah daerah dan perguruan tinggi untuk
kegiatan peningkatan mutu penggunaan bahasa dan penumbuhan sikap bahasa yang positif
masyarakat. Akan tetapi sejauh ini hasilnya belum tampak menggembirakan.
Kedua, terutama di perguruan tinggi, pengajaran BI dapat berperan sebagai agen yang
dapat memecahkan masalah-masalah kebahasaan seperti yang dinyatakan pada masalah
pertama. Dengan analisis yang dilakukan oleh dosen bersama mahasiswa, beberapa masalah
kebahasaan yang belum terpecahkan dapat ditemukan solusinya. Apabila hal ini ditulis dan
dikemukakan dalam forum ilmiah seperti kongres bahasa, dapat menjadi masukan bagi
penyusun tata bahasa atau pedoman penggunaan bahasa untuk ditetapkan sebagai kaidah
yang baku.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
Adapaun saran yang dapat disampaikan ialah bahwa sebagai mahasiswa Bahasa dan
Sastra Indonesia haruslah berperan aktif sebagai salah satu orang yang peduli dengan
pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia. Makalah ini ditulis kiranya dapat
menambah ilmu dalam bidang pembinaan dan pengembangan bahasa.
8
DAFTAR PUSTAKA
Sartini, Ni Wayan. 2014. Revitalisasi bahasa Indonesia dalam konteks kebahasaan Indonesia.
Purnomo, Mulyadi Eko. Revitalisasi Fungsi BI dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran BI.