Seminar Stroke Hemorrhagic
Seminar Stroke Hemorrhagic
Seminar Stroke Hemorrhagic
JAKARTA
2017
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah seminar yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Ny.U dengan Stroke Hemorrhagic Di Ruang HCU – RSUD Pasar Minggu Jakarta
Selatan”.
Makalah seminar dibuat untuk memenuhi tugas stase Keperawatan Kritis pada program
Profesi Ners S1 Keperawatan – Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA. Penulis
menyadari banyak pihak yang turut membantu sejak awal penyusunan sampai makalah seminar
ini selesai. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. DR. Mardjo Soebiandono, SpB selaku Direksi PERTAMEDIKA dan Pembina Yayasan
Pendidikan PERTAMEDIKA.
2. Dr. Dany Amrul Ichdan, SE, MSc selaku ketua Pengurus Yayasan Pendidikan
PERTAMEDIKA.
3. Muhammad Ali, SKM, M.Kep selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
PERTAMEDIKA.
4. Wasijati,SKp.,M.Si, M.Kep selaku Ka. Prodi S1 Profesi Ners.
5. Caroline Sulaksito selaku Direktur RSUD Pasar Minggu.
6. Animah, S.Kep selaku Kepala Ruangan di Ruang HCU.
7. Ns. Suprayitno, S.Kep selaku Kepala Ruangan di Ruang ICU.
8. Perawat Ruang HCU dan ICU atas kerjasamanya, sehingga makalah seminar ini dapat
selesai sesuai dengan waktunya.
9. Teman-teman Program Profesi Ners S1 keperawatan – Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
PERTAMEDIKA.
10. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang turut berpartisipasi
sehingga selesainya laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah seminar ini banyak sekali
kekurangannya, sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi
perbaikan penulisan dan penyusunan dimasa mendatang.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1. LATAR BELAKANG 1
2. TUJUAN 2
3. METODE PENULISAN 2
4. RUANG LINGKUP 2
5. SISTEMATIKA PENULISAN 2
1. PENGERTIAN
3
2. ANATOMI FISIOLOGI 3
3. KLASIFIKASI
5
4. ETIOLOGI 6
5. MANIFESTASI KLINIS 6
6. PATHWAY 8
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG 9
8. MANAGEMEN TERAPI 9
9. PROSES KEPERAWATAN 10
BAB IV PEMBAHASAN 50
BAB V PENUTUP 52
A. KESIMPULAN 52
B. SARAN 52
DAFTAR PUSTAKA 53
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Stroke menduduki urutan ketiga sebagai penyebab utama kematian setelah penyakit
jantung koroner dan kanker di negara-negara berkembang. Negara berkembang juga
menyumbang 85,5% dari total kematian akibat stroke di seluruh dunia. Dua pertiga penderita
stroke terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. Terdapat sekitar 13 juta korban stroke
baru setiap tahun, di mana sekitar 4,4 juta di antaranya meninggal dalam 12 bulan (WHO,
2006).
Di Indonesia, prevalensi stroke mencapai angka 8,3 per 1.000 penduduk. Daerah yang
memiliki prevalensi stroke tertinggi adalah Nanggroe Aceh Darussalam (16,6 per 1.000
penduduk) dan yang terendah adalah Papua (3,8 per 1.000 penduduk). Stroke merupakan
penyebab kematian dan kecacatan utama di hampir seluruh RS di Indonesia. Angka kejadian
stroke meningkat dari tahun ke tahun, Setiap tahun 7 orang yang meninggal di Indonesia, 1
diantaranya karena stroke (DEPKES,2011).
Penderita stroke saat ini menjadi penghuni terbanyak di bangsal atau ruangan pada
hampir semua pelayanan rawat inap penderita penyakit saraf. Penanganan Stroke yang cepat,
tepat dan akurat akan meminimalkan kecacatan yang ditimbulkan. Untuk itulah penulis
menyusun makalah mengenai Stroke yang menunjukan masih menjadi salah satu pemicu
kematian tertinggi di Indonesia.
2. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data pada klien dengan stroke hemorrhagic.
2. Mahasiswa mampu menganalisa data hasil pengkajian pada klien dengan stroke
hemorrhagic.
3. Mahasiswa mampu melakukan rencana tindakan pada klien dengan stroke hemorrhagic.
4. Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawata pada klien dengan stroke
hemorrhagic.
5. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan pada klien
dengan stroke hemorrhagic.
4
3. METODE PENULISAN
4. RUANG LINGKUP
Dalam menyusun makalah ini, penulis hanya membahas dan memfokuskan Asuhan
Keperawatan Pada Ny. U Dengan Stroke Hemorrhagic Di Ruang HCU, RSUD Pasar Minggu
Jakarta Selatan, dari tanggal 12 September sampai 14 September 2017.
5. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan,
dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan teoritis terdiri dari : pengertian, anatomi fisiologis, klasifikasi, etiologi,
pathway, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, dan
proses keperawatan.
BAB III : Laporan kasus terdiri dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan
evaluasi.
BAB IV : Pembahasan yang terdiri dari perbandingan jurnal dengan teori dan praktek
lapangan yang ditemukan.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. PENGERTIAN
2. ANATOMI FISIOLOGIS
A. Otak
Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100 triliun
neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar), serebelum
(otak kecil), brainstem (batang otak), dan diensefalon (Satyanegara, 1998).
Serebrum terdiri dari dua hemisfer serebri, korpus kolosum dan korteks serebri.
Masing-masing hemisfer serebri terdiri dari lobus frontalis yang merupakan area
motorik primer yang bertanggung jawab untuk gerakan-gerakan voluntar, lobur
parietalis yang berperanan pada kegiatan memproses dan mengintegrasi informasi
sensorik yang lebih tinggi tingkatnya, lobus temporalis yang merupakan area sensorik
untuk impuls pendengaran dan lobus oksipitalis yang mengandung korteks penglihatan
primer, menerima informasi penglihatan dan menyadari sensasi warna.
Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh duramater yang
menyerupai atap tenda yaitu tentorium, yang memisahkannya dari bagian posterior
serebrum. Fungsi utamanya adalah sebagai pusat refleks yang mengkoordinasi dan
6
memperhalus gerakan otot, serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk
mempertahankan keseimbangan sikap tubuh.
Bagian-bagian batang otak dari bawak ke atas adalah medula oblongata, pons dan
mesensefalon (otak tengah). Medula oblongata merupakan pusat refleks yang penting
untuk jantung, vasokonstriktor, pernafasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur
dan muntah. Pons merupakan mata rantai penghubung yang penting pada jaras
kortikosereberalis yang menyatukan hemisfer serebri dan serebelum. Mesensefalon
merupakan bagian pendek dari batang otak yang berisi aquedikus sylvius, beberapa
traktus serabut saraf asenden dan desenden dan pusat stimulus saraf pendengaran dan
penglihatan.
Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteria karotis komunis kira-kira
setinggi rawan tiroidea. Arteri karotis interna masuk ke dalam tengkorak dan bercabang
kira-kira setinggi kiasma optikum, menjadi arteri serebri anterior dan media. Arteri
serebri anterior memberi suplai darah pada struktur-struktur seperti nukleus kaudatus
dan putamen basal ganglia, kapsula interna, korpus kolosum dan bagian-bagian
(terutama medial) lobus frontalis dan parietalis serebri, termasuk korteks somestetik dan
korteks motorik. Arteri serebri media mensuplai darah untuk lobus temporalis, parietalis
dan frontalis korteks serebri.
Arteria vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia sisi yang sama.
Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen magnum, setinggi perbatasan
pons dan medula oblongata. Kedua arteri ini bersatu membentuk arteri basilaris, arteri
7
basilaris terus berjalan sampai setinggi otak tengah, dan di sini bercabang menjadi dua
membentuk sepasang arteri serebri posterior. Cabang-cabang sistem vertebrobasilaris
ini memperdarahi medula oblongata, pons, serebelum, otak tengah dan sebagian
diensefalon. Arteri serebri posterior dan cabang-cabangnya memperdarahi sebagian
diensefalon, sebagian lobus oksipitalis dan temporalis, aparatus koklearis dan organ-
organ vestibular (Sylvia A. Price, 2006).
Darah vena dialirkan dari otak melalui dua sistem : kelompok vena interna, yang
mengumpulkan darah ke Vena galen dan sinus rektus, dan kelompok vena eksterna
yang terletak di permukaan hemisfer otak, dan mencurahkan darah, ke sinus sagitalis
superior dan sinus-sinus basalis lateralis, dan seterusnya ke vena-vena jugularis,
dicurahkan menuju ke jantung (Harsono, 2005).
3. KLASIFIKASI
8
4. ETIOLOGI
5. MANIFESTASI KLINIS
9
5. Daerah vertebra basiler akan menimbulkan:
a. Sering fatal karena mengenai pusat-pusat vital di batang otak
b. Hemiplegia alternans atau tetraplegia
c. Kelumpuhan pseudobulbar (kelumpuhan otot mata, kesulitan menelan, emosi
labil)
Apabila dilihat bagian hemisfer mana yang terkena, gejala dapat berupa:
1. Stroke hemisfer kanan
a. Hemiparese sebelah kiri tubuh
b. Penilaian buruk
c. Mempunyai kerentanan terhadap sisi kontralateral sebagai kemungkinan
terjatuh ke sisi yang berlawanan
2. Stroke hemisfer kiri
a. Mengalami hemiparese kanan
b. Perilaku lambat dan sangat berhati-hati
c. Kelainan bidang pandang sebelah kanan
d. Disfagia global
e. Afasia
f. Mudah frustasi
10
6. PATHWAY
- Faktor pencetus hipertensi, DM, penyakit jantung
- Merokok, stres, gaya hidup yang tidak bagus
- Faktor obesitas dan kolesterol yang meningkat dalam darah
Menjadi kapur / mengandung kolesterol dengan infiltrasi limfosit (trombus) Penyempitan pembuluh
kompresi saraf
Arteri vertebro basilaris Arteri carotis Arteri cerebri pengaturan kesadaran
Kerusakan neurocerebrospinal Kerusakan neurologis, defisit N.I Penurunan fungsi media
N.VII (Fasialis), N.IX (Glossofaringeus) N.X (Vagus), Disfungsi kesadaran ↓
Disfungsi N.XI (Olfaktorius), N. II (Optikus), N.IV resiko cidera
N.XII (Hipoglosus) N.IX (Glossofaringeus) N. II (Optikus) Disfungsi N.XI
(Assesoris) (Troklearis) , N. XII (Hipoglossus)
Kontrol otot fasial / oral Proses menelan pe aliran darah Pe fungsi motorik,
Perubahan ketajaman sensori, koma
Penurunan fungsi motorik, menjadi lemah ke retina anggota geras
penghidu, pengelihatan Refluks
anggota gerak muskuloskeletal muskuloskeletal penumpukan sekret
Kehilangan fungsi tonus Kemampuan retina
otot fasial / oral Ketidakmampuan menghidu, jalan napas
Disfagia untuk menangkap Kegagalan
Kelemahan pada satu/ Ketidakmampuan berbicara,
melihat, mengecap
obyek/bayangan menggerakkan
keempat anggota gerak menyebut kata-kata Anoreksia anggota tubuh bersihan jalan napas
Gangguan perubahan Kebutaan
inefektif
Kerusakan artikular, tidak persepsi sensori Gangguan kebutuhan
Kerusakan mobilitas fisik Risiko kerusakan Defisit perawatan diri
dapat berbicara (disartria) nutrisi : kurang dari
kebutuhan menelan
Kerusakan komunikasi verbal
11
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
8. MANAGEMEN TERAPI
12
b. Penatalaksanaan Keperawatan.
Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan boleh
dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil.
Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu
diberikan ogsigen sesuai kebutuhan.
Tanda-tanda vital diusahakan stabil.
Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari penggunaan
glukosa murni atau cairan hipotonik.
Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang dapat
meningkatkan TIK.
Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran
menurun atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT.
9. PROSES KEPERAWATAN
9.1 PENGKAJIAN
13
3. Integritas ego
Data Subyektif:
Perasaan tidak berdaya, hilang harapan.
Data obyektif:
Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesedihan, kegembiraan.
Kesulitan berekspresi diri.
4. Eliminasi
Data Subyektif:
Inkontinensia, anuria.
Distensi abdomen (kandung kemih sangat penuh), tidak adanya suara
usus (ileus paralitik).
5. Makan/ minum
Data Subyektif:
Nafsu makan hilang.
Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK.
Kehilangan sensasi lidah, pipi, tenggorokan, disfagia.
Riwayat DM, peningkatan lemak dalam darah.
Data obyektif:
Problem dalam mengunyah (menurunnya reflek palatum dan faring).
Obesitas (faktor resiko).
6. Sensori neural
Data Subyektif:
Pusing / syncope (sebelum CVA / sementara selama TIA).
Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan subarachnoid.
Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti lumpuh/mati.
Penglihatan berkurang.
Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada
muka ipsilateral (sisi yang sama).
Gangguan rasa pengecapan dan penciuman.
Data obyektif:
Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan , gangguan
tingkah laku (seperti: letargi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi
kognitif.
Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis stroke,
genggaman tangan tidak seimbang, berkurangnya reflek tendon dalam
(kontralateral).
Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral).
14
Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif/
kesulitan berkata-kata, reseptif / kesulitan berkata-kata komprehensif,
global / kombinasi dari keduanya.
Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil.
Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik.
Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi
lateral.
7. Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif:
Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya.
Data Obyektif:
Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial.
8. Respirasi
Data Subyektif:
Perokok (faktor resiko).
Data Objektif:
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas.
Timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur.
Suara nafas terdengar ronchi /aspirasi.
9. Keamanan
Data Obyektif:
Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan.
Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang
kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit.
Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah
dikenali.
Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu
tubuh.
Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan,
berkurang kesadaran diri.
10. Interaksi sosial
Data Obyektif:
Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi.
11. Pengajaran / pembelajaran
Data Subjektif :
Riwayat hipertensi keluarga, stroke.
Penggunaan kontrasepsi oral.
15
12. Pertimbangan rencana pulang
Menentukan regimen medikasi / penanganan terapi.
Bantuan untuk transportasi, shoping , menyiapkan makanan , perawatan diri
dan pekerjaan rumah.
16
- Observasi dan catat tanda-tanda vital dan kelain tekanan intrakranial tiap dua
jam
Rasional : Mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien secara dini
dan untuk penetapan tindakan yang tepat.
- Berikan posisi kepala lebih tinggi 15-30 dengan letak jantung (beri bantal
tipis)
Rasional : Mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan drainage vena
dan memperbaiki sirkulasi serebral
- Anjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan berlebihan
Rasional : Batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intra kranial
dan potensial terjadi perdarahan ulang.
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung
Rasional : Rangsangan aktivitas yang meningkat dapat meningkatkan
kenaikan TIK.
- Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi cairan intravena dan
obat-obatan sesuai program dokter
Rasional : Memperbaiki sel yang masih viable dan mengobati perdarahan
yang ada di otak.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK.
Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi
Kriteria : Nyeri berkurang atau hilang
INTERVENSI
- Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien.
Rasional: Untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami.
- Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang.
Rasional: Untuk mendukung mengurangi rasa nyeri.
- Alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri.
Rasional:Dengan melakukan aktivitas lain pasien dapat melupakan
perhatiannya terhadap nyeri yang dialami.
- Kolaborasi berikan obat-obat analgetik dan penurun TIK.
Rasional: Analgetik mengurangi nyeri pasien,penurunan TIK membuat
nyeri berkurang.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia.
Tujuan : Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan
kemampuannya
Kriteria : Tidak terjadi kontraktur sendi, bertabahnya kekuatan otot, klien
menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.
17
INTERVENSI
- Ubah posisi klien tiap 2 jam.
Rasional: Menurunkan resiko terjadinnya iskemia jaringan akibat sirkulasi
darah yang jelek pada daerah yang tertekan.
- Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang
tidak sakit.
Rasional: Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta
memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan.
- Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit.
Rasional: Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak
dilatih untuk digerakkan.
- Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien.
Rasional: Membantu mobilisai klien.
4. Gangguan persepsi sensori baerhubungan dengan penurunan sensori penurunan
penglihatan.
Tujuan : terjadi peningkatan persepsi sensorik secara optimal
Kriteria :
Adanya perubahan kemampuan yang nyata.
Tidak terjadi disorientasi waktu, tempat, orang.
INTERVENSI
- Tentukan kondisi patologis klien
Rasional : Untuk mengetahui tipe dan lokasi yang mengalami gangguan,
sebagai penetapan rencana tindakan.
- Kaji gangguan penglihatan terhadap perubahan persepsi.
Rasional : Untuk mempelajari kendala yang berhubungan dengan
disorientasi klien.
- Latih klien untuk melihat suatu obyek dengan telaten dan seksama.
Rasional : Agar klien tidak kebingungan dan lebih konsentrasi.
- Observasi respon perilaku klien, seperti menangis, bahagia, bermusuhan,
halusinasi setiap saat.
Rasional : Untuk mengetahui keadaan emosi klien.
- Berbicaralah dengan klien secara tenang dan gunakan kalimat-kalimat
pendek.
Rasional : Untuk memfokuskan perhatian klien, sehingga setiap masalah
dapat dimengerti.
5. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah otak.
Tujuan : Proses komunikasi klien dapat berfungsi secara optimal
18
Kriteria :
Terciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan klien dapat
dipenuhi.
Klien mampu merespon setiap berkomunikasi secara verbal
maupun isarat.
INTERVENSI
- Berikan metode alternatif komunikasi, misal dengan bahasa isarat.
Rasional : Memenuhi kebutuhan komunikasi sesuai dengan kemampuan
klien.
- Antisipasi setiap kebutuhan klien saat berkomunikasi.
Rasional : Mencegah rasa putus asa dan ketergantungan pada orang lain.
- Bicaralah dengan klien secara pelan dan gunakan pertanyaan yang
jawabannya “ya” atau “tidak”.
Rasional : Mengurangi kecemasan dan kebingungan pada saat
komunikasi.
- Anjurkan kepada keluarga untuk tetap berkomunikasi dengan klien.
Rasional : Mengurangi isolasi sosial dan meningkatkan komunikasi yang
efektif.
- Hargai kemampuan klien dalam berkomunikasi.
Rasional : Memberi semangat pada klien agar lebih sering melakukan
komunikasi.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk latihan wicara.
Rasional : Melatih klien belajar bicara secara mandiri dengan baik dan
benar.
6. Defisit perawat diri berhubungan dengan penurunan kesadaran
Tujuan : Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi
Kriteria : Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan
kemampuan klien.
INTERVENSI
- Kemampuan dan tingkat kekurangan dalam melakukan perawatan diri.
Rasional : Membantu dalam mengantisipasi/merencanakan pemenuhan
kebutuhan secara individual.
- Beri motivasi kepada klien untuk tetap melakukan aktivitas dan beri bantuan
dengan sikap sungguh.
Rasional : Meningkatkan harga diri dan semangat untuk berusaha terus-
menerus.
19
- Hindari melakukan sesuatu untuk klien yang dapat dilakukan klien sendiri,
tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan.
Rasional : Melatih kemandirian klien untuk memepertahankan harga diri
dan meningkatkan pemulihan.
- Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan atau
keberhasihan.
Rasional : Meningkatkan perasaan makna diri dan kemandirian serta
mendorong klien untuk berusaha secara kontinyu.
- Kolaborasi dengan ahli fisioterapi/okupasi.
Rasional : Memberikan bantuan yang mantap untuk mengembangkan
rencana terapi dan mengidentifikasi kebutuhan.
7. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kelemahan otot mengunyah dan menelan.
Tujuan : Tidak terjadi gangguan nutrisi
Kriteria :
Berat badan dapat dipertahankan/ditingkatkan.
Hb dan albumin dalam batas normal.
INTERVENSI
- Tentukan kemampuan klien dalam mengunyah, menelan dan reflek batuk.
Rasional : Untuk menetapkan jenis makanan yang akan diberikan pada
klien.
- Letakkan posisi kepala lebih tinggi pada waktu, seama dan sesudah makan.
Rasional : Klien lebih mudah untuk menelan karena gaya gravitasi.
- Pasang NGT dan berikan makanan lewat NGT jika klien tidak mampu
mengunyah dan menelan.
Rasional : Menjaga intake nutrisi tetap adekuat.
- Berikan makan dengan berlahan pada lingkungan yang tenang.
Rasional : Membantu dalam melatih kembali sensori dan meningkatkan
kontrol muskuler.
- Anjurkan klien menggunakan sedotan meminum cairan.
Rasional : Menguatkan otot fasial dan dan otot menelan dan merunkan
resiko terjadinya tersedak.
8. Resiko terjadinya ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
menurunnya refleks batuk dan menelan, imobilisasi.
Tujuan : Jalan nafas tetap efektif
Kriteria :
Klien tidak sesak nafas.
Tidak terdapat ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan.
20
Tidak retraksi otot bantu pernafasan.
Pernafasan teratur, RR 16-20 x per menit.
INTERVENSI
- Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang sebab dan akibat
ketidakefektifan jalan nafas.
Rasional : Klien dan keluarga mau berpartisipasi dalam mencegah
terjadinya ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
- Rubah posisi tiap 2 jam sekali.
Rasional :Perubahan posisi dapat melepaskan sekret darim saluran
pernafasan
- Berikan intake yang adekuat (2000 cc per hari).
Rasional : Air yang cukup dapat mengencerkan secret.
- Observasi pola dan frekuensi nafas.
Rasional : Untuk mengetahui ada tidaknya ketidakefektifan jalan nafas
21
- Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area sekitar terhadap
kehangatan dan pelunakan jaringan tiap merubah posisi.
Rasional : Hangat dan pelunakan adalah tanda kerusakan jaringan.
- Jaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin hindari trauma, panas
terhadap kulit.
Rasional : Mempertahankan keutuhan kulit.
10. Gangguan eliminasi urin (incontinensia uri) berhubungan dengan kehilangan tonus
kandung kemih, kehilangan kontrol sfingter, hilangnya isarat berkemih.
Tujuan : Klien mampu mengontrol eliminasi urin
Kriteria :
Klien akan melaporkan penurunan atau hilangnya
inkontinensia.
Tidak ada distensi bladder.
INTERVENSI
- Identifikasi pola berkemih dan kembangkan jadwal berkemih sering.
Rasional : Berkemih yang sering dapat mengurangi dorongan dari distensi
kandung kemih yang berlebih
- Ajarkan untuk membatasi masukan cairan selama malam hari.
Rasional : Pembatasan cairan pada malam hari dapat membantu mencegah
enuresis.
- Ajarkan teknik untuk mencetuskan refleks berkemih (rangsangan kutaneus
dengan penepukan suprapubik, manuver regangan anal).
Rasional : Untuk melatih dan membantu pengosongan kandung kemih.
- Bila masih terjadi inkontinensia, kurangi waktu antara berkemih pada jadwal
yang telah direncanakan.
Rasional : Kapasitas kandung kemih mungkin tidak cukup untuk
menampung volume urine sehingga memerlukanuntuk lebih sering
berkemih.
- Berikan penjelasan tentang pentingnya hidrasi optimal (sedikitnya 2000 cc
per hari bila tidak ada kontraindikasi).
Rasional : Hidrasi optimal diperlukan untuk mencegah infeksi saluran
perkemihan dan batu ginjal.
22
BAB III
LAPORAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 11/09/2017
Tanggal Masuk : 30/08/2017
Ruang/Kelas : HCU/III
Nomor Register : 08.92.31
Diagnosa Medis : Penurunan kesadaran ec stroke hemoragik (IVH, SAH
minimal dengan hidrosephalus) post op EVD, HT grade I
1. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Ny.U
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 47 tahun
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMP
Bahasa yang digunakan: Indonesia
Pekerjaan : IRT
Alamat : Pasar Rebo
Sumber biaya : BPJS, Pribadi
Sumber Informasi : Rekam Medis, keluarga (anak)
2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. Riwayat Kesehatan sekarang
1) Alasan masuk rumah sakit :
Pasien masuk IGD RSUD Pasar Minggu dalam keadaan tidak sadar 2 jam
sebelum masuk RS, ditemukan jatuh dan muntah. Sebelumnya pasien tidak
mengeluh pusing dan mual.
2) Keluhan utama :
Tidak sadar sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit
3) Kronologis keluhan : Tiba-tiba
* Faktor pencetus : Tidak sadar 2 jam sebelum masuk rumah sakit
* Timbulnya keluhan : Mendadak
* Lamanya : 2 jam
23
* Upaya mengatasi : dibawa ke layanan kesehatan (RSUD Pasar Minggu)
b. Riwayat kesehatan masa lalu
1. Riwayat Alergi (Obat, makanan, Bianatang, Lingkungan) :
Tidak ada
2. Riwayat Kecelakaan :
Tidak ada
3. Riwayat dirawat di Rumah Sakit (Kapan, alasan, dan berapa lama) :
Tidak ada
4. Riwayat pemakaian obat:
Tidak ada
c. Riwayat kesehatan keluarga (genogram dan keterangan tiga generasi dari Pasien)
Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor resiko
Ket :
Laki-laki
Perempuan
Klien
X meninggal
- - - satu rumah
24
6. Persepsi Pasien terhadap penyakitnya :
* Hal yang sangat dipikirkan saat ini :
Tidak terkaji
* Harapan setelah menjalani perawatan:
Ingin cepat pulang dan berkumpul dengan keluarga
* Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit :
Keluarga mengatakan tidak bisa berkumpul bersama
7. Sistem nilai kepercayaan
* Nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan :
Tidak ada
* Aktivitas Agama / kepercayaan yang dilakukan :
Sholat dan pengajian
e. Kondisi lingkungan Rumah
(Lingkungan rumah yang mempengaruhi kesehatan saat ini)
Tidak ada
f. Pola Kebiasaan
POLA KEBIASAAN
HAL YANG DIKAJI
Sebelum Sakit Di Rumah Sakit
1. Pola Nutrisi
Frekuensi makan : x / hari 3x 3x
Nafsu makan : baik / tidak baik Tidak terjadi
Alasan :
(mual, muntah, sariawan)
Porsi makanan yang dihabiskan 1 porsi 200 cc (entramix)
2. Pola Eliminasi
a. BAK
Frekuensi : x / hari 4-6 x Tidak tentu
Warna : Kuning Kuning jernih
25
b. BAB 1-2x Tidak tentu
Frekuensi : Tidak tentu Tidak tentu
Waktu :
(Pagi/Siang/Malam/Tidak tentu) Kuning Kuning
3) Cuci rambut
2-3 x Tidak terkaji
Frekuensi : x / minggu
3. PENGKAJIAN FISIK
a. Pemeriksaan Fisik Umum
1. Berat Badan : 44 Kg (Sebelum Sakit : 46 Kg)
2. Tinggi Badan : 149 cm
3. Tekanan Darah : 150/100 mmHg
4. Nadi : 100 x / menit
5. Frekuensi Nafas :22 x / menit
6. Suhu Tubuh : 37 ̊ C
7. Saturasi O2 : 98 %
8. Keadaan Umum : ( )Ringan ( √ )Sedang ( )Berat
9. Pembesaran kelenjr getah bening : (√) Tidak
( ) Ya, Lokasi
b. Sistem Penglihatan
1. Posisi mata : (√) Simetri ( ) Asimetris
2. Kelopak mata : (√) Normal ( ) Ptosis
3. Pergerakan bola mata : (√) Normal ( ) Abnormal
4. Konjutiva : ( ) Merah muda (√) Anemis ( ) Sangat
merah
5. Kornea : (√) Normal ( ) Keruh / berkabut
( ) Terdapat pendrahan
6. Sklera : ( ) Ikterik (√) Anikterik
7. Pupil : (√) Isokor ( ) Anisokor
( ) Midriasis ( ) Miosis
8. Otot-otot mata : (√) Tidak ada kelainan ( ) Juling keluar
( ) Juling kedalam ( ) Berada di atas
9. Fungsi penglihatan : (√) Baik ( ) kabur ( ) Dua
bentuk/diplopia
10. Tanda-tanda radang : Tidak ada
11. Pemakaian kacamata : (√) Tidak ( ) Ya, Jenis
12. Pemakaian lensa kontak: Tidak ada
13. Reaksi terhadap cahaya: + / +
27
c. Sistem Pendengaran
1. Daun telinga : (√) Normal ( ) Tidak, Kanan, Kiri
2. Karakteristik serumen (warna, kosistensi, bau) :
28
15. Nyeri saat bernafas : (√) Tidak ( ) Ya
16. Penggunaan alat bantu : ( ) Tidak (√) Ya NK 3lpm
f. Sistem Kardiovaskuler
1. Sirkulasi peripher
- Nadi 100 x / menit : Irama : (√)Teratur ( ) Tidak
teratur
Denyut : (√) Lemah ( ) Kuat
- Tekanan darah : 150/100 mmHg
- Distensi vena jugularis : Kanan : ( ) Ya (√) Tidak
Kiri : ( ) Ya (√) Tidak
- Temperatur kulit : (√) Hangat ( ) Dingin
- Warna Kulit : (√) Pucat ( ) Cyanosis ( ) Kemerahan
- Pengisian kapiler : > 2detik
- Edema : (√) Ya ( ) Tidak
(√) Tungkai atas (√) Tungkai bawah
( ) Periorbital ( ) Muka
( ) Skrotalis ( ) Anarsarka
2. Sirkulasi jantung
- Kecepatan denyut apical : x /menit
- Irama : (√) Teratur ( )Tidak teratur
- Kelainan bunyi jantung : ( ) Murmur ( ) Gallop
- Sakit dada : ( ) Ya (√) Tidak
* Timbulnya : ( ) Saat aktivitas ( ) Tanpa aktivitas
* Karakteristik : ( ) Seperti di tusuk-tusuk
( ) Seperti terbakar
( ) Seperti tertimpa benda berat
* Skala nyeri :
g. Sistem Hematologi
Gangguan hematologi :
- Pucat : ( ) Tidak (√) Ya
- Pendarahan : (√) Tidak ( ) Ya
( ) Ptechie ( ) Purpura ( ) Mimisan
( ) Pendarahan gusi ( ) Echimosis
h. Sistem Saraf Pusat
- Keluhan sakit kepala : tidak terkaji
- Tingkat kesadaran : ( ) Composmentis (√) Apatis
( ) Somnolent ( ) Soporokoma
29
- Glasgow coma scale (GCS) E:4 M: 5 V: Aphasia
- Tanda-tanda peningkatan TIK: (√) Tidak ( )Ya
( )Muntah proyektil
( ) Nyeri kepala berat
( ) Papil Edema
- Gangguan Sistem persyarafan : ( ) Kejang (√) Pelo
( ) Mulut mencong ( ) Disorentasi
( ) Polineuritis/Kesemutan
( ) kelumpuhan ekstermitas
- Pemeriksaan Refleks :
a. Refleks fisiologis : (√) Normal ( ) Tidak
b. Refleks Patologis : (√) Tidak ( ) Ya
i. Sistem Pencernaan
1. Keadaan mulut :
1). Gigi : ( ) caries (√) Tidak
2). Penggunaan gigi palsu: ( ) Ya (√)
Tidak
3). Stomatitis : ( ) Ya
(√)Tidak
4). Lidah kotor : (√) Ya ( )
Tidak
5). Salifa : (√) Normal ( ) Abnormal
2. Muntah : (√) Tidak ( ) Ya
- Isi : ( ) Makanan ( ) Cairan ( )
Darah
- Warna: ( ) Sesuai warna makanan ( ) Kehijauan
( ) Coklat ( ) Kuning ( ) Hitam
- Frekuensi: x / hari
- Jumlah : ml
3. Nyeri daerah perut : ( ) Ya (√) Tidak
4. Skala Nyeri :
5. Lokasi & karakteristik nyeri :
( ) Seperti ditusuk-tusuk ( ) Melilit ( ) Cramp
( ) Panas/seperti terbakar ( ) Setempat ( ) Menyebar
( ) Berpindah-pindah ( ) Kanan atas ( ) Kanan bawah
( ) Kiri atas ( ) Kiri bawah
6. Bising usus : 12 x / menit
7. Diare : (√) Tidak ( ) Ya
30
Lamanya :
Frekuensi : x / hari
8. Warna feses : (√) kuning ( ) Putih seperti air cucian beras
( ) Coklat ( ) Hitam
( ) Dempul
9. Kosistensi feses : (√) Setengah padat
( ) cair
( ) Berdarah
( ) Terdapat lendir
( ) Tidak ada kelainan
10. Konstipasi : (√) Tidak ( ) Ya
Lamanya: hari
11. Hepar : ( ) Teraba (√) Tak teraba
12. Abdomen : (√) Lembek ( ) Kembung
( ) Asites ( ) Distensi
j. Sistem Endokrin
Pembesaran Kelenjar Tiroid : (√) Tidak ( ) Ya
( ) Explotalmus
( ) Tremor
( ) Diaporesis
Nafas berbau keton : ( ) Ya (√) Tidak
( ) Poliuri ( ) Polidipsi ( )
Poliphagi
Luka ganggren : (√) Tidak ( ) Ya, Lokasi
Kondisi Luka
k. Sistem Urogenital
Balance cairan : Intake 781 ml ; Output 781 ml
Perubahan pola kemih : ( ) Retensi ( ) Urgency
( ) Disuria ( ) Tidak lampias
( ) Nocturia ( ) Inkontinesia ( ) Anuria
BAK:
Warna : (√) Kuning jernih ( ) Kuning kental/coklat
( ) Merah ( ) Putih
Distensi/ ketegangan kandung kemih : ( ) Ya (√) Tidak
Keluahan sakit pinggang : ( ) Ya (√) Tidak
Skala nyeri :
l. Sistem Integumen
Turgor kulit : ( ) Baik (√) Buruk
31
Temperatur kulit : Hangat
Warna kulit : (√) Pucat ( ) Sianosis ( ) Kemerahan
Keadaan kulit : ( ) Baik ( ) Lesi ( ) Ulkus
( ) Luka, Lokasi
(√ ) Insisi operasi (post op EVD)
( ) Gatal-gatal ( ) Memar/lebam
( ) Kelainan pigmen
( ) Luka bakar, Grade
Presentasi
( ) Dekubitus, Lokasi
Kelainan kulit : (√) Tidak ( ) Ya, Jenis
Kondisi kulit daerah pemasangan infus : Baik, tidak ada flebitis
Keadaan rambut : Tekstur : (√) Baik ( ) Tidak ( )
Alopesia
Kebersihan : (√) Ya ( ) Tidak
m. Sistem Muskuloskeletal
Kesulitan dalam pergerakan : (√) Ya ( ) Tidak
Kemampuan pergerakan sendi terbatas
Kelemahan pada ekstremitas kanan
Sakit pada tulang, sendi, kulit : ( ) Ya (√) Tidak
Fraktur : ( ) Ya (√) Tidak
Lokasi :
Kondisi :
Kelaianan bentuk sendi : ( ) kontraktur ( ) Bengkak
( ) lain-lain, sebutkan :
Kelainan struktur tulang belakang : ( ) Skoliasis
( ) Lordosis
( ) Kiposis
Keadaan tonus otot : (√) Baik
( ) Hipotoni
( ) Hipertoni
( ) Atoni
Kekuatan otot :
4444 2222
2222 2222
32
4. DATA PENUNJANG (Pemeriksaan diagnostik yang menunjang masalah : Lab,
Radiologi, Endoskopi, dll)
Radiologi
DIET
Entramix 3 x 200 cc
6. RESUME
Pasien masuk IGD RSUD Pasar Minggu dalam keadaan tidak sadar 2 jam sebelum
masuk RS, ditemukan jatuh dan muntah. Sebelumnya pasien tidak mengeluh pusing
dan mual. Pasien masuk IGD tanggal 22/08/2017 dan masuk HCUtanggal 30/08/2017.
33
TTV Tekanan darah 200/100 mmHg, Nadi 90x/menit, Pernapasan 24x/menit, Suhu 37
̊C. GCS E4M5VAphasia, Refleks cahaya +/+, Nacl 0.9% 20tpm, Ranitidine 1 ampul,
Ondansentron 1 ampul, Captopril 25 mg.
7. DATA FOKUS
8. ANALISA DATA
GCS E4M5V
Aphasia
Kontak mata adekuat
Post op EVD
TTV
BP : 150/100 mmHg
HR : 100 x / menit
35
RR : 22 x / menit
T : 37 ̊ C
CT brain NK exp (-)
O2 NK 3lpm
Gelisah (+)
2 DS :-
DO :
Kesadaran Apatis kerusakan integritas tirah baring lama
KU sedang kulit
GCS E4 M5 V
aphasia
Turgor kulit tidak
elastis
Piting edema (+)
derajat 1
CRT > 2 detik
Bed rest
Kekuatan otot
4444 2222
2222 2222
Lecet di daerah
punggung
(kemerahan)
36
4 DS :
-
DO :
Luka insisi post op Resiko infeksi luka insisi
EVD
Drain (+), produksi
drain darah
kehitaman 200cc/24
jam
T : 37 ̊ C
Hasil Lab
Hemoglobin = 10,1
Hematokrit = 31
Leukosit = 9,1
Trombosit = 691
Eritrosit = 4.41
37
C. RENCANA KEPERWATAN
Tgl. No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Rasional Paraf &
(PES) Hasil Nama
12/09/ 1 Gangguan perfusi Setelah dilakukan 1. Observasi tanda-tanda status neurologis 1. Mempengaruhi tingkat
2017 jaringan otak b.d tindakan keperawatan dengan GCS. Tentukan faktor-faktor yang penetapan intervensi
penurunan aliran darah ke selama 1x 8 jam, berhubungan dengan keadaan atau kerusakan neurologist atau
otak, diharapkan perubahan penyebab khusus selama koma atau kegagalan memperbaiki
ditandai dengan : gangguan perfusi penurunan perfusi serebral dan potensial setelah fase awal memerlukan
Kesadaran Apatis jaringan otak pasien terjadi peningkatan TIK. tindakan pembedahan.
KU sedang dapat teratasi, dengan 2. Observasi TTV dan hati-hati pada 2. Pada keadaan normal
Kontak mata adekuat 1. Gelisah pasien 3. Berikan klien (bed rest) total dengan posisi keadaan tekanan darah
dapat berkurang tidur terlentang tanpa bantal. sistemik berubah secara
Post op EVD
atau hilang. 4. Ubah posisi minimal setiap 2 jam fluktuasi. Kegagalan
TTV
2. Nyeri kepala (terlentang-miring). autoreguler akan
BP : 150/100 mmHg
berkurang atau 5. Ciptakan lingkungan yang tenang dan menyebabkan kerusakan
HR : 100 x / menit
hilang. batasi pengunjung. vaskuler serebral yang dapat
RR : 22 x / menit
2
3. GCS E4M6V5 6. Kolaborasi pemberian O sesuai indikasi. dimanifestasikan dengan
T : 37 ̊ C
4. TTV dalam batas 7. Kolaborasi pemberian terapi cairan meningkatkan sistolik dan
CT brain NK exp (-)
normal intravena dan obat-obatan sesuai indikasi. diikuti oleh penurunan
O2 NK 3lpm
tekanan diastolik. Sedangkan
Gelisah (+)
peningkatan suhu dapat
38
menggambarkan perjalanan
infeksi.
3. Perubahan tekanan pada
intrakranial akan dapat
menyebabkan risiko untuk
terjadinya herniasi otak.
4. Menurunkan resiko terjadinya
trauma/iskemi jaringan.
5. Rangsangan aktivitas yang
meningkat dapat
meningkatkan kenaikan TIK.
Istirahat total dan ketenangan
mungkin diperlukan untuk
pencegahan terhadap
perdarahan dalam kasus
stroke hemoragik/perdarahan
lainnya.
6. Menurunkan hipoksia yang
dapat menyebabkan
vasodilatasi serebral dan
tekanan meningkat atau
terbentuknya edema.
39
7. Meminimalkan fluktuasi pada
beban vaskuler dan tekanan
intrakranial, retriksi cairan
dan cairan dapat menurunkan
edema serebral.
12/09/ 2 Kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan 1. Anjurkan pasien menggunakan pakaian 1. Mempermudah dalam
2017 b.d tirah baring lama, tindakan keperawatan yang longgar. sirkulasi darah.
ditandai dengan : selama 2 x 8 jam, 2. Hindari kerutan pada tempat tidur. 2. Kerutan pada tempat tidur
Kesadaran Apatis diharapkan kerusakan 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan bisa membuat iritasi pada
KU sedang integritas kulit pasien kering. kulit.
GCS E4 M5 V dapat teratasi, dengan 4. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) 3. Mempertahankan kebersihan
aphasia kriteria hasil : setiap 2 jam sekali. dan keutuhan kulit.
Turgor kulit tidak 1. Integritas kulit 5. Observasi terhadap eritema, kepucatan, 4. Menghindari tekanan yang
elastis yang baik bisa dan palpasi area sekitar terhadap berlebihan dan memperlancar
Piting edema (+) dipertahankan kehangatan dan pelunakan jaringan tiap aliran darah.
40
12/09/ 3 Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan 1. Kaji kemampuan secara 1. Mengidentifikasi
2017 b.d hemiparese/hemiplagia tindakan keperawatan fungsional/luasnya kerusakan awal. kekuatan/kelemahan dan
kanan, ditandai dengan : selama 3 x 24 jam, 2. Ubah posisi minimal setiap 2 jam. dapat memberikan informasi
Bed rest diharapkan mobilisasi 3. Latih rentang gerak/ROM. mengenai pemulihan.
Kemampuan pasien mengalami 4. Tempatkan bantal dibawah aksila untuk 2. Menurunkan ressiko
pergerakan sendi peningkatan atau melakukan abduksi pada tangan. terjadinya trauma/iskemia
terbatas perbaikan, dengan 5. Posisikan lutut dan panggul dalam posisi jaringan.
Kelemahan pada kriteria hasil : ekstensi. 3. Meminimalkan atrofi otot,
ekstremitas kanan 1. Tidak terjadi meningkatkan sirkulasi,
41
/hemiplagia.
12/09/ 4 Resiko tinggi infeksi b.d Setelah dilakukan 1. Observasi TTV. 1. Tanda-tanda vital merupakan
2017 tirah luka insisi, ditandai tindakan keperawatan 2. Kaji adanya tanda–tanda infeksi dan pedoman terhadap perubahan
dengan : selama 1 x 8 jam, peradangan meliputi adanya kemerahan pada kondisi pasien dan
Luka insisi operasi diharapkan infeksi sekitar luka dan pus pada luka operasi. abnormalitas pada kondisi
(post op EVD) tidak terjadi, dengan 3. Lakukan medikasi ganti balutan luka pasien.
Drain (+), produksi kriteria hasil : steril/bersih sesuai indikasi. 2. Adanya kemerahan, oedem,
drain darah 1. Bebas dari tanda 4. Pertahankan pus, dan rasa panas pada
kehitaman 200cc/24 dan gejala infeksi. tekhnik aseptic antiseptik/kesterilan dalam luka merupakan adanya
jam 2. TTV dalam batas perawatan luka dan tindakan keperawatan infeksi pada luka operasi.
T : 37 ̊ C normal. lainnya. 3. Mensterilkan luka dan
Hasil Lab 3. Leukosit, 5. Manajemen kebersihan lingkungan pasien. menjaga luka agar tetap
Leukosit = 9,1 normal. mencuci tangan saat berkunjung dan 4. Meningkatkan penyembuhan
Trombosit = 691 4. Luka post op setelah selesai berkunjung. dan menghindari infeksi
Eritrosit = 4.41 kering dan 7. Ajarkan keluarga pasien tentang tanda dan pada luka operasi.
menunjukan gejala infeksi. 5. Agar ruangan tetap steril.
penyembuhan. 8. Kolaborasi dengan tim medis dalam 6. Mengurangi infeksi
pemberian terapi antibiotik. nosokomial di RS.
7. Melibatkan keluarga dan
42
memberi edukasi.
8. Mempercepat penyembuhan
luka agar tidak terjadi infeksi
43
D. IMPLEMENTASI (Catatan Keperawatan)
44
4 Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
4 Mengkaji tanda-tanda infeksi → luka kering, tidak ada tanda-tanda infeksi
Rabu,
13/09/17
15.00 3 Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
16.00 1,2 Mengobservasi TTV → TD 140/92 mmHg, Nadi 81x/menit, RR=24x/menit, S=36.3 ̊ C, SpO2 = 98%
Menilai tingkat kesadaran dan GCS → KU sedang, Kesadaran Apatis, GCS E4 M5 V aphasia
1 Menciptakan lingkungan yang tenang → pasien tampak rileks
2 Memberikan pakaian yang longar → pasien tampak tenang
17.00 1,2 Mengobservasi TTV → TD 138/78 mmHg, Nadi 90x/menit, RR=27x/menit, S=36.3 ̊ C, SpO2 = 100%
2 Mengoleskan lotion pada bagian tubuh yang tertekan → kulit pasien menjadi lembab
3 Mengkaji kemampuan secara fungsional → kelemahan pada ekstremitas kanan.
18.00 1,2,3 Mengubah posisi setiap 2 jam → miring kanan dan miring kiri
3 Melatih rentang gerak / ROM
19.00 1,2 Memberikan diet cair 200cc entramix
2 Mengobservasi TTV → TD 135/78 mmHg, Nadi 80x/menit, RR=25x/menit, S=36.3 ̊ C, SpO2 = 98%
1,2 Membersihkan kulit pasien dengan tisue basah → kulit pasien bersih
20.00 1 Mengobservasi TTV → TD 145/98 mmHg, Nadi 90x/menit, RR=26x/menit, S=36.3 ̊ C, SpO2 = 100%
2 Memberikan obat ulsidex (1x1cth), Captropil (1x50mg), Curcuma (1x1), Amplodipine (1x10mg), Levofloxacin
4 Menghindari kerutan di tempat tidur → merapikan tempat tidur
4 Mengkaji adanya tanda–tanda infeksi dan peradangan →kulit tidak tampak kemerahan, sirkulasi baik
4 Mengkaji tanda-tanda infeksi → luka kering, tidak ada tanda-tanda infeksi
45
Kamis,
14/09/17
15.00 1 Mengkaji tingkat kesadaran dan menilai GCS → KU sedang, Kesadaran Apatis, GCS E4 M5 V aphasia
1,2 engobservasi TTV → TD 145/91 mmHg, Nadi 80x/menit, RR=25x/menit, S=36.5 ̊ C, SpO 2 = 98%
16.00 1 Menciptakan lingkungan yang tenang → pasien tampak rileks dan kontak mata adekuat
4 Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
1 Memberikan obat ulsidex (1x1cth), Captropil (1x50mg), Curcuma (1x1), Amplodipine (1x10mg), Levofloxacin
17.00 4 Mengkaji tanda-tanda infeksi → luka kering, tidak ada tanda-tanda infeksi, pus (-), kemerahan (-), bengkak (-)
4 Menganti balutan luka →pasien rileks dan tenang saat mengganti balutan luka, luka kering, tidak ada tanda infeksi
18.00 3 Mengkaji kemampuan secara fungsional → kelemahan pada ekstremitas kanan.
1,2,3 Mengubah posisi setiap 2 jam → miring kanan dan miring kiri
19.00 2 Memberikan pakaian yang longar → pasien tampak tenang
2 Menghindari kerutan di tempat tidur → merapikan tempat tidur
20.00 2 Membersihkan kulit pasien dengan tisue basah → kulit pasien bersih
2 Mengkaji adanya tanda–tanda infeksi dan peradangan →kulit tidak tampak kemerahan, sirkulasi baik
1,2 Mengobservasi TTV → TD 145/90 mmHg, Nadi 80x/menit, RR=25x/menit, S=36.5 ̊ C, SpO2 = 98%
4 Mengoleskan lotion pada bagian tubuh yang tertekan → kulit pasien menjadi lembab
4 Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
46
E. EVALUASI (Catatan Perkembangan)
S=-
1 Selasa, 12/09/17 O = pasien tidur dan tampak rileks
20.00 TD 140/89 mmHg, Nadi 79x/menit, RR=25x/menit, S=37 ̊ C, SpO2 = 99%
GCS E4 M5 V aphasia
Kesadaran Apatis
A = Masalah gangguan perfusi jaringan otak belum teratasi
P= Lanjutkan intervensi
1. Observasi TTV
2. Observasi GCS
3. Memantau KU pasien dan memantau adanya peningkatan TIK
4. Bed rest total dan mereposisi pasien setiap 2 jam
5. Kolaborasi pemberian O2
6. Kolaborasi terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai indikasi
47
20.00 O = Pasien nyaman, kulit menjadi lembab, kulit bersih, tidak ada kemerahan, sirkulasi baik.
A = Masalah kerusakan integritas kulit teratasi sebagian
P= Lanjutkan intervensi
1. Hindari kerutan pada tempat tidur.
2. Jaga kebersihan kulit pasien agar tetap bersih dan kering.
3. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap 2 jam sekali
4. Observasi terhadap eritema, kepucatan, dan palpasi area sekitar terhadap kehangatan dan
pelunakan jaringan tiap merubah posisi.
5. Oleskan lotion/minyak/baby oil pada daerah yang tertekan.
48
TD 140/89 mmHg, Nadi 79x/menit, RR=25x/menit, S=37 ̊ C, SpO2 = 99%
kulit tidak tampak kemerahan, sirkulasi baik
luka kering, tidak ada tanda-tanda infeksi
A = Masalah resiko infeksi teratasi sebagian
P= Lanjutkan intervensi
1. Observasi TTV.
2. Kaji adanya tanda–tanda infeksi dan peradangan meliputi adanya kemerahan sekitar luka dan pus
pada luka operasi.
3. Lakukan medikasi ganti balutan luka steril/bersih sesuai indikasi.
4. Pertahankan tekhnik aseptic antiseptik/kesterilan dalam perawatan luka dan tindakan keperawatan
lainnya.
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi antibiotik.
1 Rabu, 13/09/17
20.00 S=-
O = Pasien tampak rileks
KU sedang, Kesadaran Apatis, GCS E4 M5 V aphasia
TD 145/98 mmHg, Nadi 90x/menit, RR=26x/menit, S=36.3 ̊ C, SpO2 = 100%
A = Masalah gangguan perfusi jaringan otak belum teratasi
P= Lanjutkan intervensi
1. Observasi TTV
2. Observasi GCS
3. Memantau KU pasien dan memantau adanya peningkatan TIK
49
4. Bed rest total dan mereposisi pasien setiap 2 jam
5. Kolaborasi pemberian O2
6. Kolaborasi terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai indikasi
50
3. Latih rentang gerak/ROM.
4. Tempatkan bantal dibawah aksila untuk melakukan abduksi pada tangan.
5. Posisikan lutut dan panggul dalam posisi ekstensi.
1 Kamis, 14/09/17
20.00 S= -
51
O = Pasien tampak rileks dan kontak mata adekuat
KU sedang, Kesadaran Apatis, GCS E4 M5 V aphasia
TD 145/90 mmHg, Nadi 80x/menit, RR=25x/menit, S=36.5 ̊ C, SpO2 = 98%
A = Masalah gangguan perfusi jaringan otak belum teratasi
P= Lanjutkan intervensi
1. Observasi TTV
2. Observasi GCS
2 Kamis, 14/09/17 3. Memantau KU pasien dan memantau adanya peningkatan TIK
20.00 4. Bed rest total dan mereposisi pasien setiap 2 jam
5. Kolaborasi pemberian O2
6. Kolaborasi terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai indikasi
S=-
O = Pasien nyaman, kulit menjadi lembab, kulit bersih, tidak ada kemerahan, sirkulasi baik.
A = Masalah kerusakan integritas kulit teratasi sebagian
P= Lanjutkan intervensi
1. Hindari kerutan pada tempat tidur.
2. Jaga kebersihan kulit pasien agar tetap bersih dan kering.
3. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap 2 jam sekali
4. Observasi terhadap eritema, kepucatan, dan palpasi area sekitar terhadap kehangatan dan
3 Kamis, 14/09/17 pelunakan jaringan tiap merubah posisi.
20.00 5. Oleskan lotion/minyak/baby oil pada daerah yang tertekan.
52
S=-
O = kemampuan secara fungsional → kelemahan pada ekstremitas kanan.
A = Masalah gangguan mobilitas belum teratasi
P = Pertahankan intervensi
1. Kaji kemampuan secara fungsional/luasnya kerusakan awal.
2. Ubah posisi minimal setiap 2 jam.
3. Latih rentang gerak/ROM.
4. Tempatkan bantal dibawah aksila untuk melakukan abduksi pada tangan.
5. Posisikan lutut dan panggul dalam posisi ekstensi.
S=-
O = pasien rileks dan tenang saat mengganti balutan luka, luka kering, tidak ada tanda infeksi
4 Kamis, 14/09/17 Perawatan luka, pus (-), kemerahan (-), bengkak (-)
20.00 TD 145/90 mmHg, Nadi 80x/menit, RR=25x/menit, S=36.5 ̊ C, SpO2 = 98%
A = Masalah resiko infeksi teratasi sebagian
P= Pertahankan intervensi
1. Observasi TTV.
2. Kaji adanya tanda–tanda infeksi dan peradangan meliputi adanya kemerahan sekitar luka dan pus
pada luka operasi.
3. Lakukan medikasi ganti balutan luka steril/bersih sesuai indikasi.
4. Pertahankan tekhnik aseptic antiseptik/kesterilan dalam perawatan luka dan tindakan keperawatan
lainnya.
53
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi antibiotik.
54
55
BAB IV
PEMBAHASAN
Stroke adalah penyebab kematian yang utama. Pola penyebab kematian di rumah sakit
yang utama dari data Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang menyebutkan bahwa
stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian di RS. Stroke merupakan
penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan kanker secara global.
Penulis melakukan tahap pengkajian antara lain : Identitas klien, riwayat keperawatan,
keluhan utama, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang untuk menegakkan suatu
diagnosa.
Setelah mendapatkan data dari pengkajian, selanjutnya data tersebut diinterpretasikan dan
dianalisa untuk mengetahui masalah keperawatan yang muncul. Kemudian penulis menentukan
dan menegakkan diagnosa keperawatan utama yaitu : gangguan perfusi jaringan otak
berhubungan dengan penurunan aliran darah ke otak, kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan tirah baring lama, gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia
kanan resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi. Sedangkan pada teoritis diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul adalah gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
peningkatan TIK, gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan sensori penurunan
penglihatan, gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah otak,
kurangnya perawatan diri berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia, resiko gangguan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan otot mengunyah dan menelan,
resiko terjadinya ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan menurunnya refleks
batuk dan menelan, imobilisasi, gangguan eliminasi urin (incontinensia urin) berhubungan
dengan kehilangan tonus kandung kemih, kehilangan kontrol sfingter, hilangnya isarat
berkemih.
Pada kasus Ny.U dilakukan tindakan ubah posisi setiap 2 jam hal ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Herman Adi Cahyono (2016) Pengaruh mobilisasi dini
terhadap perubahan tekanan intra kranial pada klien post trepanasi di instalasi rawat
intensif RSD dr. Soebandi jember. Berdasarkan penelitian Pemberian mobilisasi dini
berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan tekanan intra kranial pada klien dengan
post trepanasi.
Kondisi kulit Ny.U tidak baik hal ini dibuktikan dengan data objektif seperti CRT > 2 detik,
Turgor kulit tidak elastis, kelemahan pada ekstremitas kanan sehingga dapat dimasukan
diagnosa actual kerusakan integritas kulit, dilakukan alih baring untuk mengurangi atau
mencegah kerusakan integritas kulit. Hal ini sesuai dengan jurnal Aini & Purwaningsih (2013)
Pengaruh Alih baring Terhadap Kejadian Dekubitus Pada Pasien Stroke Yang Mengalami
56
Hemiparesis Di Ruang Yudistira Di RSUD Semarang dalam jurnal menerangkan bahwa alih
baring mampu mencegah luka tekan pada pasien yang berisko mengalami luka tertekan.
Pada kasus Ny.U dilakukan latihan gerak / ROM, hal ini sesuai dengan jurnal Sri Puguh
Kristiyawati dan Febrina Sukmaningrum (2011) dengan judul Efektivitas Range Of Motion
(ROM) Aktif-Asistif : Spherical Grip Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Ekstrimitas
Atas pada Paien Stroke di RSUD Tugurejo Semarang. Berdasarkan penelitian, Latihan ROM
dapat dilakukan karena sangat efektif bagi pemulihan pasien stroke yang mengalami
hemipharesis. Latihan gerak secara berulang membuat konsentrasi untuk melakukan gerakan
berulang dengan kualitas sebaik mungkin.
Pada kasus Ny.U dilakukan perawatan luka dengan mempertahankan teknik aseptik, hal ini
sesuai dengan jurnal Zolfika (2016) Gambaran implementasi prosedur perawatan Luka post
operasi oleh perawat di RSU PKU Muhammadiyah bantul.
57
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan stroke, perawat dapat
mengimplementasikan merubah posisi pasien secara berkala, dengan minimal 2 jam
sekali, melakukan ROM untuk mengoptimalkan kekuatan otot pasien.
DAFTAR PUSTAKA
58
Aini, F & Purwaningsih, H. 2013. Pengaruh Alih Baring Terhadap Kejadian Dekubitus
Pada Pasien Stroke Yang mengalami Hemiparesis Di Ruang Yuditira Di RSUD
Semarang.
Harsono. 2005. Kapita Skeletal Neurologi. Edisi ke-2. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Herman Adi Cahyono (2016) Pengaruh mobilisasi dini terhadap perubahan tekanan intra
kranial pada klien post trepanasi di instalasi rawat intensif RSD dr. Soebandi
jember.
Muttaqin, Arif, 2008, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan, Jakarta: Salemba Medika Satyanegara. 1998. Ilmu Bedah Saraf. Edisi
ke-3. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth, (Edisi 8), (Volume 3), Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Sylvia A. Price and Wilson Lorraine M., 2006, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, Edisi 6, Buku II, Jakarta: EGC
Sri Puguh Kristiyawati dan Febrina Sukmaningrum (2011) dengan judul Efektivitas
Range Of Motion (ROM) Aktif-Asistif : Spherical Grip Terhadap Peningkatan
Kekuatan Otot Ekstrimitas Atas pada Paien Stroke di RSUD Tugurejo Semarang.
Zolfika (2016) Gambaran implementasi prosedur perawatan Luka post operasi oleh
perawat di RSU PKU Muhammadiyah bantul.
59